Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

INTOKSIKASI ALKOHOL
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Internsip

di Rumah Sakit Umum Petrokimia A. Yani Gresik

oleh:

dr. Avi Syifa

Pembimbing kasus:

dr. Rusdiyana Ekawati, Sp.PD

ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM PETROKIMIA A. YANI

GRESIK

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Portofolio berjudul Intoksikasi Alkohol disusun oleh Avi Syifa, telah dipresentasikan pada

tanggal Januari 2020 di hadapan dokter pembimbing kasus dan dokter pendamping

internsip.

Gresik, 23 Januari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Kasus

dr. Rusdiyana Ekawati Sp.PD

Pendamping Internsip

dr. Eko Priyanto dr. Cita Budiarti

2
Portofolio Kasus

Topik : Intoksikasi Alkohol


Tanggal (kasus) : 08 September Presenter : dr. Avi Syifa
2019
Tanggal presentasi : Januari Pendamping : dr. Eko Priyanto, dr. Cita Budiarti
2020
Tempat presentasi : Ruang RS Petrokimia Gresik
Objektif presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Neonatus
Deskripsi : Pasien laki-laki, usia 29 tahun, datang ke IGD diantar oleh keluarganya dengan
keluhan utama sesak dan pandangan kabur.

Tujuan : Menentukan diagnosis dan tatalaksana Intoksikasi Alkohol


Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
membahas
Data pasien : Nama : Tn. A Nomor Registrasi : 494XXX
Nama klinik : RS Petrokimia Telp : - Terdaftar sejak : -
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis : Intoksikasi Alkohol
Keluhan utama : Sesak
Keluhan tambahan : Pandangan kabur
Riwayat penyakit sekarang (autoanamnesa):
Pasien datang dibawa oleh keluarganya dengan keluhan utama sesak disertai pandangan
kabur sejak pagi sebelum masuk rumah sakit. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
sehabis minum arak +/- 2 botol pada hari Jumat setelah jumatan yang sebelumnya hanya
memakan pisang dan merokok 1 bungkus (isi 12 batang) bersama teman-temannya. Hari
Sabtu (1 hari sejak minum-minum) pasien tidak mengeluh maupun menunjukkan gejala
apapun. Hari Minggu pagi sekitar pukul 10.00 pagi pasien mengeluh mulai merasa sesak
dan kemudian dibawa ke RS Aisyah, keluarga pasien sudah mengatakan ke pihak RS
bahwa pasien meminum arak namun disana hanya diberi oksigen serta obat lambung dan
dikatakan bahwa keadaan pasien tidak apa-apa sehingga dipulangkan.
Keadaan pasien setelah pulang semakin memburuk, sesak napas terasa semakin memberat
disertai pandangannya menjadi kabur, pusing, dan perutnya terasa panas seperti terbakar.

3
Kemudian pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RS Petro dalam keadaan sudah
penurunan kesadaran dimana pasien sudah tidak ingat kejadian saat itu. Kemudian pasien
dilakukan tindakan di IGD dan dilakukan HD Cito.

2. Riwayat pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
- Diabetes mellitus (-)
- Hipertensi (-)
4. Riwayat keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan:
- Pasien bekerja sebagai seorang buruh pabrik
Pemeriksaan Fisik (08 September 2019)
Vital Sign :
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 142x/min, regular
Frekuensi Napas : 32x/min, napas kusmaul
Suhu : 36.8 OC
KU/KS : Delirium / Tampak Gelisah
GCS : 3 2 3
Kepala : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam merata, tidak mudah
dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), injeksi konjungtiva (-), injeksi
silier (-), sekret (-), pupil isokor midriasis kanan dan kiri, diameter 4 mm,
bulat, reflex cahaya (+/+)

THT : Telinga : membrane timpani normal, kanalis akustikus normal


Tenggorok : normal
Hidung : napas cuping hidung (+)
Mulut: sianosis (+)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax:
Cor : BJ SI-SII normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
Abdomen: Supel, bising usus positif normal
Ekstremitas : Akral dingin, CRT > 2 s, pitting edema (-)

4
Neurologis:
Kaku kuduk: negatif
Kernig: negatif
Lasegue: negative
Brudzinski I, II : negative

Pemeriksaan Motorik:
5 5
5 5

Pemeriksaan Sensorik: N N

N N

Pemeriksaan Reflek fisiologis


Reflex Bisep + 2| +2
Reflex Trisep + 2| +2
Reflex Patella + 2| +2
Reflex Achilles + 2| +2

Pemeriksaan Reflek Patologis


Babinski-|- Chaddocck -|-
Hoffman -|-
Trommer -|-

Pemeriksaan Penunjang (8 September 2019):


Hemoglobin: 19.7 g/dl (H)
Hematokrit: 60.4 % (H)
Leukosit: 20.21 ribu/mm3 (H)
Trombosit: 331 ribu/mm3
Eritrosit: 6.32 juta/uL (H)
Eosinofil: 0,1 % (L)
Neutrofil: 83.1 % (H)
Limfosit: 10.8 % (L)
GDS : 178 mg/dL
SGOT : 38 U/L
SGPT : 30 U/L
Ureum : 13 mg/dL
Creatinin : 0.74 mg/dL
Natrium: 137 mmol/l
Kalium: 5.0 mmol/l (H)
Chlorida: 98 mmol/l

5
Daftar Pustaka :
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I, 1999,
hal : 434 – 437.

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta: American
Psyciatric Association, Washington 1994.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.

Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine,


2011. Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview.
Accessed: 4th May 2011.

MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 – 1514.

Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV.
2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Page 214-16.

Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill,


2004. Page: 369-71.

Hasil Pembelajaran :
1. Intoksikasi Alkohol
2. Tatalaksana Intoksikasi Alkohol

6
FOLLOW UP PASIEN SELAMA MRS DI RAWAT INAP:

Tgl Pemeriksaan Plan (P)

08- Subjektif: - O2 NRM 10 lpm


09- Pasien datang dibawa oleh keluarganya dengan keluhan - Infus PZ 100 cc
2019 utama sesak disertai pandangan kabur sejak pagi sebelum drip Natrium
masuk rumah sakit. Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien sehabis minum arak +/- 2 botol pada hari Jumat bicarbonat 2 fl
setelah jumatan yang sebelumnya hanya memakan pisang - Inj. Furosemide
dan merokok 1 bungkus (isi 12 batang) bersama teman-
Hari temannya. Hari Sabtu (1 hari sejak minum-minum) pasien 1 amp
ke-I tidak mengeluh maupun menunjukkan gejala apapun. Hari
Minggu pagi sekitar pukul 10.00 pagi pasien mengeluh mulai
Co dr. Eka,
merasa sesak dan kemudian dibawa ke RS Aisyah, keluarga
pasien sudah mengatakan ke pihak RS bahwa pasien Sp.PD via telp:
meminum arak namun disana hanya diberi oksigen serta obat - CITO HD
lambung dan dikatakan bahwa keadaan pasien tidak apa-apa
sehingga dipulangkan. - Drip Na
Keadaan pasien setelah pulang semakin memburuk, sesak Bicarbonat 100
napas terasa semakin memberat disertai pandangannya meq//24 jam
menjadi kabur, pusing, dan perutnya terasa panas seperti
terbakar. Kemudian pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD - Bolus Na
RS Petro dalam keadaan sudah penurunan kesadaran dimana Bicarbonat 25
pasien sudah tidak ingat kejadian saat itu. Kemudian pasien
meq IV pelan
dilakukan tindakan di IGD dan dilakukan HD Cito.
diencerkan
Objektif:
- Inj, Ceftriaxone
KU= gelisah, delirium; GCS: 446
2x1 gr IV
TD = 180/90 mmHg RR = 32 x/mnt
- IV Ca Gluconas
T = 36,4o C N = 102 x/mnt
3x1
- Kepala
- Drip Neurobion
Mata : Konjungtiva pucat (-)
5000 1x1
- Thoraks :
- Post HD
Simetris (+) evaluasi kondisi
Suara Paru : Vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-  jika baik
Suara Jantung : S1 S2 reguler, bising (-) masuk ruangan

- Abdomen : biasa, jika

Supel (+), Peristaltik (+), nyeri tekan (+)

7
- Ekstremitas: masih sesak
masuk ICU
Akral Hangat (+), udem (-), nadi dorsalis pedis kuat
- KIE prognosis
Assessmen:
buruk
Obs. Dyspneu susp. Intoksikasi alkohol
- Lab post HD

09- Subjektif: - O2 4 lpm


09- Pasien sudah sadar, mengatakan sesak sudah berkurang, Konsul dr. Eka,
2019 Sp.PD via telp
penglihatan sudah membaik, mual muntah (-), nyeri perut
05.30 (melaporkan
(+).
kondisi pasien

Hari Objektif: post HD:

ke-II KU= lemah, CM; GCS 456 - MRS ruangan


TD = 140/80 mmHg RR = 20 x/mnt biasa

T = 36,3o C N = 90 x/mnt - Drip Na


Bicarbonat
- Kepala
STOP
Mata : Konjungtiva pucat (-), SI -/-
- IV Ca
- Thoraks :
glukonase
Simetris (+)
STOP
Suara Paru : Vesikuler +/+, ronkhi -/+, wheezing -/-
- Inj. Ceftriaxone
Suara Jantung : S1 S2 reguler, bising (-)
2x1 gr
- Abdomen : - IV Omeprazole
Supel (+), Peristaltik (+), nyeri tekan (+) 1x40 mg
- Ekstremitas:
Akral Hangat (+), udem (-), nadi dorsalis pedis kuat PO:
- Sucralfat Syr 3x
Assessmen:
C II
Intoksikasi Alkohol
- Na Bicarbonat
3x1 tab
- Drip
Neurosanbe
5000 2x1

8
10- Subjektif: - Infus NaCl
09- Pasien mengatakan tidak ada keluhan, mual muntah (-), 0,9% 20 tpm
2019
nyeri perut (+) berkurang. Makan minum baik. BAB BAK - Inj. Ceftriaxone
1gr/12 jam
dbn.
- Inj. Omeprazole
Hari Objektif: 1x40 mg
ke-III KU= sedang, CM
TD = 110/70 mmHg RR = 20 x/mnt PO:
T = 36,2o C N = 78 x/mnt - Sucralfat Syr 3x
- Kepala C II
- Na Bicarbonat
Mata : Konjungtiva pucat (-), SI -/-
3x1 tab
- Thoraks :
Drip Neurosanbe
Simetris (+)
5000 2x1
Suara Paru : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Suara Jantung : S1 S2 reguler, bising (-)
BLPL
- Abdomen :
Supel (+), Peristaltik (+), nyeri tekan (-)
- Ekstremitas:
Akral Hangat (+), udem (-), nadi dorsalis pedis kuat
Assessmen:
Intoksikasi Alkohol

9
HASIL LABORATORIUM

Pre- HD CITO: 08-09-2019 (21.39.04)  Post HD CITO: 09-09-2019 (06.44.36)

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 19.7  19 13.0 – 18.0 g/dl
Leukosit 20.21  25.95 4 – 10 ribu/uL
Eritrosit 6.32  6.07 4.5 – 5.5 juta/uL
Trombosit 331  245 150 – 450 ribu/uL
Hematokrit 60.4  56.3 40 – 50 %
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.1  0 1–2 %
Basofil 0.2  0.1 0–1 %
Neutrofil 83.1  92.3 54 – 62 %
Limfosit 10.8  2.6 25 – 33 %
Monosit 5.8  5 3–7 %
ELEKTROLIT
Natrium 137  136 136 – 148 mmol/l
Kalium 5.0  4.1 3.8 – 4.7 mmol/l
Chlorida 98  93 96 – 108 mmol/l
FAAL GINJAL
Ureum 13  22 < 50 mg/dL
Creatinin 0.74 0.81 0.7 – 1.2 mg/dL
FAAL HATI
SGOT 38 < 40 U/L
SGPT 30 < 41 U/L
HbsAg
Non Reaktif Non Reaktif
Kualitatif
IMUNOLOGI
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif

10
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Data SEARO menunjukkan bahwa konsumsi minuman alkohol di Indonesia

rata-rata 0,1 L/tahun per orang. Di negara maju konsumsi alkohol sering dikaitkan

dengan kecelakaan lalu lintas, namun di negara berkembang seperti Indonesia

konsumsi alkohol lebih sering diberitakan kasus intoksikasi (terutama metanol). Di

Amerika Serikat, konsumsi alkohol diduga "bertanggung jawab" terhadap 15.000

kematian karena kecelakaan lalu lintas setiap tahun.

Kita temui berbagai pemberitaan di surat kabar dalam 5 tahun terakhir

menunjukkan penggunaan alkohol dalam taraf membahayakan masih banyak terjadi di

Indonesia dan jumlahnya pun terus meningkat. Kejadian penggunaaan alkohol tersebut

juga telah tersebar di seluruh daerah di Indonesia dan digunakan oleh anak - anak

hingga dewasa.

Kejadian penyitaan miras, pembatasan bahan baku miras hingga kasus-kasus

kesakitan dan kematian akibat miras yang diberitakan di surat kabar dan televisi tentu

saja merupakan suatu fenomena gunung es yang angka kejadian sesungguhnya jauh

lebih besar daripada yang diberitakan. Gejala yang diberitakan biasanya adalah mual,

muntah -muntah, sesak nafas, dan pandangan mata kabur. Banyak diantara para

pengguna alkohol tersebut yang nyawanya tidak terselamatkan dan mengakibatkan

kecacatan. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan para dokter terutama yang

bertugas di unit gawat darurat dalam mengatasi masalah emergensi pada penggunaan

alkohol perlu ditingkatkan.

11
B. DEFINISI

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat

dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Keracunan

memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena

penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah

keracunan yang dialami penderita.

Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan

(dose-dependent), individu dengan kondisi organik tertentu yang mendasari (misalnya

insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi

berat yang tidak proporsional.

Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk

senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon

dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom hidrogen atau atom karbon yang

lain. Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum,

sering kali disebut alkohol minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH.

Dari semua jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satu-

satunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai maksud dan

tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk diminum).

Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala:

• ataksia dan bicara cadel/tak jelas

• emosi labil

• napas berbau alkohol

• mood yang bervariasi

Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis:

12
• paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran pernapasan

• obstructive sleep apnoea

• aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat meliputi:

• penurunan kesadaran, stupor atau koma

• perubahan status mental

• kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

Intoksikasi yang terkait alkohol, termasuk methanol, etilen glikol, dietilen

glikol, propilenglikol, dan ketoasidosis alkoholik dapat menunjukkan metabolik

asidosis dengan kesenjangan osmolal. Akumulasi alkohol dalam darah dapat

menyebabkan peningkatan kesenjangan anion dan menurunnnya kadar bikarbonat. Di

samping metabolik asidodis, gagal ginjal akut, dan gangguan saraf dapat terjadi pada

pasien yang mengalami intoksikasi alkohol. Dialisis untuk menghilangkan alkohol yang

belum termetabolisme dan mengatasi anion asam organik dapat membantu dalam terapi

intoksikasi alkohol. Pemberian fomepizol atau etanol yang dapat menghambat enzim

alkohol dehidrogenase bermanfaat dalam terapi intoksikasi etilen glikol dan methanol.

13
Intoksikasi alkohol yang umum terjadi

C. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu alkohol

dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah

menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali

dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat

merupakan pengguna alkohol saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang

pecandu alkohol yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang

dewasa.

14
D. ETIOLOGI

Riwayat Masa Kanak-kanak

Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari

seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak

yang berisiko yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.

Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas

atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan risiko anak untuk

memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa dewasanya.

Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial juga

merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan dengan

alkohol.

Faktor Psikoanalisis

Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang bersifat

menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres

bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium oral

mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui mulutnya.

Beberapa dokter psikiatrik psikodinamika menggambarkan kepribadian umum

dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu,

terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi

secara seksual.

Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan oleh beberapa

orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis

penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa

kekuatan dan meningkatnya harga diri.

15
Faktor Sosial dan Kultural

Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan. Asrama

perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana minum

berlebihan dipandang normal dan perilaku yang diharapkan secara sosial.

Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya

tentang risiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.

Faktor Perilaku dan Pelajaran

Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat

mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam keluarga,

khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan

minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum

pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya,

kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan dengan

perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap

sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.

Dari sudut pandang perilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari

alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada

seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan

kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.

Faktor Genetika dan Biologi Lainnya

Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada sekurangnya

suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-laki lebih banyak

menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah menunjukkan

bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh

gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki

16
gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak

saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.

E. EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL

Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung alkohol

tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa dalam

hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins,

dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu

efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol,

perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan efek etanol itu

sendiri.

Penggunaan etanol sering berhubungan dengan penekanan pernapasan dan

reflek muntah.

Glascow Coma Scale (GCS) secara statistik tidak dipengaruhi oleh alkohol

sampai kadar alkohol darah mencapai > 200 mg %. Jadi jangan memasukkan penurunan

kesadaran karena alkohol kecuali kadar alkohol penderita sedikitnya 200 mg %.

Absorpsi

Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan sisanya di

usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam waktu 30-

90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol diminum saat

lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum bersama makanan

yang memperlambat absorbsi.

Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan suatu

faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu

untuk mencapai konsentrasi puncak.

17
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh,

jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus akan

disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat

absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar

alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam.

Selain itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.

Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan ke

seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi

memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar

jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.

Metabolisme

Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya

dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati

konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu

memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-

34 mg/dl per jamnya.

Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol dehidrogenase

(ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi alkohol

menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida

dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat.

Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering

digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang

lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung

menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam

18
jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan

menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.

Efek pada Otak

Biokimiawi

Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi pada

membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan

menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan

meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada

penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi

kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor,

saluran ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara

spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas saluran alkohol yang

berhubungan dengan reseptor asetilkolin nikotinik, serotonin (5-

hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh

alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor

glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel)

yang yang akan di inhibisi

Efek perilaku

Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi depresan

yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada konsentrasi 0,05%

alkohol di dalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan pengendalian akan

mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada konsentrasi 0,1% aksi

motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi seluruh daerah motorik

menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol perilaku emosional juga

19
terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya mengalami konfusi

dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat terjadi koma. Pada

konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang mengontrol pernapasan

dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.

Efek fisiologis lain

Hati

Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan hati.

Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat

menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan

perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya

pembesaran hati.

Sistem gastrointestinal

Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

terjadinya esofagitis, gastritis, dan ulkus lambung. Perkembangan menjadi

varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan

alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu

kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan

kematian. Kadangkadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis,

insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat

mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai

akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak

adekuat.

Sistem tubuh lain

20
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya tekanan

darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan terjadinya

infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah

menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat

meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus,

lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan

hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian

mendadak pada orang yang terintoksikasi.

Tes laboratorium

Hasil tes laboratorium yang mungkin berhubungan dengan alkohol adalah asam

urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau

aspartat aminotransferase (AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT)

atau alanine aminotransferase (ALT).

21
F. GANGGUAN-GANGGUAN

Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya dengan Gejala pada Sistem Saraf Pusat.

KONSENTRASI (g/dl) PEMINUM SPORADIK PEMINUM KRONIK

0,050-0,075 (taraf Euforia, Suka -Tak tampak gejala


pesta) berkumpul -Sering masih terlihat
(gregarious), suka segar
mengomel
(garroulous)
0,100 (intoksikasi Tidak terkoordinasi Gejala minimal
secara
hukum*)
0,125-0,150 Perilaku tak Menyenangkan, mulai
Terkontrol euforia, kurang
koordinasi
0,200-0,250 Hilang Membutuhkan
kewaspadaan, usaha untuk mem-
lethargy pertahankan
emosi/kontrol motorik
0,300-0,350 Stupor sampai koma Mengantuk, lamban
Lebih dari 0,500 Fatal, mungkin mem- Koma
butuhkan
Hemodialysis

*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum kadar
0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.

G. KETERGANTUNGAN ALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL

Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan perilaku berikut ini:

a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum

b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang berlebihan

dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia temporer) atau

membatasi minum pada waktu tertentu

c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk sekurangnya dua

hari)

22
d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau ekuivalennya

pada bir atau anggur)

e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi (blackout)

f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah

diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol

g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk komersial

yang mengandung alkohol

Di samping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan penyalahgunaan

alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaan

alkohol, seperti kekerasan saat terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan

pekerjaan, masalah hukum (contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau

kecelakaan lalu lintas saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan

keluarga atau teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.

H. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS:

Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan prilaku

maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya diagnosis atau

kondisi lain yang membaur.

Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan. Intoksikasi alkohol

yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian, baik karena

henti pernapasan atau karena aspirasi muntah. Pengobatan untuk intoksikasi berat

berupa bantuan pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada

keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa penelitian aliran

darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami peningkatan tetapi akan

menurun pada minum alkohol selanjutnya.

23
Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar dengan

konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi alkohol didalam

otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka bicara dan suka

berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan cemberut, yang lainnya menjadi

suka berkelahi. Beberapa pasien menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa

dan menangis yang saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap

alkohol dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjam-jam

minum daripada setelah hanya beberapa jam.

Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena terjatuh yang

dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda yang menggambarkan

intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah hematoma wajah, khususnya

disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau berkelahi saat mabuk.

Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol


A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood, gangguan
pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama
atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera setelah
pemakaian alkohol
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.

24
I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan intoksikasi secara umum:

1. Stabilisasi

Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi

kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan

napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan

pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.

3. Dekontaminasi pulmonal

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan

inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen

lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.

4. Dekontaminasi mata

Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu

posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk

kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau

NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.

5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu

dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan

tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun

minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.

6. Dekontaminasi gastrointestinal

25
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan

pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi

kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat

mengurangi jumlah paparan bahan toksik.

7. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang

sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari

4 jam

8. Antidotum

Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat

antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat

sedikit jumlahnya.

Penanganan intoksikasi alkohol:

1. Deteksi dini dan evaluasi jalan napas dengan segera.

2. Lakukan anamnesis dengan segera dan dalam waktu singkat.

Gejala utama terutama intoksikasi methanol menyebabkan:

a) Iritasi saluran pencernaan: nausea, muntah dan nyeri perut

b) Intoksikasi susunan saraf pusat: pusing, bingung dan penurunan kesadaran

c) Toksisitas okuli: lihat apakah ada edema retina dan hiperemi dari discus dan

tajam penglihatan

d) Asidosis metabolik

3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

a. Laboratorium yang penting

a) Darah lengkap

26
b) Urea/ elektrolit/ kreatinin; hitung anion gap (Na+)- (HCO3-)-(Cl-).

b. Laboratorium pilihan

a) Kadar etanol darah

b) Urinalisis: untuk darah dan keton

c) Amylase serum

d) Test fungsi hepar (meliputi PT dan PTT)

e) Pemeriksaan toksikologi

f) Osmolalitas serum: berguna dalam kecurigaan adanya alkohol yang

lain, contoh methanol dan etilen glikol. Harga normal 286 ± 4

mOsm/kg H2O. Hitung hitung perbedaan osmolalitas ( harus

melibihi 10 mOsm/kg)

g) Beda osmolalitas = osmolalitas yang terukur – osmolalitas yang

dihitung. Lihat pada Penggunaan formula

h) Analisa gas darah: tidak penting jika saturasi oksigen normal

Pencitraan:

i.Foto dada: berguna jika riwayat nya ada trauma dada, atau ada

demam, atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan auskultasi.

ii. Foto servikal lateral, AP pelvis dan ekstremitas: dibutuhkan

berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik

iii. Scaning kepala diperuntukkan pada kasus yang:

a. Adanya kejadian trauma kepala dengan penurunan kesadaran

yang persisten atau ditemukan adanya kelainan neurologi fokal.

b. Penderita dengan keadaan mental yang tidak menentu dengan

kadar etanol darah

27
c. Tidak adanya perbaikan dalam, atau perburukan dari, status

neurologi sesuai dengan waktu.

 EKG: berguna untuk mendeteksi adanya hubungan dengan penyakit

jantung, contoh penyakit jantung iskemi atau kardiomiopati alkoholik

4. Terapi (Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010) yaitu:

1. Perawatan suportif

2. Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk

mengeluarkan alcohol dari saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien

datang kurang dari 60 menit setelah minum alkohol.

3. Terapi obat:

a. Pengobatan agresif asidosis metabolik dengan natrium bikarbonat

b. Terapi etanol:

Untuk mempertahankan kadar etanol 100-120 mg/dl

 Beban: 0,6-0,8 g/kg

 Pemeliharaan: 0,11 g/kg/j

 Dialysis: 0,24 g/kg/j

 Metode oral: tidak dipergunakan jika penderita menolak dan tidak

mempunyai reflek muntah

 Beban: gunakan 50% cairan unatuk memenuhi beban dengan tabung

Rele’s: 2 ml/kg dari 50% berikan 0,8 g/kg

 Pemeliharaan : 0,11-0,13 g/kg/j

 Penggunaan : 0,16 ml/kg/j dari 95% larutan tetapi didilusikan dengan

air 1:1 untuk menghindari terjadinya gastritis dan berikan 0,33 ml/kg/j

 Tingkatkan proporsional dengan dialisis.

28
c. Fomeprisole (suatu inhibitor alkohol dehidrogenase sintetik) terapi untuk

penderita yang diduga ataupun peminum dan terintoksikasi etilen glikol

ataupun methanol.

Tanpa hemodialisis

Beban : IV fomeprizole 15 mg/kg, diikuti dengan dosis 10 mg/kg setiap

12 jam X 4 dosis, kemudian 15 mg/kg 12 jam setelahnya

Catatan :

1. Semua dosis yang diberikan melalui intravena dan perlahan dengan

normal salin atau dilarutkan sepanjang 30 menit. Jangan memberikan

tanpa dilarutkan ataupun bolus.

2. Selama hemodialisis: seringnya dosis harus ditingkatkan setiap 4 jam

dengan kecepatan yang sama. Terapi harus dilanjutkan sampai kadar

etilen glikol atau methanol kurang dari 20 mg/dl dan tidak ada gejala

pada penderita.

3. Fomediprizole oral : cocok untuk kasus2 dimana baru saja minum dan

tidak ada muntah.

Dosis: 15 mg/kg awalnya, diikuti dengan 5 mg/kg 12 jam kemudian;

kemudian 10 mg/kg setiap 12 jam sampai kadar etilen glikol dalam

plasma tidak dapat dideteksi.

4. Hemodialisis untuk menghilangkan kandungan induk dan racun yang

dihasilkan. Indikasinya:

a. Jika kadar dalam darah melebihi 25 mg/dl

b. Jika asidosis metabolik tidak dapat diperbaiki

c. Dengan ancaman terjadinya gagal ginjal

d. Dengan gejala penglihatan pada keracunan metanol

29
• Kondisi Koma:

1) Posisi miring untuk mencegah aspirasi

2) Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit

3) Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke

Encephalopathy lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai

terbalik).

• Problem Perilaku (gaduh/gelisah):

1) Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif

2) Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa terancam

3) Buat suasana tenang

4) Beri dosis rendah sedatif; Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg per

oral, bila gaduh gelisah berikan secara parenteral (i.m).

Medikasi

Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol

Masalah Obat Jalur Dosis Keterangan


klinis

Gemetaran chlordiazepoxide Oral 25-100 mg tiap Dosis awal dapat


dan agitasi 4-6 jam diulangi tiap 2 jam
ringan sampai pasien
sampai tenang; dosis
sedang selanjutnya harus
ditentukan secara
individual dan
dititrasi
Halusinosis Diazepam Oral 5-20 mg tiap 4-6 Berikan sampai
Agitasi Lorazepam Oral jam pasien tenang;
parah chlordiazepoxide Intravena 2-10 mg tiap 4-6 dosis selanjutnya
jam harus ditentukan
0,5 mg/kg pada secara indivisual
12,5 mg/mnt dan dititrasi
Kejang Diazepam Intravena 0,15 mg/kg pada
putus 2,5 mg/mnt
Delirium Lorazepam Intravena 0,1 mg/kg pada
tremens 2,0 mg/mnt

30
Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:

 Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%

 Bila keadaan Koma :

 Posisi face down untuk cegah aspirasi

 Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit

 Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke

Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai terbalik)

 Problem Perilaku (gaduh/gelisah):

 Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif

 Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa terancam

 Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan

 Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg oral,

bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m)

Psikoterapi

Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus spesifik

adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum, hasil yang

diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi tersebut.

Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi bersama (conjoint

therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1

Medikasi

Disulfiram

Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase,

sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan reaksi toksik karena

akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24

31
jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam kesehatan yang baik, sangat

termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus memberitahukan pasien akibat meminum

alkohol saat menggunakan obat dan selama 2 minggu setelahnya.1

Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg setiap

harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera, anggota

gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual juga mengalami

malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing, pandangan kabur,

palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis lebih dari 250 mg

maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1

Psikotropika

Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien

dengan gangguan terkait alkohol.

Terapi Perilaku

Terapi perilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk

menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi, latihan ketegasan,

keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk menguasai lingkungan.

Sejumlah program pembiasaan perilaku (operant conditioning) membiasakan orang

dengan gangguan berhubungan alkohol untuk memodifikasi prilaku minum mereka

atau untuk berhenti minum. Dorongan berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk

tinggal dalam lingkungan rawat inap yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi

sosial yang menyenangkan.

Halfway House

Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah

penempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin

menghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house adalah

32
suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuan emosional,

konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat.

J. KOMPLIKASI

a. Kebutaan permanen

b. Asidosis laktat

c. Hipokalemia

d. Asidosis metabolik

e. Depresi kardiovaskular

f. Gagal napas akut

g. Pneumonia aspirasi

h. Gagal ginjal akut

i. Perdarahan intrakranial dan koma.

K. PROGNOSIS

a. Prognosis buruk bila terjadi asidosis metabolik yang berat dan terdapat penyakit

penyerta pemakaian alkohol kronik

b. Prognosis buruk bila kadar pH <7,1, asidosis laktat yang berat, hipotensi yang

berat dan kadar serum metanol >50 sampai 100 mg.dl dan keterlambatan

penanganan lebih dari 24 jam setelah keracunan

c. Kematian disebabkan oleh komplikasi

d. Angka kematian keracunan metanol dilaporkan sebesar 48%

e. Sekuele yang dijumpai pada pemantauan selama 6 tahun setelah keluar rumah

sakit adalah gangguan neurologis baru (36%) dan gangguan penglihatan (36%).

33
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I, 1999, hal :
434 – 437.

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta: American
Psyciatric Association, Washington 1994.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.

Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine,


2011. Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview.
Accessed: 4th May 2011.

MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 – 1514.

Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV.
2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Page 214-16.

Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004.


Page: 369-71.

34

Anda mungkin juga menyukai