Anda di halaman 1dari 2

FUNGSI KEDOKTERAN KEHAKIMAN DALAM MEMBANTU PERADILAN

Gem Dogruyol

20210610142

Kedokteran kehakiman atau biasa disebut kedokteran forensik yang merupakan cabang dari
ilmu kedokteran yang dipelajari lebih lanjut dengan melanjutkan sekolah spesialis forensik.
Kedokteran forensik dalam hukum digunakan sebagai alat bantu pembuktian hukum khususnya
dalam menemukan fakta pembuktian perkara hukum, baik hukum pidana maupun hukum perdata.
Yang membedakan ilmu kedokteran dengan kedokeran forensik adalah penerapannya, dimana
kedokteran forensik dalam penerapannya digunakan untuk penegakan hukum (medicine for law).
Menurut pasal 184 KUHAP alat bukti sah adalah:

1) Keterangan saksi;
2) Keterangan ahli;
3) Surat;
4) Petunjuk;
5) Keterangan terdakwa.

Yang dimaksud dengan keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus tentang suatu hal yang diperlukan untuk pembuktian sebuah kasus.
Keterangan yang dikeluarkan oleh kedokeran forensik adalah salah satu alat bukti keterangan ahli
yang bisa digunakan untuk pembuktian perkara pidana.

Pada tingkat penyelidikan kedokteran forensik memiliki tugas menentukan adatidaknya


peristiwa pidana saat ditemukan mayat manusia, misalnya ditemukan seorang mayat yang mati
gantung diri maka kematiannya memiliki dua kemungkinan yaitu dia memang mati gantung diri atau
sebelum gantung diri dia sudah dibunuh kemudian baru digantung. Kedokteran forensik bertugas
menentukan kemungkinan-kemungkinan kematiannya dari tanda-tanda fisik mayat tersebut. Jika
pada mayat ini matanya menonjol, lidahnya menjulur karena tekanan pada leher, kuku dan bibir
berubah menjadi kebiruan, keluarnya urine dan feses, dan tanda-tanda fisik lainnya. Jika tanda-tanda
fisik ini tidak ditemukan dalam mayat yang ditemukan maka, ada kemungkinan korban dibunuh
terlebih dulu baru digantung. Selanjutnya, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan
pembedahan yang dilaksanakan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Apabila memang ada dugaan
pembunuhan maka, identitas korban akan diselidiki guna menungkap pelaku pembunuhan karena
mungkin saja pelaku memiliki hubungan dengan korban. Oleh karenanya, identitas korban penting
untuk diketahui.

Dalam sebuah kasus, pihak penyidik yang berwenang bisa meminta keterangan yang dibuat oleh
dokter mengenai pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati atau bagian tubuh
manusia yang disebut Visum et Repertum. Visum et Repertum biasanya berbentuk laporan tertulis
yang dibuat oleh dokter yang telah mengucapkan sumpah jabatan dimana pembuatannya
didasarkan pada pemeriksaan terhadap orang mati atau terluka karena tindak pidana. Dalam pasal
120 ayat 1 KUHAP dinyatakan bahwa “dalam hal penyidik menanggap perlu, ia dapat meminta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus”. Isitilah Visum et Repertum tidak ada
didalam KUHAP, tapi terdapat dalam Staatsblad Tahun 1937 No. 350 tentang Visa Reperta. Visa
berarti penyaksian atau pengakuan dan reperta berarti laporan, apabila diterjemahkan maka dapat
dijelaskan sebagai laporan yang dibuat berdasarkan pengakuan telah melihat sesuatu. Dalam proses
peradilan, Visum et Rpertum memiliki fungsi utama mencari kebenaran sejauh apa yang bisa
didapatkan oleh dokter tanpa harus mengorbankan hak dari tersangka atau terdakwa.

Anda mungkin juga menyukai