Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Status Epileptikus

OLEH :
Muhammad Rezza Vahlephy
H1A 014 046

PEMBIMBING :
dr. Ilsa Hunaifi, Sp. S

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

Kegawatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada dalam


keadaan kritis dan apabila tidak dilakukan suatu usaha atau tindakan akan
menyebabkan kematian. Salah satu kegawat daruratan di bidang neurologi adalah
status epileptikus. Walaupun di Indonesia belum merupakan problem kesehatan
masyarakat yang besar.1.2

Status epileptikus didefinisikan sebagai bangkitan yang berkelanjutan atau


seizure yang multipel tanpa adanya fase kembali sadar, dapat diamati adanya
gejala sensoris, motoris dan atau disfungsi kognitif minimal 30 menit. Walaupun
begitu, seizure pada umumnya berlangsung hanya beberapa menit. Oleh karena
itu, pada serangan seizure yang berlangsung selama 20 menit, 10 menit atau
bahkan hanya 5 menit dan bertahan dalam kondisi tidak sadar, maka secara
fungsional dikategorikan sebagai status epileptikus.3

Terdapat 2 tipe utama dari status epileptikus yaitu general status


epileptikus dan partial status epileptikus. General status epileptikus meliputi
general convulsive status epileptikus, dapat berupa tonik klonik status epileptikus
(grand mal status epileptikus), tonik status epileptikus, klonik status epileptikus
atau myoclonic status epileptikus dan nonconvulsive status epileptikus.
Sedangkan partial status epileptikus meliputi simple partial status epileptikus,
dapat berupa gejala motorik, sensorik atau afasia dan complex partial status
epileptikus.3

Oleh karena itu, gejala ini harus dapat dikenali dan ditanggulangi secepat
mungkin. Rata-rata 15% penderita meninggal, walaupun pengobatan dilakukan
secara tepat. Lebih kurang 60-80% penderita yang bebas dari kejang setelah lebih
dari 1 jam akan menderita cacat neurologis atau berlanjut menjadi penderita
epilepsi.4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. B
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Batu Yang, Praya, Lombok Tengah
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor RM : 046315
Tanggal Periksa : 13 Oktober 2019

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan utama
Kejang
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan keluhan kejang.
Kejang dikatakan sudah terjadi sejak 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan
dalam satu minggu minimal terjadi 2 kali serangan kejang dan pernah
lebih dari 2 kali dalam 1 minggu. Durasi setiap kali terjadi serangan
dikatakan rata-rata 5 menit. Pasien mengatakan sebelum terjadinya kejang
pasien biasanya merasakan pada tangan kanannya terasa seperti
kesemutan. Pada saat kejang seluruh tubuh pasien menjadi kaku, mata
mendelik kearah atas dan disertai dengan adanya busa yang keluar dari
mulut pasien. Setelah terjadi kejang pasien menjadi tidak sadarkan diri.
Keluarga pasien mengatakan biasanya setelah 10 menit kemudian pasien
baru akan sadar penuh, namun pasien terlihat lemas. Ketika terjadi
serangan kejang pasien sampai menggigit bibir bagian bawahnya. Kejang

2
terakhir yang terjadi pada pasien yaitu sekitar 2 hari yang lalu. Setiap kali
kejang tidak pernah diawali dengan adanya demam yang tinggi.
Selain keluhan kejang, pasien juga mengatakan kepalanya sering
terasa sakit sampai menyebabkan pasien merasa pusing. Namun, keluhan
ini dirasakan oleh pasien hilang timbul. Keluhan lain seperti mual-muntah,
batuk, pilek disangkal.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan kejang pada saat masih
duduk di bangku TK. Namun, keluhan tersebut dikatakan hialng secara
penuh pada saat pasien masuk SD. Keluhan lain seperti DM, hipertensi,
keganasan, asma disangkal oleh pasien

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa terdapat pada paman pasien. Riwayat hipertensi
(-), riwayat DM (-), riwayat keluhan serupa (-), keganasan (-).

2.2.5 Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Riwayat rokok, alcohol dan NAPZA di
sangkal oleh pasien

2.2.6 Riwayat Pengobatan


Selama mengalami keluhan kejang, pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan. Ketika pasien mengalami keluhan kejang ketika TK pasien
juga tidak ada mengkonsumsi obat.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran (GCS) : E4V5M6
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/68 mmHg
 Frekuensi napas : 19x/menit
 Nadi : 88x/menit

3
 Suhu : 36.7ºC

2.3.2 Status Lokalis


Kepala :
- Ekspresi wajah : normal
- Bentuk dan ukuran : bulat dan normal
- Rambut : sebaran rambut rata, kebotakan (-)
- Edema wajah (-)
Mata :
- Bentuk : normal, simetris
- Alis : normal
- Bola mata: exophtalmus (-/-), anophtalmus (-/-), nystagmus (-/-),
strabismus (-/-)
- Palpebra: hematoma (-/-), ptosis (-/-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
- Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-)
- Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
- Kornea : normal
- Lensa: keruh (-/-)
Telinga :
- Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan
- Liang telinga (MAE) : normal, sekret (-/-), serumen (-/-)
- Nyeri tekantragus : (-/-)
Hidung :
- Bentuk: simetris, deviasi septum (-)
- Napas cuping hidung (-)
- Perdarahan (-/-), sekret (-/-)
Mulut :
- Bentuk : simetris
- Bibir : sianosis (-), edema (-), stomatitis angularis (-), pursed lips
breathing (-)

4
- Gusi : hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), benjolan (-)
- Gigi : karang gigi (-), caries (-)
- Mukosa :pucat (-), lesi (-), kotor (-)
- Lidah : glositis (-), atropi (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-), pseudomembran (-)
- Faring : hiperemia (-)
Leher :
- Pembesaran KGB: (-)
- Trakea : posisi di tengah
- JVP : 5 + 2 (normal)
- Otot SCM : aktif (-), hipertrofi (-)
- Pembesaran tiroid : (-)
Thoraks
 Inspeksi :
- Bentuk dan ukuran dada normal simetris, barrel chest (-).
- Pergerakan dinding dada simetris
- Permukaan dinding dada: scar (-), massa (-), spider naevi (-),
ictus cordis tidak tampak.
- Penggunaan otot bantu napas: otot sternokledomastoideus tidak
aktif, hipertrofi otot stenokleidomastoideus (-), otot bantu
abdomen tidak aktif, hipertrofi otot bantu abdomen (-).
- Tulang iga & sela iga: pelebaran ICS (-), penyempitan ICS (-).
- Fossa supraklavikula dan infraklavikula cembung simetris,
fossa jugularis: deviasi trakea (-).
- Tipe pernapasan torakoabdominal dengan frekuensi napas
20x/menit.
-
 Palpasi :
- Posisi mediastinum: deviasi trakea (-), ictus cordis teraba di
ICS V linea midclavicularis sinistra, thrill (-)
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-), suhu normal.
- Pergerakan dinding dada simetris

 Perkusi :

5
- Densitas
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

- Batas paru-jantung: normal


- Batas paru-hepar : normal
 Auskultasi :
- Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
- Pulmo :
- Suara napas:
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler

- Rhonki basah:
- -
- -
- -

- Wheezing :
- -
- -
- -

Abdomen
 Inspeksi :
1. Distensi (-)
2. Umbilikus masuk merata
3. Permukaan kulit: ikterik (-),bercak luka yang mengering (-),
scar (-), massa(-), vena kolateral (-), caput medusa (-).
 Auskultasi :
1. Bising usus (+) normal
2. Metalic sound (-)
3. Bising aorta (-)
 Perkusi :
1. Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
2. Nyeri ketok (-)

6
3. Shifting dullness (-)
 Palpasi :
1. Nyeri tekan (-)
2. Massa (-)
3. Hepatomegali (-)
4. Splenomegali (-)
5. Defans muscular (-)

Ekstremitas
Ekstremitas Atas
 Akral hangat : +/+
 Pucat : -/-
 Deformitas : -/-
 Edema : -/-
 Sianosis : -/-
 Petekie : -/-
 Bercak luka : -/-
 Clubbing finger : -/-
 CRT : < 2 detik
Ekstremitas Bawah
 Akral hangat : +/+
 Pucat : -/-
 Deformitas : -/-
 Edema : -/-
 Sianosis : -/-
 Petekie : -/-
 Luka : -/-
 Clubbing finger : -/-
 CRT : < 2 detik

2.3.3 Pemeriksaan Neurologis


1. GCS : E4V5M6
2. Fungsi Luhur
 Reaksi emosi : Normal
 Intelegensia : Normal
 Fungsi bicara : Normal
 Fungsi psikomotor : Normoaktif
 Fungsi psikosensorik : Normal
3. Tanda rangsang meningeal
 Kaku kuduk : (-)

7
 Kernig : (-)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinski II : (-)
 Brudzinski III : (-)
 Brudzinski IV : (-)

4. Pemeriksaan Nervus Kranialis


Nervus kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Dbn Dbn
Objektif (dg bahan) Dbn Dbn
N II (Optikus)
Tajam penglihatan >2/60 >2/60
Lapangan pandang sama dengan pemeriksa sama dengan pemeriksa
Melihat warna Tde Tde
Funduskopi Tde Tde
N III (Okulomotorius),IV (Trochlearis), dan VI(Abducens)
Celah kelopak mata
Ptosis - -
Exophthalmus - -
Posisi bola mata Orthotropia
Pupil 3mm/3mm, isokor
Bentuk Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak + +
langsung
Gerakan bola mata
Paresis - -
Nistagmus - -
N V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Dbn Dbn
Menggerakkan rahang
Menggigit Dbn Dbn
Mengunyah
Dbn Dbn
Dbn Dbn
-Sensorik
N. V1
*Reflex kornea +
*Sensibilitas + +
N. V2

8
*Reflex Masseter + +
*Sensibilitas +
N. V3
*Sensibilitas + +
+

+
N VII (Fasialis)
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Dbn Dbn
Fisura palpebral Dbn Dbn
Menggerakkan dahi Dbn Dbn
Menutup mata Dbn Dbn
Bersiul Dbn Dbn
Memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Sensasi lidah 2/3 depan Tde Tde
Hiperakusis Tde Tde
N VIII (Vestibularis)
Pendengaran Kesan normal Kesan normal
Rinne test Tde Tde
Weber test Tde Tde
Swabach test Tde Tde
N IX (Glossofaringeus), N X (Vagus)
Posisi arkus faring Dbn
Uvula Tengah
Refleks menelan/ muntah Dbn
Artikulasi Dbn
Suara Dbn
Pengecapan 1/3 posterior Tde Tde
N XI (Asesorius)
Menoleh ke kanan Dbn
Menoleh ke kiri Dbn
Mengangkat bahu kanan Dbn
Mengangkat bahu kiri Dbn
N XII (Hipoglosus)
Deviasi Lidah -
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -

5. Pemeriksaan Fungsi Motorik


Motorik Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra

9
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

6. Pemeriksaan Fungsi Sensorik


 Eksteroseptif Nyeri : normal
Suhu : tde
Raba halus : normal
 Propioseptif Rasa sikap : normal
Nyeri dalam : normal
 Fungsi kortikal Diskriminasi : normal
Stereognosis : normal

7. Sistem Refleks
a. Refleks fisiologis
 Biceps : +2/+2
 Triceps : +2/+3
 Patella : +2/+2
 Achilles : +2/+2
b. Refleks Patologis
 Hoffman : -/-
 Trommer : -/-
 Babinsky : -/-
 Chadock : -/-
 Gordon : -/-
 Schaefer : -/-
 Oppenheim : -/-
8. Serebelum
 Gangguan Koordinasi
o Tes telunjuk hidung : dismetria (-)
o Tes pronasi-supinasi : disdiadokokinesis (-)
o Tes tumit : dismetria (-)
 Gangguan keseimbangan
o Tes Romberg : tidak dievaluasi
9. Kolumna vertebralis
 Inspeksi : normal, massa (-), jejas (-)
 Pergerakan : normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
 Perkusi : nyeri ketok (-)

10
10. Fungsi otonom
 Miksi : baik
 Defekasi : baik
 Sekresi keringat : baik

2.4 Assesment
Diagnosis Neurologis:
 Diagnosis klinis : Kejang seluruh tubuh, tidak sadarkan diri setelah
kejang
 Diagnosis topis : Korteks serebri
 Diagnosis etiologis : Status epileptikus
 Diagnosis sekunder : -
2.5 Planning
Diagnostik
 Lab : DL, fungsi ginjal, fungsi hati, Elektrolit, GDS
 EEG
Terapi
a. Nonmedikamentosa
 Istirahat yang cukup
b. Medikamentosa

Monitoring
 Keluhan
 Tanda vital
 Status neurologis

2.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan EEG : 12/08/2019

11
12
Hasil : Sesuai dengan gambaran gelombang-gelombang epilepsi

13
2.6 Resume
Pasien laki-laki, 42 tahun, datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan keluhan
kejang. Kejang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dengan serangan
dalam 1 minggu minimal 2 kali bahkan penah lebih dari 2 kali. Ketika kejang
tubuh pasien terlihat kaku dengan mata mendelik kearah atas serta adanya
busa yang keluar dari mulut pasien. Durasi setiap kejang yaitu rata-rata 5
menit. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Pasien memiliki riwayat
kejang pada saat masih TK dan menghilang semenjak pasien masuk SD.
Riwayat keluhan serupa terdapat pada paman pasien. Pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/68 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi
napas 19x/menit, suhu 36,8ºC. Pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan
adanya gangguan. Pemeriksaan EEG menunjukkan hasil sesuai dengan
gambaran gelombang-gelombang epilepsy.

2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

14
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki, 42 tahun, datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan


keluhan kejang. Kejang dirasakan sejak 3 bulan terkahir, dimana dalam 1 minggu
minimal terjadi 2 kali serangan bahkan pernah lebih. Durasi dari setiap kali
terjadinya serangan kejang yaitu sekitar 5 menit dan pasien tidak sadarkan diri
setelah terjadinya kejang. Saat kejang, seluruh tubuh pasien menjadi kaku, mata
mendelik ke atas, mulut berbusa. Keluhan kejang pernah dialami oleh pasien
sebelumnya ketika masih TK dan menghilang ketika masuk SD. Sebelumnya
pernah merasa nyeri kepala sampai merasa pusing, namun keluhan tersebut
dirasakan hilang timbul. Riwayat keluarga dengan keluhan serupa terdapat pada
paman pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
E4V5M6, tekanan darah 110/68 mmHg, nadi 88x/menit, frekuensi napas
19x/menit dan suhu 36,8ºC.
Pada pasien ini ditemukan adanya keluhan kejang sejak 3 bulan yang lalu
dimana pada setiap kali serangan kejang terjadi dengan durasi 5 menit dan setelah
kejang tidak terdapat kesadaran. Hal ini masuk dalam kriteria status epileptikus.5
Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi
penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang berlebihan
dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif. Neurotransmiter
eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin, sedangkan
neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA).5
Jenis status epileptikus pada pasien ini termasuk dalam status epileptikus
konvulsif, karena terdapat bangkitan berulang lebih dari 2 kali dan tanpa pulihnya
kesadaran diantara bangkitan.6 Saat kejang seluruh tubuh pasien menjadi kaku,
mata mendelik ke atas, dan mulut berbusa. Jenis kejang yang dialami oleh pasien
termasuk dalam kejang tonik. Jenis kejang tonik masuk dalam kategori focal
motor seizure.6

15
Pada pemeriksaan EEG didapatkan hasil yaitu terdapat gambaran sesuai
dengan gelombang-gelombang epilepsy. Hal ini dapat mendukung untuk
menegakkan diagnose pasien menjadi status epileptikus.

16
BAB IV
PENUTUP

Pasien laki-laki, 42 tahun, datang ke Poliklinik RSUP NTB dengan


keluhan kejang. Kejang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dimana dalam 1
minggu minimal terjadi 2 kali serangan bahkan pernah lebih, durasi tiap kejang
sekitar 5 menit, dan setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Saat kejang, seluruh
tubuh menjadi kaku, mata mendelik ke atas dan mulut berbusa. Keluhan kejang
sebelumnya pernah terjadi ketika pasien masih TK dan menghilang ketika pasien
masuk SD. Keluhan nyeri kepala sempat dirasakan pasien akhir-akhir ini namun
hilang timbul. Keluhan mual muntah dan demam disangkal. Riwayat keluhan
serupa terdapat pada keluarga yaitu paman pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 110/68 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas
19x/menit, suhu 36.8ºC. Pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya
gangguan. Pemeriksaan EEG didapatkan hasil berupa adanya ditemukan
gambaran sesuai dengan gelombang-gelombang epilepsy.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Manno, Edward M. New Management Strategies in the Treatment of Status


Epilepticus. 2003.
2. Hageman G, Zinke J, Von Oersen TJ. Status Epileptikus. The Open Critical
Care Medicine Journal. 2011; 4: 15-23.
3. Ziai, Wendy C. Kaplan, Peter W. Seizures and Status Epilepticus in the
Intensive Care Unit. New York. 2008.
4. Shorvon, Simon. The Classification of Nonconvulsive Status Epilepticus.
Nonconvulsive Status Epilepticus chapter 3. 2009.
5. Harsono, et al. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
6. Fisher et al. Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of
seizure types. Epilepsia 2017. doi : 10.1111/epi.13671

18

Anda mungkin juga menyukai