Anda di halaman 1dari 4

Rahadian Bahri – 1506676821 - Reguler

REFLEKSI PEMBELAJARAN

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Hal yang secara umum saya dapatkan selama mengikuti perkuliahan ilmu kedokteran
forensik dan medikolegal ini adalah bagaimana proses identifikasi yang dilakukan seorang
dokter kepada seorang manusia agar dapat mengetahui adanya tindak pidana yang dialami
seseorang tersebut. Selain itu, dari perkuliahan ini saya juga mendapat pengetahuan tentang
pentingnya kedudukan ilmu forensik dalam mengungkap bagaimana suatu tindak pidana terjadi.
Seperti yang dijelaskan dalam perkuliahan, pentingnya keberadaan seorang dokter forensik ini
menempatkan keahlian ini sebagai amicus curiae, atau sahabat pengadilan. Dokter forensik
membantu hakim dalam suatu proses pembuktian pada suatu perkara dengan keilmuannya, agar
suatu konstruksi kasus menjadi terang dan membantu hakim dalam memutuskan perkara
tersebut.

Ilmu forensik merupakan ilmu tentang bagaimana melakukan upaya pembuktian secara
ilmiah atau upaya pembuktian yang akan menghasilkan alat bukti ilmiah melalui interpretasi
berdasarkan keilmuan yag sesuai dengan barang bukti. Keterkaitan pembuktian forensik dalam
suatu tindak pidana dengan keilmuan yang digunakan dalam pembuktian ini memiliki faktor
penunjang, yaitu barang bukti itu sendiri. Proses mengungkap adanya hubungan barang bukti
dengan tindak pidana yang terjadi ini dilakukan menggunakan disiplin ilmu lain. Contohnya
adalah apabila dalam suatu tindak pidana pembunuhan, dibutuhkan pembuktian dengan
pendekatan ilmu forensik patologi untuk mengetahui bagaimana seseorang terbunuh. Apabila
seseorang terbunuh karena tertembak senjata api, dibutuhkan pendekatan ilmu balistik forensik
untuk menyocokkan peluru dengan sejata api yang digunakan pelaku.

Interpretasi yang dilakukan menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu dalam suatu
proses pembuktian akan memperjelas bagaimana suatu tindak pidana itu terjadi, bahkan dapat
menentukan apakah itu tindak pidana atau tidak. Hal ini pun sejalan dengan prinsip kriminalistik
yaitu prinsip Locard yang menyatakan bahwa setiap peristiwa meninggalkan jejak, dan prinsip
Individualitas yang menyatakan bahwa walaupun dua objek tidak dapat dibedakan, tapi tidak
mungkin kedua objek tersebut identik. Dari prinsip itulah pembuktian menggunakan pendekatan
keilmuan diperlukan, yaitu untuk mengindentifikasi bukti dan mengartikannya. Secara garis
Rahadian Bahri – 1506676821 - Reguler

besar, Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik ilmu kedokteran yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum (legal) dan proses peradilan
(judicial), serta mempelajari relasi hukum profesional antara dokter dengan aparatur penegak
hukum.

Penggunaan ilmu kedokteran forensik dalam suatu proses pembuktian di persidangan ini
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, tepatnya pasal 120 KUHAP. Pasal
tersebut menyatakan bahwa dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat
orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Pasal ini mengatur kedudukan seorang ahli
dalam suatu proses penyidikan yang membutuhkan disiplin ilmu tertentu untuk menemukan
keterangan dari suatu petunjuk. Selain itu juga diatur dalam pasal 133 ayat (1), yang menyatakan
bahwa dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya. Pasal ini mengatur tentang peranan seorang Dokter Forensik untuk
melakukan pemeriksaan pada seorang yang terlibat tindak pidana. Melalui dua pasal tersebut,
terdapat ketentuan hukum yang mengatur bagaimana suatu ilmu kedokteran forensik ini dapat
digunakan dalam suatu proses peradilan. Pasal ini juga yang mengatur kewenangan seorang
dokter forensik dalam melakukan pemeriksaan yang nantinya dapat digunakan dalam
pembuktian.

Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan seorang dokter forensik dituangkan ke dalam
pemberitaan yang disebut dengan Visum et Repertum. Visum et Repertum (VER) merupakan
keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup ataupun mati, ataupun bagian/ diduga bagian tubuh
manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Berdasarkan hukum positif, VER ini tidaklah dinyatakan dalam pasal 184 KUHAP sebagai salah
satujenis alat bukti. Namun, VER ini terkategorikan sebagai alat bukti surat sebagaimana yang
ditentukan dalam pasal 187 huruf c KUHAP, yaitu surat keterangan ahli.

Munculnya VER sebagai alat bukti ini berkaitan dengan adanya kewenangan seorang
Dokter Forensik dalam melakukan pemeriksaan, sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 133
ayat (1) KUHAP. Ayat (2) pasal yang sama menentukan lebih jelas bagaimana kewenangan
Rahadian Bahri – 1506676821 - Reguler

pemeriksaan yang dilakukan seorang dokter forensik, dan bagaimana legalitas VER dapat
menjadi alat bukti. Ayat tersebut menyatakan bahwa permintaan keterangan ahli ini diakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. VER dapat dibuat oleh seorang dokter,
apabila ada permintaan dari penyidik kepada seorang dokter untuk melakukan pemeriksaan
forensik. Permintaan pemeriksaan tersebut pun harus dinyatakan jelas dalam bentuk tertulis, agar
dokter tahu kewenangan pemeriksaan yang dimilikinya di tiap pemeriksaan.

Dari tiap perkuliahan ilmu kedokteran forensik juga, saya mendapatkan pengetahuan
tentang bagaimana mengetahui proses meninggalnya seseorang atau bagaimana seseorang
mendapat luka melalui kondisi tubuhnya. Materi-materi perkuliahan seperti Traumatologi dan
Asfiksia membuat saya mengetahui bagaimana membaca kondisi tubuh seseorang yang dapat
dikaitkan dengan bagaimana proses meninggalnya, dan mengetahui adanya indikasi tindak
pidana yang terjadi dengan kondisi tubuh seperti yang diajarkan di materi tersebut. Selain itu
juga terdapat materi Kejahatan Seksual, yang mengajarkan saya tentang bagaimana mengetahui
adanya kejahatan seksual yang dialami seseorang dengan mengidentifikasi kondisi tubuh
seseorang. Salah satu materi yang menarik bagi saya adalah tentang Psikologi Forensik. Materi
perkuliahan ini mengajarkan saya bagaimana mengidentifikasi adanya indikasi tindak pidana
dengan cara membaca sifat dan gelagat seseorang yang diduga berhadapan dengan suatu kasus
tindak pidana.

Secara keseluruhan, bagi saya mata kuliah ini menyenangkan. Seorang mahasiswa hukum
yang selalu diajarkan tentang prinsip-prinsip dan ilmu sosial, mendapatkan ilmu-ilmu yang
sifatnya eksakta namun teknis, merupakan hal yang menarik. Saya dapat mengetahui, setidaknya
secara awam, tentang penyebab bekas luka pada seseorang yang ada di sekitar saya. Saya juga
mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana seorang dokter juga dapat bertanggung jawab pada
hukum, baik terkait etik, disiplin, ataupun hubungannya dengan pasien. Hal ini yang juga pernah
saya dapatkan di perkuliahan Hukum Kesehatan.

Para pengajar mata kuliah ilmu kedokteran forensik ini menjelaskan dengan baik dan
rinci, namun tetap dengan bahasa awam yang dapat dimengerti oleh mahasiswa hukum. Istilah-
istilah kedokteran yang ada di tiap materi juga dijelaskan artinya. Seperti anamnenis, cyanosis,
konvulsi, dan apnoe. Penjabaran istilah kedokteran yang disederhanakan menjadi bahasa awam
Rahadian Bahri – 1506676821 - Reguler

membuat para mahasiswa dapat memahami pembelajaran dan membayangkan kondisi tubuh atau
kegiatan kedokteran yang dimaksud oleh para pengajar.

Anda mungkin juga menyukai