Oleh :
Pembimbing :
dr. Dinie Ramdhani K, Sp.KK, M.Kes
2019
PENDAHULUAN
I. Identitas Pasien
Nama : By. EAP
Umur : 11 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Paseng Taman Ayu
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Rekam Medik : 02 91 68
Tanggal MRS : 1 Mei 2019
Tanggal pemeriksaan : 6 Mei 2019
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Kulit melepuh
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan dan alergi obat-obatan disangkal oleh ibu pasien
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diperoleh dari
dokter berupa obat puyer dan Amoxicilin sirup
Status Generalis
Kepala dan leher : Normocefali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks pupil (+/+), pupil isokor, bibir edema (-), pembesaran KGB
regional leher (-).
Thoraks : Gerakan dinding dada simetris, iktus kordis (+), deviasi trakea
(-), perkusi sonor (+/+), auskultasi vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, timpani (+), nyeri tekan (-),
organomegali (-), turgor kulit normal.
Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema ekstremitas bawah (-/-), edema
ekstremitas atas (-/-)
Status Dermatologis
(Hari Ke-2 perawatan bersama
bagian kulit dan kelamin (2-5-2019)
Keterangan :
Lokasi: Tersebar diseluruh tubuh dan wajah
UKK : Tampak makula eritem multiple, berbatas tegas, berbentuk bulat – tidak
beraturan, berukuran nummular-plakat, distribusi generalisata dengan erosi dan
krusta kehitaman
VII. Prognosis
1. Qua ad Vitam : ad bonam
2. Qua ad Sanationam : ad bonam
3. Qua ad Kosmetikam : ad bonam
VIII. Follow Up
- 2 Mei 2019
S/ Demam (-), batuk (-), muntah (-), mencret (-)
O/ Ku : sedang, HR : 138x/menit, RR : 38x/menit, T : 36.9 C, SpO2 : 99%
A/ Steven Johnson Syndrome
P/
- Bagian Kulit :
Hidrokortison cream + Natrium Fusidat 2x sehari dioleskan
pada lesi
Tatalaksana lain lanjut
- Bagian Anak :
IVFD D5 ½ NS 1.350cc/hari
Ceftriaxone 400mg/12 jam
Paracetamol k/p
Dexamethason 3mg/6 jam
Diet anak 900 kalori (nasi 3x/hari)
Lain-lain sesuai TS Kulit dan TS Mata
- Bagian Mata :
C. Xytrol e. oint 3x sehari pada mata kanan dan kiri (kulit
kelopak mata)
C. Lyteers ed 1 tetes/jam pada mata kanan dan kiri
- 3 Mei 2019
S/ Demam (-), lesi baru (-)
O/ Ku : sedang, HR : 142x/menit, RR : 40x/menit, T : 36.7 C, SpO2 : 99%
A/ Steven Johnson Syndrome
P/
- Bagian Kulit :
Terapi lanjut
- Bagian Anak :
Terapi lanjut
- Bagian Mata :
Terpi lanjut hingga 4 minggu
Aff raber, konsul ulang bila terdapat keluhan
- 4 Mei 2019
S/ Demam (-), lesi baru (-), kulit mengelupas
O/ Ku : sedang, HR : 140x/menit, RR : 39x/menit, T : 36.8 C, SpO2 : 99%
A/ Steven Johnson Syndrome
P/
- Bagian Kulit :
Terapi lanjut
- Bagian Anak :
Terapi lanjut
- 5 Mei 2019
S/ Demam (-), lesi baru (-), kulit mengelupas
O/ Ku : sedang, HR : 138x/menit, RR : 40x/menit, T : 36.6 C, SpO2 : 99%
A/ Steven Johnson Syndrome
P/
- Bagian Kulit :
Terapi lanjut
- Bagian Anak :
Terapi lanjut
- 6 Mei 2019
S/ Demam (-), lesi baru (-), kulit mengelupas
O/ Ku : sedang, HR : 142x/menit, RR : 40x/menit, T : 36.6 C, SpO2 : 99%
A/ Steven Johnson Syndrome
P/
- Bagian Kulit :
Terapi lanjut
BPL
- Bagian Anak :
Terapi lanjut
BPL
PEMBAHASAN
Perlu dicatat bahwa antibiotik adalah penyebab utama SJS pada anak-
anak, sedangkan allopurinol, nevirapine, dan piroxicam adalah penyebab yang
tidak umum. Namun, infeksi dapat juga memainkan peran utama dalam memicu
SJS pada anak-anak. Mycoplasma pneumonia terlibat sebagai faktor etiologis
pada SJS. Keterlibatan paru adalah hal terkait yang umum pada pneumonia
mikoplasma yang dipicu SJS atau TEN. Pemicu lain termasuk virus herpes
simpleks, streptokokus, cytomegalovirus, vaksinasi virus hidup, dan vaksinasi
DPT.(7)
Tatalaksana untuk pasien dengan SJS yaitu meliputi penghentian obat-
obatan yang memicu terjadinya SJS. Diagnosis dini penyakit, pengenalan agen
penyebab dan penghentian penggunaan obat secara segera adalah tindakan yang
paling penting, karena perjalanan penyakit SJS sering cepat dan fatal. Pasien
sebaiknya dirawat di unit luka bakar. Perawatan pertama harus mencakup
langkah-langkah suportif dan simtomatik seperti kontrol suhu tubuh, hidrasi dan
kontrol elektrolit, perhatian khusus pada jalan nafas, mencegah infeksi sekunder,
kontrol nyeri, nutrisi oral awal atau nutrisi parenteral jika diperlukan, dan
antikoagulan. Lesi kulit dirawat sesuai dengan protokol untuk pasien dengan luka
bakar besar. Antiseptik topikal dapat digunakan, atau hanya sabun dan air. Terapi
antibiotik profilaksis tidak dianjurkan karena dapat memicu resistensi dan karena
obat ini dapat menjadi agen penyebab SJS. Oleh karena itu, pemberian hanya pada
kasus infeksi yang sudah terbukti, atau ketika tiba-tiba terjadi penurunan /
kenaikan suhu, kondisi umum yang buruk, atau kultur kulit positif.(8)
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa steroid tidak mempersingkat
durasi penyakit dan juga dapat meningkatkan risiko infeksi dan memperburuk
penyembuhan. Banyak penulis tidak merekomendasikan penggunaan rutin steroid
sistemik dalam pengobatan SJS tetapi beberapa pusat menganjurkan penggunaan
pada 48 jam pertama. Studi telah menunjukkan manfaat dari plasmapheresis untuk
pengobatan SJS, namun ada laporan yang menunjukkan bahwa penggunaannya
tidak secara signifikan mempengaruhi mortalitas dan lama rawat inap di rumah
sakit. Siklosporin adalah obat imunosupresif dengan aktivitas anti-apoptosis dan
telah dianggap sebagai obat yang berpotensi bermanfaat untuk pengobatan.(8)
DAFTAR PUSTAKA
3. Yang M, Lee JY, Kim J, Kim G, Kim B, Kim J, et al. Incidence of Stevens-
Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis : A Nationwide
Population-Based Study Using National Health Insurance Database in
Korea. 2016;1–12.