Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

“Perempuan 63 Tahun dengan Hemoroid Interna Derajat II”

Kepaniteraan Klinik Bagian Bedah


RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

Disusun oleh
Wynda Muljono
11-2018-091

Pembimbing
dr. Tan Suhardi, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada kesempatan kali ini,
penulis bisa menyelesaikan tugas laporan kasus yang diberi judul “Perempuan 63
Tahun dengan Hemoroid Interna Derajat II”.
Laporan kasus ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai “Perempuan 63 Tahun dengan Hemoroid Interna Derajat II”. Dan
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah
RSPAD Gatot Subroto.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Tan Suhardi, Sp.B yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan pengarahan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, dan
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan
dari dokter pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan
masukan yang berguna bagi penulis.
Lepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga laporan
kasus ini membawa manfaat bagi kita semua.

2
BAB I
PENDAHULAN

Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-
vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemorrhoidalis
superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena
hemorrhoidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna
timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah
luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik vena hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar,
pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya hanya memerlukan perawatan
ringan dan perubahan gaya hidup.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.M / Perempuan / 63 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Jakarta

2.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3
c. Status ekonomi keluarga
 Mampu : +
 kurang mampu : -
d. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik

2.3 Aspek Psikologis di Keluarga : baik

2.4 Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :


1. Riwayat pernah mengalami sakit yang sama ± 40 tahun yang lalu
2. Riwayat sembelit (+)
3. Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun dan rutin mengonsumsi Amlodipin
1x10mg
4. Riwayat diabetes melitus disangkal
5. Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal

2.5 Keluhan Utama :


Sejak 2 bulan SMRS, pasien merasa adanya benjolan yang keluar dari anus
bila mengejan saat buang air besar.

4
2.6 Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)
Pasien datang dengan keluhan adanya benjolan yang keluar dari anus setiap
kali mengejan saat buang air besar (BAB) sejak 2 bulan SMRS. Benjolan dapat
masuk spontan setelah mengejan dan tidak terdapat darah segar yang menetes saat
feses keluar.
±40 tahun yang lalu, saat pasien hamil anak pertama, pasien mengeluhkan
adanya benjolan yang keluar pada saat BAB dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Terdapat darah yang menetes setiap kali BAB dan nyeri pada anus. Benjolan
tersebut makin lama makin besar dan tidak dapat masuk walaupun sudah
dimasukkan dengan jari. Pasien kemudian memutuskan untuk dilakukannya
operasi trobektomi, dan merasa benjolannya mengecil. Namun benjolan tersebut
muncul kembali 2 tahun setelahnya, saat pasien mengandung anak kedua dan
mengeluarkan darah setiap kali BAB, namun pasien menolak untuk dioperasi
kembali dan tidak diobati hingga 2 bulan yang lalu karena pasien merasa tidak
tahan dengan nyeri yang dirasanya sehingga pasien memutuskan untuk dilakukan
sklerosing. 2 minggu kemudian, pasien melakukan sklerosing yang kedua kalinya
dan merasa sudah membaik walaupun masih ada benjolan sedikit yang keluar bila
mengejan, namun sudah tidak nyeri.
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah
buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8
gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai
berkeringat bahkan sampai merasa pusing.

5
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak tidak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,3°C
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 155 cm

1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
b. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : Normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : Baik
c. Hidung : Tak ada kelainan
d. Telinga : Tak ada kelainan
e. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal
Gigi geligi : Lengkap
Palatum : Leviasi (-)
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : Normal

6
Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
f. Leher KGB : Tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : Tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O
g. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

h. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea
midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

i. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)

7
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

j. Ekstremitas Atas : Edema (-), akral hangat, lihat status lokalis


Ekstremitas bawah : Edema (-), akral hangat, lihat status lokalis

2.7 Status Lokalis

 Inspeksi dan palpasi : Perianal terlihat skin tag disekitar anus, hiperemis (+),
padat kenyal, nyeri saat di sentuh (-), ukuran ± 3x5 cm, ekskoriasi (-), luka (-),
tanda radang (-), darah (-). Saat mengejan, terlihat benjolan, hiperemis (+),
nyeri saat disentuh (-), ± ukuran 2x3cm, darah (-)
 Rectal Toucher : Tidak dilakukan

2.8 Pemeriksaan penunjang


 Anjuran
 Pemeriksaan Laboratorium
 Anoskopi : untuk menilai mukosa rectal dan tingkat pembesaran hemoroid
 Sigmoideskopi : untuk memastikan tidak adanya diagnosa banding lain seperti
kolitis, polip rektal, dan kanker.

2.9 Diagnosis
Hemoroid Interna Derajat II

8
2.10 Diagnosis Banding
 Hematoma Perianal
 Fisura Anal

2.11 Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan
hanya pengobatan konservatif
 Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan
pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.

b. Preventif :
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi
saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.

c. Kuratif :
 Non Medikamentosa
 Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan.
 Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin
dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
 Makan makanan yang berserat (25-30 gram sehari), dan menghindari
obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
 Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas sehari)

9
 Medikamentosa
 Skleroterapi
 Ultraproct supp 1x1
 Ultraproct cream 1x1
 Kalnex 500mg 1x1
 Kaltrofen supp 1x1
 Venosmil capsul 200mg 3x1

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemorrhoidales yang bukan
merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit
diperlukan tindakan.1
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidales inferior
dan superior yang melibatkan vena, otot, dan jaringan lunak disekitarnya.1 Hemoroid
dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah plexus vena
hemorrhoidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.1 Sering
terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral,
sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan plexus hemorrhoid inferior
yang terdapat di bagian distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel
anus.1

3.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur
hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45-60 tahun, dan juga sering
terjadi pada wanita hamil.2

3.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu:
1. Obstruksi vena : lambatnya pengosongan vena dibantalan saat defekasi,
terperangkapnya bantalan oleh sfingter ani yang ketat.2

11
2. Prolaps bantalan anus : bantalan anus yang kaya vaskularisasi dan jaringan
lunak. Bantalan ini menempel secara longgar ke otot-otot sirkuler,
sehingga mudah prolaps keluar dan terjepit sfingter ani.2
3. Diet : diet yang kurang serat.3
4. Kebiasaan defekasi : duduk lama di toilet dan merasa harus benar-benar
mengeluarkan semua kotoran.3
5. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.3
6. Kehamilan : hormonal kehamilan yang menyebabkan otot bantalan
melemah, meningkatnya vaskularisasi pelvis, konstipasi, dan kerusakan
kanal anus saat partus.3

3.4 Klasifikasi
Diagnosa hemoroid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum.4 Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemoroid tersebut. Secara
anoskopi, berdasarkan letaknya hemoroid terbagi atas:4
a. Hemoroid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.4
b. Hemoroid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.4
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk yang berusia di atas 25 tahun.4
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk
akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan
suatu hematoma.5 Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.5 Hemoroid eksterna kronis atau skin tag
biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.5

12
Gambar 1. Hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna5

Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:5


a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanalis
analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau dapat
masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dimana harus dibantu dengan
dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen. Prolaps ini rentan dan
cenderung mengalami trombosis dan infark.

3.5 Gejala Klinis


Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan
pruritus. Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi
luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila
prolaps dan menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh
hemoroid interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri per rektum
selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada hemoroid interna
dapat berupa:6

13
 Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan
awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya
tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya
perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena
prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami kongesti oleh sphincter
ani.6
 Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk
kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.6
 Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura,
abses dan lain-lain) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang
menimbulkan nyeri.6 Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya
tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter ani (strangulasi).6
 Keluarnya sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi
lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan
menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah
anus.6
2. Hemoroid Eksterna
 Rasa terbakar6
 Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.6
 Gatal atau pruritus anus.6

14
3.6 Patogenesis

Bagan 1. Patogenesis Hemoroid6

15
3.7 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini akan
membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.7,8
Jenis Penyakit Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau
umbai kulit (radang
Kronik dengan
bendungan limfe dan
fibrosis pada kulit)
Karsinoma - + + Pembengkakan KGB
Anal sekitar
Abses + - - Demam, leukositosis,
Anorektal penderita tidak dapat
duduk di sisi bokong
Hematom + + + Sering terjadi pada
Perianal orang yang
Ulseratif mengangkat barang
berat, leukositosis.
Prolaps Polip - + + Adanya gejala mual,
Kolorektal muntah,dan konstipasi
yang parah (jika
ukurannya besar)
Karsinoma - + + Karsinoma rektum
Rektum

3.8 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

16
1. Anamnesa
Pada anamnesa didapatkan pasien mengeluhkan adanya benjolan yang keluar
dari anus setiap kali mengejan saat buang air besar (BAB) sejak 2 bulan SMRS.
Benjolan dapat masuk dengan sendirinya bila tidak mengejan. Tidak terdapat darah
segar yang menetes atau bercampur dengan feses pada saat buang air besar. Serta
keluhan adanya massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya
pada hemoroid interna derajat II dan hemoroid eksterna.7
Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus,
sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna
juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman,
atau perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.7

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami
prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya
mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengejan.7 Jika pasien mengeluhkan
perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari
konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. Daerah
perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip atau
tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat keparahan
inflamasi.7 Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang
tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.7

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan pemeriksaan
anoskopi serta sigmoideskopi.7 Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan

17
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi hemoroid interna yang
tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar,
dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas.7
Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain
sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada
fisura anal dan fistula, polip rektum, dan kanker.7

3.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna
derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah:8
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari),
dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
 Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali
sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1-2 minggu, karena air hangat
dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
 Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.

2. Terapi Farmakologi
 Salep anastetik lokal
 Kortikosteroid
 Laksatif
 Analgesik

3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:8

18
 Hemoroid interna derajat II berulang
 Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
 Mukosa rektum menonjol keluar anus
 Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
 Kegagalan penatalaksanaan konservatif
 Permintaan pasien

Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :


 Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan Venodenol 3% (Polidocanol
30mg). Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema,
reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular.8 Reaksi
ini akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah
atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid.8 Terapi ini disertai anjuran makanan
tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.8
 Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps.9 Dengan bantuan anuskopi, mukosa diatas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Efek dari
teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasinya dapat terjadi perdarahan
setelah 7-10 hari dan nyeri.9
 Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada suhu yang
sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yg nekrosis sukar
ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma
rektum yang inoperable.

19
 Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan menahun,
juga untuk penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh
dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang normal
dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya
dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.
 Tindak bedah lain10
Infrared thermocoagulation
Bipolar diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Cryotherapy
Stappled hemorrhoidopexy

20
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien seorang perempuan usia 63 tahun mengeluh adanya benjolan pada anus
sejak 2 bulan yang lalu setelah dilakukannya skleroterapi. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis menderita hemoroid interna grade II.
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan adanya benjolan yang dapat
masuk spontan kedalam anus, tidak nyeri, dan tidak gatal. Saat buang air besar tidak
disertai dengan darah segar yang menetes saat feses keluar. Ini sesuai dengan
referensi Derajat II : Prolaps hemoroid yang dapat masuk spontan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan perianal terlihat skin tag karena operasi 40
tahun yang lalu, tidak hiperemis dan tidak ada darah. Rectal Toucher : Tidak
dilakukan.
Usulan pemeriksaan untuk pasien ini adalah Rectal toucher juga bertujuan
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Sigmoideskopi yang
dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Kadang perdarahan hemoroid
yang berulang dapat menyebabkan timbulnya anemia sehingga pemeriksaan
laboratorium darah juga diperlukan.
Terapi hemroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan
pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien
hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anastetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps karena udem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring

21
dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat juga dapat mengurangi nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang
mendasarinya, misalnya penyakit Chron, terapi medik harus diberikan apabila
hemoroid menjadi simtomatik.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid grade III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Pada kasus ini pasien didiagnosis menderita
hemoroid interna grade IV sehingga terapi yang dipilih adalah terapi operatif,
hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi
hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat
agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

Berdasarkan hasil wawancara /pengamatan keluarga /hubungan keluarga:


Os tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Hubungan os dengan suami dan
anak-anaknya dinilai baik.

Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:


Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os jarang mengkonsumsi makanan
yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan
pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka
mengejan keras sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing. Perilaku pasien
yang tidak baik ini merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid.

Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada


keluarga:

22
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari),
dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 Mengurangi konsumsi makanan pedas dan buah pisang
 Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.

Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:


 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini merupakan
penyakit yang disebabkan oleh konstipasi karena kurangnya mengkonsumsi
serat dan minum, terutama karena pola makan yang kurang baik
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan pasien dapat lebih
baik.

Kesimpulan
Perempuan 63 tahun didiagnosis dengan hemoroid interna derajat 2, sesuai
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan sebelumnya. Hemoroid interna derajat 2 dapat diobati dengan tindakan
sederhana seperti skleroterapi, mengkonsumsi obat yang dianjurkan dan memperbaiki
pola diet dan kebisaan defekasi. Dengan demikian, prognosis pasien akan baik

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Jong de. Buku ajar ilmu bedah: sistem organ dan tindak bedahnya.
Edisi IV, Vol. 3. Jakarta: EGC; 2014. h.810-4
2. Silvia A.P, Lorraine M.W. Dalam: Konsep-konsep klinis proses penyakit:
patofisiologi, Edisi VI, Vol.1. Jakarta: EGC; 2015. h: 467
3. Suprijono M.A, Hemoroid. Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung. 2009;54(118):26-9
4. Varut L. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical management.
World Gastroenterol. 2012;18(17):2009-17
5. Nugroho S. Hubungan aktivitas fisik dan konstipasi dengan derajat hemoroid di
URJ bedah RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2014;2(18):41-50
6. Sunarto. Analisis faktor aktifitas fisik resiko terjadi hemoroid di klinik etika.
Jurnal Global. 2016;1(2):55-103
7. Sudarsono D.F. Diagnosis dan penanganan hemoroid. J Majority. 2015;4(6):32-4
8. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Universitas Indonesia; 2015. h.81-3
9. Winangun, I Made Arya. Management of internal hemorrhoid with rubber band
ligation procedure. Jurnal Medika Udayana. 2013;2(10):2303-95
10. Poen AC, Felt-Bersma RJ, Cuesta MA, Devillé W, Meuwissen SG. A randomized
controlled trial of rubber band ligation versus infra-red coagulation in the
treatment of internal haemorrhoids. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2000;12(5):
535-9

24

Anda mungkin juga menyukai