Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan karena berkat rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil judul Pemeriksaan Kedokteran
Forensik Terhadap Jenazah di Tempat Kejadian Perkara yang merupakan salah
satu Judul Makalah dalam program pendidikan Dokter Spesialis dibagian Kedokteran
Forensik.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada pembimbing saya dr
Asan Petrus Mked (For) SpF yang telah membimbing penulisan tugas makalah saya dalam
menyelesaikan makalah ini dan juga kepada teman sejawat saya para dokter-dokter lainnya.
Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembaca kami
juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar
pada penulisan yang akan datang lebih baik lagi.

Medan,..Oktober 2017
Penulis,

Dr Muhammad Fernando Manik

1
Tujuan Interuksi Umum :
Mampu melaksanakan Pemeriksaan di TKP serta membuat Laporan nya

Tujuan Interaksi Khusus :


a. Mampu Menjelaskan Dasar Hukum Pemeriksaan TKP
b. Mampu Menjelaskan Tujuan Pemeriksaan TKP
c. Mampu Menjelaskan Latar Belakang TKP
d. Mampu Menjelaskan Kewajiban Seorang Dokter dalam melaksanakan
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
e. Mampu Menjelaskan Prosedur Pemeriksaan TKP
f. Mampu Menjelaskan Tata cara / prinsip pemeriksaan TKP
o Alat / perlengkapan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan TKP
o Metode mencari barang bukti
o Pengambilan dan Pengumpulan Barang Bukti
o Pola atau bentuk sidik jari dan bercak darah di TKP
g. Mampu Menjelaskan Pemeriksaaan TKP kasus Bencana
h. Mampu Menjelaskan Pemeriksaan TKP pada kasus Hanging
i. Korban yang telah mati
j. Penentuan/ pemeriksaan TKP kasus tenggelam
k. Pemeriksaan TKP kasus Exhumasi

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Indonesia adalah Negara yang rawan akan bencana alam, mengingat
daerah Indonesia yang terletak strategis akan gunung merapi, menurut data dari
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tahun 2015 tercatat 2.384 bencana
alam di Indonesia. Statistik bencana hingga bulan Agustus 2017, tercatat jumlah
kejadian bencana sebanyak 1.601 dengan korban sebanyak sekitar 2 juta jiwa serta
kerusakan pemukiman sebanyak lebih kurang 20.000 unit. Bencana terdiri dari banjir
(35,9%), tanah longsor (26,1%), gelombang pasang/abrasi (0,3%), kebakaran
hutan/lahan (4,1%), gempa bumi (0,8%), kecelakaan transportasi (0,38%), kekeringan
(0,24%), letusan gunung berapi (0,06%), konflik/kerusuhan sosial (0,14%), puting
beliung (28,9%), dan lain-lain. 13
Banyak yang sering kita dengar zaman sekarang kasus gantung diri yang
sering terjadi. Menurut WHO, tahun 2010, angka bunuh diri di Indonesia mencapai
1,6 1,8 per 100.000 jiwa, diantara nya 41% melakukan bunuh diri dengan cara
hanging.1
Pada setiap kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, yang
kalau di teliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensic
sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut dapat terungkap dan bahkan korban
yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali.1
Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang
mengakibatkan kematian korban telah terjadi, maka pihak penyidik dapat
meminta/memerintahkan dokter untuk melakukan pemeriksaan di Tempat Kejadian
Perkara (TKP) tersebut.2
Selama melakukan pemeriksaan harus dihindari tindakan-tindakan yang dapat
merubah, mengganggu atau merusak kead
aan di TKP tersebut walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu harus
mengumpulkan segala benda bukti (trace evidence) yang ada kaitannya dengan
manusia,seperti mengumpulkan bercak air mani atau bercak darah yang terdapat pada

3
pakaian atau benda-benda di sekitar korban, yang pada dasarnya tindakan
pengumpulan benda bukti tadi tidak akan merusak keadaan di TKP itu sendiri.2

1.2. Tujuan
Tujuan Interuksi Umum:
1) Mampu melaksanakan Pemeriksaan di TKP serta membuat Laporan nya
Tujuan Interaksi Khusus:
Mampu Menjelaskan Dasar Hukum Pemeriksaan TKP
Mampu Menjelaskan Tujuan Pemeriksaan TKP
Mampu Menjelaskan Latar Belakang TKP
Mampu Menjelaskan Kewajiban Seorang Dokter dalam melaksanakan
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Mampu Menjelaskan Prosedur Pemeriksaan TKP
Mampu Menjelaskan Tata cara / prinsip pemeriksaan TKP
o Alat / perlengkapan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan TKP
o Metode mencari barang bukti
o Pengambilan dan Pengumpulan Barang Bukti
o Pola atau bentuk sidik jari dan bercak darah di TKP
Mampu Menjelaskan Pemeriksaaan TKP kasus Bencana
Mampu Menjelaskan Pemeriksaan TKP pada kasus Hanging
Korban yang telah mati
Penentuan/ pemeriksaan TKP kasus tenggelam
Pemeriksaan TKP kasus Exhumasi

1.3. Manfaat
Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan,
baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan pemeriksaan kedokteran forensik
terhadap jenazah di tempat kejadian perkara serta dapat menjadi sumber referensi
untuk makalah selanjutnya.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DASAR HUKUM PEMERIKSAAN DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat di temukannya benda bukti


dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang di duga kejahatan menurut
suatu kesaksian3.Atau tempat di mana suatu tindak pidana di lakukan/terjadi,atau
akibat yang di timbulkannya4.
Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu
tindak pidana,tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Disini hanya akan di
bicarakan TKP yang berhubungan dengan manusia sebagai korban,seperti kasus
penganiayaan,pembunuhan dan kasus kematian mendadak (dengan kecurigaan). TKP
berupa Crime scene dan Accident scene. Motto: to touch as possible and to
displace anything5.
Peranan dokter adalah pembantu ahli yang melakukan pemeriksaan terhadap
korban serta keadaan sekitarnya selama masih ada hubungannya dengan
pengetahuannya (RIB 69 ayat 1)5.
Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar,penyidik dapat
meminta/memerintahkan dokter untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian
perkara (TKP) tersebut sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku dan sesuai
pula dengan undang-undang pokok kepolisian tahun 1961 no.13 pasal 13 atau sesuai
dengan ketentuan pasal 3 keputusan Men Han kam/Pangab No.Kep/B/17/VI/19742.
Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang
menyangkut nyawa manusia (mati) telah terjadi,maka pihak penyidik dapat minta
bantuan dari dokter untuk melakukan pemeriksaan ditempat kejadian perkara
tersebut3.

KUHAP Pasal 7 ayat 1 huruf h :


Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan nya dengan pemeriksaan
perkara

5
Pasal 120 KUHAP
1. Dalam hal penyidik menganggap perlu,ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik
bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-
baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat,pekerjaan atau
jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta.

Pasal 133 KUHAP


1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban,
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis,yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter-dokter
pada rumah sakit harus di perlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.

Pasal 168 KUHAP


Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini,maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
1. Keluarga sedarah atau dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai sederajat
ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa
2. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama, sebagai terdakwa, saudara ibu
atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai sederajat ketiga

6
3. suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.

Pasal 179 KUHAP


1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli,dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

KUHP Pasal 224


Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi ahli
atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan suatu kewajiban menurut
undang-undang yang harus dijalankan dalam kedudukan tersebut diatas
1. Dalam perkara pidana, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
bulan6.

2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN DI TKP

Tujuan pemeriksaan dokter di TKP adalah :


1. Dengan pemeriksaan luar dapat ditentukan cara kematian korban ( wajar /
tidak wajar )
2. Bila korban yang meninggal oleh karena suatu sebab yang belum diketahui
oleh penyebabnya
3. Jika korban masih hidup maka dasar dilakukan dengan segera dalam
memberikan pertolongan pertama dan di evakuasi ke Rumah Sakit
4. Mengumpulkan beberapa barang bukti
5. Menemukan fakta-fakta medis dalam kematian
6. Menentukan identitas korban
7. Menentukan unsur pidana nya

7
2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara

Pemeriksaan di tempat kejadian perkara berlandaskan prinsip Locardyang


mengatakan setiap sentuhan meninggalkan kesan atau bekas, yaitu bukti fisik yang di
tinggalkan tersangka pada korban di tempat kejadian begitu pula sebaliknya8.
Gambar: Segi tiga locard
Korban

Bukti fisik

Tempat Kejadian tersangka

Di perlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat


bergantung pada kasusnya,yang pertimbangannya dapat di lihat dari sudut korbannya,
tempat terjadinya,kejadiannya atau tersangka pelakunya.Peranan dokter di TKP
adalah membantu penyidik dalam mengungkapkan kasus dari sudut kedokteran
forensik.
Dasar pemeriksaannya adalah hexameter,yaitu menjawab 6 pertanyaan:apa
yang terjadi,siapa yang tersangkut,di mana dan kapan terjadi,bagaimana terjadinya
dan dengan apa melakukannya,serta kenapa terjadi peristiwa tersebut3, demi
kepentingan kasus itu sendiri,yaitu:

Surat Permintaan TKP ( Siapa yang meminta datang ke TKP ), untuk


menyingkat waktu, boleh permintaan secara lisan atau telepon
Catat nama penyidiknya, tanggal dan jam dokter menerima permintaan
bantuan dan saat dokter tiba di TKP
Bagaimana permintaan tersebut sampai ke tangan dokter, dimana TKP, serta
saat permintaan tersebut diajukan,
Minta informasi secara global tentang kasusnya, dengan demikian dokter
dapat membuat persiapan seperlunya.
Dokter dijemput, di temani dan di antar kembali oleh penyidik
Tidak boleh menambah atau mengurangi benda-benda yang ada di TKP

8
Di TKP dokter membuat foto dan sketsa yang mana harus di simpan dengan
baik, ( kemungkinan apabila sebagai saksi di pengadilan selalu ada,foto dan
sketsa yang di buat tersebut berguna untuk lebih mudah bagi dokter untuk
mengingat kembali akan kasus yang di periksanya itu )
Pembuatan foto atau sketsa harus memenuhi standar kedua belah pihak yaitu
dokter dan penyidik tidak akan memberikan penafsiran yang berbeda atas
objek yang sama.
Sebagai gambaran umum dalam hal penilaian dari situasi di TKP,ialah:bila
keadaan tempat atau ruang itu tenang dan teratur rapi, maka dapat di fikirkan
bahwa kemungkinan kasus yang di hadapi adalah kasus bunuh diri atau kasus
kematian mendadak akibat penyakit non traumatik. Bila keadaan pada tempat
tersebut tidak beraturan, kacau balau, banyak terdapat bercak darah, maka
dapat di fikirkan akan kemungkinan bahwa di tempat tersebut telah terjadi
perkelahian, sehingga kasusnya menjurus ke penganiayaan atau pembunuhan.
Pemeriksaan atas tubuh korban hendaknya di lakukan secara sistematik
berdasarkan pada ilmu kedokteran forensik yang terarah sesuai dengan
perkiraan kasus yang di hadapi7.

Yang dikerjakan dokter di TKP

Pemeriksaan dokter harus berkoordinasi dengan penyidik.


Menentukan korban masih hidup atau sudah mati.
Bila hidup, melakukan tindakan emergency.
Bila meninggal dibiarkan asal tidak mengganggu lalulintas.
Jangan memindahkan jenasah sebelum seluruh pemeriksaan TKP selesai.
TKP diamankan oleh penyidik agar dokter dapat memeriksa dengan tenang.
Yang tdk berkepentingan dikeluarkan dari TKP.
Dicatat identitas orang tersebut.
Dokter memeriksa mayat dan sekitarnya dan mencatat :
Lebam mayat
Kaku mayat .
Suhu tubuh korban.

9
Luka-luka
membuat Sketsa atau foto
Mencari dan Mengumpulkan Barang Bukti (Trace Evident)
Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik, terutama bila ada team Labfor.
Dokter membantu mencari barang bukti, misal racun, anak peluru dll.
Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.
Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut.
Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X 24 jam.
Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et repertum.

Alat-alat yang perlu di bawa pada saat pemeriksaan di Tempat Kejadian


Perkara (TKP) yaitu:
Kamera (foto), pada dasarnya film berwarna lebih baik karena lebih dapat
membedakan benda yang mirip warnanya ,tetapi pada TKP yang agak
gelap,sebaiknya di hindarkan film berwarna.
Lampu kilat,lampu senter dan lampu ultra violet
Tas dan alat tulis menulis
Tempat untuk menyimpan benda bukti:botol,kantong plastik dan sebagainya.
Alat untuk memeriksa darah forensik
Alat-alat lain: pinset anatomis,chirurgis;besar dan kecil,skapel atau
pisau,jarum dan silet,tang/catut,gergaji,kaca pembesar,thermometer tubuh dan
lingkungan,sarung tangan3,4.

Sumber www.antaranews.com
2.4 Metode Mencari Barang Bukti

10
Barang bukti adalah fakta yang bisa membuktikan bahwa sesuatu hal terjadi
atau tidak terjadi atau juga dapat membuktikan bahwa seseorang bersalah atau
tidak.Barang bukti bisa berbentuk foto,dokumen,hasil percobaan,sebuah benda,dan
banyak lagi5.
Untuk dapat memperoleh barang bukti yang di perlukan di dalam proses
penyidikan di kenal 5 (lima) macam metode,yaitu:strip method,double stripor
grid method,spiral method,zone method dan wheel method: cara atau metode
metode tersebut tentu sudah di ketahui oleh penyidik perlu pula di ketahui oleh dokter
yang melakukan pemeriksaan di TKP agar tidak merubah /merusak keaslian keadaan
TKP2.

a) Spiral method/berpilin

Metode penggeledahan yang di mulai dari luar menuju ke tengah dalam bentuk
bulatan.Cara: 3 orang petugas atau lebih menjelajahi tempat kejadian dengan cara
masing-masing berderet kebelakang (yang satu di belakang yang lain) dengan jarak
tertentu.Kemudian bergerak mengikuti bentuk spiral berputar kearah dalam.metode
ini baik untuk daerah yang lapang,bersemak atau berhutan.

b) Double strip or grid method

11
Dimana tempat kejadian di bagi dalam beberapa grid dan di periksa satu persatu
mengikuti grid-grid tersebut.

c) Strip method/jalur

Tempat kejadian di periksa dari satu jalur ke jalur berikutnya.Cara: 3 orang petugas
masing-masing berdampingan yang satu dengan yang lain dalam jarak yang sama dan
tertentu (sejajar) kemudian bergerak serentak dari sisi lain di tempat kejadian
perkara.Apabila dalam gerak tersebut sampai di ujung sisi lebar yang lain maka
masing-masing berputar kearah semula.metode ini baik untuk daerah yang berlereng.

d) Zone method/kuadran

Penggeledahan mengikuti daerah kuadran dengan membagi daerah tempat kejadian


pada beberapa kuadran.Cara:Luasnya tempat kejadian perkara di bagi menjadi 4
bagian,dari tiap

12
bagian di bagi-bagi menjadi 4 bagian.Jadi masing-masing bagian 1/16 dari luas
tempat kejadian perkara seluruhnya.Untuk tiap-tiap 1/16 bagian tersebut di tunjuk 2
sampai 4 orang petugas untuk menggeledahnya.Metode ini baik untuk
perkarangan,rumah atau tempat tertutup.

e) Wheel method

Metode pemeriksaan yang di mulai dari pusat menuju keluar.Cara:Beberapa


orang petugas bergerak bersama-sama kearah luar di mulai dari titik tengah tempat
kejadian,di mana masing-masing petugas menuju kearah sasarannya sendiri-sendiri
sehingga merupakan arah delapan penjuru angin.Metode ini baik untuk ruangan
(hall)4,8.
Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di
TKP,dapat di pastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar dan
memberikan hasil yang memuaskan,khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya
suatu kejahatan dan kaitannya dengan terdakwa pelaku kejahatan2.
Oleh sebab itu pada kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan manusia perlu di cari
sebanyak mungkin barang bukti medik,baik yang berasal dari tubuh korban maupun
pelaku.
Karena barang bukti yang berasal dari tubuh korban akan memberi informasi
seputar terjadinya kejahatan,sedangkan barang bukti medik dari tubuh pelaku seputar
identitas yang bersangkutan1.

2.5 Pengambilan dan Pengumpulan Barang Bukti

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam penanganan barang bukti:

13
a) Setiap terjadi kontak fisik antara 2 obyek akan selalu terjadi perpindahan
material dari masing-masing obyek,walaupun besar jumlahnya mungkin
sangat kecil/sedikit.Karenanya pelaku pasti meninggalkan jejak/bekas di TKP
dan pada tubuh korban
b) Makin jarang dan tidak wajar suatu barang di tempat kejadian,makin tinggi
nilainya sebagai barang bukti.
c) Harus selalu beranggapan bahwa barang yang tidak berarti bagi kita,mungkin
sangat berharga sebagai barang bukti bagi orang yang ahli.
d) Barang-barang bukti yang di kumpulkan apabila di peroleh secara bersama-
sama dan sebanyak mungkin macamnya serta di hubungkan satu sama lain
dapat menghasilkan bukti yang berharga4.
Table 1. Petunjuk pengumpulan barang bukti2

Contoh Kemasan control Barang bukti Prosedur


Darah
Bercak kering Kemasan yang kuat Seluruhnya Pada obyek kecil
tidak pada tekstil 5 ml Atau dengan kirim
druggist fold EDTA seluruhnya.Pada
dari korban dan obyek besar bercak
tersangka di kerok dan di
taruh pada kertas
yang bersih

Bercak pada Seperti di atas Seluruhnya Jika basah


pakaian, tekstil, dll dalam kantong keringkan dahulu
kertas,bungkus jangan di beri
secara terpisah pengawet
Goresan kuku Botol plastic atau Semua yang ada Pisau yang bersih di
(fingernail druggist fold pakai untuk
scarping) mengorek kulit yang
tergores Di bawah
kuku.satu tempat
untuk kuku dalam

14
kemasan yang
terpisah beri tanda
pada kemasan dari
jari yang mana
Rambut Druggist fold kotak Semua yang ada Kemasan terpisah
obat,jangan dalam harus utuh di cabut untuk rambut yang
amplop berasal dari masing-
masing tempat.beri
label tempat daerah
pengambilan
Organ tubuh
(hidup)
Darah Tabung reaksi 5 ml untuk Dokter yang
bersih atau botol pemeriksaan, 5 ml mengambil,dapat di
untuk alkohol beri pengawet,taruh
dalam lemari
pendingin,sampai di
kirim
kelaboratorium
Urine Botol bersih Semua yang di Simpan dalam
keluarkan lemari pendingin
sampai di kirim ke
laboratorium
Bilasan lambung Seperti diatas Semuanya Seperti di atas

Organtubuh Tabung reaksi 25 ml untuk obat- Beri pengawet dan


(mayat) bersih atau botol obatan,5 ml untuk anti
Darah alcohol pembeku,simpan
dalam lemari
pendingin sampai di
kirim ke
laboratorium

15
Otak Kemasan dari 300 gram Simpan dalam
plastic lemari pendingin
sampai di kirim
kelaboratorium

2.6 PEMERIKSAAN BENDA BUKTI BIOLOGIS

Bukti-bukti biologi terdiri dari serat benang,rambut,benda cair (darah,air mani,air liur
dan sebagainya) dan sampel tumbuh-tumbuhan.Bukti-bukti ini perlu di ambil sebagai
pembanding kelak5.

2.6.1 Rambut

Rambut,baik rambut kepala atau pun kelamin,merupakan bagian tubuh manusia yang
dapat memberikan informasi bagi kepentingan peradilan,antara lain tentang:
Saat korban meninggal
Sebab kematian
Jenis kejahatan
Identitas korban
Identitas pelaku
Benda/senjata yang di gunakan

Pemeriksaan rambut
Jika di temukan rambut yang di duga ada kaitan dengan kejahatan,hendaknya rambut
di periksa dengan teliti untuk mengetahui:
Keasliannya,rambut yang utuh biasanya terdiri dari akar,batang dan
ujung.Akar rambut terdiri atas jaringan ikat longgar sedang batang rambut
terdiri atas kutikula,kortek dan medulla.Sedangkan pada serat sintetis
misalnya,gambaran mikrokopiknya terlihat homogen.
Rambut itu rambut manusia atau bukan,Ciri rambut manusia yaitu halus dan
tipis,kutikula mempunyai sisik kecil dan bergerigi,medulla sempit atau
kadang-kadang tidak ada,kortek tebal,indek medulla kurang dari 0,3 mikron
dan pigmen lebih kearah perifer.Sedang rambut binatang kasar dan

16
tebal,kutikula mempunyai sisik lebar dan polihidral,medulla lebar,kortek
tipis,indek medulla lebih dari 0,5 mikron dan pigmennya di perifer maupun di
sentral.

Dengan tes presipitasi akan dapat di bedakan dengan tepat antara rambut manusia
dan rambut binatang1.
Identifikasi pemilik rambut,meskipun tidak dapat memberikan identitas
personal seperti sidik jari rambut dapat memberikan identitas umum,antara
lain:
a. Umur,tumbuhnya rambut di berbagai bagian tubuh berbeda-beda
waktunya.Rambut pubis dan ketiak misalnya pada masa adolesen.pada
orang tua warna rambut akan berubah menjadi putih.
b. Jenis kelamin,rambut laki-laki umumnya lebih kaku,kasar dan gelap
sedang rambut wanita umumnya halus,panjang dan meruncing kearah
ujung.
c. Ras,untuk menentukannya dapat dilihat dari warna,panjang,bentuk,dan
susunan rambut.
d. Golongan darah,penentuan golongan darah dapat di lakukan dengan
memeriksa sehelai rambut melalui system ABO,PGM,EsD ataupun
GLO-I1.

Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap rambut tidak dapat menentukan rambut


tersebut berasal dari individu tertentu tetapi hanya dapat memastikan rambut tersebut
bukan berasal dari orang tertentu3.
Table 3.
Manusia hewan

Diameter 50-150 mikron x 50 mikron atau


2 x 150 mikron
Medulla 1: 1/3 1:1/2
Pigmen tak jelas Pigmen tampak jelas
Kutikula Halus/flattened Kasar

17
2.6.2 Sidik Jari

Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang di akui
paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.kita jarang
menemukan sidik jari yang tampak.
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja diambil atau
dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah
terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak tangan atau kaki. Biasanya sidik jari hanya
tampak samar, kecuali kalau kita menaburinya dengan serbuk atau bahan kimia
tertentu. Sidik jari juga mengandung apapun yang baru di sentuh seseorang; debu,
noda pensil, makanan, pelembab atau darah. Pola sidik jari seseorang berbeda.
Berbeda dengan rambut, sidik jari bisa langsung menghubungkan seseorang dengan
TKP.
Ada tiga macam pola sidik jari:putaran,lingkaran dan busur, sebuah sidik jari
bisa merupakan campuran pola-pola ini, seperti putaran di sekeliling atasnya dan
lingkaran di bagian tengahnya.

Bentuk putaran berawal dan berakhir pada sidik jari yang sama. Bisa miring
ke kanan bisa miring ke kiri. Sekitar 60-65 dari sekitar 100 orang memiliki
tipe putaran.

Bentuk lingkaran memiliki spiral atau lingkaran di dalam lingkaran. Sekitar


30 dari setiap 100 orang memiliki bentuk ini.

Bentuk busur tampak seperti gelombang. Ber awal dan berakhir di sisi sidik
jari yang berlawanan. Hanya sekitar 5 dari 100 orang yang memiliki bentuk
ini.

18
Jari-jari yang berbeda pada tangan yang sama, memiliki pola atau golongan
sidik jari yang berbeda. Inilah sebabnya sidik jari di ambil dari ke sepuluh jari milik
satu orang.
JENIS SIDIK JARI
Visible impression (langsung terlihat)

Latent impression (tidak langsung terlihat, sidik jari di TKP)

Plastic impression (sidik jari pada benda lunak)

Setiap sidik jari yang diambil, direkam dalam kartu sidik jari AK-23, yang di
dalamnya memuat rumus sidik jari. AK-23 yang sudah dianalisis direkam dalam kartu
sidik jari AK-24. Pengambilan sidik jari dilakukan dengan menggunakan ransel kit
identifikasi yang berisi 24 alat diantaranya:

1. Regular Powder Brush (kuas serbuk biasa): dipergunakan pada permukaan


yang kasar.

2. Aluminium Hanyele filterglass brush (kuas filter glass tangkai aluminium).

3. Magnetic brush (kuas magnet): pada permukaan yang halus/ kain.

4. Meteran : mengukur benda.

5. Finger print into: tinta khusus.

6. Post morten (sendok mayat): mengambil sidik jari mayat.

7. Powder black (serbuk hitam): digunakan pada permukaan yang tidak


berpori/berwarna majemuk.

8. Powder grey (serbuk abu-abu): pemukaan tidak berpori berwarna gelap.

9. Powder magnetic black: benda tidak berpori berwarna terang/ kertas, kaca.

10. Powder magnetic grey: benda tidak berpori bukan logam berwarna gelap.

11. Rubber roller: meratakan tinta.

12. Pinset.

19
13. Gunting.

14. Nomor.

15. Sarung tangan/ masker.

16. Rubber filter whrite: untuk mengankat sidik jari pada permukaan yang bulat.

17. Hinger filter whrite: untuk mengangkat sidik jari pada permukaan biasa.

18. Stamping kit (bantalan tinta).

19. Alat tulis.

20. Magnifier (kaca pembesar).

21. Hinger lifter transparant: mengangkat sidik jari.

22. Kantong barang bukti.

23. AK-23.

24. Polilight alat pendeteksi sidik jari. Berupa cahaya 300 watt lampu xenon.

2.6.3 Sperma

Pemeriksaan sperma merupakan bagian sangat penting,sebab pemeriksaan tersebut


tidak hanya dapat mengungkap kasus tindak pidana seksual,tetapi juga dapat
menjelaskan identitas pelakunya.
Komposisi semen/air mani (mann 1964)5:
- Spermatozoa : - lipoglikoprotein dan ensim lisosom lain dari regio
akrotom
-hialuronidase
-deoksiribonukleoprotein (inti)
-sistim protein yang kontaktil (ekor)
-ensim dan koensim (bagian tengah)

- Cairan mani : -asam sitrat (petunjuk fungsi prostat)


-fruktosa (petunjuk fungsi vesica seminalis)

20
-sorbitol
-inositol
-gliserilfosforilkholin
-ergotionein
-protease dan fosfokinase (ensim aktif)

Spermatozoa mempunyai bentuk khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang
bervariasi, biasanya 60 sampai 120 juta per ml.

Spesimen basah:
Dapat di ambil dari liang senggama dengan ose platina atau pipet.Jika dengan
cara ini tidak ada cairan yang ter ambil maka perlu di lakukan penyemprotan dengan
cairan fisiologis kedalam liang senggama (fornix posterior),kemudian cairan tersebut
diambil dan di pusingkan(disentrifusir).endapannya di teteskan di atas gelas objek,di
tutup dengan deck-glass dan diperiksa di bawah mikroskop secara langsung atau di
cat lebih dulu dengan methylen blue atau hematoxylin eosin1.
Spesimen kering:
Diambil dari bercak-bercak yang telah kering.sesudah bercak itu di kerok,di
tetesi dengan cairan fisiologis atau asam asetat glacial.Jika bercak menempel pada
pakaian dan sulit di kerok maka bercak yang masih menempel itu di letakkan di atas
gelas objek dan di tetesi cairan HCL 1 % atau asam asetat glacial 0,3 %.sesudah itu di
lihat di bawah mikroskop secara langsung atau di lakukan pengecetan terlebih
dahulu1.
adanya sperma dalam cairan mani. Cara: mirip dengan reaksi Florence,hanya
reagensnya diganti larutan pikrat jenuh4.
Identifikasi Bercak Mani Pada Pakaian
Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah
agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon batasnya
sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya. Pada tekstil yang tidak
menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan kilat dan translusen,
kemudian akan mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning
sampai coklat. Pada tekstil yang menyerap, bercak yang segar tidak berwarna atau

21
bertepi kelabu yang berangsur-angsur akan berwarna kuning sampai coklat dalam
waktu 1 bulan3.

2.6.4 Pemeriksaan Bercak Darah

Darah merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberi informasi


penting bagi pengungkapan peristiwa pidana, darah terdiri dari 55 % plasma :
darah,gula,nutrisi,asam,garam,mineral,protein hampir 45 % sel darah merah dan
kurang dari 1 % sel darah putih dan platelet. Kunci untuk mengamankan barang bukti
berupa darah adalah tingkat kekeringannya. Para penyelidik menggunakan lap steril
untuk mengangkat darah yang masih basah dan membiarkan darah itu mengering
sebelum membungkusnya.(lap basah steril tidak membiarkan bakteri hidup di dalam
darah). Darah di taruh di kantung kertas,bukan di kantung plastik. Kantung kertas
tidak kedap air dan tidak lengket kalau lembab9,10.
Kandungan pada suatu sel darah merah terutama terdiri dari hemoglobin yang
mengandung enzim peroksidase. Jika terpapar pada udara maka hemoglobin akan
berubah menjadi hematin. Hematin bertindak seperti pseudo-peroksidase yang
aktivitasnya lebih lemah dibandingkan yang ada pada hemoglobin.Protein yang
terdapat pada darah berupa fibrinogen, albumin atau globulin bisa dipisahkan
menggunakan teknik elektroforesis.
Kelihatannya memang mudah melakukan pemeriksaan pada bercak darah, tetapi pada
pelaksanaannya di lapangan akan ditemukan kesulitan yaitu jika 11:
1. Bercak darah sangat kecil dan gambaran fisiknya sudah berubah.
2. Bercak darah terdapat pada bahan dasar yang berwarna gelap.
Pada peristiwa pidana,bercak darah sering kali di temukan pada tubuh
korban,lantai di sekitar tubuh korban,dinding,alat-alat rumah tangga (almari atau
meja),senjata tajam,pakaian,kendaraan bermotor (pada kecelakaan lalu lintas)1
Darah yang keluar dari tubuh dapat berubah dengan cepat. Tetesan darah mengering
dari mulai bagian tepi kedalam.Kalau daerah yang di tengah masih basah, kejahatan
itu baru saja terjadi8.
Bentuk dari bercak darah
( Dikutip dari
i. Edisi V. Alih Bahasa: Johan Hutauruk. Widya Medika. Jakarta.

22
1998: , 198.)
Keterangan gambar :
1. Tabrakan kecepatan tinggi,seperti tembakan senjata, memiliki energy kinetik
yang cukup besar. Energy itu memecah darah menjadi tetesan-tetesan darah
yang sangat kecil.
2. Serangan dengan kecepatan sedang,seperti pukulan di kepala,menghasilkan
cucuran darah yang sedikit.serangan itu memiliki energy kinetik yang lebih
kecil.
3. Sebuah sapuan bisa berasal dari tangan yang penuh darah yang menyentuh
dinding yang bersih.
4. Sebuah sekaan bisa berasal dari tangan bersih,yang menyentuh genangan
darah.
5. Tetesan darah berbentuk seperti bola saat menetes.saat jatuh lurus
kebawah,darah membentuk lingkaran,pada kondisi jatuh dari jarak jauh,bisa
mencapai 7,5 meter/detik.darah yang jatuh sangat cepat dan memantul
kesegala arah akan menghasilkan bentuk mahkota.
6. Darah yang mendarat di sebuah sudut menghasilkan bentuk oval.semakin
besar sudutnya,semakin lebar bentuk ovalnya.darah dengan kecepatan tinggi
membentuk aliran kecil setelah bentuk oval.tetesan itu seperti berudu.panah
menunjukkan arah gerakan darah12.

Dari bentuk sifat bercak dapat di ketahui:


Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan
Arah pergerakan baik dari korban maupun dari si pelaku kejahatan
Sumber perdarahan,darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang
dangkal),berwarna merah gelap dan biasanya membentuk genangan (karena
tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan atmosfir) sedangkan
dari pembuluh nadi (pada luka yang dalam) berwarna merah terang,dan
memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari
daerah perdarahan. Darah yang berasal dari saluran pernafasan atau paru-paru
berwarna merah terang dan berbuih (jika telah mengering tampak seperti
gambaran sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan

23
berwarna merah-coklat akibat dari bercampurnya darah dengan asam
lambung.Perkiraan umur /tuanya bercak darah.Darah yang masih baru
bentuknya cair dengan bau amis,dalam waktu 12-36 jam akan mengering
sedangkan warna merah akan menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari2.

Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat di perkirakan posisi korban
sewaktu terjadinya perdarahan.
Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher dalam posisi tegak atau pada
kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri,maka bercak darah/aliran darah
tampak berjalan dari atas kebawah.
Dari distribusi darah yang terdapat di lantai
Dapat di duga kasusnya bunuh diri (tergenang,setempat) ataukah pembunuhan(bercak
dan genangan darah tidak beraturan,sering tampak tanda-tanda bahwa korban
berusaha menghindar atau tampak bekas di seret).
Pada kasus tabrak lari
Pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang terdapat pada
kendaraan yang di duga sebagai penabrak di bandingkan dengan golongan darah
korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik2.
Pemeriksaan Umum Dengan Mata Telanjang
Bercak darah bisa berwarna merah, merah kecoklatan atau hitam, tergantung dari
lamanya atau usia bercak darah tersebut.
Tabel 4.
Bercak darah Perubahan warna
Bercak darah yang masih segar Merah terang
24 jam Merah kecoklatan
Lebih dari 24 jam Kehitaman

Sumber darah bisa berasal dari


Darah yang di muntahkan Berwarna coklat
Dari paru-paru Darah berbusa
Bisul Pada bercak tersebut mungkin di temukan
Sel-sel nanah dan bakteri
Darah menstruasi Berwarna hitam dan mengandung sel-sel

24
endometrium dan sel epitel vagina
Hidung Mengandung mukosa dan bulu hidung
Tabel 5.
Darah antemortem bisa dibedakan dari darah post mortem berdasarkan
beberapa hal dibawah ini :

Darah ante-mortem Darah post-mortem


Perdarahan Lebih banyak Sedikit
Penyebaran Ada Tidak ada
Bekuan darah Ada. Bentuknya kaku dan Biasanya tidak ada. Kalaupun
elastis. Warnanya tidak ada, hanya sedikit dan rapuh.
mudah berubah jika dibilas Warnanya mudah pudar jika
dibilas.

Pada hemoglobin terdapat suatu enzim yang disebut peroksidase. Enzim ini akan
mengoksidasi unsur yang terdapat pada bercak darah jika terdapat hidrogen peroksida,
dan akan menghasilkan warna yang khas9. Pemeriksaan kimiawi dilakukan bila
ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan
mikroskopik tidak bermanfaat lagi7.
Tidak semua bercak berwarna merah itu darah.Oleh sebab itu di lakukan pemeriksaan
guna menentukan:
Bercak itu darah atau bukan
Darah manusia atau bukan
Jenis golongan darahnya

2.6.5 PEMERIKSAAN FORENSIK TERHADAP CAIRAN TUBUH LAIN


a. Urine b. Keringat
c. Ludah d. Jejas Gigitan

2.7 PEMERIKSAAN TKP PADA BENCANA


Menurut WHO, Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat

25
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, Bencana adalah peristiwa /
kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 mendefinisikan Bencana sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Secara
singkat, bencana adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang dapat
menimbulkan korban luka atau meninggal dengan jumlah cukup banyak.

Aturan umum yang berlaku di TKP adalah sebagai berikut:

1. Tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dapat dipindahkan


dari lokasi, sebelum dilakukan olah TKP aspek DVI;
2. Pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada setiap
tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah kemungkinan
tercampur atau hilang;
3. Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh
dipisahkan;
4. Untuk barangbarang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh
korban yang ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat;
5. Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni masuk
dalam fase kedua dan seterusnya.

Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai berikut:

1. Membuat sektorsektor atau zona pada TKP;


2. Memberikan tanda pada setiap sektor;
3. Memberikan label orange (human remains label) pada jenazah dan potongan
jenazah, label diikatkan pada bagian tubuh / ibu jari kiri jenazah. Label ini

26
harus memuat informasi tim pemeriksa, lokasi penemuan, dan nomor
tubuh/mayat.
( gambar label nya )
4. Memberikan label hijau (property label) pada barangbarang pemilik yang
tercecer;
5. Membuat sketsa dan foto setiap sektor;
6. Foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label jenasahnya;
7. Isi dan lengkapi pada formulir Interpol DVI PM halaman B dengan keterangan
sebagai berikut :
a. Pada setiap jenazah yang ditemukan, maka tentukan perkiraan umur,
tanggal dan tempat tubuh ditemukan, akan lebih baik apabila difoto pada
lokasi dengan referensi koordinat dan sektor TKP;
b. Selanjutnya tentukan apakah jenazah lengkap/tidak lengkap, dapat dikenali
atau tidak, atau hanya bagian tubuh saja yang ditemukan;
c. Deskripsikan keadaannya apakah rusak, terbelah, dekomposisi/membusuk,
menulang, hilang atau terlepas;
d. Keterangan informasi lainnya sesuai dengan isi dari formulir Interpol DVI
PM halaman B.
8. Masukkan jenazah dalam kantung jenazah dan atau potongan jenazah di dalam
karung plastik dan diberi label sesuai jenazah;
9. Mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,
potongan jenazah dan barangbarang
10. Formulir interpol DVI PM turut dimasukkan ke dalam kantong jenasah dengan
sebelumnya masukkan plastik agar terlindung dari basah dan robek;
11. Masukkan barangbarang yang terlepas dari tubuh korban ke dalam kantung
plastik dan diberi label sesuai nomor properti;
12. Evakuasi jenasah dan barang kepemilikan ke tempat pemeriksaan dan
penyimpanan jenazah kemudian dibuatkan berita acara penyerahan kolektif.

2.8 PEMERIKSAAN TKP PADA KASUS HANGING

Kasus gantung diri ( hanging ) hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya


terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada

27
penjeratan, tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung, tenaga
tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat
badan digunakan.
Pada Pemeriksaan ini kita harus bias membedakan korban meninggal karena
bunuh diri atau terjadinya pembunuhan. Sebelum kita memeriksa terlebih jauh jangan
merusak barang sekitar dan foto terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan
korban dari tempat kejadian.
Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk memperkirakan cara
kematian memberikan gambaran sebagai berikut:

Pembunuhan Bunuh Diri


Alat Penjerat

Simpul Biasanya simpul mati Simpel Hidup

Jumlah Lilitan Hanya Satu Satu atau lebih

Arah Mendatar Serong ke atas

Jarak titik tumpul Dekat Jauh


simpul

Korban

Jejas Jerat Berjalan mendatar Meninggi kea rah simpul

Luka Perlawanan + -

Luka-luka lain Ada,sering di daerah leher Biasanya tidak ada,mungkin luka percobaan
lain
Jarak dari lantai Jauh
Dekat
TKP

28
Lokasi Bervariasi Tersembunyi

Kondisi Tidak Teratur Teratur

Pakaian Tak teratur,robek Rapi dan Baik


Alat Dari si Pembunuh Berasal dari TKP
Surat Peninggalan - +
Ruangan Tak teratur,terkunci dari Terkunci dari dalam
luar

2.9. PEMERIKSAAN TKP PADA KASUS TENGGELAM


Pada peristiwa tenggelam yang terjadi pada manusia tidak harus seluruh
tubuhnya masuk atau terbenam didalam air,asalkan lubang hidung dan mulut berada
di bawah permukaan air,bias di sebutkan bahwa itu adalah peristiwa tenggelam,begitu
juga tidak hanya terjadi di lautan,danau atau sungai saja,tetapi di dalam bak kamar
mandi atau tempat lain yang berisi air.13
Disini kita harus jeli karena sulit membedakan apakah mati karena
dibunuh,bunuh diri,dalam keadaan tidak sadar diri / mabuk, dalam keadaan sakit
sewaktu berenang, ataupun sudah mati dibunuh lalu di buang ke air.
Untuk itu, pemeriksaan luar bisa dilakukan dengan melihat tanda-tanda :

Pakaian basah, tercampur lumpur atau pasir


Kulit basah, keriput, dan seperti kulit langsa ( cutis ancerina )
Kulit telapak tangan dan telapak kaki menyerupai kulit perempuan pencuci
Lebam mayat sering dijumpai pada kepala dan leher
Terdapat tanda-tanda asfiksia
Kadang terdapat buih halus berwarna putih dan persisten keluar banyak dari
mulut dan hidung jika dada ditekan

Pada peristiwa peristiwa dan ditemukan korban yang tergeletak dan masih
hidup di tempat kejadian perkara, maka korban harus dibawa ke Rumah Sakit untuk
dilakukan perawatan medis tetapi sebelum diangkat harus di tandai dahulu posisi

29
korban dengan kapur. Dan apabila bekas nya dianggap akan menjadi rusak maka
terlebih dahulu di foto
2.10 PEMERIKSAAN TKP PADA PROSES EXHUMATION ( PENGGALIAN
MAYAT )
Di negara kita ini sering kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya
peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat
menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak penyidik maupun bagi pihak dokter untuk
melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh karena korban telah dikubur.
Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/ kematian bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang hukum, masalah transportasi,
saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan
mayat yang dilakukan sebelumnya.
Kasus yang umumnya mengakibatkan penggalian mayat dilakukan adalah
menyangkut:

a. kasus-kasus kriminal, misalnya pembunuhan yang disamarkan seperti bunuh


diri, kecurigaan keracunan, kematian karena abortus provokatus kriminalis
atau malpraktik,
b. kasus-kasus sipil, misalnya tuntutan asuransi, pertanggungjawaban kasus
malpraktik, tuntutan mengenai warisan atau masalah dalam menentukan
identitas.(5)

Dalam rangkaian penyidikannya, apabila penyidik merasa perlu bantuan dokter


untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka dokter
wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut.
Pada Penggalian mayat ini kita juga harus mengikut sertakan :

a. Penyidik / polisi beserta pihak keamanan


b. Pemerintah setempat/pemuka masyarakat
c. Dokter serta yang membantu
d. Keluarga korban/ahli waris korban
e. Petugas pemakaman/penjaga kuburan
f. Penggali kuburan

30
Pada pemeriksaan mayat sebaiknya dilakukan ditempat penggalian tersebut
mengingat masalah waktu dan transportasi,dan mempermudah dalam penguburan
kembali,
Sewaktu mayat diangkat dari kuburan kita harus melihat sekitar tanah
pemakaman mayat yang dikubur tersebut,dan di ambil sampel tanah sebanyak 500
gram dari keempat sisi mayat dan setentang dengan lambung mayat ( di bawah
lambung ). Sebagai pembanding diambil juga tanah di skeitar kuburan lalu di
masukan dalam plastic yang bersih dan kering untuk dilakukan pemeriksaan
laboratotium, dan apabila sudah mulai pembusukan di ambil kain kafan di sekitar
daerah punggung mayat.
Pemeriksaan pertama yang ditujukan pada daerah leher,perhatikan apakah ada
fraktur tulang lidah,hematom dan tanda kekerasan lainnya.Rambut,gigi,kuku,kulit
dan organ yang merasa penting juga di kumpulkan untuk pemeriksaan lanjutan.
BAB 3
PENUTUP
Dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan suatu perkara pidana yang
menyangkut nyawa manusia, pemeriksaan di TKP merupakan hal yang penting dalam
penyidikan. Selama melakukan pemeriksaan sebaiknya hindari tindakan-tindakan
yang dapat merubah, menganggu atau merusak keadaan di TKP.
Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus di lakukan dengan cara
yang benar di sesuaikan dengan bentuk/ macam barang bukti yang akan di ambil/ di
kumpulkan yang dapat berupa benda padat, cair dan gas. Pengolahan tempat kejadian
perkara adalah tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah tindakan pertama di tempat
kejadian perkara di lakukan dengan maksud untuk mencari, mengumpulkan,
menganalisa, mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas
tersangka menurut teori bukti segi tiga guna memberi arah terhadap penyidikan
selanjutnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan S. Ilmu kedokteran Forensik. Cetakan III. Penerbit Universitas


Diponegoro. Semarang. 2004: 165-176.
2. Purwanto A. Sampurno B. Herkutanto. Kristal-kristal Ilmu kedokteran
Forensik. FK UI. Jakarta: 11, 76-78.

3. Awaloedin. Penanganan Tempat kejadian Perkara. Departemen Pertahanan


Keamanan Markas Besar Kepolisian RI. Jakarta. 1982: 29-44.

4. Budianto A. Widiatmika W. Sudiono S. Winardi T. Ilmu Kedokteran Forensik.


FK-UI. Jakarta. 1997: 177-195, 203-204.
5. Wahid S.A. Siasatan dan Pemeriksaan Tempat kejadian Dalam: Patologi
Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka Pendidikan. Malaysia. Kuala Lumpur
1993: 118-126.
6. KUHPer, KUHP, KUHAP. Jakarta. 2008: 681, 684, 696, 699, 713.
7. Idris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. 1997: 287-292.
8. Handbook of Forensic Service.U.S.Departement Of Justice Federal Bureau Of
Investigation Laboratory Division. Virginia. 2007: 45-53
9. Jean H Lorraine. Menjadi Penyelidik TKP. Jakarta. 2008: 15,20.
10. Chadha P.V. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Alih
Bahasa: Johan Hutauruk. Widya Medika. Jakarta. 1998: 177, 197-200.
11. Dix Jay. Color Atlas of Forensic Pathology. New York Washington,D.C.
2000: 44, 51, 144.
12. http://forensikklinik.wordpress.com/
13. H P Sumy, Ilmu Kedokteran Forensik Untuk Kepentingan Penyidikan,cetakan
1,Rayyana Komunikasindo,Jakarta 2014 hal 143 - 147

32

Anda mungkin juga menyukai