Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Status Epileptikus

OLEH :
Vania Shabrina Laksmi
H1A014077

PEMBIMBING :
dr. Ilsa Hunaifi, Sp. S

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Status epileptikus merupakan kondisi emergensi di bidang neurologi yang


berkaitan dengan tingginya angka kematian dan kecacatan jangka panjang. 1 Status
epileptikus merupakan kondisi yang sering tidak terdiagnosis, padahal kondisi
tersebut merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa.2
Status epileptikus didefinisikan sebagai bangkitan yang berkelanjutan atau
seizure yang multipel tanpa adanya fase kembali sadar, dapat diamati adanya
gejala sensoris, motoris dan atau disfungsi kognitif minimal 30 menit. Walaupun
begitu, seizure pada umumnya berlangsung hanya beberapa menit. Oleh karena
itu, pada serangan seizure yang berlangsung selama 20 menit, 10 menit atau
bahkan hanya 5 menit dan bertahan dalam kondisi tidak sadar, maka secara
fungsional dikategorikan sebagai status epileptikus.3
Terdapat 2 tipe utama dari status epileptikus yang digolongkan
berdasarkan semiologi seizure yang dibedakan oleh Gastaut menjadi general
status epileptikus dan partial status epileptikus. General status epileptikus meliputi
general convulsive status epileptikus, dapat berupa tonik klonik status epileptikus
(grand mal status epileptikus), tonik status epileptikus, klonik status epileptikus
atau myoclonic status epileptikus dan nonconvulsive status epileptikus.
Sedangkan partial status epileptikus meliputi simple partial status epileptikus,
dapat berupa gejala motorik, sensorik atau afasia dan complex partial status
epileptikus.3
Pada dewasa, sebagian besar partial status epileptikus disebabkan oleh lesi
fokal dari otak yang bersifat akut terutama disebabkan oleh stroke. Sedangkan
penyebab yang lain adalah penyebab simptomatik seperti kelainan metabolik,
hipoksia dan rendahnya kadar obat antiepilepsi.4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : RN
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Lombok Tengah
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor RM : 040091
Tanggal Periksa : 14 Agustus 2019

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan utama
Kejang
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB rujukan RSUD Praya dengan
keluhan kejang. Kejang dikatakan terjadi sebanyak 3x. Kejang pertama
terjadi pada pukul 02.00 (12/8/19) dengan durasi kejang sekitar 1 menit,
pada saat kejang, tangan kanan menekuk ke atas, mata mendelik ke atas,
mulut berbusa, dan setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Kejang
kedua terjadi saat perjalanan ke Puskesmas Pringgarata dengan pola yang
sama dan terjadi selama sekitar 1 menit, pasien tidak sadar diantara kejang
pertama dan kedua. Kejang yang ketiga terjadi saat diberikan penanganan
di puskesmas dan langsung dirujuk ke RSUD Praya dan dari sana dirujuk
ke RSUD Provinsi NTB. Saat tiba di IGD, pasien sadarkan diri, gelisah,
bicara melantur, dan tidak ingat orang di sekitarnya. Keluhan kejang baru
pertama kali dirasakan oleh pasien, sebelumnya pasien mengatakan hanya

2
mengeluhkan nyeri kepala yang dirasakan muncul satu tahun yang lalu
namun hilang timbul. Keluhan lain seperti mual-muntah, demam, batuk,
pilek disangkal.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit hipertensi
disangkal, penyakit lain seperti DM, keganasan, kejang disangkal, trauma
kepala disangkal.

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat keluhan serupa (-),
keganasan (-), kejang (-).

2.2.5 Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien merupakan perokok aktif, 1
bungkus rokok dapat dihabiskan pasien dalam 2-3 hari. Konsumsi alkohol
disangkal.

2.2.6 Riwayat Pengobatan


Tidak ada

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran (GCS) : E4V5M6
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 120/90 mmHg
 Frekuensi napas : 20x/menit
 Nadi : 96x/menit
 Suhu : 37,9ºC

3
2.3.2 Status Lokalis
Kepala :
- Ekspresi wajah : normal
- Bentuk dan ukuran : bulat dan normal
- Rambut : sebaran rambut rata, kebotakan (-)
- Edema wajah (-)
Mata :
- Bentuk : normal, simetris
- Alis : normal
- Bola mata: exophtalmus (-/-), anophtalmus (-/-), nystagmus (-/-),
strabismus (-/-)
- Palpebra: hematoma (-/-), ptosis (-/-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
- Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-)
- Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
- Kornea : normal
- Lensa: keruh (-/-)
Telinga :
- Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan
- Liang telinga (MAE) : normal, sekret (-/-), serumen (-/-)
- Nyeri tekantragus : (-/-)
Hidung :
- Bentuk: simetris, deviasi septum (-)
- Napas cuping hidung (-)
- Perdarahan (-/-), sekret (-/-)
Mulut :
- Bentuk : simetris
- Bibir : sianosis (-), edema (-), stomatitis angularis (-), pursed lips
breathing (-)
- Gusi : hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), benjolan (-)

4
- Gigi : karang gigi (-), caries (-)
- Mukosa :pucat (-), lesi (-), kotor (-)
- Lidah : glositis (-), atropi (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-), pseudomembran (-)
- Faring : hiperemia (-)
Leher :
- Pembesaran KGB: (-)
- Trakea : posisi di tengah
- JVP : 5 + 2 (normal)
- Otot SCM : aktif (-), hipertrofi (-)
- Pembesaran tiroid : (-)
Thoraks
 Inspeksi :
- Bentuk dan ukuran dada normal simetris, barrel chest (-).
- Pergerakan dinding dada simetris
- Permukaan dinding dada: scar (-), massa (-), spider naevi (-),
ictus cordis tidak tampak.
- Penggunaan otot bantu napas: otot sternokledomastoideus tidak
aktif, hipertrofi otot stenokleidomastoideus (-), otot bantu
abdomen tidak aktif, hipertrofi otot bantu abdomen (-).
- Tulang iga & sela iga: pelebaran ICS (-), penyempitan ICS (-).
- Fossa supraklavikula dan infraklavikula cembung simetris,
fossa jugularis: deviasi trakea (-).
- Tipe pernapasan torakoabdominal dengan frekuensi napas
20x/menit.
 Palpasi :
- Posisi mediastinum: deviasi trakea (-), ictus cordis teraba di
ICS V linea midclavicularis sinistra, thrill (-)
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-), suhu normal.
- Pergerakan dinding dada simetris

5
 Perkusi :
- Densitas
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

- Batas paru-jantung: normal


- Batas paru-hepar : normal
 Auskultasi :
- Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
- Pulmo :
- Suara napas:
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler

- Rhonki basah:
- -
- -
- -

- Wheezing :
- -
- -
- -

Abdomen
 Inspeksi :
1. Distensi (-)
2. Umbilikus masuk merata

6
3. Permukaan kulit: ikterik (-),bercak luka yang mengering (-),
scar (-), massa(-), vena kolateral (-), caput medusa (-).
 Auskultasi :
1. Bising usus (+) normal
2. Metalic sound (-)
3. Bising aorta (-)
 Perkusi :
1. Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
2. Nyeri ketok (-)
3. Shifting dullness (-)
 Palpasi :
1. Nyeri tekan (-)
2. Massa (-)
3. Hepatomegali (-)
4. Splenomegali (-)
5. Defans muscular (-)

Ekstremitas
Ekstremitas Atas
 Akral hangat : +/+
 Pucat : -/-
 Deformitas : -/-
 Edema : -/-
 Sianosis : -/-
 Petekie : -/-
 Bercak luka : -/-
 Clubbing finger : -/-
 CRT : < 2 detik
Ekstremitas Bawah
 Akral hangat : +/+

7
 Pucat : -/-
 Deformitas : -/-
 Edema : -/-
 Sianosis : -/-
 Petekie : -/-
 Luka : -/-
 Clubbing finger : -/-
 CRT : < 2 detik

2.3.3 Pemeriksaan Neurologis


1. GCS : E4V5M6
2. Fungsi Luhur
 Reaksi emosi : Normal
 Intelegensia : Cukup
 Fungsi bicara : Normal
 Fungsi psikomotor : Normoaktif
 Fungsi psikosensorik : Normal
3. Tanda rangsang meningeal
 Kaku kuduk : (-)
 Kernig : (-)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinski II : (-)
 Brudzinski III : (-)
 Brudzinski IV : (-)

4. Pemeriksaan Nervus Kranialis


Nervus kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Dbn Dbn
Objektif (dg bahan) Dbn Dbn

8
N II (Optikus)
Tajam penglihatan >2/60 >2/60
Lapangan pandang sama dengan pemeriksa sama dengan pemeriksa
Melihat warna Tde Tde
Funduskopi Tde Tde
N III (Okulomotorius),IV (Trochlearis), dan VI(Abducens)
Celah kelopak mata
Ptosis - -
Exophthalmus - -
Posisi bola mata Orthotropia
Pupil 3mm/3mm, isokor
Bentuk Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak + +
langsung
Gerakan bola mata
Paresis - -
Nistagmus - -
N V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut Dbn Dbn
Menggerakkan rahang Dbn Dbn
Menggigit Dbn Dbn
Mengunyah Dbn Dbn
-Sensorik
N. V1
*Reflex kornea + +
*Sensibilitas + +
N. V2
*Reflex Masseter + +

9
*Sensibilitas + +
N. V3
*Sensibilitas + +
N VII (Fasialis)
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Dbn Dbn
Fisura palpebral Dbn Dbn
Menggerakkan dahi Dbn Dbn
Menutup mata Dbn Dbn
Mencibir/bersiul Dbn Dbn
Memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Sensasi lidah 2/3 depan Tde Tde
Hiperakusis - -
N VIII (Vestibularis)
Pendengaran
Rinne test Tde Tde
Weber test Tde Tde
Swabach test Tde Tde
N IX (Glossofaringeus), N X (Vagus)
Posisi arkus faring Dbn
Uvula Dbn
Refleks menelan/ muntah Dbn
Artikulasi Dbn
Suara Dbn
Pengecapan 1/3 posterior Tde Tde
N XI (Asesorius)
Menoleh ke kanan Dbn
Menoleh ke kiri Dbn
Mengangkat bahu kanan Dbn
Mengangkat bahu kiri Dbn

10
N XII (Hipoglosus)
Deviasi Lidah -
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -

5. Pemeriksaan Fungsi Motorik


Motorik Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

6. Pemeriksaan Fungsi Sensorik


 Eksteroseptif Nyeri : normal
Suhu : tde
Raba halus : normal
 Propioseptif Rasa sikap : normal
Nyeri dalam : normal
 Fungsi kortikal Diskriminasi : normal
Stereognosis : normal

7. Sistem Refleks
a. Refleks fisiologis
 Biceps : +2/+2
 Triceps : +2/+2
 Patella : +2/+2
 Achilles : +2/+2

11
b. Refleks Patologis
 Hoffman : -/-
 Trommer : -/-
 Babinsky : -/-
 Chadock : -/-
 Gordon : -/-
 Schaefer : -/-
 Oppenheim : -/-
8. Serebelum
 Gangguan Koordinasi
o Tes telunjuk hidung : dismetria (-)
o Tes pronasi-supinasi : disdiadokokinesis (-)
o Tes tumit : dismetria (-)
 Gangguan keseimbangan
o Tes Romberg : tidak dievaluasi
9. Kolumna vertebralis
 Inspeksi : normal, massa (-), jejas (-)
 Pergerakan : normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
 Perkusi : nyeri ketok (-)
10. Fungsi otonom
 Miksi : baik
 Defekasi : baik
 Sekresi keringat : baik

2.4 Assesment
Diagnosis Neurologis:
 Diagnosis klinis : fokal impair aware motor seizure
 Diagnosis topis : korteks serebri lobus frontal sinistra
 Diagnosis etiologis : status epileptikus konvulsif et causa

12
 Diagnosis sekunder : SIRS
2.5 Planning
Diagnostik
 Lab : DL, fungsi ginjal, fungsi hati, Elektrolit, GDS
 CT Scan Kepala tanpa kontras
Terapi
a. Nonmedikamentosa
 Istirahat
b. Medikamentosa
 Citicolin 500 mg/8 jam
 Ceftriaxon 1 gr/ hari
 Omeprazol 1 ampul/hari
 Phenitoin 1 ampul/8 jam
 Furamin 1 ampul/hari
 Infus RL
 Paracetamol 3x500 mg per oral

Monitoring
 Keluhan
 Tanda vital
 Status neurologis

2.5 Pemeriksaan penunjang


Laboraturium : 12/08/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13,9 g/dL 14.0-18.0
Leukosit 15540 /uL 4000-10000
Eritrosit 5.12 juta/uL 3.50-5.50
Trombosit 218000 /uL 150000-40000
Hematokrit 44 % 25-42

13
MCV 85.7 fL 80.0-100.0
MCH 27.1 pg 26.0-34.0
MCHC 31.7 g/dL 32.0-36.0
Hitung Jenis
Basofil 0.1% 0.0-1.0
Eosinofil 0.1% 1.0-26.0
Neutrofil 82.5 % 50.0-70.0
Limfosit 8.9% 20.0-40.0
Monosit 8.4% 2.0-8.0
Fungsi Ginjal
Ureum 39 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.7 mg/dL 0.9-1.3
Diabetes
GDS 96 mg/dL <160.00
Elektrolit
Natrium (Na) 140 mmol/L 135-144
Kalium (K) 4.4 mmol/L 3.6-5.2
Klorida (Cl) 106 mmol/L 97-106
Fungsi Hati
SGOT 176 U/l 0-40
SGPT 54 U/l 0-41
Albumin 4.4 mg/dL 3.5 – 5.2
Bilirubin total 0.7 mg/dL <1.00
Bilirubin direk 0.29 mg/dL <0.20

14
EKG : 12/08/2019

Hasil : Normal sinus rythm

CT Scan kepala : 12/08/2019

Hasil :
Hipodense lesion pada thalamus dextra, dd:
Massa, subacute infarction, non pressure hydrocephalus (NPH)
Tidak tampak midline shift
System ventrikel tidak melebar/ menyempit
Kedua orbita dalam batas normal
Sinus paranasalis dan air cell mastoid dalam batas normal
Tulang- tulang dan jaringan lunak ekstrakranial dalam batas normal

15
2.6 Resume
Pasien laki-laki, 43 tahun, datang ke IGD RSUP NTB dengan keluhan kejang.
Kejang sebanyak 3 kali, durasi tiap kejang sekitar 1 menit, dan setelah kejang
tidak sadarkan diri. Saat kejang, tangan fleksi, mata mendelik ke atas, mulut
berbusa. Keluhan kejang baru pertama kali dirasakan. Keluhan nyeri kepala,
mual muntah, dan demam disangkal. Sebelumnya pernah merasa nyeri kepala
satu tahun yang lalu hilang timbul. Riwayat keluarga disangkal. Pasien
perokok aktif. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 37,9ºC.
pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya gangguan. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis, peningkatan SGOT, SGPT, dan
bilirubin direk pada darah. Pemeriksaan CT-scan kepala menunjukkan ada lesi
hipodens pada thalamus dextra.

2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

16
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki, 43 tahun, datang ke IGD RSUP NTB dengan keluhan


kejang. Kejang sebanyak 3 kali, durasi tiap kejang sekitar 1 menit, dan setelah
kejang tidak sadarkan diri. Saat kejang, tangan fleksi, mata mendelik ke atas,
mulut berbusa. Keluhan kejang baru pertama kali dirasakan. Keluhan nyeri
kepala, mual muntah, dan demam disangkal. Sebelumnya pernah merasa nyeri
kepala setiap potong kepala hewan kurban. Riwayat keluarga disangkal. Pasien
perokok aktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
E4V5M6, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 96x/menit, frekuensi napas
20x/menit dan suhu 37,9ºC.
Pada pasien ini ditemukan adanya keluhan kejang sebanyak 3x dengan
durasi 1 menit dan diantara kejang tidak terdapat kesadaran. Hal ini masuk dalam
kriteria status epileptikus.5 Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme
untuk membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi
yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif.
Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin,
sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA).5
Jenis status epileptikus pada pasien ini termasuk dalam status epileptikus
konvulsif, karena terdapat bangkitan berulang lebih dari 2 kali dan tanpa pulihnya
kesadaran diantara bangkitan.6 Saat kejang pasien dikatakan tangan fleksi, mata
mendelik ke atas, dan mulut berbusa. Jenis kejang yang dialami oleh pasien
termasuk dalam kejang tonik. Jenis kejang tonik masuk dalam kategori focal
motor seizure.6
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 37,9oC dan berdasarkan
hasil laboratorium, terdapat leukositosis sehingga kemungkinan pasien mengalami
sepsis, yang mana sepsis merupakan salah satu penyebab kejang.

17
BAB IV
PENUTUP

Pasien laki-laki, 43 tahun, datang ke IGD RSUP NTB dengan keluhan


kejang. Kejang sebanyak 3 kali, durasi tiap kejang sekitar 1 menit, dan setelah
kejang tidak sadarkan diri. Saat kejang, tangan fleksi, mata mendelik ke atas,
mulut berbusa. Keluhan kejang baru pertama kali dirasakan. Keluhan nyeri
kepala, mual muntah, dan demam disangkal. Sebelumnya pernah merasa nyeri
kepala setiap potong kepala hewan kurban. Riwayat keluarga disangkal. Pasien
perokok aktif. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 37,9ºC. pemeriksaan
fisik neurologis tidak didapatkan adanya gangguan. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan leukositosis, peningkatan SGOT, SGPT, dan bilirubin direk pada
darah. Pemeriksaan CT-scan kepala menunjukkan ada lesi hipodens pada
thalamus dextra.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Manno, Edward M. New Management Strategies in the Treatment of Status


Epilepticus. 2003.
2. Hageman G, Zinke J, Von Oersen TJ. Status Epileptikus. The Open Critical
Care Medicine Journal. 2011; 4: 15-23.
3. Ziai, Wendy C. Kaplan, Peter W. Seizures and Status Epilepticus in the
Intensive Care Unit. New York. 2008.
4. Shorvon, Simon. The Classification of Nonconvulsive Status Epilepticus.
Nonconvulsive Status Epilepticus chapter 3. 2009.
5. Harsono, et al. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
6. Fisher et al. Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of
seizure types. Epilepsia 2017. doi : 10.1111/epi.13671

19

Anda mungkin juga menyukai