Status Epileptikus
OLEH :
Muhammad Rezza Vahlephy
H1A 014 046
PEMBIMBING :
dr. Ilsa Hunaifi, Sp. S
0
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, gejala ini harus dapat dikenali dan ditanggulangi secepat
mungkin. Rata-rata 15% penderita meninggal, walaupun pengobatan dilakukan
secara tepat. Lebih kurang 60-80% penderita yang bebas dari kejang setelah lebih
dari 1 jam akan menderita cacat neurologis atau berlanjut menjadi penderita
epilepsi.4
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan utama
Kejang
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan keluhan kejang.
Kejang dikatakan sudah terjadi sejak 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan
dalam satu minggu minimal terjadi 2 kali serangan kejang dan pernah
lebih dari 2 kali dalam 1 minggu. Durasi setiap kali terjadi serangan
dikatakan rata-rata 5 menit. Pasien mengatakan sebelum terjadinya kejang
pasien biasanya merasakan pada tangan kanannya terasa seperti
kesemutan. Pada saat kejang seluruh tubuh pasien menjadi kaku, mata
mendelik kearah atas dan disertai dengan adanya busa yang keluar dari
mulut pasien. Setelah terjadi kejang pasien menjadi tidak sadarkan diri.
Keluarga pasien mengatakan biasanya setelah 10 menit kemudian pasien
baru akan sadar penuh, namun pasien terlihat lemas. Ketika terjadi
serangan kejang pasien sampai menggigit bibir bagian bawahnya. Kejang
2
terakhir yang terjadi pada pasien yaitu sekitar 2 hari yang lalu. Setiap kali
kejang tidak pernah diawali dengan adanya demam yang tinggi.
Selain keluhan kejang, pasien juga mengatakan kepalanya sering
terasa sakit sampai menyebabkan pasien merasa pusing. Namun, keluhan
ini dirasakan oleh pasien hilang timbul. Keluhan lain seperti mual-muntah,
batuk, pilek disangkal.
3
Suhu : 36.7ºC
4
- Gusi : hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), benjolan (-)
- Gigi : karang gigi (-), caries (-)
- Mukosa :pucat (-), lesi (-), kotor (-)
- Lidah : glositis (-), atropi (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-), pseudomembran (-)
- Faring : hiperemia (-)
Leher :
- Pembesaran KGB: (-)
- Trakea : posisi di tengah
- JVP : 5 + 2 (normal)
- Otot SCM : aktif (-), hipertrofi (-)
- Pembesaran tiroid : (-)
Thoraks
Inspeksi :
- Bentuk dan ukuran dada normal simetris, barrel chest (-).
- Pergerakan dinding dada simetris
- Permukaan dinding dada: scar (-), massa (-), spider naevi (-),
ictus cordis tidak tampak.
- Penggunaan otot bantu napas: otot sternokledomastoideus tidak
aktif, hipertrofi otot stenokleidomastoideus (-), otot bantu
abdomen tidak aktif, hipertrofi otot bantu abdomen (-).
- Tulang iga & sela iga: pelebaran ICS (-), penyempitan ICS (-).
- Fossa supraklavikula dan infraklavikula cembung simetris,
fossa jugularis: deviasi trakea (-).
- Tipe pernapasan torakoabdominal dengan frekuensi napas
20x/menit.
-
Palpasi :
- Posisi mediastinum: deviasi trakea (-), ictus cordis teraba di
ICS V linea midclavicularis sinistra, thrill (-)
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-), suhu normal.
- Pergerakan dinding dada simetris
Perkusi :
5
- Densitas
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
- Rhonki basah:
- -
- -
- -
- Wheezing :
- -
- -
- -
Abdomen
Inspeksi :
1. Distensi (-)
2. Umbilikus masuk merata
3. Permukaan kulit: ikterik (-),bercak luka yang mengering (-),
scar (-), massa(-), vena kolateral (-), caput medusa (-).
Auskultasi :
1. Bising usus (+) normal
2. Metalic sound (-)
3. Bising aorta (-)
Perkusi :
1. Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
2. Nyeri ketok (-)
6
3. Shifting dullness (-)
Palpasi :
1. Nyeri tekan (-)
2. Massa (-)
3. Hepatomegali (-)
4. Splenomegali (-)
5. Defans muscular (-)
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Akral hangat : +/+
Pucat : -/-
Deformitas : -/-
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Petekie : -/-
Bercak luka : -/-
Clubbing finger : -/-
CRT : < 2 detik
Ekstremitas Bawah
Akral hangat : +/+
Pucat : -/-
Deformitas : -/-
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Petekie : -/-
Luka : -/-
Clubbing finger : -/-
CRT : < 2 detik
7
Kernig : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-)
Brudzinski IV : (-)
8
*Reflex Masseter + +
*Sensibilitas +
N. V3
*Sensibilitas + +
+
+
N VII (Fasialis)
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Dbn Dbn
Fisura palpebral Dbn Dbn
Menggerakkan dahi Dbn Dbn
Menutup mata Dbn Dbn
Bersiul Dbn Dbn
Memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Sensasi lidah 2/3 depan Tde Tde
Hiperakusis Tde Tde
N VIII (Vestibularis)
Pendengaran Kesan normal Kesan normal
Rinne test Tde Tde
Weber test Tde Tde
Swabach test Tde Tde
N IX (Glossofaringeus), N X (Vagus)
Posisi arkus faring Dbn
Uvula Tengah
Refleks menelan/ muntah Dbn
Artikulasi Dbn
Suara Dbn
Pengecapan 1/3 posterior Tde Tde
N XI (Asesorius)
Menoleh ke kanan Dbn
Menoleh ke kiri Dbn
Mengangkat bahu kanan Dbn
Mengangkat bahu kiri Dbn
N XII (Hipoglosus)
Deviasi Lidah -
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
9
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
7. Sistem Refleks
a. Refleks fisiologis
Biceps : +2/+2
Triceps : +2/+3
Patella : +2/+2
Achilles : +2/+2
b. Refleks Patologis
Hoffman : -/-
Trommer : -/-
Babinsky : -/-
Chadock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-
8. Serebelum
Gangguan Koordinasi
o Tes telunjuk hidung : dismetria (-)
o Tes pronasi-supinasi : disdiadokokinesis (-)
o Tes tumit : dismetria (-)
Gangguan keseimbangan
o Tes Romberg : tidak dievaluasi
9. Kolumna vertebralis
Inspeksi : normal, massa (-), jejas (-)
Pergerakan : normal
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : nyeri ketok (-)
10
10. Fungsi otonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
2.4 Assesment
Diagnosis Neurologis:
Diagnosis klinis : Kejang seluruh tubuh, tidak sadarkan diri setelah
kejang
Diagnosis topis : Korteks serebri
Diagnosis etiologis : Status epileptikus
Diagnosis sekunder : -
2.5 Planning
Diagnostik
Lab : DL, fungsi ginjal, fungsi hati, Elektrolit, GDS
EEG
Terapi
a. Nonmedikamentosa
Istirahat yang cukup
b. Medikamentosa
Monitoring
Keluhan
Tanda vital
Status neurologis
11
12
Hasil : Sesuai dengan gambaran gelombang-gelombang epilepsi
13
2.6 Resume
Pasien laki-laki, 42 tahun, datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan keluhan
kejang. Kejang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dengan serangan
dalam 1 minggu minimal 2 kali bahkan penah lebih dari 2 kali. Ketika kejang
tubuh pasien terlihat kaku dengan mata mendelik kearah atas serta adanya
busa yang keluar dari mulut pasien. Durasi setiap kejang yaitu rata-rata 5
menit. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Pasien memiliki riwayat
kejang pada saat masih TK dan menghilang semenjak pasien masuk SD.
Riwayat keluhan serupa terdapat pada paman pasien. Pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/68 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi
napas 19x/menit, suhu 36,8ºC. Pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan
adanya gangguan. Pemeriksaan EEG menunjukkan hasil sesuai dengan
gambaran gelombang-gelombang epilepsy.
2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
Pada pemeriksaan EEG didapatkan hasil yaitu terdapat gambaran sesuai
dengan gelombang-gelombang epilepsy. Hal ini dapat mendukung untuk
menegakkan diagnose pasien menjadi status epileptikus.
16
BAB IV
PENUTUP
17
DAFTAR PUSTAKA
18