Anda di halaman 1dari 28

FORENSIK

PRINSIP PEMERIKSAAN
KEDOKTERAN FORENSIK
Novianto Adi Nugroho
28 Februari 2019
PRINSIP

Adalah suatu pernyataan fundamental atau


kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh
kelompok

sebagai sebuah pedoman untuk berpikir


atau bertindak.
TJONTOH KASUS

Anda sedang di jalan, ada kecelakaan


lalu lintas kondisi korban kepala pecah,
mungkin sudah meninggal..

Apa yang anda lakukan ?


LINGKUP PELAYANAN

• Patologi Forensik
Pemeriksaan kedokteran forensik atas korban mati,
benda tubuh
• Forensik Klinik
Pemeriksaan kedokteran forensik atas ‘korban’ hidup
• Mediko-legal
Konsultasi masalah kedokteran - hukum
AUTOPSI

TOKSIKOLOGI
TRAUMATOLOGI

PATOLOGI
RADIOLOGI FORENSIK ANATOMI

ANTROPOLOGI PARASITOLOGI

ODONTOLOGI
TKP POLISI
Kriminal

PELAKU KORBAN •Surat permintaan penyidik


•Segel barang bukti
•Surat pernyataan keluarga
HIDUP/ • Berita acara serah terima BB/alat bukti
MATI • Berita acara pemeriksaan TKP

RS : UGD/
IKF

PASIEN BB MEDIS

LEGE ARTIS LEGE ARTIS


• Px (PL/PLPD)
“KLINIS” “FORENSIK”
• Penunjang :
(Patologi Anatomi, Mikrobiologi, Parasitologi
Histologi, Toksikologi, Odontologi, DNA)
REKAM VISUM et
MEDIS REPERTUM
ALUR

1. Korban Hidup
2. Datang ke faskes
3. Surat permintaan penyidik / tidak
4. Surat persetujuan
5. pemeriksaan
ALUR

1. Jenazah TKP
2. Dibawa ke faskes
3. Surat permintaan penyidik
4. Surat persetujuan
5. Ada legalitas hukum pengiriman BB
INFORMED CONSENT :

1. Prinsipnya merupakan hak korban/keluarga korban


untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan informasi
dari pihak penyidik (Pasal 134 KUHAP)
2. Penyidik perlu koordinasi dengan tim medis dan
keluarga korban untuk ,menentukan macam
pemeriksaan (PL, otopsi, TKP, penunjang, dll)
3. Penyidik memiliki Pasal 222 KUHP dalam
menentukan pemeriksaan jenazah (PL, otopsi)
JADI INFORMED CONSENT

• Dari pihak penyidik untuk tim medis,  V et R


• Dari korban/keluarga berupa surat persetujuan keluarga
• Dari keluarga korban – untuk Tim Medis
pangruti jenazah (agama)
pengawetan jenazah
pengiriman/transportasi jenazah
DALAM PROSES PEMERIKSAAN MEDIS ;

1. Kesiapan BB
2. Penyidik siap
melihat langsung
mengamankan lingkungan,
mencatat serta membuat dokumentasi fakta pada korban
3. Penyidik siap sebagai konsultan peristiwa
4. Penyidik siap menerima BB yang lain yang terdapat
pada korban
5. Menyerahkan jenazah korban atau korban hidup
kepada keluarga setelah pemeriksaan
6. Menerima hasil pemeriksaan medis
7. Bertanggung jawab terhadap seluruh biaya
HASIL PEMERIKSAAN MEDIS :

1. Obyektif sesuai pengamatan/pemeriksaan


2. Berdasarkan norma atauran/standart pelayanan
medis, khususnya standart pelayanan kedokteran
forensik
3. Landasan utama berdasarkan ilmu kedokteran
orientasi ilmu hukum
4. Dapat dipertanggungjawabkan secara medis
berorientasi dengan ilmu hukum
VISUM ET REPERTUM

• Visi (melihat) dan reperta (melaporkan)


• Pada umumnya dibuat oleh dokter RS
Pemerintah
• Perkembangan sekarang setiap dokter dapat
dimintai bantuan untuk membuat Visum
• Visum merupakan alat bukti yang sah di
pengadilan
PERUNDANGAN VER
Pasal 133 (1) KUHAP :
Setiap dokter yang menangani kasus diberikan
kewajiban hukum untuk memeriksa dan membuat V
et R

Pasal 224 KUHP :


Jika dokter melanggar kewajiban tersebut
dapat dikenai sanksi pidana (perkara pidana 9
bl, perkara lain 6 bl)
KAIDAH UMUM PENULISAN V ET R
• Diketik di atas kertas berkepala surat instansi
pemeriksa, bernomor
• Bersifat obyektif medis
• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar
• Hindari adanya coretan dan tidak ada tempat
kosong
• Hal-hal tertentu dinyatakan dalam bentuk huruf.
• Ditandatanagani dan diberi nama jelas
pembuatnya dan stempel instansi pemeriksa
SKEMA VER

1. Pembukaan  “Pro Justitia”


2. Pendahuluan :
identitas (peminta, pemeriksa, korban), TKP,
waktu & macam pemeriksaan
3.Pemberitaan :
Fakta medis yang dilihat & ditemukan,
ditulis dengan kata-kata, bersifat obyektif
4.Kesimpulan :
bersifat subyektif, hasil interpretasi dokter
5.Penutup : Pernyataan
PEMBUKAAN
KESIMPULAN

PENUTUP
PENDAHULUAN

PEMBERITAAN CONTOH
VISUM ET
REPERTUM
Pada lengan atas kanan sisi depan, 5 cm di atas lipat siku,
terdapat beberapa luka lecet membentuk lingkaran bundar,
dikelilingi memar, meliputi area seluas 4 cm kali 4 cm.
Perbedaan V et R Surat Keterangan
Medis
Korban/penderita Merupakan barang bukti medis Merupakan pasien
Pembuat Dokter Dokter atau dokter gigi

Awal kontrak / Kontrak pemeriksaan dari pihak Kontrak pemeriksaan dari


permintaan berwenang (polisi, jaksa, pasien sendiri
pemeriksaan hakim)

Format laporan Dalam bentuk visum et repertum Dalam bentuk surat


keterangan medis (misal
surat keterangan sehat)

Penyerahan laporan Diserahkan kepada pihak Diserahkan hanya kepada


pemohon pasien

Masa berlaku Sampai berakhirnya proses Ada batas waktu


peradilan tertentenggang waktu
tertentu)

Informed consent Tidak diperlukan Harus ada


Pasal 184 KUHAP
Alat bukti yang sah
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Hal yang secara umum sudah diketahui tidak
perlu dibuktikan
PROSES SIDANG PENGADILAN

1. Koordinasi
2. Pertanggunganjawab masing-masing
(sumpah)
3. Pengawalan dan pengamanan lingkungan,
4. Surat panggilan
5. Kesiapan alat bukti, barang bukti untuk
dipertanggungjawabkan dalam forum
6. Kesiapan forum sidang pengadilan sesuai
hukum yang berlaku
FUNGSI UTAMA
PROSES PERADILAN

• MENCARI KEBENARAN SEJAUH YANG


DAPAT DICAPAI OLEH MANUSIA
• DAN TANPA HARUS MENGORBANKAN
HAK DARI TERSANGKA ATAU TERDAKWA
(UPAYA ILMIAH)
PERSIDANGAN
TJONTOH KASUS

Anda menemukan teman anda satu kos


tergeletak, mungkin sudah meninggal..

Apa yang anda lakukan ?


KESIMPULAN

1. VISUM BUKAN BAHASA MEDIS


2. KORBAN HIDUP DINILAI PERLUKAAN DAN
PROGNOSISNYA
3. PEMERIKSAAN JENAZAH HARUS JELAS SIAPA YANG
MEMBAWA JENAZAH, DAN SURAT PERMINTAAN
YANG JELAS JUGA
4. KESIMPULAN VISUM MERUPAKAN PENDAPAT
SESUAI ILMU KEDOKTERAN
5. LAPORAN VISUM DIBUAT DENGAN RAPI DAN
TIDAK BERLAMA-LAMA
SUDAH

Anda mungkin juga menyukai