Anda di halaman 1dari 99

ILMU KEDOKTERAN

FORENSIK
oleh
Sofwan Dahlan
THE POLICE POWER

The power of the state to protect the health,


safety, morals and general welfare of its citizen

• melindungi kesehatan
• melindungi keamanan / keselamatan
• melindungi moral
• melindungi kesejahteraan umum

TUGAS POLISI adalah:


• tindakan preventif thd kejahatan yg belum terjadi
• tindakan repressif thd kejahatan yg sudah terjadi
• penyelidikan Polisi perlu tahu ilmu forensik, atau
• penyidikan perlu meminta bantuan ahli forensik.
DEFINISI

Ilmu Kedokteran Forensik (IKF)


adalah ilmu yang mempelajari
penerapan ilmu kedokteran bagi
kepentingan peradilan (medicine for
the law).
Seringkali disebut “Medical
Jurisprudence” atau “Medicina
Forensis”.
IKF sebenarnya merupakan disiplin medis
(bukan disiplin hukum), tetapi aplikasinya
ditujukan untuk membantu proses peradilan
(medicine for the law).
IKF juga tidak sama dgn hukum kedokteran.
Hukum kedokteran (medical law) adalah
bagian dari hukum kesehatan yang mengatur
semua aspek yang berkaitan dengan profesi
medik (law regulating the practice of medicine).
Hukum kesehatan (health law) adalah
hukum yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan upaya kesehatan.
FORENSIC SCIENCES (Ilmu-Ilmu
Forensik)

• Ilmu Kimia Forensik


Perlu dikuasai
• Ilmu Fisika Forensik
penegak hukum
• Ilmu Kedokteran Forensik
• Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Bila tidak maka
• Ilmu Psikiatri Forensik penegak hukum
• Daktiloskopi
• Balistik perlu minta bantuan
• DLL ahli yang menguasai
ilmu forensik

the Mother of Forensic Sciences


TUJUAN DOKTER MEMPELAJARI IKF
1. Menyadari betapa pentingnya peranan dokter
dalam proses peradilan.
2. Mengerti status dokter dalam proses peradilan.
3. Memahami segala ketentuan yang berkaitan dg
tugas keforensikan; meliputi kewenangan, hak,
kewajiban serta sanksinya.
4. Mampu melakukan berbagai macam pemeriksaan
forensik.
5. Mampu memberikan keterangan yg relevan dgn
jenis kasusnya shg perkaranya menjadi jelas.
6. Mengerti cara-cara menyampaikan keterangannya
sesuai ketentuan sehingga memiliki daya bukti di
sidang pengadilan.
PERLUNYA PENEGAK HUKUM

MEMPELAJARI IKF
1. Memahami pentingnya peranan ilmu kedokteran
dan Dr dalam membantu mengungkap perkara
pidana.
2. Mengerti pada kasus yg bagaimana diperlukan
bantuan ilmu kedokteran dan dokter.
3. Mengerti status Dr dlm proses peradilan pidana.
4. Mengerti tatalaksana meminta bantuan kepada
dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli.
5. Mengerti prinsip-prinsip pemeriksaan forensik.
6. Mampu memahami keterangan yang diberikan Dr
7. Mengerti batas kemampuan Dr dalam membantu
proses peradilan pidana.
KEGUNAAN FORENSIC SCIENCES
1. Membantu menentukan adanya tindak pidana.

2. Membantu mengungkap PROSES tindak pidana:


a. kapan dilakukan.
b. dimana dilakukan.
c. dengan benda atau senjata apa dilakukan.
d. bagaimana cara melakukan.
e. apa akibatnya, yaitu : - luka ringan;
- luka sedang;
- luka berat; atau
- meninggal dunia.
3. Membantu mengungkap IDENTITAS KORBAN.

4. Membantu mengungkap IDENTITAS PELAKU.


PENYELIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU
untuk mengetahui apakah suatu peristiwa
merupakan TINDAK PIDANA sehingga bisa
dilakukan pemeriksaan (penyidikan).

Rangkaian tindakan penyelidikan meliputi:


oMelakukan TKP.
oMemeriksa saksi-saksi.
oMeminta bantuan ahli forensik, termasuk
dokter.
PENYIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU
untuk mengumpulkan bukti-bukti supaya
dengan bukti itu perkaranya menjadi terang
dan pelakunya bisa ditangkap.
Rangkaian tindakan penyidikan meliputi:
o Mengumpulkan bukti-bukti.
o Memanfaatkan ahli-ahli forensik yang
dimiliki pihak kepolisian.
o Meminta bantuan ahli-ahli forensik yang
tidak dimiliki pihak kepolisian (mis: ahli
forensik RS).
BANTUAN DOKTER di TKP

Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada


pemeriksaan di TKP adalah membantu:
1.Menentukan korban sudah mati atau belum.
2.Menentukan cara kematian korban, yaitu:
o pembunuhan;
o bunuh diri; atau
o kecelakaan.
3.Mencari, menemukan dan menyelamatkan
barang bukti untuk kepentingan:
o penyelidikan itu sendiri;
o penyidikan, jika ternyata TINDAK PIDANA.
CARA KEMATIAN
A. Pembunuhan.
o letak luka di sembarang tempat pada
tubuh.
o sering ada luka tangkis (defensive
wounds).
o pakaian di daerah luka ikut terkena senjata.
B. Bunuh diri.
o letak luka pada bagian tubuh yang
mematikan
dan dapat terjangkau tangan yang bunuh diri.
o ditemukan luka percobaan (tentative
wounds).
o pakaian di daerah luka tidak ikut terkena
senjata.
C. Kecelakaan.
LUKA TANGKISAN
Disebabkan oleh reflek ketika sadar mendapat serangan.
Ciri-cirinya:
o letak luka tangkis pada lengan bawah bagian luar
atau
tangan bagian luar (punggung tangan).
o jumlah luka tangkis bisa banyak.
o luka tersebut tidak mematikan.

LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o jumlahnya banyak (multipel).
o kualitas luka dangkal.
o luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA
PEMBANDING (sidik jari, gigi geligi atau DNA).
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku.
o Jejas gigitan pada korban yang ditinggalkan oleh
pelaku.
BANTUAN
YANG DAPAT DIBERIKAN DOKTER
Bantuan Dr dalam proses penegakan hukum adalah:
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (hidup atau mati).
b. Tersangka / terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya.
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus, dll.
c. Barang bukti lain, misalnya:
- darah.
- sperma, dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan TKP.
PROSEDUR MEMINTA BANTUAN FORENSIK
1. Pejabat yang berhak minta bantuan :
a. Penyelidik (pada tingkat Penyelidikan) oleh Penyelidik POLRI.
b. Penyidik (pada tingkat Penyidikan dan Penyidikan Tambahan)
yang
dilaksanakan Penyidik POLRI, Provost atau Polisi Militer).
c. Hakim ketua sidang (pada tingkat Persidangan) yang dalam
hal ini
dilaksanakan oleh Jaksa Penuntut Umum).
Terdakwa, pembela, korban atau keluarga korban tidak berhak minta
bantuan forensik. Mereka hanya berhak melapor / mengadu.
2. Cara meminta bantuan :
a. Harus secara tertulis.
b. Harus menyebutkan jenis pemeriksaan yang diminta.
c. Surat permintaan diajukan secara langsung bersama-sama
objek
yang dimintakan untuk diperiksa.
d. Penyidik wajib memberikan informasi yg cukup guna
memudahkan
CARA DOKTER MENYAMPAIKAN
KETERANGAN
1. SECARA TERTULIS
Dalam bentuk Visum et Repertum.
2. SECARA LISAN
Dalam bentuk Keterangan Lisan, disampaikan secara
langsung kepada penyidik, lalu dibuatkan berita acaranya
dan ditandatangani oleh penyidik dan dokter.
Catatan:
Sebaiknya Dr mengucap sumpah di depan penyidik, supaya
keterangannya dapat diproses sebagai alat bukti jika
kelak Dr tdk bisa hadir di sidang pengadilan karena
alasan yg sah.
Menolak mengucapkan sumpah di depan penyidik, ia tidak
dapat disandera di Rumah Tahanan, tetapi menolak
SYARAT DOKTER AGAR DAPAT
MELAKUKAN TUGAS KEFORENSIKAN
o Memahami maksud dan tujuan Penegak Hukum
meminta bantuan pada tiap-tiap kasus.
o Menguasai materi yg diperlukan (thanatologi,
traumatologi, toksikologi, otopsi, tindak pidana
seksual, dsbnya).
o Mampu menerapkan ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan peradilan.
o Mampu melakukan pemeriksaan forensik.
o Mengerti tatalaksana memberikan bantuan.
o Memahami syarat materiel & syarat formil dalam
memberikan keterangan.
KEWAJIBAN DOKTER di BIDANG FORENSIK
oMerupakan kewajiban yang melekat pada
setiap diri dokter (kewajiban personal).
oDokter boleh mengajukan hak undur diri jika
punya alasan hukum yang sah.
oAda sanksi pidana bagi dokter yang tidak mau
melaksanakan kewajiban, kecuali punya alasan
hukum yang sah.
ALASAN HUKUM YANG SYAH
o Ada hubungan darah yang dekat dgn terdakwa.
o Menjadi suami / isteri atau mantan suami / isteri
dari terdakwa.
o Bersama-sama sebagai terdakwa.
ISI KETERANGAN DOKTER SEBAGAI AHLI
A.Keterangan Lisan, berisi:
1. Fakta yang ditemukan sendiri.
2. Opini atas:
- fakta dari pemeriksaan sendiri; dan
- fakta dari pemeriksaan bersama ahli
lain.
3. Jawaban lisan atas pertanyaan hipotetis.
B.KeteranganTertulis (V et R), berisi:
1. Fakta dari pemeriksaan sendiri.
2. Opini atas:
- fakta yang ditemukan sendiri.
- fakta dari pemeriksaan bersama ahli lain.
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG
PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI katagori:
a. Keterangan Ahli, bila diberikan secara lisan di sidang
pengadilan dengan sumpah atau janji.
b. Surat, bila diberikan secara tertulis dengan mengingat
sumpah saat menerima jabatan (Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan
alat bukti, bila diberikan didepan penyidik dgn sumpah
atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut dibacakan
di sidang pengadilan karena Dr tidak dapat didatangkan
karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yg hanya Menguatkan Keyakinan
Hakim, yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah
Dr selesai menjalani penyanderaan karena tanpa
alasan sah menolak mengucapkan sumpah atau janji.
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI

Bila diminta keterangannya maka Dr wajib mengucapkan


sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang sah maka:
oDr disandera di rumah tahanan negara maksimal 14 hari
bila penolakan dilakukan di depan sidang pengadilan.
oDr tidak kena sanksi apa-apa bila penolakan dilakukan di
depan penyidik.
INGAT :
Pengertian disandera tidak sama dengan ditahan.
Disandera artinya dilakukan upaya paksa agar dokter mau
mengucapkan sumpah atau janji.
KETERANGAN DOKTER
Keterangan Dr yang diberikan kpd penegak
hukum bisa berupa:
1. Keterangan Lisan, dapat disampaikan:
a. di depan Penyidik; atau
b. di sidang Pengadilan.
2. Keterangan Tertulis (Visum et Repertum),
dapat diserahkan:
a. di tingkat penyidikan, atau
b. di tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM

Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh


dokter (dalam kapasitasnya sebagai ahli) atas
permintaan penegak hukum yang berwenang
tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada
objek yang diperiksanya dengan mengingat
sumpah atau janji ketika menerima jabatan.
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN:
o Identitas peminta visum et repertum.
o Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
o Identitas korban yang diperiksa.
o Alasan dimintakan visum et repertum.
o Kapan dilakukan pemeriksaan.
o Tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN:
o Fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
o Fakta dari hasil pemeriksaan bersama dokter lain.
KESIMPULAN:
o Interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
(Kesimpulan bukan ringkasan atau mengulang-ulang fakta)
PENUTUP:
o Pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah / janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
o Tanda tangan dokter pemeriksa dan pembuat visum et repertum.
VISUM et REPERTUM ORANG HIDUP
PENDAHULUAN :
o
o
HASIL PEMERIKSAAN :
o fakta dari pemeriksaan pertama kali datang.
o fakta dari pemeriksaan selama dalam perawatan.
o fakta dari pemeriksaan terakhir.

KESIMPULAN :
o jenis luka.
o jenis benda penyebab luka.
o derajat luka.

PENUTUP :
o Demikianlah keterangan ini dibuat dgn mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
OOLEH
LEH
SSOFWAN
OFWANDAHLAN
DAHLAN
PASAL 35 UUPK
Dr atau Drg yang telah memiliki STR
mempunyai kewenangan melakukan praktik
kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang t.a:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
...........................;
..........................................;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau
dokter gigi;
j. ............................................................
KETERANGAN DR/DRG

Adalah keterangan yang dibuat oleh


Dr/Drg dlm kapasitasnya sebagai:
1. Profesional (menangani pasien);
2.Saksi Ahli (menangani korban tindak
pidana).
Keterangan tersebut dapat diberikan:
a. secara lisan; atau
b. secara tertulis.
DOKUMEN

Surat Keterangan Dr/Drg adalah kertas


atau berkas yg mengandung tulisan
ttg:
a.keadaan;
b.kenyataan; atau
c.perbuatan;
yg berkaitan dengan pasien atau korban,
serta diterbitkan untuk berbagai macam
kepentingan yang sah.
PIHAK YG BERKEPENTINGAN

SKD/SKDg dibuat utk kepentingan:


1.Rumah sakit;
2.Pasien;
3.Keluarga pasien (dalam hal pasien
meninggal dunia);
4.Pihak ketiga; atau
5.Penegakan hukum.
Dlm hal dibuat utk pihak ketiga (meliputi
keluarga), perhatikan rahasia medis !!!
JENIS SURAT KETERANGAN

1. Surat Keterangan Kesehatan;


2. Surat Keterangan Lahir;
3. Surat Keterangan Sakit;
4. Surat Keterangan Hamil;
5. Surat Keterangan Kematian (Death
Certificate);
6. Surat Keterangan Medis (Medical
Report atau Resume Medis);
7. Visum et Repertum; dll.
SURAT KETERANGAN
KESEHATAN

1. Dibuat utk kepentingan terperiksa;


2. Berisi pernyataan bahwa kondisinya
laik atau tidak laik memangku suatu
pekerjaan/jabatan (fit / unfit to the job);
3. Digunakan sebagai lampiran untuk
berbagai kepentingan (mis: melamar
pekerjaan atau mengurus lisensi).
SURAT KETERANGAN SAKIT

1. Dibuat untuk kepentingan pasien;


2. Berisi pernyataan bahwa:
a. pasien dalam keadaan sakit; dan
b. rekomendasi perlunya diberikan cuti
sakit / perlakuan khusus (kerja ringan);
3. Digunakan sebagai lampiran untuk:
a. permohonan cuti sakit, tidak bekerja
berat, tidak menghadiri sidang; atau
b. mengajukan klaim asuransi, dll.
4. Bila pasien setuju, dpt ditulis Diag/Ther.
SURAT KETERANGAN HAMIL

1. Dibuat utk kepentingan pasien;


2. Berisi pernyataan bahwa:
a. pasien dalam keadaan hamil;
b. perkiraan waktu melahirkan; dan
c. rekomendasi agar kepadanya
diberi cuti hamil selama 3 bulan.
3. Dipakai sebagai lampiran untuk
mengajukan permohonan cuti hamil.
Keputusan cuti hamil dibuat oleh kepala kantornya.
SURAT KETERANGAN
KELAHIRAN

1. Dibuat untuk kepentingan pasien;


2. Berisi pernyataan bahwa bayi ybs
telah dilahirkan di RS / RB…...
3. Digunakan sbg lampiran untuk:
a. mengurus Akta Kelahiran;
b. mengurus perubahan Kartu Kelu-
arga;
c. mengurus tunjangan; dan lain-lain.
SURAT
KETERANGAN KEMATIAN

1. Dibuat untuk kepentingan keluarga;


2. Berisi pernyataan bahwa ybs telah
meninggal dunia ........
3. Digunakan sbg lampiran untuk:
a. mengurus Akta Kematian;
b. mengurus Penetapan Ahli Waris;
c. mengurus klaim asuransi;
d. mengurus pensiun; dan lain-lain.
MEDICAL REPORT
(LAPORAN MEDIS / RESUME)

Dibuat untuk kepentingan:


1. Pasien;
2. Pihak ketiga (termasuk keluarga);
3. Penegak hukum.
Berisi pernyataan tentang keadaan
kesehatan pasien.
Digunakan sbg lampiran utk berbagai
macam urusan (mis: klaim asuransi).
PROSES PERADILAN
Keterangan Dr atau Drg untuk kepentingan
peradilan dapat diberikan dalam bentuk:
1. Keterangan lisan:
a. yang diberikan didepan Penyidik; atau
b. yang diberikan di Sidang Pengadilan.
2. Keterangan tertulis (Visum et Repertum).
Visum et Repertum dapat diserahkan:
a. pada tingkat penyidikan; atau
b. pada tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM

Keterangan tertulis yang dibuat oleh


Dr/Drg dalam kapasitasnya sebagai ahli
atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban
atau barang bukti medis yg diperiksanya

dengan mengingat sumpah / janji ketika


menerima jabatan sebagai Dr.
VISUM ET REPERTUM

1. Dibuat utk kepentingan peradilan;


2. Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
a. penyidik (Polri, Provost atau PM);
b. hakim (hakim ketua sidang).
3. Digunakan sbg alat bukti dlm sidang
pengadilan.
4. Harus memenuhi syarat materiel dan
syarat formiel sesuai KUHAP.
PERMINTAAN TERLAMBAT

Permintaan terlambat pd korban hidup:


a. Korban harus dihadirkan utk diperiksa
(informasi medis sebelum datangnya surat
permintaan VR harus diperlaukan sebagai
rahasia yang hanya bisa dibuka didepan hakim
di sidang pengadilan); atau
b. Dengan izin tertulis dari pasien ybs
bisa diberikan Keterangan Dokter
(berisi informasi medis sebelum datangnya
PERMINTAAN TERLAMBAT

MULAI DIRAWAT SURAT PERMINTAAN


DI RUMAH SAKIT DITERIMA RUMAH SAKIT

STATUS SEBAGAI STATUS BERUBAH SBG


PASIEN BARANG BUKTI (KORBAN)

BUKAN
RAHASIA KEDOKTERAN RAHASIA KEDOKTERAN
TIDAK BISA DIUNGKAP DALAM BISA DIUNGKAP DALAM
VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM
TETAPI BISA DIUNGKAP
DALAM KETERANGAN MEDIS
ASAL DENGAN IZIN PASIEN
SYARAT
VISUM ET REPERTUM

Syarat Materiel:
a. faktual (factually correct); dan
b. tidak bertentangan dengan ilmu
kedokteran yang telah teruji.
Syarat Formiel:
a. dibuat dgn sumpah/janji; atau
b. dibuat dgn mengingat sumpah/
janji ketika menerima jabatan.
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Isinya faktual relevan dengan maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formal, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dg mengi-
ngat sumpah / janji wkt menerima jabatan.
VR PSIKIATRIK
- Ada penyakit jiwa atau tidak.
- Jika ada, apa jenis penyakit jiwa tsb.
- Apakah dengan jenis penyakit jiwa tsb
ybs masih mampu bertanggungjawab
atau terhadap perbuatan yang dilakukan.
VR KORBAN HIDUP
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat).
VR KORBAN MATI
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Apa penyebab kematian korban.

VR TINDAK PIDANA SEKSUAL


- Ada tanda-tanda kekerasan.
- Ada tanda-tanda persetubuhan atau tidak.
VR KORBAN BAYI MATI
- Bayi viabel atau tidak.
- Bayi bayi lahir hidup atau lahir mati.
- Apa penyebab kematiannya.
- Berapa lama bayi sempat hidup diluar
kandungan.
Luka Berat:
- tidak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna.
- dapat mendatangkan bahaya maut.
- menimbulkan rintangan tetap dalam men-
jalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
mata pencarian.
- kehilangan salah satu dari panca indera.
- menimbulkan cacat besar atau kudung.
- mengakibatkan lumpuh.
- menimbulkan gangguan daya pikir 4 ming-
gu atau lebih.
- keguguran atau kematian janin dlm rahim.
Luka Sedang:
luka yang mengakibatkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan matapencarian
untuk sementara waktu.

Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau matapencarian.
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN :
- identitas peminta visum et repertum.
- identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
- identitas korban yang diperiksa.
- alasan dimintakan visum et repertum.
- kapan dilakukan pemeriksaan.
- tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN :
- fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
- fakta dari hasil pemeriksaan yang dilakukan bersama-sama dokter lain.

KESIMPULAN :
- interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.

PENUTUP :
- pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
- tanda tangan dokter pemeriksa (pembuat visum et repertum).
VISUM et REPERTUM ORANG HIDUP
PENDAHULUAN :
-
-
HASIL PEMERIKSAAN :
- fakta dari pemeriksaan pertama kali datang.
- fakta dari pemeriksaan selama dalam perawatan.
- fakta dari pemeriksaan terakhir.

KESIMPULAN :
- jenis luka.
- jenis benda penyebab luka.
- derajat luka.

PENUTUP :
Demikianlah keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan.
HAK-HAK PASIEN
Hak pasien atas informasi medis:
1. Hak untuk dirahasiakan.
2. Hak melepas sifat kerahasiaannya.
3. Hak menentukan kepada siapa
informasi medisnya boleh diberikan.
4. Hak mendapatkan informasi dalam
bentuk:
a. lisan;
b. tertulis (medical report / resume);
c. fotokopi dari Rekam Medisnya.
ASPEK HUKUM
Informasi dlm rekam medis merupakan
rahasia yang harus dijunjung tinggi !!!
Kerahasiaan tersebut didasarkan pada:
a.Sumpah (social contract).
b.Kode Etik Profesi (KODEKI).
c. Peraturan perundang-undangan.
Informasi dari rekam medis ttg kondisi
pasien sebelum Surat Permintaan
Visum tdk boleh dituangkan dlm V et R.
PEMANFAATAN
Awalnya informasi medis yang dicatat
dalam rekam medis adalah untuk
memenuhi kepentingan rumah sakit.
Dalam perkembangannya, juga dapat
dimanfaatkan oleh:
1. Pihak pasien.
2. Pihak ketiga (individu atau lembaga).
3. Pihak penegak hukum.
PEMANFAATAN OLEH PASIEN
Jika yang memanfaatkan pasien maka
masalah hukumnya hampir tidak ada.
Penyampaian kpd pasien dilakukan:
1. Secara lisan; atau
2.Secara tertulis, dalam bentuk:
a. resume medis;
b. laporan medis (medical report);
c. fotokopi, keseluruhan atau
sebagian sesuai permintaan ps.
PEMANFAATAN
OLEH PIHAK KETIGA
Jika yang memanfaatkan pihak ketiga
maka harus hati-hati !!!
Penyampaian kpd pihak ketiga bisa dila-
kukan jika memenuhi dua syarat:
1.Ada permohonan tertulis (written
request); disertai
2. Izin tertulis (written consent) dari ps.

Contoh pihak ketiga adalah asuransi !!!


PENGERTIAN SEKS

Do you believe in sex = Coitus (done for love,


before marriage? for pleasure or for both).

Sex is for making babies. = Coitus.

There shall be no sex = Gender role.


discrimination.
Sex education should be = Anatomy, development,
given in schools. physiology, reproduction …
That’s a sexy dress. = Erotic appeal.
Is he homosexual or hete- = Orientation in erotic and
rosexual. love partner.
To coerce a person into = Kissing, touching, coitus
having sex. and …………………….
COITUS YANG TIDAK MELANGGAR HUKUM

• Harus ada persetujuan (consent) dari wanita.

• Kondisi wanita tersebut harus:


1. Cukup umur (in statutory age), yaitu sudah
berumur 15 tahun atau lebih.
2. Sehat akal.
3. Tidak sedang terikat perkawinan dengan
laki-laki lain.
4. Tidak ada hubungan darah yang dekat.

Persetubuhan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip


di atas dapat dikatagorikan TINDAK PIDANA (KUHP).
HUBUNGAN COITUS DAN UMUR WANITA

O th 12 th > 12 th 15 th > 15 th

delik biasa delik aduan bukan


tindak
pidana

Kesimpulan:

1. Hak memberikan persetujuan coitus (the right to


consent to coitus) ada pada wanita yang sudah
berumur 15 tahun ke atas.
2. Persetujuan coitus yang diberikan oleh wanita
HAK-HAK PEREMPUAN

right to con-
sent to coitus

Syarat syahnya persetujuan wanita:


1. Suka rela / tidak ada paksaan (voluntary).
2. Jelas / tegas (unequivocal).
3. Dalam keadaan sadar (conscious).
4. Sesuai kelaziman (naturally).
PENGERTIAN COITUS
Perpaduan kelamin laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh keturunan.
(Susilo)

Masuknya kepala penis di antara kedua bibir vulva.


(Nojon)
The slightest penetration of the sexual organ of the
female by the sexual organ of the male.
(State v. Cross)
The entering of the vulva or labia is sufficient. It is not
necessary that vagina be entered or that the hymen be
ruptured.
(De Armond v. State)
AKIBAT DARI COITUS
Coitus Yang Sempurna, terdiri atas:
- penetrasi penis.
- gesekan-gesekan penis terhadap vagina.
- ejakulasi.
Akibat Coitus Yang Sempurna, adalah:
akibat langsung akibat tak langsung
penetrasi penis selaput dara robek tertular penyakit
kelamin (STD)
gesekan antara memar, lecet atau tertular penyakit
penis & vagina luka kelamin (STD)

ejakulasi sperma di vagina hamil, tertular pe-


nyakit kelamin
BENTUK PEMAKSAAN COITUS

Bentuk paksaan Common Law Disini

Menggunakan Force Rape Rape


Menciptakan Fear Rape Rape
Melakukan Fraud Rape ?
Menyalahgunakan Power Sexual Harassment ?
Menyalahgunakan Status Sexual Harassment ?

Sexual harassment = the use of power or status to


coerce a person into having sex.
PERKEMBANGAN KONSEP PERKOSAAN

Bentuk Konsep Ciri-Ciri Bentuk Perbuatan


Offence against Korban = orang tua Coitus intravaginal
property atau suami
Hukuman tergantung
status sosial pemilik

Sexual offence Korban = wanita yang Coitus intravaginal


bersangkutan

Physical offence Korban = wanita yang Coitus intravaginal


bersangkutan tidak harus ada
DEFINISI PERKOSAAN di INDONESIA
Psl 285 KUHP
“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman ke-
kerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya untuk
bersetubuh dengannya, dihukum karena memperkosa
dengan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun”.

Kesimpulan
PERKOSAAN harus memenuhi syarat:
1. Pelaku harus laki-laki yang mampu melakukan coitus.
2. Korban harus perempuan yang bukan isteri sendiri.
3. Perbuatannya harus meliputi:
a. coitus intra vaginal yang sifatnya dengan paksa.
b. bentuk pemaksaannya harus dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan.
KEBIJAKAN PIDANA di INDONESIA

Kebijakan Pidana tentang Perkosaan yang diru-


muskan dalam Kebijakan Legislatif adalah:

1. Perkosaan sebagai Male Crime (tindak pidana yang ha-


nya dapat dilakukan oleh laki-laki).
2. Perkosaan sebagai Extra Marital Crime (tindak pidana
yang hanya dapat dilakukan terhadap perempuan yang
bukan isteri sendiri).
3. Perkosaan sebagai Sexual Offence, yang mengharus-
kan adanya unsur coitus yang sifatnya:
- intra-vaginal.
- dengan paksaan (against her will).
- jenis paksaan dengan force (kekera-
san atau fear (ancaman kekerasan).
TUJUAN MEMINTA BANTUAN DOKTER

1. Mengungkap telah terjadi persetubuhan intra-


vaginal atau tidak.
2. Mengungkap identitas pelaku persetubuhan,
yaitu: - identitas umum.
- identitas personal.
3. Mengungkap telah terjadi kekerasan fisik atau
tidak.
4. Mengungkap kondisi jiwa korban dalam kaitan-
nya dengan kemampuan memberikan konsen,
yaitu: - ada penyakit jiwa?
- ada gangguan perkembangan jiwa (idiot atau
embecil)?
PEMERIKSAAN YANG DAPAT DILAKUKAN

Korban Perkosaan, yaitu:


- umur korban.
- kondisi jiwa yang dikaitkan dengan kemampuan un-
tuk memberikan persetujuan coitus.
- tanda-tanda akibat persetubuhan.
- tanda-tanda akibat kekerasan fisik.

Tersangka / Terdawa Pelaku Perkosaan, yaitu:


- untuk konfirmasi dugaan ia sebagai pelaku coitus.
- untuk mengetahui kemampuan melakukan coitus.

Barang Bukti Yang Ditemukan, yaitu:


- untuk mengungkap identitas pelaku coitus (misalnya
dengan memriksa sperma, darah, rambut, gigi dll).
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI, yaitu:
a. Alat Bukti katagori Keterangan Ahli, bila diberikan
secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah
atau janji.
b. Alat Bukti katagori Surat, bila diberikan secara
tertulis dengan mengingat sumpah ketika menerima
jabatan (misalnya Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan alat
bukti, yaitu apabila diberikan didepan penyidik dengan
sumpah atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut
dibacakan di sidang pengadilan karena dokter tidak dapat
didatangkan karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yang Menguatkan Keyakinan Hakim,
yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah dokter
selesai menjalani penyanderaan karena tanpa alasan syah
menolak mengucapkan sumpah atau janji.
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI

Apabila dokter diminta keterangannya maka dokter wajib


mengucapkan sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang syah maka sanksinya adalah:
1. Bila penolakan itu dilakukan di depan Penyidik maka tidak
ada sanksi apapun.
2. Bila penolakan itu dilakukan di depan sidang pengadilan
maka dokter dapat disandera di rumah tahanan negara
maksimal 14 hari.
INGAT :
Pengertian disandera tidak sama dengan ditahan. Disandera
artinya dilakukan upaya paksaan agar yang bersangkutan mau
mengikuti keinginan penyandera, yaitu mengucapkan sumpah
atau janji.
JENIS
PEMBUNUHAN OROK

1. KINDERDOODSLAG : dengan ancaman hukuman paling


ringan.
2. KINDERMOORD : dengan ancaman hukuman lebih berat.
3. PEMBUNUHAN BIASA : dengan ancaman hukuman pa-
ling berat.

Bagi penyidik yang menemukan adanya korban tindak pidana


berupa orok atau bayi baru lahir maka ia harus berusaha untuk
mengidentifikasi apakah tindak pidana ini berupa kinderdood-
slag, kindermoord atau pembunuhan biasa.
CIRI-CIRI

Kinderdoodslag & Kindermoord Pemb. Biasa

Korban anak kandung siapa saja

Pelaku ibu kandung bayi siapa saja

Tempo delicti saat dilahirkan atau tak lama kapan saja


kemudian

Motif takut ketahuan melahirkan selain takut


anak melahirkan
anak

Beda antara Kinderdoodslag dan Kindermoord adalah pada


rencana. Kinderdoodslag tanpa rencana dan Kindermoord
dengan rencana.
TUJUAN OTOPSI
PADA KORBAN INFANTICIDE

1. Menentukan bayi sudah viabel atau belum.


2. Menentukan bayi lahir hidup atau lahir mati.
3. Menentukan sebab kematian bayi.
4. Menentukan berapa lama bayi sempat hidup diluar
kandungan.
BAYI VIABEL

Bayi dikatakan viabel kalau keadaan bayi setelah dilahirkan


menunjukkan adanya kemampuan untuk hidup diluar
kandungan tanpa bantuan peralatan khusus (canggih).

SYARAT BAYI VIABEL


1. Umur bayi dikandung 28 minggu atau lebih.
2. Tidak memiliki cacat berat (misalnya anencephali).

TANDA BAYI TELAH DIKANDUNG 28 MINGGU


1. Panjang badan 35 cm atau lebih.
2. Berat badan 1500 gram atau lebih.
BAYI LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI

Pada kasus infanticide perlu ditentukan apakah bayi lahir


hidup atau lahir mati.
Kalau ternyata bayi lahir mati berarti tidak ada peristiwa
pembunuhan karena dari semula bayi tidak pernah mengalami
hidup diluar kandungan.

TANDA-TANDA LAHIR HIDUP


1. Alat pernapasannya menunjukkan tanda-tanda pernah
digunakan untuk bernapas.
2. Alat pencernaannya ditemukan udara atau makanan.
3. Potongan tali pusat memperlihatkan adanya tanda-tanda
reaksi jaringan (akibat dipotong).
PEMERIKSAAN
TERHADAP IBU YANG MENYANGKAL

Bila wanita yang dicurigai menyangkal bahwa ia pernah


melahirkan anak maka wanita tersebut dapat dibawa ke dokter
untuk dimintakan visum et repertum.
Tujuan pemeriksaan adalah :
1. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
ditemukan tanda-tanda bekas hamil, yaitu:
a. Adanya garis kehamilan.
b. Rahim membesar.
c. Payudara membesar.
2. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
tanda-tanda persalinan, yaitu:
a. Adanya robekan jaringan dibelakang alat kelamin.
b. Adanya cairan nifas (lochea) yang keluar dari alat
kelamin.
OTOPSI
PENGERTIAN OTOPSI :
Otopsi berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri
dan “opsis” yang berarti melihat.
Makna yang sesungguhnya dari otopsi adalah suatu
pemeriksaan atas jenazah, yang meliputi bagian luar
dan dalam, oleh tenaga kesehatan yang berwenang
dengan menggunakan cara-cara yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan hukum.
JENIS OTOPSI :
 Otopsi Anatomik (untuk kepentingan pendidikan).
 Otopsi Klinik (untuk kepentingan penyelidikan
penyakit).
 Otopsi Forensik (untuk kepentingan penegakan
hukum).
PEMINTA OTOPSI :
 Penyidik (untuk polisi minimal AIPDA dan untuk
polisi militer minimal PELDA).
KEWAJIBAN BAGI PEMINTA OTOPSI :
 Memberitahu keluarga korban tentang maksud
dan tujuan dimintakannya OTOPSI.
(Jadi bukan minta izin sebab untuk otopsi forensik
tidak diperlukan izin dari keluarga korban).
TEMPAT DIMANA DAPAT DIMINTAKAN OTOPSI :
 Rumah sakit milik pemerintah.
 Rumah sakit militer / kepolisian.
 Rumah sakit milik swasta.
 Puskesmas.
POSISI KELUARGA KORBAN :

 Memiliki hak untuk diberitahu oleh penyidik tentang


rencana otopsi.
 Tidak punya hak untuk menolak otopsi.
 Jika keluarga berkeberatan maka penyidik wajib
menerangkan sekali lagi tentang pentingnya otopsi
serta sanksinya bagi siapa saja yang menghalang-
halangi otopsi, yaitu Psl 222 KUHP.
 Jika tetap berkeberatan maka otopsi paksa tetap
dapat dilaksanakan setelah 2 hari.
 Jika keluarga korban ternyata tidak ditemukan maka
otopsi dilaksanakan setelah 2 hari.
Kesimpulannya : untuk otopsi Penyidik tidak perlu meminta izin
kepada keluarga korban, melainkan cukup memberitahu saja.
PELAKSANAAN OTOPSI
PRINSIP OTOPSI :
 Perlu dilaksanakan sesegera mungkin guna
menghindari hilangnya data-data medik akibat proses
pembusukan.

TEKNIS PELAKSANAAN OTOPSI :


 Menunggu klarifikasi keluarga paling lama 2 hari.
 Jika keluarga keberatan maka dokter (dapat mewakili
penyidik) untuk menjelaskan pentingnya otopsi.
 Jika tetap berkeberatan atau keluarga tidak ditemukan
maka dapat melakukan otopsi sesudah 2 hari.
 Hendaknya penyidik hadir ditempat otopsi agar dapat
saling bertukar informasi guna memperlancar proses
otopsi dan penyidikan serta menciptakan rasa aman
bagi dokter yang melakukan otopsi.
SARANA OTOPSI
SARANA TEMPAT
 Ruang :
a. Kamar otopsi khusus.
b. Kamar jenazah, gudang atau halaman dapat disulap
menjadi tempat otopsi apabila kamar otopsi khusus
tidak tersedia di Rumah Sakit atau Puskesmas
SARANA ALAT
 Alat Otopsi :
a. Pisau (bisa scalpel atau pisau dapur).
b. Gergaji listrik (bisa gergaji besi).
c. Benang yang besar (bisa benar kasur).
d. Jarum besar (bisa jarum kasur).
e. Air yang cukup.
f. Alat ukur (penggaris dan timbangan).
SARANA PENUNJANG
 Toksikologi. Bila sarana tsb tidak tersedia maka
 Histopatologi. dokter wajib memberitahu penyidik agar
 Dll supaya dimintakan ke tempat lain.
LANGKAH-LANGKAH OTOPSI
 PEMERIKSAAN LUAR :
Memeriksa seluruh bagian luar dari tubuh jenazah,
mulai dari ujung rambut sampai ujung jari kaki.

 PEMERIKSAAN DALAM dengan cara :


a. melakukan insisi (pengirisan) untuk membuka
rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul.
b. mengeluarkan seluruh organ dalam tubuh.
c. memeriksa seluruh organ tubuh satu-persatu.
d. mengembalikan seluruh organ ke tempat semula.
e. menutup dan menjahit.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG, antara lain :


a. melakukan pemeriksaan histopatologik.
b. melakukan pemeriksaan toksikologik.
c. melakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
KEWAJIBAN PENYIDIK PEMINTA OTOPSI
 Mengajukan permintaan otopsi secara TERTULIS.
 Mencari dan menghubungi keluarga korban untuk
MEMBERITAHUKAN rencana penyidik meminta otopsi.
 Menjelaskan sekali lagi kepada keluarga korban yang
yang merasa berkeberatan atas rencana otopsi, termasuk
menjelaskan adanya sanksi pidana bagi siapapun yang
menghalang-halangi pelaksanaan otopsi.
 Hadir saat otopsi untuk memberikan tambahan informasi
kepada dokter ataupun untuk menerima informasi penting
dari dokter serta memberikan rasa aman.
 Menyita barangbukti (misalnya anak peluru) yang
ditemukan waktu otopsi.
 Menerima jaringan yang perlu dimintakan pemeriksaan
penunjang ke tempat lain.
 Menjelaskan tentang sanksi pidana Psl 224 KUHP bagi
dokter yang tanpa alasan hukum menolak melakukan otopsi.
OTOPSI
JENAZAH YANG SUDAH DIKUBUR

 Meskipun jenazah sudah dikubur (lama ataupun baru) maka


otopsi atas jenazah tersebut tetap perlu karena :
a. bekas kekerasan pada jaringan lunak mungkin masih
dapat dikenali.
b. bekas kekerasan pada tengkorak, tulang dan gigi akan
dapat dikenali meskipun sudah lama terkubur.
c. racun-racun masih dapat ditemukan pada jaringan
lunak, tulang, kuku, rambut, kafan, peti dan tanah.
 Sebelum otopsi harus dilakukan pembongkaran lebih dahulu.
 Faktor musim (penghujan atau kemarau) dapat dijadikan
salah satu pertimbangan apakah pembongkaran harus segera
dilaksanakan atau ditunda.
 Demi efisiensi maka otopsi dapat dilaksanakan di tempat
pembongkaran jenazah.
ASFIKSIA
PENGERTIAN ASFIKSIA :
Keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen sebagai
akibat terhalangnya oksigen memasuki paru-paru.
Keadaan ini sering disebut mechanical asphyxia.
JENIS ASFIKSIA :
 Strangulasi (jeratan), yaitu:
1. Hanging (gantung).
2. Strangulation by ligature (jeratan tali).
3. Manual strangulation (cekikan).
 Sufokasi.
 Smothering (pembekapan).
 Choking / gagging (penyumpalan).
 Drowning (tenggelam).
 Crush asphyxia, yaitu:
1. Tekanan pd dada dan perut oleh benda berat.
2. Berdesak-desakan.
GEJALA ASFIKSIA :
1. Nafas sesak (dyspneu).
2. Kejang (konvulsi).
3. Nafas berhenti (apneu).
polisi militer minimal PELDA).
TANDA PADA TUBUH JENAZAH :
1. Kebiruan (cyanosis).
2. Sembab (kongesti).
HANGING (GANTUNG)
PENGERTIAN :
 Suatu peristiwa dimana berat badan dari tubuh tertahan
oleh benda (biasanya tali atau kabel) pada daerah lehernya
sehingga jalan nafas atau pembuluh darah tertutup.
 Pada peristiwa gantung tidak selalu seluruh tubuh berada
diatas tanah.
Sangat dimungkinkan orang menggantung dengan ujung
kaki menyentuh tanah. Yang
penting, asalkan daerah leher tertekan oleh tekanan yang
beratnya 10 pon maka pembuluh darah leher dapat tertutup
sehingga aliran darah terhenti.

SEBAB KEMATIAN :
1. Asfiksia (kekurangan oksigen).
2. Gangguan aliran darah (sirkulasi darah).
3. Vagal reflex (reflek syaraf ke X).
4. Rusaknya batang otak akibat terkena ruas tulang leher.
CARA KEMATIAN :
 Bunuh diri (paling sering).
 Pembunuhan.
 Kecelakaan (terlilit tali parasut).
TANDA-TANDA UMUM :
 Kebiruan (cyanosis).
 Bintik perdarahan (utamanya pada selaput mata).
 Daerah muka, leher dan otak sembab.
 Darah berwarna gelap dan encer.
TANDA-TANDA KHAS :
 Jejas jerat berwarna coklat kemerahan.
 Dibawah kulit leher terdapat resapan darah.
 Lebam mayat pada ujung tangan dan kaki.
 Lidah terjulur apabila letak tali berada dibawah jakun.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Lokasi.
2. Posisi tubuh.
3. Keadaan tali.
4. Keadaan tubuh jenazah, misalnya:
a. Distribusi lebam mayat apakah sesuai dengan ciri-
ciri menggantung.
b. Lidah tidak harus terjulur.
c. Sperma atau faeces tidak selalu keluar.
CEKIKAN

TANDA-TANDA :
1. Leher :
a. Bagian luar, antara lain:
- memar.
- lecet berbentuk bulan sabit.
b. Bagian dalam, antara lain:
- resapan darah dibawah kulit.
- patah tulang rawan.
2. Paru-paru : terlihat sembab.
TENGGELAM
PENGERTIAN :

Peristiwa tenggelam terjadi manakala lubang hidung dan

mulut berada didalam air.


Dalam peristiwa tenggelam, seluruh tubuh tidak harus
berada didalam air.
Oleh sebab itu dimungkinkan orang tenggelam didalam
wastafel atau ember yang berisi air.
Pada orang dewasa, kematian terjadi apabila menghirup

air sebanyak 2 liter sedangkan pada bayi apabila


menghirup air sebanyak 30 sampai 40 cc air.
SEBAB KEMATIAN :
 Vagal reflex.
 Spasme (kejang) larynx).
 Pengaruh air dalam paru-paru.
CARA KEMATIAN :
 Bunuh diri.
 Pembunuhan.
 Kecelakaan.
TANDA-TANDA POST MORTUM :
 Bagian Luar Tubuh :
a. Pakaian basah campur lumpur.
b. Kulit basah dan keriput seperti kulit angsa (cutis
anserina).
c. Lebam mayat pada daerah kepala dan leher.
d. Cadaveric spasm (kejang tangan).
e. Buih halus pada hidung dan mulut.
 Bagian Dalam Tubuh :
a. Saluran nafas penuh dengan buih.
b. Paru-paru membesar dan lebih berat.
c. Lambung terisi air, lumpur dan ganggang.

Anda mungkin juga menyukai