Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindak pidana/ kejahatan telah setua umur manusia, pelaku berusaha menutup

kejahatan yang telah dilakukannya, sebaliknya masyarakat berupaya membuktikan

kesalahan yang telah dilakukan untuk menangkap dan menghukum pelakunya.

Sebelum pembuktian ilmiah diterapkan dalam sistem peradilan, berbagai cara tahayul

dan kekerasan digunakan oleh para penegak hukum dalam peradilan untuk

memperoleh pengakuan tersangka sebagai bukti terhadap kejahatan yang

dilakukannya. Dalam berkembangnya ilmu dan teknologi, penjahat juga lebih

profesional dalam berupaya menghilangkan jejak. Pada umumnya dengan

mendasarkan pada informasi saja, penyidikan sering tidak memperoleh bukti material

sehingga pembuktian akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, penyidik mulai beralih

untuk memperoleh data yang ada di tempat kejadian dan mencari informasi dari para

saksi, guna membuktikan terjadinya suatu tindak pidana. Penggunaan dan

pengembangan data dasar ilmiah dari tempat kejadian perkara sebagai bahan

penyidikan baru muncul kurang lebih seratus tahun yang lalu. Beberapa tokoh

kemudian menemukan alat bukti ilmiah, misalnya Alphonse Bertillon yang

menemukan antropometri tubuh, Francis Galton dengan identifikasi sidik jari dan

masih banyak lagi, hingga akhirnya Hans Gross menyatakan bahwa rekonstruksi

peristiwa kejahatan dapat dilakukan dengan methode ilmiah. Pendapat inilah yang

hingga sekarang dipakai sebagai dasar penyidikan tindak pidana.(1)

Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti atau

tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu

Page 1
kesaksian.(2) Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) merupakan hal yang sangat

penting dalam suatu investigasi. Berhasil atau tidaknya suatu penyelidikan sangat

bergantung pada pemeriksaan TKP. Pemeriksaan langsung di tempat terjadinya suatu

kasus memungkinkan seseorang untuk mencari sesuatu yang mungkin tidak

terpikirkan jika tidak datang secara langsung ke lokasi kejadian.(3)

Penyelidikan ini bertujuan untuk menjelaskan kembali (rekonstruksi) suatu

kejadian yang melanggar hukum serta pola pikir yang mengikutinya untuk

menjelaskan siapa pelakunya. Berbagai upaya dari kegiatan penyelidikan dilakukan

secara retrograde dari apa yang diketahui untuk mengungkapkan apa yang tidak

diketahui, sehingga dari faktor yang diketahui dapat ditegakkan suatu kebenaran.(1)

Pada kasus kematian yang wajar, pemeriksaan TKP tidak perlu dilakukan.

Namun, dibutuhkan suatu kepekaan untuk mendeteksi suatu tindak kriminal. Karena

harus diingat juga bahwa kematian yang nampaknya wajar bisa saja merupakan hasil

dari suatu kriminalitas. Maka suatu kematian harus dianggap sebagai sesuatu yang

tidak wajar sampai bukti-bukti yang ada menyatakan sebaliknya. Kira-kira 20 persen

dari seluruh kematian membutuhkan penyelidikan dari medikolegal untuk menentukan

sebab dan cara kematiannya dan kira-kira separuhnya disebabkan oleh tindak

kekerasan. Dalam menentukan wajar atau tidaknya suatu kematian, peran dari seorang

dokter sangat diperlukan.(3)

B. DASAR HUKUM MENDATANGKAN DOKTER DI TKP

Diperlukan atau tidaknya kehadiran seorang dokter di TKP oleh penyidik

(sebagaimana sistem continental di Indonesia), sangat bergantung pada kasusnya, yang

pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya, kejadiannya


Page 2
atau tersangka pelakunya. Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam

mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya, semua dokter dapat

bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam

ilmu kedokteran adalah lebih baik jika dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang

hadir.(1)

Proses penyidikan membutuhkan kerjasama yang baik dan profesional antara

penyidik dan dokter. Selain itu, kunci keberhasilan penyidikan juga terletak pada

pemeriksaan di TKP. Penanganan yang baik, tepat, cermat dan dilaksanakan secara

profesional merupakan pertanda akan tercapainya keberhasilan penyidikan untuk

membuat jelas perkara yang dihadapi. Oleh karena itu, dokter dan penyidik perlu

mengetahui bagaimana cara penanganan yang semestinya, bila diharuskan melakukan

pemeriksaan di TKP.

KUHAP pasal 7

Ayat (1) penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena

kewajibannya memiliki wewenang :........

(h) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan

perkara. (4)

Pihak penyidik yang mendapatkan laporan telah terjadi suatu tindak pidana, dapat

meminta bantuan dari dokter untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian

perkara sesuai dengan :

KUHAP Pasal 120

1. Dalam hal penyidik mengangap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau

orang yang memiliki keahlian khusus.

2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka penyidik maka

bahwa ia akan memberi keterngan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya

kecuali bila disebabkan harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatan yang

Page 3
mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan

yang diminta.(4)

Selain itu, terdapat juga di :

KUHAP Pasal 133 ayat 1

“ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. ” (4)

Bila dokter menolak untuk datang ke tempat kejadian perkara, sanksi yang dikenakan

padanya adalah dipidana sesuai dengan :

KUHP Pasal 224

“ Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang

dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus

dipenuhinya, diancam:

1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama 9 bulan.

2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama 6 bulan.” (4)

Perlu diingat bahwa peranan dokter di TKP adalah untuk membantu penyidik.

Dengan demikian diketahuilah bahwa pemeriksaan dokter di TKP atas diri korban

bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dalam tempo yang singkat dan

melakukan beberapa tes lapangan, yang berguna bagi pihak penyidik agar ia dapat

menentukan strategi serta langkah yang tepat untuk dapat membuat jelas dan terang

suatu perkara pidana yang menyangkut tubuh manusia.

Page 4
Beberapa bukti yang harus dikumpulkan dalam kegiatan TKP

BAB II
TEMPAT KEJADIAN PERKARA

A. DEFINISI DAN PENGERTIAN

Page 5
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti atau

tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu

kesaksian.(2) Tempat korban pertama kali ditemukan disebut sebagai TKP pertama

(primary scene), yang bukan selalu merupakan tempat dimana sesungguhnya peristiwa

tersebut telah terjadi. Jadi dalam kasus pembunuhan, kadang-kadang masih dapat

ditemukan lokasi lain dimana barang bukti penting lain dapat ditemukan.

Lokasi-lokasi yang dapat digolongkan sebagai TKP adalah :

1. Tempat dimana korban ditemukan.

2. Tempat dimana tubuh korban dipindahkan.

3. Tempat dimana telah terjadi serangan yang mengakibatkan kematian korban.

4. Tempat-tempat dimana ditemukan barang bukti yang ada hubungannya dengan

kejahatan (bagian dari tubuh manusia, kendaraan yang dipakai untuk

mengangkut korban dan lain-lainnya).

Tempat lain yang perlu dan bahkan sering banyak memeberikan informasi serta barang

bukti adalah rumah kediaman tersangka.(1) Dasar pemeriksaan yang dilakukan adalah

hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan :

1.apa yang terjadi.

2.siapa yang tersangkut.

3.dimana dan kapan terjadi.

4.bagaimana terjadinya.

5.dengan apa melakukannya.

. 6.kenapa terjadi peristiwa tersebut.(5,6)

B. PRINSIP DAN TINDAKAN PERTAMA DI TKP


Berdasarkan prinsip segitiga Locard yang mengatakan setiap sentuhan

meninggalkan kesan atau bekas oleh bukti-bukti dari pada korban tersangka dan

tempat kejadian perkara begitu juga sebaliknya.(7)


Page 6
Tersangka

TKP Korban
Segitiga locard

Penyidikan Tempat Kejadian Perkara (TKP) merupakan integrasi dari ilmu

pengetahuan, logika dan hukum, dimana proses ini biasanya berlangsung lama dan

sangat melelahkan. Penyidikan ini melibatkan dokumentasi dari tempat kejadian dan

pengumpulan barang bukti yang mungkin dapat memberikan petunjuk mengenai apa

yang terjadi dan tersangkanya. Tidak ada dua TKP yang sama persis, tidak ada barang

bukti yang sama persis karena itu, tidak ada suatu pendekatan investigasi yang sama

persis untuk dua kasus yang berbeda.(8)

Tindakan pertama yang dilakukan di TKP biasanya dikerjakan oleh polisi yang

datang pertama kali di TKP setelah mendengar, menjumpai, menerima laporan,

pengaduan dari masyarakat tentang adanya tindak pidana. Kegiatan yang dilakukan

oleh petugas ini bertujuan untuk :

1. Memberikan perlindungan dan pertolongan pertama terhadap masyarakat

maupun korban.

2. Menutup dan mengamankan TKP (mempertahankan status quo) terhadap

barang bukti manusia maupun benda (dengan memasang garis pengaman

polisi).

Dalam rangka mengamankan TKP, batas pengaman ditentukan dengan perkiraan:

1. membuat batas TKP seluas mungkin, baru kemudian dipersempit kalau perlu.

2. mengevaluasi TKP atas dasar lokasi dimana tubuh korban ditemukan, adanya

barang-barang bukti lain, keterangan saksi dan batas-batas yang sudah ada.

Page 7
Upaya pengamanan perlu dilakukan sedini mungkin untuk mencegah dan

melindungi barang-barang bukti agar tidak hilang, berubah karena pengaruh cuaca dan

kontaminasi manusia. Umumnya, tanpa adanya pengamanan, masalah kontaminasi ini

baik berdiri sendiri atau bersama-sama dapat mengakibatkan TKP berantakan dan

tidak mungkin dibenahi kembali. Cuaca merupakan salah satu faktor yang perlu

mendapat perhatian karena adanya barang bukti yang mudah berubah atau hilang,

misalnya cairan tubuh, residu, merupakan barang-barang bukti yang akan hilang oleh

karena hujan. Selain itu para penonton atau bahkan anggota polisi sendiri merupakan

kontaminator yang perlu diwaspadai. Tindakan pertama di TKP ini penting karena

kaberhasilan suatu penyidikan sangat tergantung dengan tindakan pertama di TKP

yang dilakukan oleh petugas polisi pertama.(1) Dokter harus selalu memperhatikan

beberapa hal, mengingat akan kepentinganya prosedur awal TKP yaitu:

1. Siapa yang meminta dokter datang ke TKP, bagaimana permintaan tersebut sampai

ke tangan dokter, dimana TKP, serta saat permintaan tersebut diajukan.


2. Minta informasi secara global tentang kasusnya, dengan demikian dokter dapat

membuat persiapan seperlunya.


3. Dokter tidak boleh menambah atau mengurangi benda-benda yang ada di TKP,

seperti membuang puntung rokok, membuang air kecil di kamar mandi, meletakan

sesuatu dari luar TKP ke dalam TKP dengan sembarangan dan lain-lain.
4. Dokter sebaiknya membuat foto atau sketsa dengan baik karena kemungkinan ia

akan diajukan sebagai saksi selalu ada. Foto atau sketsa tersebut harus memenuhi

stendar sehingga antara dokter dan penyidik tidak akan terjadi penafsiran yang

berbeda atas objek yang sama.


5. Dokter harus menilai dengan seksama gambaran umum situasi di TKP.
6. Pemeriksaan atas tubuh korban hendaknya dilakukan secara sistematik dan terarah

sesuai ilmu kedokteran forensik.(9)

Bila ada permintaan penyidik ke TKP, maka seorang dokter akan menghadapi 2 aspek,

yaitu aspek pertolongan pertama korban dan aspek kedokteran forensik.

Page 8
Dengan demikian peralatan yang perlu dibawa adalah :

a. Perangkat pertolongan pertama korban, seperti tensi, stetoskop dan alat kesehatan

termasuk obat-obatan untuk kedaruratan medis (jika diketahui masih ada korban

hidup di TKP).
b. Perangkat TKP aspek kedokteran forensik, seperti pinset anatomi, skalpel, loupe,

sarung tangan karet bedah, sarung tangan lapangan, thermometer, kertas saring,

pipet, senter, meteran, penggaris, botol plastik (untuk spesimen), amplop, lak, tali

rami, buku catatan, alat tulis, NaCl 0,9%, Formalin, kamera, kompas.(9)

BAB III
PENGOLAHAN TKP

Contoh beberapa kegiatan di TKP

A. TINDAKAN DI TKP

Pengolahan TKP merupakan rangkaian penyidikan dimana penyidik bersama

dengan unsur dukungan beberapa pihak berupaya mengungkapkan peristiwa yang

telah terjadi bari bukti-bukti yang didapatkan di TKP.(1) Ada beberapa profesi yang

biasanya dilibatkan dalam penyelidikan TKP, yaitu polisi yang biasanya datang

pertama kali ke tempat kejadian. Polisi bertanggung jawab mengamankan lokasi

kejadian supaya tidak ada barang bukti yang rusak. Pihak lain yang biasanya

dilibatkan dalam penyelidikan adalah tim penyelidik yang bertugas

Page 9
mendokumentasikan TKP dan mengumpulkan bukti-bukti fisik. Dalam kasus-kasus

tertentu, dapat pula melibatkan specialist (entomologis, ahli forensic), detektif dan

seorang medical examiner.(8) Pengolahan TKP ini terdiri dari :

1. Pengamatan umum (general observation).

2. Membuat sketsa dan pemotretan.

3. Penanganan korban.

4. Saksi dan Tersangka.

5. Pengumpulan barang bukti.

A.1 Pengamatan Umum

Pengamatan umum ini penting, karena pada tahap ini penyidik mendapat

kesempatan untuk berpikir dan tidak emosional.(1) Pemeriksaan dilakukan untuk

meyakinkan bahwa teori dari kasus yang sedang dihadapi sesuai dengan pengamatan

penyidik. Pemeriksaan TKP dilakukan untuk mengidentifikasi barang bukti yang

memungkinkan untuk dapat memberikan gambaran umum dari TKP terhadap

kronologis dari kasus tersebut(8)

A.2 Sketsa dan Foto

Sketsa merupakan gambaran sederhana yang menunjukkan letak dan posisi

tubuh diantara objek yang tidak bergerak terhadap objek-objek lain yang ada di TKP.

Dengan sketsa, penyidik dapat menggambarkan secara singkat apa yang perlu dan

menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu tampak di foto. Oleh karena itu sketsa

merupakan diagram yang spesifik, selektif, sederhana dan jelas. Tanpa sketsa, foto

tidak selalu dapat memberikan gambaran yang pasti perbandingan letak suatu objek

dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh karena efek distorsi maupun perspektif dari

kamera. Oleh karena itu, sketsa selalu merupakan suplemen berita acara dan foto.

Manfaat dari sketsa adalah sangat berguna untuk menyegarkan daya ingat penyidik,

saksi, maupun tersangka yang kooperatif sehingga dapat memberikan pengertian yang

Page 10
lebih jelas kepada penuntut umum maupun hakim tentang sesuatu yang kelihatannya

komplek, merekam gambaran dari keadaan TKP dan merekam barang-barang bukti.

Foto berfungsi mengabadikan setiap barang bukti relevan yang diketemukan dan

memperkuat ataupun menyingkirkan barang-barang bukti yang tidak diperlukan.

Selain itu dapat digunakan sebagai pengganti barang bukti yang secara fisik tidak

dapat dihadirkan di sidang. Fungsi lain dari foto adalah sebagai penyegar daya ingat

siapa saja yang berkepentingan terhadap tindak pidana yang telah terjadi. Agar foto

dapat dipergunakan di pengadilan, diperlukan teknik pemotretan oleh petugas khusus

yang terlatih. Fotografi TKP secara umum dibagi menjadi dua, gambaran umum dan

gambar masing-masing barang bukti.(1,8)

Contoh sketsa lokasi TKP

A.3 Penanganan Korban

Dalam menangani seorang korban perlu dibedakan apakah korban hidup,

diragukan hidup atau mati. Pada setiap korban hidup atau diragukan kehidupannya,

prinsip tindakan pertolongan pertama harus diprioritaskan. Sementara tindakan

pertolongan pertama diberikan penyidik meminta bantuan petugas kesehatan atau

segera melarikannya ke Rumah Sakit.(1) Sewaktu evakuasi korban, perlu diperhatikan

agar tidak terdapat barang bukti yang tercecer dan catat hal-hal yang diungkapkan

korban. Setibanya di rumah sakit berikan penjelasan secukupnya pada petugas rumah

sakit. Dokter sebaiknya melakukan koordinasi dengan dokter rumah sakit tentang

hal-hal yang dapat membantu pengumpulan barang bukti, terutama pada luka-tembak

Page 11
dimana anak peluru merupakan suatu bukti, yang amat penting. Kalau ditemukan anak

peluru, perlu dijaga agar tidak sampai tergores, rusak atau hilang.(10)

Sebaliknya, bila tanda-tanda kematian jelas, penyidik tidak akan tergesa-gesa

dan dapat mengadakan pemeriksaan dengan lebih tenang. Bila dianggap perlu untuk

memeriksa korban, penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk datang di TKP

dengan tujuan untuk memperkirakan berapa lama korban meninggal, sebab, cara dan

pola kematiannya ataupun hal-hal lain yang dianggap perlu guna kepentingan

penyidikan.(8)

A.4 Penanganan Saksi dan Tersangka

Baik dari tersangka maupun saksi diadakan interview ataupun pemeriksaan

singkat untuk mengetahui keterlibatannya dalam tindak pidana yang telah terjadi.

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut dapat dicari petunjuk selanjutnya guna

pengembangan penyidikan yang sedang berjalan. Pemeriksaan terhadap tersangka

meliputi identitas, kesehatan tubuh, tanda kekerasan, kesehatan jiwa, adanya barang

bukti lain yang masih terdapat pada tubuh tersangka dan lain pemeriksaan yang

dianggap perlu. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terharap tersangka,

dokter dapat menyarankan apakah ia bisa ditahan atau perlu perawatan.(1)

A.5 Penanganan Barang Bukti

Dalam kasus tertentu, penyidik akan meminta bantuan petugas kesehatan untuk

mendapatkan barang bukti yang masih melekat pada tubuh korban : pakaian yang

dikenakan dengan lumuran darah, lubang tembak atau robekan akibat tusukan benda

tajam. Untuk melepas baju korban, pakaian ini seharusnya tidak disobek atau

digunting begitu saja, melainkan sebaiknya digunting pada bagian-bagian yang masih

utuh. Barang bukti lain seperti luka-luka pada tubuh sebaiknya dicatat dan dijelaskan

dengan rinci tentang apa yang dilihat, bila mungkin dipotret sebelum dilakukan

tindakan terhadap luka-luka tersebut.(8) Dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang

Page 12
yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat

memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut :

a. Jenis luka apakah yang terjadi ?

b. Jenis kekerasan/ senjata apakah yang menyebabkan luka ?

c. Bagaimanakah kualifikasi luka itu ?

Dengan demikian pada pemeriksaan luka yang ditemukan pada mayat, hal- hal yang

perlu dicatat adalah :

a. Jenis luka

b. Lokasi luka (contoh : di pipi kanan, 2 cm dibawah mata kanan, 1 cm diatas

bibir atas dsb)

c. Ukuran luka. Sebutkan panjang dan lebar serta dalamnya (cm)

d. Dasar luka ( misalnya : tulang, otot, dsb).

e. Penjelasan lain yang perlu.(10)

Pada setiap kejahatan hampir selalu ada barang bukti (trace evidance) yang

tertinggal. Barang bukti tersebut jika diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam

disiplin ilmu kedokteran forensik (forensic science) maka tidak mustahil kejahatan itu

dapat terungkap. Dalam pengumpulan barang bukti dari TKP, penyidik mempunyai

beberapa tujuan utama yaitu untuk kepentingan rekonstruksi tindak kejahatan,

mengidentifikasi pelaku, menjaga barang bukti untuk analisa lebih lanjut serta sebagai

alat bukti di pengadilan. Oleh karena itu pada kasus-kasus tindak pidana yang

dilakukan terhadap manusia perlu dicari sebanyak mungkin barang bukti medik, baik

yang berasal dari korban maupun dari pelaku. Barang bukti medik yang berasal dari

tubuh korban akan lebih banyak memberikan informasi seputar proses terjadinya

kejahatan, sedangkan yang berasal dari tubuh pelaku akan menunjukkan informasi

identitasnya.(8,9)

Page 13
Salah satu tugas dokter di tempat kejadian perkara (TKP) adalah

mengumpulkan benda-benda bukti yang berkaitan dengan korban, terutama sampel

biologis untuk dikirim ke laboratorium. Sampel biologis yang dimaksud meliputi

darah, air mani, rambut, jaringan tubuh, air liur dll. Sedangkan barang bukti medis

adalah racun, jarum suntik, obat-obatan, dll. Selalu gunakan prosedur pencegahan

bahaya atau infeksi dalam pengumpulan sampel biologis. Pastikan untuk memakai

sarung tangan, pakaian pelindung, masker dan atau kacamata pelindung jika situasi

mengharuskan (11,12)

Pengambilan benda-benda bukti tersebut juga tetap harus mematuhi prosedur

pengambilan barang bukti secara umum. Perlu diingat moto “to touch as little as

possible and to displace nothing”, yaitu tidak boleh menambah atau mengurangi

benda-benda yang ada di TKP. Dokter tidak boleh membuang barang sembarangan di

TKP, meninggalkan perlengkapannya atau membuang air kecil di kamar mandi,

karena semua itu dikhawatirkan akan menghilangkan barang-barang bukti yang lain.

Beberapa tindakan lain yang dapat mempersulit penyidikan seperti memegang setiap

benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu bercak darah, membuat jejak baru

serta melakukan pemeriksaan sambil merokok,(2,11)

Peralatan yang sebaiknya juga dibawa saat pemeriksaan di TKP adalah sarung

tangan, kamera, film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat,

lampu senter, lampu ultraviolet, alat tulis, tempat menyimpan barang bukti berupa

amplop atau kantung plastik, pinset, skalpel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer

rektal, termometer ruangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol)

untuk memberikan label pada barang bukti. Label pada barang bukti harus dituliskan

tentang jenis barang bukti, lokasi penemuan, saat penemuan dan keterangan lain yang

diperlukan.(2) Keterangan itu dapat berupa penjelasan lengkap mengenai barang bukti,

Page 14
jika ada nomor serinya maka harus ditulis juga, tidak lupa inisial penyidik yang

mengumpulkan barang bukti serta nomor identitasnya. (11,12)

Proses pengumpulan biasanya akan dimulai dari barang bukti yang paling

rapuh atau paling mudah hilang. Pertimbangan khusus dapat diberikan pada barang

bukti yang perlu untuk segera dipindahkan. Pengumpulan barang bukti bisa

berlangsung bersamaan dengan prosedur penyidikan yang lain. Pengambilan gambar

juga bisa terus dilakukan jika penyidik menemukan barang-barang bukti baru yang

belum terdokumentasikan sebelumnya karena tersembunyi dari penglihatan.(12)

Sebagian besar barang bukti disimpan dalam wadah kertas seperti paket,

amplop dan kantung. Benda cair dapat dikirim dalam wadah yang tidak mudah pecah

dan tidak mudah bocor, seperti tabung reaksi kering. Barang bukti bekas terbakar

(arson) disimpan dalam kaleng logam bersih dan kedap udara. Hanya barang bukti

berupa serbuk dalam jumlah banyak yang disimpan dalam kantung plastik. Barang

bukti yang lembab dan basah (darah, tanaman, dll) dapat disimpan dalam wadah

plastik saat di tempat kejadian untuk dikirim ke tempat pemeriksaan hanya jika waktu

pengiriman kurang dari dua jam. Hal ini untuk mencegah kontaminasi dari barang

bukti yang lain. Setelah tiba di lokasi yang aman, barang bukti tersebut harus dibuka

dari wadahnya dan dikeringkan di udara. Barang bukti dapat disimpan kembali dalam

wadah kertas yang kering. Barang bukti yang lembab tidak boleh disimpan dalam

wadah plastik atau kertas lebih dari dua jam. Keadaan lembab memungkinkan

pertumbuhan mikroorganisme yang bisa menghancurkan atau mengubah barang bukti.


(12)

Barang bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan

dimasukkan ke dalam amplop atau kantung plastik. Bercak pada kain harus diambil

seluruhnya atau apabila bendanya besar digunting dan dimasukkan ke dalam amplop

atau kantung plastik. Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke

Page 15
dalam kantung plastik. Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik atau kantong

plastik khusus mayat (kantong mayat) setelah sebelumnya diabadikan letak dan

posisinya serta pemeriksaan sidik jari oleh penyidik. Kedua tangan mayat juga

sebaiknya dibungkus plastik sebatas pergelangan tangan. Setiap barang yang bisa

saling mengontaminasi harus disimpan secara terpisah. Wadah harus ditutup dan

diamankan untuk mencegah percampuran dalam proses pengiriman. Mayat dan barang

bukti biologis atau medis, termasuk obat atau racun dikirim ke Instalasi Kedokteran

Forensik atau ke Rumah Sakit Umum setempat untuk pemeriksaan lanjutan. Apabila

tidak tersedia sarana pemeriksaan laboratorium forensik, maka dikirimkan ke

Laboratorium Kepolisian atau ke Bagian Kedokteran Forensik. Barang bukti bukan

biologis dapat langsung dikirimkan ke Laboratorium Kriminal atau Forensik

Kepolisian daerah setempat.(2)

Setiap jenis barang bukti mempunyai nilai yang khusus dalam penyidikan.

Nilai ini harus selalu disimpan dalam ingatan penyidik ketika melakukan penyidikan

di TKP. Sebagi contoh, ketika melakukan penyidikan di TKP penyidik harus lebih

memprioritaskan untuk mencari sidik jari yang bagus dari pada mengumpulkan serat

baju yang tertinggal. Karena sidik jari dapat mengidentifikasi secara tepat orang yang

pernah berada di TKP, sedangkan serat baju bisa berasal dari siapa saja yang

mengenakan baju yang berbahan sama. Dalam kondisi khusus mungkin saja

mengumpulkan serat baju menjadi lebih penting karena ada dalam jumlah banyak

pada tubuh korban serta tidak ditemukan sidik jari di TKP. Lebih baik mengumpulkan

lebih banyak barang bukti dari pada kurang. Penyidik seringkali hanya mempunyai

sekali kesempatan melakukan penyidikan di TKP, maka harus dimanfaatkan sebaik

baiknya.(12)

Page 16
)

Beberapa contoh kegiatan olah TKP seperti pengambilan gambar untuk identifikasi, sketsa
lokasi dan pengamanan dari barang bukti serta pengambilan sampel bukti

BAB IV
METHODE PENCARIAN BARANG BUKTI

Page 17
Untuk mendapatkan barang bukti yang diperlukan di dalam proses penyidikan dikenal
5 methode/ cara yang sistematik, yaitu : (7,11,13)
1. Strip methode.
Tempat kejadian di periksa dari 1 jalur ke jalur berikutnya. Caranya: 3 orang
petugas masing-masing berdampingan yang satu dengan yang lain dalam jarak yang
sama dan tertentu (sejajar) kemudian bergerak serentak dari sisi lain di tempat
kejadian perkara. Apalagi dalam gerak tersebut sampai di ujung sisi lebar yang lain
maka masing-masing berputar ke arah semula. Methode ini baik untuk daerah yang
berlerang.

Strip methode

2. Double strip or grid methode.


Dimana tempat kejadian di bagi dalam beberapa grid dan di periksa satu persatu
mengikuti grid-grid tersebut. Sehingga dengan harapan tidak ada 1 bagian dari daerah
TKP yang luput dari pemeriksaan.

Double strip methode


3. Spiral methode.
Methode penggeledahan yang di mulai dari luar menuju ke tengah dalam bentuk
bulatan. Caranya : 3 petugas atau lebih menjelajahi tempat kejadian dengan cara
masing-masing berderet ke belakang (yang satu di belakang yang lain) dengan jarak
tertentu. Kemudian bergerak mengikuti bentuk spiral berputar ke arah dalam. Methode
ini baik untuk daerah yang lapang, bersemak atau berhutan.
Page 18
Spiral methode

4. Zone methode.
Penggeledahan mengikuti daerah kuadran dengan membagi daerah tempat
kejadian pada beberapa kuadran. Caranya: Luasnya tempat kejadian perkara di bagi
menjadi 4 bagian, dari tiap bagian dibagi-bagi menjadi 4 bagian. Jadi masing-masing
bagian 1/ 16 dari luas tempat kejadian perkara seluruhnya. Untuk tiap-tiap 1/ 16
bagian tersebut di tunjuk 2 sampai 4 orang petugas untuk menggeledahnya. Methode
ini baik untuk perkarangan, rumah atau tempat tertutup.

Zone methode

5. Wheel methode.
Methode pemeriksaan yang dimulai pusat menuju keluar. Caranya: Beberapa
orang petugas bergerak bersama-sama ke arah luar dimulai dari titik tengah tempat
kejadian, dimana masing-masing petugas menuju ke arah sasarannya sendiri-sendiri
sehingga merupakan arah delapan penjuru angin, methode ini baik untuk ruangan
(hall).

Page 19
Wheel methode

Cara dan methode tersebut di atas tentu sudah diketahui oleh penyidik, perlu juga
diketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di TKP agar tidak merubah/ merusak
keaslian keadaan TKP. Pada dasar kesemua methode tersebut, diharapkan dapat memeriksa
setiap ruang bagian dari TKP dengan secermat dan seteliti mungkin. Dengan menghindari
kemungkinan terlewatinya 1 bukti sekecil apapun yang sangat bermakna untuk mengungkap
kasus yang ada di TKP tersebut.

BAB V
MENENTUKAN IDENTITAS
ATAU JATI DIRI KORBAN

A. PENGERTIAN UMUM IDENTIFIKASI

Page 20
Menentukan identifikasi manusia merupakan salah satu tugas kepolisian dalam

peranannya sebagai penegak hukum dan pengayom masyarakat. Dan merupakan

berbagai upaya mengenal seseorang baik hidup ataupun mati dengan menggunakan

berbagai sarana ilmu untuk mengetahui siapa sebenarnya orang tersebut. Dalam

perkara pidana, mengenali siapa korban merupakan hal yang mutlak harus dilakukan.

Dengan mengetahui siapa korban tentu akan terbuka jalan untuk mengenal siapa

keluarga, teman, lawan ataupun saingan dalam usaha. Dari informasi-informasi

mereka sering dapat ditemukan siapa pelaku tindak pidana yang dicari. Maka

identifikasi korban seringkali merupakan titik tolak penyidikan. Kesalahan identifikasi

merupakan suatu tindakan yang dapat mengakibatkan dituntutnya seorang yang tidak

bersalah dengan tidak dikenalnya atau tidak teridentifikasi korban berarti sangat tipis

kemungkinan untuk menduga atau mencari siapa pelakunya. Dalam masalah non

pidana, orang hilang karena melarikan diri, tidak mengenal diri karena kelainan jiwa,

hilang atau mati karena bencana, masyarakat akan minta bantuan polisi untuk

kepentingan korban dan keluarga. Kebutuhan ini berkaitan dengan adat dan agama,

pernikahan, asuransi ataupun harta waris. Biodata yang tersimpan dengan baik dan

rapi merupakan sarana pembanding untuk menentukan identitas seseorang. Bila

biodata tidak ada sama sekali, kawan atau keluarga merupakan sumber informasi yang

baik untuk mengetahui ciri-ciri khusus seseorang yang mengenalnya. Pada jenazah

yang sangat rusak, mengalami pembusukan yang lanjut, penentuan identitas masih

dapat dilakukan secara ilmiah melalui identifikasi medik, odontologi, anthropologi

disamping melalui berbagai benda-benda yang melekat atau dipakai korban.(10)

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang hidup maupun

mati berdasarkan beberapa ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi

pada dasarnya terdiri dari dua metode utama yaitu : (14)

Page 21
1. Identifikasi komparatif yaitu apabila tersedia selain data postmortem juga data

antemortem, dalam komunitas yang terbatas.


2. Identifikasi rekonstruktif yaitu apabila tidak tersedianya data antemortem dan

komunitas korbannya tidak terbatas.

Dalam mengidentifikasi korban mati tidak dikenal umumnya dilakukan

identifikasi dengan kedua metode tersebut secara bertahap. Mula-mula korban

diperiksa dan dicatat ciri-ciri identitasnya, serentak dengan upaya pencarian orang

yang dilaporkan hilang oleh kerabatnya. Apabila diketahui ada orang hilang maka ciri-

ciri yang diketahui pada korban sewaktu masih hidup (data antemortem) dibandingkan

dengan ciri-ciri yang ditemukan pada tubuh korban (data postmortem). Dalam

mengidentifikasi korban massal umumnya dilakukan identifikasi secara komparatif.

Karena data tentang siapa saja yang diduga menjadi korban dapat diperoleh dari

passenger list atau laporan dari masyarakat atau penduduk yang kehilangan

kerabatnya. Data identitas yang dikumpulkan terdiri dari data yang non-medis dan

medis. (14) Data tersebut misalkan :

1. Data yang mendukung pengenalan secara visual seperti wajah, pakaian, perhiasan,

dokumen dan kepemilikan lainnya.


2. Data yang mendukung pengenalan yang sebenarnya non-medis tapi berkaitan

dengan medis yaitu sidik jari dan properti (kepemilikan) tertentu seperti hearing

aids, obat-obatan, protease dan lain-lain.


3. Data anatomis dan medis seperti jenis kelamin, ras tinggi badan, usia, warna mata,

warna kulit, warna dan struktur rambut, ciri tubuh yang khas (cacat, tatto, tahi

lalat, jaringan parut dan lain-lain), golongan darah dan DNA.


4. Data ondontologis yaitu tentang gigi geligi.(14)
Data gigi, sidik jari atau DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai

faktor identifikasi yang determinan (primer), sedangkan data medis, properti dan ciri

fisik harus kombinasi setidaknya dua jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang

Page 22
pasti (sekunder). Akan tetapi bisa saja suatu properti atau ciri fisik tertentu sedemikian

khas sehingga sudah dapat dijadikan ciri yang determinan.(14)

B. DNA

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:

deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama

penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di

dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai

materi genetik artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini

berlaku umum bagi setiap organisme.(15)

Materi genetik yang berupa asam nukleat baik DNA (Deoxy-ribose Nucleic

Acid) mengandung tiga komponen, yaitu : 1) basa (purin dan pirimidin) 2) gula

(deoksiribosa) dan 3) fosfat. Basa purin yang terdapat pada DNA, yaitu Adenine [A]

dan Guanine [G] sedangkan basa pirimidin DNA adalah Cytocine [C] dan Thymine

[T]. Kedua unsur basa tersebut (purin dan pirimidin) akan berpasangan membentuk

kode-kode genetik pada DNA melalui ikatan hidrogen (A akan berpasangan dengan T

dan G dengan C. Unsur gula dan fosfat akan membentuk struktur DNA. DNA memiliki

struktur rantai ganda, struktur DNA lebih stabil bila dibandingkan dengan RNA.(16)

Struktur rantai DNA

Page 23
DNA biasanya didapatkan dari berbagai sumber, seperti pakaian dalam, bekas

jilatan, puntung rokok, bekas gelas minum atau pada sumber lain yang memungkinkan

adanya sel manusia menempel. Bisa juga didapat dari ceceran darah, air mani atau

kelenjar ludah yang biasa menempel pada suatu barang tertentu. Sidik jari DNA dapat

dilakukan hanya dengan menggunakan sejumlah kecil tanda bukti seperti jaringan,

rambut, darah atau cairan lain dari tubuh. Sidik jari DNA adalah suatu proses

perbandingan. DNA dari kriminal harus dibandingkan dengan DNA sampel tersangka.

Spesimen yang baik untuk perbandingan jumlahnya satu ml dan darah harus

diperlakukan dengan bahan kimia ethylene diamnine tetraacetic acid (EDTA) untuk

menghindari adanya pembekuan sampel darah.(17)

Pengiriman Sampel

• Berupa jaringan tubuh, potongan tulang : dimasukkan ke dalam wadah berisi es

batu.

• Berupa darah : dicampur dengan larutan EDTA untuk mencegah pembekuan.

Nenek

Paman Bibi Ibu Ayah

Adik Kakak KORBAN Suami/Istri


HILANG

Anak ♀ / ♂

Mitokondria memiliki perangkat genetik sendiri yang disebut DNA

mitokondria (mtDNA), terletak pada matriks semi cair di bagian paling dalam
Page 24
mitokondria. Satu mitokondria dapat mengandung puluhan mtDNA. Sistem genetik

mitokondria mirip dengan bakteri, berupa molekul sirkuler yang tahan eksonuklease.

Berbeda dengan DNA inti yang diturunkan dari kedua orang tua, mtDNA hanya

diwariskan secara maternal atau dari ibu. Keseluruhan mitokondria anak diturunkan

dari ibu karena hanya sel telur yang membawa mitokondria saat melebur dengan

sperma. Sel telur memiliki 100.000 mitokondria, sedangkan sperma hanya 50-100 di

ekor sperma. Ketiadaan mitokondria ayah pada keturunannya mempermudah analisis

penurunan mtDNA. Genom mitokondria diturunkan selama ratusan ribu tahun tanpa

ada persilangan dengan genom mtDNA ayah. Dengan demikian, mutasi yang

diwariskan dapat dilacak pada satu garis keturunan maternal. Karakteristik ini

memungkinkan mtDNA sebagai alat untuk mengetahui hubungan maternal antar

individu, mempelajari antropologi, serta biologi evolusi berbagai makhluk hidup.

Penelitian tentang penurunan mtDNA telah banyak dilakukan dan terbukti mtDNA

secara lestari diwariskan pada tujuh keturunan. Analisis menggunakan DNA inti

memiliki akurasi yang tinggi karena dirujuk pada DNA inti kedua orangtua (diploid).

Kelemahan metode ini adalah bila salah satu atau kedua orangtua tidak ada.

Penggunaan DNA inti saudara seayah-ibu, anak, paman dan bibi atau kakek dan nenek

kandung memerlukan koreksi berdasarkan segregasi Mendel. Sedangkan generasi

ketiga atau saudara sepupu, tidak dapat digunakan. Selain DNA inti, DNA mitokondria

(mtDNA) telah digunakan dalam bidang forensik dan menjadi barang bukti di

pengadilan Amerika dan Eropa. Kelebihan utama penggunaan mtDNA adalah jumlah

molekulnya yang mencapai ribuan dalam satu sel sehingga memungkinkan dilakukan

analisis dari sampel yang sangat sedikit, misalnya cairan tubuh, akar atau batang

rambut bahkan tulang dan fosil tulang. Kelemahan penggunaan mtDNA adalah

kemungkinan menemukan kesamaan antar individu yang relatif tinggi, terutama

individu yang terkait hubungan keluarga segaris ibu.(18)

Page 25
B.1 Teknik Pemeriksaaan DNA antara lain :

A Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR (polymerase chain reaction) atau reaksi rantai polimerase adalah

suatu proses untuk mengamplifikasi (memfotokopi) molekul DNA yang

diinginkan secara in vitro (di luar tubuh makhluk hidup). Prinsip PCR diilhami

oleh proses penggandaan DNA yang terjadi secara alamiah dalam tubuh

makhluk hidup, yang kita kenal dengan istilah replikasi. Pada proses PCR,

hasil fotokopi tidak lain merupakan primer yang diperpanjang oleh enzim

DNA polimerase, ketika menempel pada salah satu untai templat DNA

(molekul DNA yang menjadi target fotokopi). Primer merupakan

oligonukleotida (beberapa nukleotida) spesifik yang dirancang untuk

membatasi fragmen DNA yang akan diamplifikasi (seperti diketahui DNA

merupakan polinukleotida). Dengan adanya variasi suhu dan bantuan enzim

DNA polimerase, primer tersebut dapat menempel dan menyalin informasi

genetik sama persis dengan templat DNA, sehingga akhirnya didapatkan

jumlah molekul DNA target yang memadai. Di samping templat DNA dan

primer, enzim DNA polimerase merupakan bagian penting lainnya dalam

proses PCR. Saat awal ditemukan PCR, para peneliti “agak dibuat repot”

karena harus menambahkan enzim DNA polimerase pada setiap siklus. Hal

tersebut disebabkan enzim yang dipakai waktu itu tidak stabil pada suhu tinggi.

Sedangkan dalam proses PCR, terdapat tahapan yang harus dilakukan pada

suhu tinggi. Oleh karena itu, penemuan enzim DNA polimerase yang stabil

pada suhu tinggi merupakan catatan tersendiri dalam perkembangan teknik

PCR, serta telah menjadikan PCR semakin efisien dan efektif.(19)

Secara umum proses PCR dibagi menjadi tiga tahap :

Page 26
1. Pertama, denaturasi. Proses ini bertujuan untuk membuka ikatan rangkap

DNA. Seperti diketahui, DNA mempunyai struktur double helix, sehingga

untuk memungkinkan terjadinya penempelan primer, ikatan rangkap

(ikatan hidrogen) yang membangun struktur tersebut harus diputuskan.

Pemutusan ikatan dapat dilakukan pada suhu tinggi (biasanya di atas 90

derajat Celcius). Kandungan guanine dan cytosine (G+C), yang merupakan

pasangan basa nitrogen dengan ikatan rangkap tiga dalam struktur double

helix DNA, dapat menjadi pertimbangan menentukan suhu denaturasi.

Makin tinggi proporsi (G+C), makin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk

denaturasi DNA.(19)

2. Kedua, annealing, yaitu penempelan primer kepada untai DNA yang telah

terdenaturasi. Penentuan suhu annealing menjadi demikian kritis, dalam

artian harus tepat. Jika suhu terlalu tinggi, penempelan primer menjadi

sangat lemah, sehingga bisa mengakibatkan produk yang dihasilkan sangat

sedikit. Sebaliknya jika suhu terlalu rendah, bisa mengakibatkan terjadinya

penempelan yang tidak spesifik, sehingga menghasilkan fragmen yang

tidak diinginkan.(19)

3. Ketiga, extension, yaitu proses perpanjangan primer yang menempel pada

templat DNA dengan melibatkan DNA polimerase sebagai katalis. Karena

pada tahap ini terjadi reaksi polimerisasi yang dikatalisis enzim, maka suhu

optimum dari enzim yang digunakan harus menjadi pertimbangan dalam

menentukan suhu extension.(19)

Ketiga tahapan tersebut dapat terus berulang sesuai dengan jumlah

siklus yang kita inginkan. Penentuan jumlah siklus PCR bergantung kepada

target jumlah copy molekul DNA yang ingin dihasilkan. Secara teoritis, jumlah

molekul DNA yang dihasilkan dari proses PCR adalah berbanding lurus secara

Page 27
eksponensial dengan jumlah siklus PCR (2 pangkat “n”, n= jumlah siklus).

Sebagai gambaran, jika kita merancang 20-30 siklus dan menggunakan enzim

taq polymerase sebagai katalis, lebih dari satu juta copy molekul DNA dapat

diperoleh dalam waktu 1,5-2,5 jam.(19)

Proses PCR Copy

B Restriction Fragment Length Polymorphysm (RFLP)

Sampel DNA yang disimpan pada suatu wadah, lalu suatu enzim yang

disebut enzim pemecah ditambahkan pada sampel DNA tersebut. Tujuan

penambahan enzim ini agar setiap DNA terpotong pada lokasi-lokasi tertentu.

Oleh karena DNA bersifat unik (memiliki ciri-ciri khusus yang saling berbeda)

pada setiap individu, maka enzim tersebut akan memotong DNA setiap sampel

pada lokasi-lokasi yang unik pula. Enzim pemecah akan memotong setiap

DNA pada lokasi yang unik. Selanjutnya, dilakukan proses elektrophoresis

yang bertujuan untuk mengurutkan DNA yang terpotong tersebut berdasarkan

atas panjang setiap potongannya. Proses ini dilakukan dengan cara

menempatkan setiap sampel potongan DNA pada sebuah gel. Gel tersebut

dialiri listrik. Arus listrik yang terjadi akan mendorong setiap potongan DNA.

Potongan yang pendek akan bergerak lebih cepat dari pada potongan yang

lebih panjang. Pada akhir proses, seluruh DNA akan terurut berdasarkan atas

Page 28
panjang setiap potongan. Karena potongan DNA ini terlalu kecil untuk diamati,

digunakan sinar-X untuk menghasilkan sebuah citra foto. Citra foto yang

dihasilkan ini akan berbentuk garis-garis seperti pada bar code yang sering kita

temukan pada bagian belakang buku atau produk-produk keluaran pabrik.

Garis-garis inilah yang disebut sebagai sidik jari DNA. Sebagai langkah

pamungkas, dilakukan pembandingan antara pola DNA dari TKP dengan pola

DNA dari sel darah orang-orang yang dicurigai sebagai tersangka. Jika terdapat

kesamaan pola, dapat dipastikan dialah sang pelaku dengan tingkat kesalahan

satu pada beberapa miliar kasus. Mengingat rumitnya proses yang harus

dilalui, proses tes RFLP ini akan memakan waktu beberapa minggu sebelum

hasilnya dapat diketahui.(20)

Proses RFLP

B.2 Keuntungan dan kerugian DNA :

Keuntungannya tes atau uji DNA dalam ilmu biologi molekuler atau lebih

tepatnya disebut dengan sidik jari DNA lebih akurat karena hasil uji DNA sama dengan

sidik jari yang sebenarnya seperti yang dibubuhi pada kartu identitas. Tidak ada orang

yang memiliki sidik jari yang sama di dunia. Para ahli forensik telah membuat

perhitungan statistik yang sangat akurat dan ditemukan bahwa kemungkinan sidik jari

DNA yang sama adalah satu dalam satu miliar orang, sehingga dapat dikatakan bahwa

Page 29
bukti DNA dalam dunia kriminal lebih akurat dari pada saksi mata dalam

menempatkan tersangka di tempat kejadian perkara (TKP). Kerugiannya adalah uji-uji

diagnostik yang didasarkan pada teknik molekuler bukanlah sesuatu yang mudah,

melainkan membutuhkan keterampilan khusus, mahal. Mengingat rumitnya proses

yang harus dilalui, proses tes DNA ini akan memakan waktu beberapa minggu

sebelum hasilnya dapat diketahui.(17)

C. SIDIK JARI

Identifikasi Forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal

sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan

identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya

kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

C.1 Macam-macam sidik jari :

A Latent prints (Sidik jari Laten)

Walaupun kata “laten” berarti tersembunyi atau tak tampak. Pada

penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti kemungkinan

adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-alur

tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut

terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara

elektronik, kimiawi dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten

yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di

alur-alur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum dan berbagai

macam lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat,

tinta, dll.(2)

Page 30
B Patent prints (Sidik jari Paten)

Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan kulit dari sumber yang

tak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disebabkan dari

transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena sudah dapat

langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement dan diambil

bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.(2)

C Plastic prints (Sidik jari Plastik)

Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari

atau telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk dari

alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit lemak

pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi

penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik

laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada

permukaan tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non plastik pun

harus dilaksanakan.(2)

C.2 Klasifikasi

Pola dermatoglifi diklasifikasikan pada total triradii pada jari-jari. Triradii

didefinisikan sebagai tempat pertemuan dari 3 garis dermal yang membuat sudut

kurang lebih 120 derajat dengan yang lainnya.(21)

Page 31
Triradii pada ujung jari tangan

Galton (1892) mengklasifikasikan tipe sulur ujung jari tangan menjadi 3 pola yaitu
(21,22,23)
:

a. Busur/ Arcus (arch) adalah pola dermatoglifi yang tidak mempunyai triradii

dan berbentuk busur (5%).

b. Sinus/ Loop (L) mempunyai satu triradii, berbentuk lengkung yang dibedakan

menjadi Ulna Loop (UL) lengkung menghadap ke ulna dan Radial Loop (RL)

lengkung menghadap ke radial (60-65%).

c. Pusar/ Vortek/ Whorl (W) mempunyai dua triradii dikenal dengan vorteks atau

pola pusaran (30-35%).

Sidik jari berkaitan dengan suku bangsa, dimana pada keturunan Afrika

cenderung memiliki pola sidik jari arch, bangsa Eropa berpola whorl, sedangkan pada

bangsa Asia berpola loop.(24)

Pemeriksaan sidik jari dan jenis sidik jari


Cummins dan Middlo (1961) mengklasifikasikan tipe pola menjadi 3 yaitu (21,25) :

Page 32
a. Tipe pola busur/ arcus sederhana (gambar A) yang tidak mempunyai triradius dan

tipe pola Arcus tented (gambar B) yang mempunyai 1 buah triradius.

b. Tipe pola sinus ulnar (gambar C) dan tipe pola sinus radial (gambar D) yang

masing-masing mempunyai 1 buah triradius.

c. Tipe pola pusaran/ vortex spiral (gambar E), tipe pola pusaran/ vortex konsentris

(gambar F) dan tipe pola pusaran ganda/campuran (G) yang masing-masing

mempunyai 2 buah triradius.

Ma

A B C D

E F G

cam tipe pola sulur ujung jari tangan

Keterangan gambar :
Gambar A: Arcus/ busur sederhana yang tidak mempunyai triradius.
Gambar B: Arcus/ busur tented yang mempunyai 1 buah triradius.
Gambar C: Tipe pola sinus ulnar.
Gambar D: Tipe pola sinus radial yang masing-masing mempunyai 1 buah
Triradius.
Gambar E: Tipe pola pusaran/ vortex spiral.
Gambar F: Tipe pola pusaran/ vortex konsentris.
Gambar G: Tipe pola pusaran/ vortex ganda/ campuran yang masing-masing
mempunyai 2 buah triradius.

Pembentukan Sidik Jari pada manusia, sulur epidermal ujung jari mulai

terbentuk pada 8 minggu setelah konsepsi dan selesai secara lengkap kira-kira pada

minggu ke 16. Pola sulur ini tetap dipertahankan seumur hidup tanpa perubahan dan

Page 33
dapat digunakan untuk menentukan identitas seseorang dan membantu menegakkan

diagnosis penyakit genetik. Pola sulur yang telah terbentuk secara penuh, tidak akan

mengalami perubahan sepanjang hidup. Hanya kerusakan secara mekanik yang dapat

mengubah pola yang sudah terbentuk. Pembentukan pola sulur terjadi pada masa kritis

saat awal kehamilan dan menghasilkan perbedaan pola pada setiap individu.

Perbedaan pola sulur yang terdapat pada ujung jari laki-laki dan perempuan

dipengaruhi oleh tingkat hormon seksual dan hormon pertumbuhan pada saat

kehamilan. Perbedaan pola dermatoglifi merupakan ciri khas pada setiap individu,

sering dipergunakan sebagai alat untuk identifikasi personal dalam penyelidikan suatu

kejahatan. Setiap individu memiliki pola sidik jari yang berbeda dengan perbandingan

1 banding 2 milyard.(26,27)

C.3 Cara pengambilan dan pemeriksaan sidik jari

Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode

dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten/ yang

tampak dengan mata telanjang.(5) Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng

aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat

menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida dan ninhidrin.
(10)
Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara

mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah

tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda yang

diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat stoples.

Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada

permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak

sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik

jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.(8)

Page 34
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat

pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat

menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada

sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan. Warna

yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat

didokumentasikan.(8) Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat dan

larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan

dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku

mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui pori-pori

kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda yang

diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan benda akan kering dan perak

nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan

benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya

iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar

dapat didokumentasikan.(5) Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi

dengan minyak dan keringat menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan

mengandung minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik

jarinya akan terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan

selama 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan

memanfaatkan panas lampu.(8) Metode paling mutakhir yang digunakan untuk

mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF). Teknik

ini dikembangkan oleh Christopher Worley, ilmuwan asal University of California

yang bekerja di Los Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode

lainnya yang biasa digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF

dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.(8)

C.4 Kegunaan pengambilan sidik jari

Page 35
Setiap warga negara Republik Indonesia dan siapapun yang memerlukan untuk

kepentingan apapun harus dimbil Sidik jarinya pada Kartu Sidik Jari AK-23

Pada kesepuluh kolom Sidik Jari dilaksanakan dengan cara “Rolled Impression”. Pada

kolom Empat jari bersama tangan kanan dan kiri dilaksanakan dengan cara “Plaint

Impression”.(20) Pengambilan sidik jari gunanya untuk pendataan serta Filing &

Recording dalam rangka memperbanyak atau memperkaya Database sidik jari guna

keperluan pelayanan masyarakat umum dalam rangka proses konfirmasi kebenaran

identitas dan catatan kriminil seseorang. Pengambilan sidik jari juga diambil menurut

standar rutin. Permukaan ruas pertama jari sampai persendian yang bawah dilumuri

dengan tinta kemudian digulingkan dari sisi luar ke dalam pada kertas yang yang

sudah dilapisi, sehingga menghasilkan cetakan dari seluruh ujung jari. Untuk tiap-tiap

jari dilakukan dengan cara yang sama secara terpisah, dan cetakan sepuluh jari

ditempatkan pada kolom yang terpisah. Ujung-ujung jari dari tiap tangan ditempelkan

pada kertas secara serentak tanpa bergeser sehingga diperoleh cetakan yang seperti

gambaran sebenarnya di permukaan.(8)

C.5 Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari :(20)

A Stamping Kit

Adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau stenless

stell, alat penjepit kartu AK-23, yang sangat bermanfaat dan praktis untuk

kegiatan pengambilan sidik jari di lapangan dan mudah dibawa ke TKP.

B Kartu Sidik Jari AK-23

 Adalah kartu sidik jari yang spesifikasi teknisnya sudah

dibakukan (standard) di seluruh wilayah R.I.

Page 36
 Kartu ini dibuat atau dicetak dengan kertas karton/tebal warna

putih dan licin dengan ukuran 20x20 cm.

 Gunanya adalah untuk merekam kesepuluh sidik jari dan empat

jari bersama kanan dan kiri, serta data-data umum dan

khusus/sinyalemen serta pass photo dan tanda tangan.

C Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari AK-24

Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan (standard) di Polda-Polda. Dibuat

dicetak dengan kertas karton/ tebal warna putih licin dengan ukuran: 7 x 13

cm. Gunanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses

vertifikasi kartu AK-23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23 tersebut sudah

terisi rekaman sidik jari, harus dibubuhi rumus dan rumus dibuatkan kartu

tiknya (AK-24).

D Tinta Daktiloskopi

Tinta khusus Daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang dicampur

dengan minyak khusus sehingga tinta cepat kering. Gunanya adalah untuk

mengambil/merekam sidik jari. Kelebihan dari tinta ini adalah:

 Bila diratakan sangat mudah dan cepat kering.

 Tinta yang ada di tangan mudah dicuci.

 Hasil sidik jari yang didapat garis papilairnya terlihat jelas.

 Sidik jari mudah dirumus.

E Roller

Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter ± 2 cm panjang

± 5-6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca dengan gerakan

maju mundur, sampai tinta rata betul.

F Magnifier/ Loop

Page 37
yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau untuk

memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga sangat

memudahkan proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah sebagai

berikut :

 Loop diletakkan diatas lukisan sidik jari, sehingga garis-garis

papilairnya akan terlihat jelas dan besar.

 Benang bayangan yang ada di tengah/ dalam kaca diletakkan antara

Delta dan Core, digunakan untuk menghitung garis-garis papilair

sidik jari.

G Sinyalemen

Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada urutan

kolom data-data karu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah apabila seseorang

mengetahui suatu tindak pidana di lapangan tahu di TKP, bisa mengenal atau

menghafal dan merekam ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan penyidikan

untuk memberikan keterangan kepada penyidik.

Terdapat juga berbagai macam alat yang berhubungan dengan sidik jari yang

digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut antara: (20)

a. Fingerprint Magnifier

Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan sidik jari.

b. Forensic Comparator Type FC-281

Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan dan

perbandingan sidik jari.

c. Forensic Opsical Comparator Type FX-8A

Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan dan perbandingan

sidik jari.

d. Laboratory Fuming Cabinet

Page 38
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada

dokumen/ kertas yang berpori dengan menggunakan yodium kristal atau Super

Glue.

e. Fingerprint Development Station

Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent kertas

dokumen dengan menggunakan yodium, ninhydrin dan sinar ultraviolet.

f. Laser Photonics Printfinger

Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada

permukaan yang kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa dikembangkan

dengan sistem serbuk atau sistem kimia.

D. IDENTIFIKASI GIGI

Merupakan pemanfaatan ilmu kedokteran gigi untuk kepentingan peradiln

pada suatu peristiwa hukum. Kedokteran gigi forensik merupakan ilmu bantu dalam

rangka menetapkan suatu barang bukti dalam suatu kejadian.Gigi merupakan salah

satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya (sukar dibantah), khususnya bila

rekaman data gigi dan rontgen foto gigi atau model cetakan gigi semasa hidup pernah

dibuat dan disimpan secara baik dan benar.(28,29)

D.1 Alasan gigi sebagai sarana identifikasi :

1) Gigi adalah bagian terkeras pada tubuh manusia, yang komposisi bahan organik

dan airnya sedikit sekali. Sebagian besar kandungan gigi terdiri atas bahan

anorganik sehingga tidak mudah rusak atau busuk.

Page 39
2) Gigi terlindung karena berada dalam rongga mulut dan dilingkupi oleh basahnya

air liur. Dengan demikian, gigi baru menjadi lapuk pada suhu 200 oC dan baru

menjadi abu pada suhu 450oC.

3) Karakteristik spesifik dan individu (probabilitas untuk identik antar individu

sangat kecil, meliputi susunan, kerusakan, perawatan). Menurut penelitian Sims

(1972) kemungkinan dua orang identik data gigi dan mulutnya adalah satu dalam

dua miliar, sehingga hampir mustahil ada dua orang yang sama kondisi giginya.

Itu karena rata-rata manusia mempunyai 32 gigi dengan bentuk yang jelas,

sedangkan masing-masing gigi mempunyai lima permukaan, berarti dalam mulut

ada 160 permukaan gigi dengan variasi keadaan, mulai dari baik sampai rusak,

sisa akar, penambalan, pencabutan, gigi palsu, impant dan lain-lain.

4) Keberhasilan identifikasi : > 50 %.

5) Identifikasi gigi bisa mengetahui umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, dan

bentuk wajah atau raut muka seseorang.(28,29.31)

D.2 Kelemahan identifikasi gigi di Indonesia :

1) Mayoritas masyarakat Indonesia, jarang berobat ke dokter gigi.

2) Dokter gigi pun belum tentu melakukan penyimpanan data gigi yang tertata.

Akibatnya, ketika diperlukan sebagai pembanding data jika terjadi suatu

musibah, tidak dapat diperoleh data gigi yang tepat. Untuk itu, PDGI (Persatuan

Dokter Gigi Indonesia) atau Departemen Kesehatan RI, perlu diimbau agar

menganjurkan para dokter gigi kita untuk mempunyai rekaman data gigi pasien yang

lengkap dan baik sesuai standar internasional (Odontogram Interpol) di klinik masing-

masing.(29,30)

D.3 Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang

dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan

Page 40
gigi dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,

protesa gigi dan sebagainya. Dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan

data temuan dengan data pembanding antemortem.(2)

Informasi yang diharapkan diperoleh dari pemeriksaan gigi (28.31) :

a. Umur :

Pada anak dengan memeriksa pola pertumbuhan. Pada dewasa dengan metode

Gustaffson : atrisi, dentin sekunder, resesi gingiva, penebalan sementum,

penyusutan apex dan transparansi dentin).

b. Golongan darah :

Dengan teknik dilusi matrik organik jaringan pulpa (selain rambut dan tulang).

c. Penentuan ras :

Menentukan ras berdasarkan gigi dan rahang tidak dapat diandalkan meskipun

morfologi antar ras menururt statistik menunjukkan perbedaan.(31)

 Ras Mongoloid :

 85-99% bentuk incisivus rahang atas seperti sekop (shovel-shaped

incisors).

 Protostylid, cuspes asesori pada permukaan mesio-buccal molar

satu rahang bawah dan sering terdapat pada suku Pima Indians.

 Dens evaginatus, tuberkel asesori yang terlihat pada permukaan

oklusal premolar 1 (1-4 %).

 Enamel pearls, nodul enamel pada akar molar. Sering terlihat pada

bangsa Amerika asli dan Eskimo.

 Akar yang memanjang pada molar 1 rahang bawah (20%).

 Arkus maksilla bentuk elips dan palatum durum yang datar.

 Ramus ascending lebar dan vertikal.

Page 41
 Ras Kaukasoid :

 Cuspes Carabelli, cuspes asesori di mesio-lingual molar 1

permanen rahang atas yang menggantikan molar 2 gigi sulung (35-

50%).

 Permukaan bucco-lingual premolar 2 rahang bawah datar.

 Palatum durum tinggi, sempit, memanjang dan arkus seperti

parabola.

 Dagu terbelah dan menonjol. Sedangkan pada ras mongoloid dan

orang hitam dagunya tumpul dan vertikal.

 Ramus ascending ramping.

 Ras Negroid :

 Pada premolar 1 rahang bawah terdapat 2-3 cuspes pada permukaan

lingual.

 Palatum durum lebar dan arkusnya berbentuk hiperbola.

 Protrusi bimaksilla, kedua tulang alveolar maksilla dan mandibula

mengalami protrusi dengan incisivus permukaan labial miring.

 Tuberkulum intermedium, cuspes tambahan pada molar 1 rahang

bawah di permukaan lingual antara disto-lingual dengan mesio-

lingual.

 Ramus ascending miring.

d. Perkiraan jenis kelamin

Bentuk dan ukuran gigi pada wanita berbeda dengan pria, terutama pada gigi

seri atas. Bentuk lengkung rahang juga berbeda. Menurut Anderson, diameter

mesio-distal pada laki-laki lebih besar dari 6,7 mm dan diameter mesio-distal

Page 42
pada perempuan kurang dari 6,7 mm. Jenis kelamin juga dapat diperiksa dari

analisis DNA sel-sel jaringan pulpa gigi.

e. Perkiraan kebiasaan

Beberapa kebiasaan rutin dapat meninggalkan tanda/ kerusakan yang khas

pada gigi : Merokok, minum kopi/ teh (kehitaman),mengigit benda : paku,

jarum, jepitan rambut, pipa (abrasi incisal), paparan polutan : pekerja pom

bensin/ bengkel (plumbisme pada gingiva).

f. Ciri-ciri khas

Kadang orang mempunyai ciri tertentu, misal : gigi anomali, ompong,

tambalan emas, protesa gigi, mesiodens dan lain-lain. Identifikasi terhadap ciri

khas ini akan dapat mempersempit pendugaan identitas korban.

D.4 Pertumbuhan Gigi, dikenal ada 3 periode pertumbuhan gigi (23,24) :

1.Periode gigi sulung/ gigi tidak tetap/ early dentition (usia 6 bulan-6 tahun).

Dimulai oleh gigi sulung depan bawah pada umur kurang lebih 6-8 bulan sampai

usia 2 tahun. Gigi pada anak berjumlah 20 buah, terdiri dari 4 gigi incisivus 1, 4 gigi

incisivus 2, 4 gigi caninus dan 4 gigi molar 2. Waktu pertumbuhan gigi sulung :

 Gigi incisivus 1 : 6-8 bulan.

 Gigi incisivus 2 : 8-10 bulan.

 Gigi caninus : 16-20 bulan.

 Gigi molar 1: 16-20 bulan, umumnya 18 bulan.

 Gigi molar 2: 20-30 bulan.

2.Periode gigi pergantian/ mixed dentition (usia 6-12 tahun).

Page 43
Pada periode pergantian, gigi sulung digantikan oleh gigi tetap sehingga dalam

rongga mulut terdapat campuran gigi sulung dan tetap. Gigi sulung berwarna putih

kebiruan karena rongga pulpanya besar, bentuk gigi kecil, pada mixed dentition gigi

sulung mudah goyang dan banyak kerusakan seperti karies, aberasi dll. Sedangkan

gigi tetap berwarna putih kekuningan karena rongga pulpanya kecil, bentuk gigi

besar, pada mixed dentition gigi tetap tidak goyang dan tidak terdapat kerusakan

seperti karies, aberasi dan lain-lain.(31)

3.Periode gigi tetap atau permanent dentition (usia diatas 12 tahun).

Gigi Rahang Atas Rahang Bawah


Incisivus 1 7-8 tahun 6-7 tahun
Incisivus 2 8-9 tahun 7-8 tahun
Caninus 11-13 tahun 8-10 tahun
Premolar 1 10-11 tahun 10-11 tahun
Premolar 2 12-13 tahun 11-12 tahun
Molar 1 6-7 tahun 6-7 tahun
(tumbuh di belakang gigi molar 2
sebelum ada gigi susu yang tanggal)
Molar 2 11-13 tahun 11-13 tahun
Molar 3 17-21 tahun 17-21 tahun
Gigi tetap

berjumlah 32 buah dengan waktu pertumbuhan

E IDENTIFIKASI TOFOGRAFI

E.1 Prinsip Fotografi (32) :

1. Nomor identifikasi korban harus terlihat di foto.

2. Jika tersedia, gunakan kamera digital agar lebih mudah menyimpan dan penyebar

luasan foto.

3. Sebelum difoto, bersihkan tubuh korban untuk memudahkan dalam mengenali

wajah dan pakaian korban

4. Dalam dokumentasi nomor identifikasi korban, foto harus memuat sedikitnya:

Page 44
 Seluruh tubuh korban, tampak depan.

 Seluruh wajah.

 Hal yang menjadi ciri khas yang dapat membedakan dengan yang lain.

 Bila keadaan memungkinkan, dapat disertakan foto tambahan sebagai

berikut: Bagian atas dan bawah tubuh, seluruh pakaian, barang-barang

pribadi korban dan ciri khas korban.

Contoh pengambilan foto di TKP (kurang akurat)


(32)
Dalam pengambilan gambar, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut

1. Gambar yang kabur tidak akan banyak membantu.

2. Foto harus diambil dekat dengan tubuh korban, dalam pengambilan gambar wajah,

wajah diusahakan memenuhi seluruh lapang foto.

3. Fotografer harus berdiri di tengah-tengah tubuh korban ketika akan mengambil

gambar.

4. Foto harus menampilkan nomor identifikasi korban dengan jelas dalam

memastikan identifikasi menggunakan foto sesuai dengan tubuh korban yang

dimaksud.

E.2 Pada pengambilan foto di TKP, foto diambil dari :

• Jarak jauh → korban dan TKP.

• Jarak dekat → korban/potongan tubuh korban.

Page 45
• Close up → terlihat detail korban.

Bila foto telah diambil, catat data-data berikut bersamaan dengan nomor identitas
(32)
korban menggunakan form di Annex 1 :

1. Jenis kelamin : dikonfirmasi dengan melihat alat genital.

2. Perkiraan umur (bayi, anak-anak, remaja, dewasa atau lanjut usia).

3. Barang-barang pribadi (perhiasan, pakaian, kartu identitas, surat izin mengemudi,

dll).

4. Tanda-tanda spesifik pada kulit (tato, jaringan parut, tanda lahir) atau adanya

deformitas yang khas.

E.3 Facial Imagine

Bila dalam suatu bencana banyak keluarga yang datang menyerahkan foto

wajah anggota keluarga yang hilang, maka foto-foto yang masuk ini dapat

dibandingkan dengan temuan tengkorak. Prosedur ini dikenal sebagai Skull to Photo

Superimpotition. Namun bila tidak ada data-data yang cukup mengenai orang hilang

maka satu-satunya pilihan adalah rekonstruksi wajah. Rekonstruksi wajah ini

merupakan pekerjaan yang sulit karena memperkirakan wajah seseorang ketika hidup

berdasarkan gambaran tengkoraknya. Walaupun tidak ada ilmu pasti hasil rekonstruksi

ini seringkali tidak jauh berbeda dari keadaan sebenarnya.(33) Identifikasi tidak terbatas

menggunakan sisa tulang yang ditemukan namun akan menjadi penting dalam

penentuan bila pada satu orang terdapat dua gambar atau lebih, perbandingan antar

foto ini memerlukan beberapa jenis foto yang diambil pada waktu dan kondisi yang

berbeda.

E.4 Adapun teknik yang sering digunakan sebagai berikut (33) :

A Skull-to-Photo Superimposition

Page 46
Prosedur ini dilakukan dengan menumpukkan foto korban hilang

semasa hidup dengan temuan tengkorak yang belum teridentifikasi. Bila

ukuran, susunan dan posisi tengkorak sesuai, maka dimungkinkan adanya

kecocokan yang masih harus ditunjang dengan bukti lain. Namun bila dengan

penumpukan foto menunjukkan perbedaan yang nyata seperti posisi mata atau

panjang hidung, atau ukuran dagu, maka foto tersebut dapat dieliminasi

sebagai korban yang dimaksud.(26)

Mencocokkan foto ante mortem dengan rangka post mortem

B Rekonstruksi wajah

Usaha untuk memperkirakan wajah berdasarkan bentuk tengkorak telah

dilakukan sejak tahun 1895. Semenjak itu walaupun belum ada ilmu pasti

namun tingkat keberhasilan identifikasi menggunakan rekonstruksi wajah

mengalami peningkatan keberhasilan yang signifikan. Rekonstruksi wajah

dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu gambar 2 dimensi atau pahatan 3 dimensi

yang dibuat di tengkorak langsung atau menggunakan replika.(33)

Page 47
Rekonstuksi wajah 2 dimensi Rekonstruksi wajah 3
dimensi

F IDENTIFIKASI RANGKA

Penemuan kerangka atau mayat yang telah membusuk ditempat-tempat yang

bukan kuburan sering merupakan korban mati tidak wajar karena tindak pidana,

dimana pelaku baik dengan sengaja atau tidak bertujuan menghilangkan bukti. Proses

pembusukan merupakan hambatan untuk mengidentifikasi, mengetahui sebab dan cara

kematian dari mayat yang ditemukan tersebut. Walaupun demikian dengan berbagai

upaya ilmiah dalam bidang kedokteran, anthropologi, kedokteran gigi dan seniman

pematung, penyidik bisa mendapat bantuan untuk memperoleh data-data korban

termasuk perkiraan wajah pada waktu masih hidup. Tergantung dari kelengkapan

tulang belulang dan kerusakan jaringan serta barang bukti lain yang ditemukan di

TKP, maka pemeriksaan secara forensik tersebut dapat membantu menentukan

perkiraan umur korban waktu meninggal, jenis kelamin, ras, tinggi, hal-hal khusus

yang ada pada waktu hidup seperti kidal, pincang, kelainan tulang, penyakit-penyakit

tertentu dan dalam beberapa kasus dapat diketahui sebab kematian korban.(33)

F.1 Antropologi forensik

Antropologi forensik merupakan salah satu cabang ilmu yang masuk dalam

identifikasi forensik. Definisi dari antropologi forensik itu sendiri adalah identifikasi

Page 48
dari sisa hayat manusia yang jaringan lunaknya telah hilang sebagian atau seluruhnya

sehingga tinggal kerangka, dalam konteks hukum. Dalam antropologi forensik, proses

identifikasi rangka manusia dimulai dengan identifikasi ras, lalu dilanjutkan dengan

identifikasi jenis kelamin kemudian identifikasi umur dan diakhiri dengan identifikasi

tinggi badan. ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia

memiliki 190 tulang dan tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih

dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati pada tangan dan kaki seperti humerus,

radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang pendek meliputi tulang belikat/klavikula,

metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-

tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal, dan occipital. Tulang tidak teratur
Karakter tulang Laki-laki Perempuan
Ukuran secara umum Besar Kecil
Rigi supra orbitalis Lebih menonjol Lebih halus, datar
Proccesus Sedang-besar Kecil-sedang
mastoideus
Regio occipital Terdapat tanda perlekatan otot Tidak terdapat tanda
perlekatan otot
Eminensia frontalis Kecil Besar
Eminensia parietal Kecil Besar
Orbita Persegi dengan tepi tumpul Bulat dengan tepi tajam
Dahi Membentuk slope, kurang Vertical
membulat
Tulang pipi Berat, menonjol kelateral Kecil, ramping
Palatu Besar, lebar, bentuk U Kecil, parabolic
Condylus occipitalis Besar Kecil
Mandibula Besar, simphysis tinggi, ramus Kecil, simphysis rendah
lebar dan ramus lebih kecil
Bentuk dagu Bentuk U Bentuk V
Sudut gonial Membentuk sudut Vertical
Gonial flare Menonjol Datar
adalah tulang vertebra dan basis cranii. Penentuan jenis kelamin dapat diperoleh

berdasarkan penemuan tulang yang ada. Jenis tulang yang dapat digunakan dalam

menentukan jenis kelamin, yaitu tulang kranium, tulang panggul, tulang dada, tulang

panjang, dan tulang rahang. Tetapi tulang selain kranium kadangkala tumpang tindih

dalam menentukan jenis kelamin.(32.33,34)

Page 49
Penentuan jenis kelamin berdasarkan tulang kepala menurut Krogmann(1986)

Penentuan jenis kelamin berdasarkan tulang panggul :

Washburn dan Krogmann (1962) menyatakan bahwa hanya dengan memeriksa tulang

panggul tanpa pemeriksaan lain, dapat ditentukan jenis kelamin pada sekitar 90%

kasus.

Pelvis Laki-laki Perempuan


Bentuk Sempit dan panjang Lebat dan pendek
Arcus pubis < 90 derajat > 90 derajat
Foramen obturatorius oval segitiga
Incisura ischiadica lebih dalam lebih dangkal
Os sacrum kurang lebar lebih lebar
Acetabulum diameter rata-rata 52 mm diameter rata-rata 46 mm
lebih ke lateral lebih mengarah ke depan

Perbandingan tulang panggul laki-laki dengan perempuan:

Tulang dapat digunakan untuk membedakan ras : Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid.

Page 50
Penilaian Ras Kaukasoid Ras Negroid Ras Mongoloid
Appertura nasalis Sempit Lebar Bentuk bulat,
berukuran
medium
Ramus assendens os ”pinched” Slented Lebar, vertikal
mandibula

Os nasal depressed nasion Nasal overgrowth

BAB VI
BARANG BUKTI BIOLOGIS

Alat dan perlengkapan pengambilan sampel darah

Page 51
A. DARAH
Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena

merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan

manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk

membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah

yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada obyek-obyek tertentu (lantai,

meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah

korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.(9) Alat dan perlengkapan pengambilan

sampel darah adalah.(34) : Duk steril, benang steril (threads), kaca obyek, air bersih

(distilled water), scalpel, pisau skalpel sekali pakai, gunting kecil, penjepit kecil

(tweezers).

A.1 Bercak Darah (Korban Hidup/ Mati)

Pada kasus tindak pidana, bercak darah sering ditemukan di TKP. Apabila

ditemukan bercak darah, maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah letak

bercak darah untuk mengetahui bagaimana posisi korban saat menerima luka dan

untuk mengetahui dari mana darah tersebut berasal. Kedua perlu diperhatikan bentuk

atau gambaran bercak darah untuk mengetahui bagaimana cara darah menempel pada

obyek dan dari mana darah berasal.(1) Pemeriksaan laboratoris dilakukan untuk

membuktikan bercak tersebut benar darah atau bukan, menentukan darah manusia atau

hewan, menentukan jenis golongan darah jika darah tersebut berasal dari manusia,

darah tersebut darah menstruasi atau bukan.

Bercak darah Perubahan warna


Bercak darah yang masih segar Merah terang
24 jam Merah kecoklatan
Lebih dari 24 jam Kehitaman
Sumber darah bisa berasal dari :
1. Darah yang dimuntahkan Bewarna hitam kecoklat (reaksi dg as
lambung)
2. Dari paru-paru Darah berbusa
3. Bisul Pada bercak tersebut mungkin ditemukan sel-
sel nanah dan bakteri
4. Darah menstruasi Page 52 hitam dan mengandung sel-sel
Berwarna
endometrium dan sel epitel vagina
5. Hidung Mengandung mukosa hidung dan bulu hidung
Beberapa contoh percikan darah di TKP (memiliki makna tertentu)

Keterangan gambar :

1. Tabrakan dengan kecepatan tinggi, seperti tembakan senjata, energy kinetik yang
di timbulkan memecah darah menjadi tetesan yang lebih kecil.
2. Serangan dengan kecepatan sedang, seperti pukulan di kepala.

3. Sebuah sapuan bisa berasal dari tangan yang penuh darah, yang menyentuh di
dinding yang bersih.

4. Sebuah sekaan bisa berasal dari tangan yang bersih, yang menyentuh genangan
darah.

5. Tetesan berbentuk seperti bola saat menetes, saat jatuh lurus kebawah, pada
kondisi jatuh dari jarak jauh bisa mencapai 7,5 meter / detik. darah yang jatuh
sangat cepat dan memantul kesegala arah akan menghasilkan bentuk “mahkota”.

6. Darah yang mendarat di sebuah sudut akan menghasilkan bentuk oval, arah
dengan kecepatan tinggi, membentuk aliran kecil setelah bentuk oval. tetesan itu
seperti berudu. Panah menunjukkan arah gerakan.

Page 53
Dalam menganalisa bercak darah, laboratorium kriminal pada masa kini telah

menggunakan tiga kategori luas, yaitu :(9)

a. Pemeriksaan serologik konvensional

Menganalisa protein, enzim dan antigen dalam darah. Substansi ini sangat mudah

terdegradasi daripada DNA dan jenis pemeriksaan ini memerlukan sejumlah besar

sampel dalam kondisi bagus untuk hasil yang optimal. Jenis pemeriksaan ini

jarang bisa mengidentifikasi seseorang secara statistik.

b. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) DNA analysis.

Analisa langsung pada sekuensi DNA tertentu yang terdapat dalam sel darah putih.

DNA lebih sulit terdegradasi daripada protein, enzim dan antigen. Tes RFLP DNA

biasanya dapat mengidentifikasi personal secara statistik (satu dari beberapa juta

atau beberapa milyar) dan memiliki kekuatan validitas di sidang pengadilan.

Metode ini juga memerlukan sejumlah besar sampel untuk memperoleh hasil yang

signifikan.

c. Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA analysis.

Analisa pada sekuensi DNA tertentu yang telah disalin berkali-kali sampai pada

batas jumlah yang dapat dideteksi. PCR dapat bekerja baik pada sampel yang

terdegradasi maupun sampel yang berjumlah sedikit. Teknologi PCR juga


Page 54
mempunyai kekuatan validitas di sidang pengadilan. Saat ini, terdapat perhatian

untuk kemungkinan adanya kontaminasi yang bisa memberikan hasil pemeriksaan

yang salah. Satu-satunya cara munculnya hasil yang salah adalah karena

kontaminasi silang langsung dari sampel yang basah.

Pada masa sekarang, pengadilan tidak mengakui barang bukti darah dapat

berhubungan secara meyakinkan dengan individu. Pengadilan lebih percaya pada sidik

jari, jejas gigitan, patahan kuku dan tulisan tangan. Jika hasil pemeriksaan DNA

digunakan dalam pengadilan, maka bisa menjadi alat bukti yang berhubungan dengan

individu dengan derajat ketepatan yang tinggi. Sebenarnya, analisa RFLP DNA

dikenal dengan sebutan “sidik jari DNA”. Pengadilan membuat peraturan bahwa hasil

pemeriksaan DNA hanya bisa diberikan dalam bahasa statistik. Seorang ilmuwan

forensik tidak bisa bersaksi bahwa bercak darah yang ditemukan berasal dari individu

secara spesifik. Dia dapat bersaksi berdasarkan studi populasi, hanya satu orang dalam

beberapa juta atau milyar yang mempunyai profil DNA yang khas. Dia bisa bersaksi

jika tersangka atau korban mempunyai profil DNA tersebut.(12)

Selain itu darah dapat mengidentifikasi berdasarkan golongan darah dengan mengikuti hukum Mendel Antigen dan Antibody yang terdapat dalam

darah (system A-B-O) (11)

GOLONGAN Antigen pada sel Antibody dalam


DARAH darah merah serum
A A Anti-B
B B Anti-A
AB AB Tidak ada
O Tidak ada Anti-A dan Anti-B

Page 55
A Bercak Darah Kering

Jika benda yang terkena noda darah berukuran kecil dan mudah diangkut,

maka kemas dalam kantung kertas atau amplop.

1 Keuntungannya adalah :

 Interaksi yang minimal antara penyidik dengan bercak darah.

 Memudahkan ahli serologi untuk mengambil sampel.

 Meminimalkan kemungkinan kontaminasi serta penipisan dengan

menghindari penggunaan air sebagai media pengumpulan.

2 Kerugiannya adalah :

 Pekerjaan lebih untuk ahli serologi.

 Benda yang berukuran besar memerlukan ruang penyimpanan

yang besar pula.

Jika benda yang terkena noda darah terlalu besar dan sulit diangkut ke

laboratorium, maka teknik berikut bisa digunakan untuk mengumpulkan

bercak darah :(1,2,12)

a. Memotong bagian benda yang terkena noda darah

Daerah yang tidak terkena noda juga harus dipotong jika ada, kemudian

dikemas dalam wadah terpisah. Keuntungannya adalah menghindari

penggunaan air sebagai media pengumpul, membutuhkan sedikit interaksi

antara penyidik dengan barang bercak darah, tidak membutuhkan ruang

Page 56
penyimpanan yang besar. Kerugiannya penyidik harus menentukan bagian

mana yang harus diambil dan sebagian material terlalu sulit atau keras

untuk dipotong.

b. Selotip pada bercak darah

Tempelkan selotip sidik jari (jangan sampai menyentuh sisi lengket selotip

dengan tangan telanjang) pada bercak darah dan daerah sekelilingnya.

Tekan sambil menggeser bagian selotip yang tidak lengket dengan ujung

tumpul pensil untuk memastikan penempelan yang sempurna. Angkat noda

darah seperti mengangkat sidik jari dan tempatkan pada penutup vinyl

acetate (jangan menggunakan penutup kertas karena membuat noda sulit

untuk dianalisa). Proses ini bisa diulang beberapa kali pada noda yang

sama jika diperlukan. Berikan label pada noda dan kemas dalam amplop

kertas. Keuntungannya adalah penghindaran penggunaan air sebagai media

pengumpulan, kontrol negatif bisa dikumpulkan, membutuhkan sedikit

ruang penyimpanan dan merupakan teknik yang mudah untuk dikerjakan.

c. Mengerok bercak darah ke dalam wadah kertas

Gunakan alat yang bersih dan tajam untuk mengerok bercak darah ke

dalam wadah kertas. wadah tersebut diberi label dan dimasukkan dalam

amplop kertas. jangan gunakan wadah plastik karena listrik statis akan

menyebabkan kerokan bercak darah akan menempel pada pinggiran wadah.

Teknik ini bisa dikombinasikan dengan teknik selotip dengan mengerok

bercak di sisi lengket selotip. Keuntungannya karena tidak menggunakan

air, menggunakan sedikit ruang penyimpanan. Kerugiannya penyidik harus

menentukan bercak yang harus diambil, ketika dikerok bercak darah

cenderung untuk pecah menjadi bagian-bagian kecil, sangat sulit untuk

Page 57
menampung kerokan, kerokan mudah sekali hilang kecuali dengan teknik

kombinasi, sebagian permukaan sulit dikerok.

d. Menyerap dengan setengah inci gulungan benang lembab

Gunakan hanya air yang bersih untuk membasahi atau melembabkan

benang putih nomor 8. Jangan menyentuh benang dengan tangan telanjang.

Letakkan benang dengan sepasang lidi kapas bersih. Gulingkan gulungan

benang di atas bercak darah, hingga noda dapat terserap ke dalam kapas.

Ulangi sampai minimal empat gulungan benang terpakai. Keringkan di

udara lalu kemas dalam wadah kertas dan masukkan ke dalam amplop.

Keuntungan teknik ini adalah noda darah berkonsentrasi pada area yang

kecil dan membutuhkan sedikit ruang penyimpanan. Kerugiannya adalah

penggunaan air memungkinkan penipisan dan kontaminasi pada noda

darah. Untuk menguranginya gunakan etanol 70% atau aseton

e. Menyerap dengan setengah inci persegi duk katun

Prosedurnya sama dengan di atas, kecuali bahannya yang berupa 100%

katun muslin (kain katun tipis). Duk harus dididihkan dengan air bersih dan

dikeringkan di udara sebelum digunakan. Langkah ini untuk

menghilangkan pengaruh muslin. Jangan menyentuh kain dengan tangan

telanjang. Keuntungannya adalah bercak terkumpul pada permukaan yang

relatif kecil, memudahkan penanganannya dan hanya memerlukan sedikit

ruang penyimpanan. Kerugiannya sama dengan menggunakan gulungan

benang.

B Bercak Darah Basah (12)

a. Jika benda yang kena bercak darah kecil dan mudah dimuat, kemas dalam

kantung kertas atau dengan kantung plastik untuk menghindari

Page 58
kontaminasi. Bawa ke tempat yang aman dan keringkan di udara. Kemas

kembali dalam wadah kertas yang baru. Keuntungannya adalah

memerlukan sedikit interaksi penyidik dengan barang bukti,

memungkinkan ahli serologi dalam pengambilan sampel. Kerugiannya

tambahan kerja bagi ahli serologi dan benda yang besar memerlukan

tempat penyimpanan yang besar pula.

b. Jika benda terlalu besar dan tidak mudah diangkut, serap bercak dengan

duk katun muslin seperti di atas. Kemas dalam wadah kertas dan langkah

selanjutnya sama dengan di atas. Keuntungan cara ini lebih mudah

dikerjakan, memerlukan sedikit tempat penyimpanan dan bercak

terkonsentrasi pada area yang kecil.

Langkah pertama setelah menemukan bercak yang diduga darah adalah

dengan melakukan tes penyaringan (presumptive test) untuk membedakan

apakah bercak merah itu benar-benar darah atau bukan. Pada kasus di mana

bercak darah tidak bisa terlihat dengan jelas, seperti pada kondisi ketika pelaku

kejahatan telah menghapus bercak darah atau senjata yang digunakan telah

dicuci, maka kita bisa menggunakan Luminol test. Luminol adalah cairan

kimia yang jika dikenakan pada bercak darah, meskipun bercak itu sudah

sangat tipis akan menyebabkan bercak darah itu berpendar dalam gelap. Teknik

ini sudah lazim digunakan oleh ahli forensik, biasanya mereka akan

menyemprotkan cairan luminol pada benda yang dicurigai pernah terkena

darah dan dengan segera bisa dilihat luminesensi berwarna biru pucat.

Meskipun teknik ini sudah populer, tetapi memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Pemeriksaan secara empirik untuk menentukan sebuah bercak adalah

darah adalah dengan penampakannya. Jika itu adalah bercak darah,

maka harus terlihat seperti darah pada umumnya. Bercak darah juga

Page 59
harus terdapat dalam jumlah yang cukup untuk confirmatory test dan

genetic markers test. Ini memerlukan bercak darah yang terlihat dengan

mata telanjang. Reaksi luminol adalah tes yang paling baik untuk tes

penyaringan. Tetapi jika bercak sudah sangat tipis, sehingga hanya bisa

dilihat dengan luminol, maka selanjutnya tidak bisa lagi dilakukan tes

konfirmasi (meyakinkan) terhadap keberadaan bercak darah.

b. Luminol bisa memberikan hasil positif palsu. Luminol akan bereaksi

dengan ion tembaga, bahan dari tembaga, bahan dari besi, dan ion

kobalt. Senyawa ini juga akan bereaksi dengan potassium

permanganate (ditemukan pada beberapa pewarna pakaian atau rambut)

dan hydrated sodium hypochlorite (pemutih). Ferricyanide dan

peroksidase tanaman juga bisa memberikan reaksi palsu.

c. Penelitian menunjukkan luminol akan menyebabkan hilangnya

beberapa penanda genetik (genetic markers).

d. Karena luminol adalah water based (berbahan dasar cair), maka bisa

menyebabkan jejak darah semakin melebar secara pelan. Luminol juga

bisa menyebabkan bercak yang sudah tipis menjadi semakin tipis

sehingga menurunkan volume bercak darah kurang dari batasan

minimal untuk pemeriksaan penanda genetic.

Sayangnya, beberapa penyidik menggunakan luminol sebagai pilihan

pertama untuk mendeteksi darah. Dengan menggunakan luminol secara

ceroboh, dapat memungkinkan kehilangan informasi penting dalam bercak

darah. Ketika sedang mencari bercak darah di TKP, khususnya darah yang

sudah dibersihkan, penyidik harus menggunakan cahaya berintensitas tinggi

untuk mencari jejak darah. Bercak darah tidak mudah dihilangkan, bercak

darah seringkali meninggalkan noda kecokelatan setelah seseorang berusaha

Page 60
menghilangkannya. Darah juga cenderung mengalir ke retakan lantai,

pinggiran karpet, dll. Dengan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh

terhadap TKP dengan cahaya yang terang biasanya penyidik dapat menemukan

bercak tersebut.

Metode lain yang digunakan pada tahap penyaringan adalah Tes

Benzidine (leuko-malachite green test). Tes ini berdasarkan reaksi pelepasan

oksigen oleh hemoglobin jika ditambahkan hidrogen peroksida. Oksigen yang

terlepas akan mengoksidasi senyawa benzidine yang telah tercampur dalam

cairan asam sehingga terbentuk warna biru cerah. Tes tersebut bisa dilakukan

pada bercak yang kecil dengan cara mengusap bercak menggunakan kertas

filter untuk kemudian dikerjakan pemeriksaan di kertas filter tersebut. Hanya

bercak yang memberikan hasil positif saja yang diperiksa lebih lanjut.

Kelemahan senyawa benzidine adalah sifat karsinogeniknya, maka

penggunaannya harus sangat hati-hati. Pengganti senyawa benzidine yang

lebih aman kini sudah mulai digunakan secara bertahap. Di antara tes itu

adalah Tes Phnolphtalein atau castle-Meyer test.

Tes meyakinkan (confirmatory test) adalah kelanjutan dari tes

penyaringan untuk meyakinkan bahwa darah yang diperiksa benar-benar darah

manusia dan bukan darah binatang. Metode pemeriksaan pada tahap ini bisa

menggunakan :

a. Tes Serologik

Disebut juga Tes Precipitin yaitu dengan menggunakan anti-human

immunoglobulin atau antisera lain.

Page 61
b. Tes Kimiawi

Tes Takayama dan Tes Teichmann yang berdasarkan pembentukan kristal-

kristal hemoglobin sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang maupun

menggunakan mikroskop.

c. Spektroskopik

Tes ini menggunakan berbagai reagensia untuk membentuk berbagai

produk dari hemoglobin sehingga tercipta suatu pola spektrum warna yang

khas, misalnya spektrum warna dari methemoglobin.

d. Mikroskopik

Terutama digunakan untuk memeriksa bercak darah yang masih baru atau

segar sehingga bisa dibedakan dengan melihat bentuk dan inti sel darah

yang ditemukan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan golongan darah dari bercak

yang kita temukan. Ini penting untuk melihat kesesuaian apakah bercak yang

ditemukan berasal dari korban atau dari orang lain. Penentuan golongan darah

bisa menggunakan berbagai macam metode penggolongan darah, yang terkenal

adalah sistem ABO. Penentuan golongan darah bisa dilakukan pada sampel

darah segar maupun yang telah mengering, bahkan yang masih menempel pada

pakaian korban. Selain dari cairan darah bisa ditentukan juga golongan darah

seseorang dari cairan tubuhnya seperti air liur dan sperma, pemeriksaan ini

khusus untuk orang-orang bertipe secretor.

A.2 Darah Orang/ Korban Hidup

Tujuan pemeriksaan ini adalah :

a. Membuktikan adanya alkohol, morfin atau zat psikotropika lain pada darah pelaku

tindak pidana (pelanggaran lalu lintas, pemakai narkoba dan lain-lain).

Page 62
b. Membuktikan tindak pidana perzinahan yang mengakibatkan lahirnya anak dari

hasil perzinahan itu.

c. Membuktikan hubungan paternitas pada tindak kejahatan bidang imigrasi terutama

dengan modus pemalsuan identitas keayahan.

A.3 Darah Jenazah/ Korban mati

Tujuan pemeriksaan ini adalah :

a. Menentukan golongan darah korban untuk dicocokkan dengan bercak darah yang

ditemukan di TKP.

b. Menentukan sebab kematian jika dicurigai ada unsur keracunan dalam proses

kematiannya.

Mintalah ahli patologi untuk mengambil sampel darah langsung dari jantung

saat otopsi kemudian dimasukkan ke dalam tabung berisi asam sitrat dan larutan

dekstrosa (untuk pemeriksaan DNA). Dalam kasus tertentu jika tidak didapatkan darah

yang cair, mintalah ahli patologi untuk mengambil potongan hati, tulang dan atau

jaringan otot yang dalam untuk diperiksa. Jika korban masih hidup dan akan dilakukan

prosedur transfusi, maka pastikan untuk mengambil sampel darah sebelum transfusi

(biasanya sudah menjadi prosedur tetap di rumah sakit). Teknik pengambilan sampel

darah pada penentuan golongan darah tidak spesifik dari tempat-tempat tertentu.

Tetapi untuk pengambilan sampel untuk pemeriksaan alkohol perlu diambil dari

pembuluh darah balik tepi (vena perifer) terutama vena femoralis. Bila ada kecurigaan

keracunan zat-zat lain perlu diambil darah dari jantung dan vena perifer, ini

bermanfaat untuk mengukur kadar keracunannya. Metode penyimpanan sampel darah

sebaiknya disimpan dalam suhu 4oC di dalam refrigerator dengan penambahan sedikit

Sodium Florida untuk mencegah proses enzimatik pembusukan (1,2)

Page 63
A.4 Test Untuk Memastikan Cairan Darah Atau Bukan

1 Reaksi Benzidine

Dasar dari test benzidine adalah : homoglobin darah dapat mengadakan

aktifitas seperti enzim peroksidase, enzim yang mempercepat oksidasi. Reaksi

yang terjadi adalah sebagai berikut:

Hemoglobin-hidrogen-peroksida H2O-On

Benzidine-On perubahan warna (hijau-biru)

Reagensia benzidine di buat dari : larutan jenuh Kristal benzidine dalam asam

asetat glacial (10% benzidine dalam asetat glacial) (11)

Cara Pemeriksaan

Bercak yang diduga bercak darah di gosok dengan kertas saring, bercak yang

menempel pada kertas saring kemudian di teteskan dengan 1 hydrogen-

peroksida 20 % dan 1 tetes reagensia benzidine.

Interprestasi:

Hasil positif pada reaksi benzidin adalah timbul warna biru gelap pada kertas

saring. Hasil negative menunjukkan bahwa yang diperiksa bukan darah.

Skema Reaksi :

H2O2 bercak darah → H2O + On

↓ Warna biru gelap

Reagen benzidin → (proses observasi)

2 Test Luminol (yang paling sensitive)

Bercak darah bila di semprot dengan reagensia luminol akan bersinar

mengeluarkan cahaya (luminenscense), test ini dapat untuk test penyaring, oleh

karena dapat dilakukan dengan cepat.(11) Reagensia luminal di buat dari :

Page 64
campuran 100 mg 3-aminophthalhydrazide dan 5 gram sodium karbonat dalam

100 ml aquadest; sebelum di pakai larutan tersebut di tambah dengan 700 mg

sodium perborate.

Cara pemakaian

Objek yang akan di periksa disemprot dengan reagensia, oleh karena yang

bakan di lihat adalah keluarnya sinar dari bercak, maka pemeriksaan di

lakukan di dalam ruang yang gelap.

3 Test Takayama dan Teichmann (lebih spesifik)

Akan tetapi sangat mudah di pengaruhi oleh zat-zat yang mengkontaminasi,

sehingga test ini kurang sensitive. Uji Takayama dan Teichmann didasarkan

pada pembentukan Kristal yang khas yang terjadi dari percampuran antara

reagensia dengan derivate haemoglobin.

Cara pemeriksaan

Uji Takayama : seujung jarum bercak kering di letakkan pada gelas objek,

teteskan 1 tetes reagensia, tutup dengan kaca penutup kemudian di panaskan.

Hasil positif secara mikroskopik akan tampak Kristal pyridine-

hemochromogen yang berbentuk bulu dan berwarna jingga. Reagensia

takayama di buat dari: 3 ml pyridine redistilled di tambah 3 ml larutan glukosa

jenuh, 3 ml NaOH 10% dan 7 ml aquades.

Uji Teichmann : seujung jarum bercak di letakkan pada gelas objek,

ditambahkan 1 butir Kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup kaca

dengan kaca penutup dan di panaskan. Uji yang positif akan terlihat secara

mikroskopis antara Kristal-kristal hemin HCL berbentuk batang dan berwarna

coklat.(11)

4 Test Precipitin

Page 65
Uji precipitin terlebih dahulu harus di buat serum anti-manusia (human anti

serum), sebagai berikut ; darah manusia di suntikan pada kelinci, dengan

demikian kelinci tersebut membentuk antibody yang akan bereaksi menetralisir

darah manusia. Darah kelinci kemudian diambil dan serum yang mengandung

antibody diisolir untuk pemeriksaan, serum tersebut adalah serum anti-manusia

(human anti serum). Dengan cara yang sama dapat dibuat serum anti binatang-

binatang lain. Uji precipitin merupakan uji yang spesifik untuk menentukan

species, apakah bercak berasal dari manusia, anjing, kucing dll. Akan tetapi

pembuatan serum anti-manusia tersebut cukup sulit.(11)

Cara pemeriksaan :

Satu gram darah kering atau 1 cm2 bercak di ekstraksi dengan larutan garam

fisiologis 91 ml larutan dengan ph 7. Serum anti-manusia dimasukkan ke

dalam tabung reaksi lalu ditambah ekstra yang telah dibuat. Hasil positif

dengan terbentuknya precipitat yang terbentuk tampak sebagai daerah yang

keruh. Pemeriksaan dalam tabung tersebut di kenal juga dengan reaksi cincin

Perlu diketahui uji precipitin adalah uji yang sangat sensitive, hanya

memerlukan sedikit darah. Darah manusia yang kering berumur 10-15 tahun

tetap memberikan hasil positif; bahkan ekstra jaringan yang diambil dari yang

berumur 4000-5000 tahun juga memberikan hasil yang positif. Cara lain yang

dapat dilakukan ialah reaksi precipitin dalam agar dan immune-electrophoresis

dalam agar.(11) Penentuan golongan darah pada bercak yang kering lebih sulit di

banding dengan bercak yang segar, disebabkan sel-sel darah telah hancur dan

karena antigen yang terdapat pada permukaan sel tetap utuh walaupun sel-

selnya telah hancur.

B. CAIRAN MANI/ SPERMA


Page 66
Pemeriksaan sperma merupakan bagian yang sangat penting dalam

mengungkap kasus tindak pidana seksual sebab pemeriksaan tersebut tidak hanya

dapat membuat terang suatu perkara, tetapi juga dapat menjelaskan identitas

pelakunya. Pengungkapan identitas pelaku dimungkinkan dengan pemeriksaan

golongan darah dan atau dengan pemeriksaan DNA dari sel-sel yang ditemukan.

Untuk setiap kejahatan seksual, korban harus diperiksa oleh dokter. Tandai semua

barang bukti pakaian dan kemas dalam wadah yang terpisah. Usahakan seminimal

mungkin memegang barang bukti pakaian tersebut.(9)

B.1 Pemeriksaan Sperma (Sel Spermatozoa)

Sperma berjumlah sekitar 400-500 juta/ ejakulasi. Spesimen basah diambil

langsung dari liang senggama dengan oese platina atau pipet. Jika tidak bisa diambil

menggunakan cara ini, maka perlu penyemprotan cairan fisiologis ke fornix posterior

untuk dipusingkan (di-sentrifuge), diendapkan kemudian diperiksa di bawah

mikroskop. Sperma bisa dilihat langsung di bawah mikroskop atau dicat dulu dengan

Methylen Blue maupun Hematoxylin Eosin. Spesimen kering perlu dilakukan skrining

dulu dengan pemeriksaan di bawah sinar ultraviolet. Bercak sperma akan mengalami

fluoresensi jika terkena sinar ultraviolet. Bercak yang ditemukan dikerok lalu ditetesi

dengan larutan fisiologis (HCl 1%) atau asam asetat glasial 0,3%. Selanjutnya dapat

diperiksa di bawah mikroskop secara langsung ataupun dicat terlebih dahulu. Dalam

pengemasan barang bukti sperma jangan menggunakan kantung plastik, gunakan

kantung kertas dan tunggu sampai kering di udara dahulu, baru dikirim ke

laboratorium.(9)

B.2 Pemeriksaan Cairan Sperma (Semen)

Cairan mani merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh

dan berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim

proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10-20 menit). Dalam keadaan

Page 67
normal, volume mani 3-5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2-7,6. Pemeriksaan

cairan sperma digunakan untuk menghindari salah penafsiran terhadap bercak sperma

yang tidak dapat ditemukan spermatozoa (sel sperma) sehingga dianggap bukan

sperma. Mungkin pemerkosa menderita azoospermia atau telah menjalani vasektomi

sehingga spermatozoa tidak ditemukan. Oleh sebab itu, untuk mengetahuinya perlu

diperiksa unsur-unsur yang ada di dalam cairan sperma seperti asam fosfatase (acid

phospatase), spermine (Berberio test) dan choline (Florens test).(9)

Untuk menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna membuktikan adanya suatu

persetubuhan, perlu diambil bahan dari forniks posterior vagina dan dilakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :(2)

A Identifikasi cairan mani dalam secret vagina

Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam secret vagina, perlu dideteksi

adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan pemeriksaan

laboraturium berikut:

 Reaksi Florence

Dasar : adanya choline dalam cairan.

 Buat reagens dengan jodium 1 gr + Kj 2 gram dan + aquadest 40 ml.

 Bercak di ekstraksi dengan sedikit air.

 Letakkan ekstrak pada kaca objek dan keringkan.

 Tutup bercak tersebut dengan kaca penutup

 Teteskan reagens di pinggir kaca penutup dan biarkan mengalir

bercampur ekstrak tersebut.

 Lihat di bawah mikroskop.

Interprestasi:

Page 68
(+) bila di temukan Kristal-kristal choline per jodida (berbentuk daun

bamboo dengan warna coklat). DD/: secret vagina dapat member reaksi

positif.

 Reaksi berberio:

Dasar : adanya sperma dalam cairan mani. Caranya : mirip dengan reaksi

Florence, hanya reagensnya diganti larutan pikrat jenuh.(13)

B Identifikasi Bercak Mani Pada Pakaian

Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah

agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon

batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya. Pada tekstil

yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan kilat

dan translusen, kemudian akan mongering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan

akan berwarna kuning sampai coklat. Pada tekstil yang menyerap, bercak yang

segar tidak berwarna atau bertepi kelabu yang berangsur-angsur akan berwarna

kuning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.(2)

 Pewarnaan baecchi

Prinsip pemeriksaan

Reagens baecchi dibuat dari : Asam fukhsin 1 % 1 ml, biru metilena 1% 1 ml,

asam klorida 1% 40 ml.

Bercak yang di curigai di gunting sebesar 5 mm x 5 mm, pada bagian pusat

bercak. Bahan dipulas dengan reagen baecchi selama 2-5 menit, dicuci dalam

HCl 1 % dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alcohol 70 %, 80 %, dan

95-100% lalu dijernihkan dalam xylol(2x). kemudian dikeringkan diantara

kertas saring. Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, letakkan pada gelas

Page 69
objek dan diuraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas

tutup dan balsam kanada, periksa dengan mikroskop pembesar 400x.

Interpretasi Pemeriksaan :

Serabut pakaian tidak mengambil warna, spermatozoa dengan kepala berwarna

merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut

benang.

C. RAMBUT

Diantara jaringan-jaringan tubuh yang mungkin ditemukan dan merupakan

bukti penting dalam kasus kejahatan, rambut mempunyai peranan yang cukup penting.

Rambut kepala maupun kelamin dapat memberikan banyak informasi bagi

kepentingan peradilan dan juga bisa memberikan informasi mengenai saat korban

meninggal dunia, sebab kematian korban, jenis kejahatan, identitas korban, identitas

pelaku dan benda/ senjata yang digunakan dalam tindak kejahatan. Informasi itu dapat

diperoleh dengan meneliti sifat-sifat, gambaran mikroskopik serta perubahan-

perubahan yang terjadi akibat trauma atau keracunan.(2,9) Jika ditemukan rambut yang

diduga ada kaitannya dengan kejahatan maka hendaknya rambut tersebut diperiksa

dengan teliti untuk mengetahui :

C.1 Keaslian rambut (2,9)

Rambut mengandung unsur keratin, pigmen dan medula (berisi :As, Si, Pb, Na,

Cl, Au, Mo dan sebagainya). Diselubungi minyak dan kelenjar sebacea. Untuk

memeriksa keaslian rambut bisa dilakukan secara mikroskopik. Rambut yang utuh

biasanya terdiri dari akar, batang dan ujung. Akar rambut terdiri dari jaringan ikat

longgar, sedangkan batang rambut terdiri dari kutikula, kortek dan medula. Serat

bukan rambut seperti serat sintetis misalnya, akan mempunyai gambaran yang

homogen.
Page 70
C.2 Membedakan rambut manusia dan rambut binatang (2,9)

Menentukan rambut yang ditemukan berasal dari manusia atau bukan juga bisa

dilakukan di bawah mikroskop, dan untuk lebih akurat lagi bisa menggunakan tes

presipitasi(2) Perbedaan rambut manusia dan binatang dapat dilihat dalam tabel berikut

ini :

Perbedaan Rambut manusia Rambut binatang


Morfologi Halus dan tipis Kasar dan tebal
Kutikula Bersisik kecil dan bergerigi Bersisik lebar dan polihidral
Medula Sempit, kadang-kadang tidak ada Lebar
Kortek Tebal Tipis
Index medulla < 0,3 > 0,5
Pigmen Lebih ke arah perifer Di perifer maupun sentral
Perbedaan rambut manusia dan binatang.

C.3 Identitas pemilik rambut (2,9)

Identitas pemilik rambut meskipun tidak secara personal bisa ditentukan secara

umum dari pemeriksaan rambut. Rambut sebagai bahan yang tahan terhadap

pembusukan dan bahan-bahan kimia dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi

mayat-mayat yang sudah tidak bisa dikenali karena membusuk. Identitas umum

tersebut adalah :

a. Umur

Lanugo yaitu rambut yang bersifat halus, tidak berpigmen, tidak bermedula

dengan pola sisik yang lebih seragam dapat kita temui pada bayi baru lahir

(neonatus). Pola pertumbuhan kelamin sekunder juga bisa menjadi patokan umur

seseorang, karena rambut pubis dan ketiak akan mulai tumbuh pada masa

adolesen. Warna rambut yang memutih juga bisa diidentifikasi sebagai milik

orang-orang yang sudah tua/ lanjut usia.(2,9)

b. Jenis kelamin

Rambut laki-laki biasanya lebih kaku dan kasar serta lebih gelap daripada rambut

wanita. Rambut wanita biasanya lebih halus, panjang dan meruncing ke ujung.

Page 71
Rambut pada dagu (jenggot), bulu dada dan kumis khas pada laki-laki. Pola

penyebaran rambut pubis pada laki-laki dan wanita juga berbeda. Jika sel-sel akar

rambut masih ada, maka bisa dilakukan pemeriksaan sex-chromatin.(2,9)

c. Ras

Warna, panjang, bentuk dan susunan rambut bisa memberikan informasi ras

pemiliknya.(2)

d. Golongan Darah

Dengan teknologi sekarang, golongan darah sudah dapat ditentukan dengan

pemeriksaan sehelai rambut dari bagian tubuh manapun.(2)

C.4 Informasi-informasi lain

Ciri-ciri khusus rambut juga dapat membantu proses identifikasi, lebih baik lagi jika

ada pembandingnya. Warna, bentuk, minyak, cat dan struktur mikroskopis dari rambut

dapat dijadikan bahan pembanding bagi kepentingan identifikasi. Nilai pemeriksaan

laboratorium pada spesimen rambut tergantung jumlah rambut yang terkumpul dan

adanya karakteristik yang ditemukan dalam pemeriksaan.(2)

D. CAIRAN TUBUH LAIN


D.1 URINE
Sampel urine adalah sarana yang cepat dan mudah untuk dijadikan pembuktian

dan umum digunakan sebagai pengujian narkoba untuk karyawan dan atlet. Sampel

Urine tidak mencerminkan substansi beracun subjek telah dipengaruhi pada saat

sampel dikumpulkan. Salah satu contoh ini adalah THC dari cannabinoid (misalnya,

ganja) digunakan pada jumlah yang banyak, pengguna dapat terdeteksi dalam urine

hingga 14 hari setelah digunakan. Dapat memakan waktu selama 8 jam sampai suatu

Page 72
substansi dapat terdeteksi. Pada pengguna alkohol dapat juga dideteksi melalui urine.

Setelah seseorang minum alkohol konsentrasi alkohol dalam darah dapat naik. (2,9)

D.2 SALIVA/ AIR LIUR

Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjer liur. Air liur (saliva)

terdiri dari air, enzim ptyalin (alfa amylase), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti

tiosianat, klorida dan lain-lain. Dalam bidang kedokteran forensic. Pemeriksaan air

liur penting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah

penggigitnya. Bila masih segar (ada amylase) dapat dideteksi dengan katalisa pada

hidrolisa tepung. Tentukan golongan ABO nya, bila secretor.

Prinsip Pemeriksaan :

Basah kan air liur dg 0,5 ml salin, kemudian peras dan tempatkan air liur atau ekstra

air liur dalam salin tapi dalam tabung reaksi, lalu panaskan dengan air mendidih

selama 10 menit. Pusingan supernatant diambil dan boleh disimpan pada suhu 20 0C.

Untuk pemeriksaan perlu sebagai kontrol air liur yang sudah di ketahui gol.sekretor

atau non secretor. Dalam tabung reaksi1 vol air liur ditambahkan 1 vol anti serum.

Campuran tersebut didiamkan 30 menit pd suhu ruang untuk proses absorbs. Selama

menunggu tentukan titer anti A dan titer anti B yang digunakan. Setelah 30 menit

berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer anti A, anti B dan anti H dengan cara

yang sama. Sel darah merah yang digunakan adalah suspensi 4% yang berumur

kurang dari 24 jam

Interpretasi Pemeriksaan:

Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer campuran antiserum + air liur.

Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.(2)

Deteksi analisa warna air liur

Page 73
Analisa uji praduga digunakan untuk mengindikasikan kehadiran air liur, yang

secara khusus sangat sulit dilihat dengan mata telanjang. Dua metode test biasa untuk

mengestimasi tingkat amylase dicontoh forensic termasuk Phadebas test dan test difusi

radial tepung yodium (shaler 2002). Warna air liur mungkin ditentukan pada bekas

gigitan, putung rokok dan alat bekas minum (abaz et al. 2002). Pendekatan biologi

molekuler menggunakan turunan bagan RNA juga diambil untuk mengembangkan

sensifitas dan spesifik test untuk macam-macam cairan tubuh termasuk air liur

(jurusola and ballantyne 2003). Begitu juga test biologi molekuler harus bisa

digunakan sebagai test untuk menguji kendungan logam pada darah, air mani, air liur

secara bersama-sama dengan kepekaan dan keakuratan yang tinggi.(1,3)

Air liur merupakan komponen cairan pada mulut. Air liur terdiri dari berbagai

komponen dan konsentrasi obat biasanya paralel dengan yang ditemukan dalam darah.

Kadang-kadang disebut sebagai ultra filtrat darah, ia berpikir bahwa obat lulus dalam

lisan cairan mayoritas melalui proses yang dikenal sebagai difusi pasif. Obat-obatan

yang sangat terikat protein dalam darah akan lebih rendah konsentrasi cairan di mulut.

Penggunaan air liur sangat penting untuk membuktikan penggunaan narkoba,

misalnya pada kepentingan klinis atau investigasi dari berkendara di bawah pengaruh

alkohol dan narkoba. (2,9)

D.3 KERINGAT

Floresensi dengan ultra violet lemah, bila diuapkan berbau khas keringat. Bila

dari golongan secrector, dapat ditentukan golongan darah ABO nya.

A Tes Narkoba menggunakan Keringat (Sweat drug test) :

Sweat tests (tes keringat) adalah patch yang ditempelkan pada kulit

untuk mengumpulkan keringat lebih dari jangka waktu yang panjang (10-14

hari). Biasanya digunakan oleh layanan perlindungan anak, pembebasan

bersyarat departemen dan lembaga pemerintah lainnya yang bersangkutan

Page 74
dengan penggunaan narkoba melalui kurun waktu yang sangat lama, saat

pengujian urine dianggap tidak praktis. Patch yang memiliki fitur keamanan

menjaga agar tidak mudah dilepas dan dipasang kembali tanpa sepengetahuan

badan penguji. Pada akhir periode tes, patch disingkirkan oleh pekerja sosial

atau petugas dan dikirim ke laboratorium untuk analisa. Jika seseorang

menggunakan narkoba jenis apapun selama terpasang patch, maka hasilnya

akan positif. (2,9)

PETUNJUK PEMERIKSAAN BENDA BUKTI PADA TEMPAT KEJADIAN

BENDA ARTI BAGI PENYIDIK PENGAMANAN


BUKTI
SENJATA  Dapat ditemukan secara pasti,  Jangan disentuh/
API senjata api yang dipakai dirubah posisinya
1. Senjata dengan anak peluru atau sebelum dilakukan
Genggam selongsong yang ditemukan pemeriksaan untuk
di TKP. sidik jari.
 Dengan pemeriksaan balistik
dapat dihubungkan senjata
yang dipakai dengan
kejahatan-kejahatan lain.
AMUNISI  Dapat mengetahui tipe dan  Sewaktu mengambil
1. Anak kaliber senjata yang dipakai. jangan membuat
Peluru  Jika senjata ditemukan maka goresan atau merusak
dapat ditentukan apakah anak anak peluru dengan
peluru tersebut sudah atau sonde atau pisau.
belum dipakai.  Pemberian tanda
(identifikasi) dapat
dibuat di bagian basis
dan hidungnya.
 Jika anak kecil,
pemberian tanda
dapat dilakukan pada
kemasannya.
 Dibungkus dengan
kapas supaya waktu
pengiriman tidak
bergerak-gerak yang
dapat merusaknya.
2. Selongsong  Jejak (cacat) akibat firingpin  Hindari tindakan yang
dapat untuk penentuan dapat merusak sidik
terhadap senjata yang jari yang mungkin
dipakai. ada (jangan
digodok/dibersihkan).

Page 75
 Pemberian tanda pada
bagian dalam atau
didekat mulutnya,
dilakukan setelah
pemeriksaan sidik jari
dilakukan.
 Jika anak kecil,
pemberian tanda
dapat dilakukan .

BENDA ARTI BAGI PENYIDIK PENGAMANAN


BUKTI
PAKAIAN  Dari bentuk dan distribusinya  Beri tanda (dilingkari)
1. Jelaga dan dapat menunjukkan perkiraan dengan kapur/ pensil
butir mesiu jarak antara korban dengan untuk memudahkan
senjata sewaktu terjadi pemeriksaan
pemenbakan. dilaboratorium.
 Tempat yang
mengandung
jelaga/butri mesiu
jangan dilipat.
 Pakaian jangan
dikebutkan dan harus
dipisahkan dengan
pakain yang lain.
2. Bercak air  Dipastikan dilaboratorium  Pakaian dianginkan
mani  Pada beberapa keadaan dapat diudara jangan
ditemukan juga golongan dipanaskan.
darahnya.  Pada bercak yang
 Merupakan elemen yang vital kering, bercak ditutup
pada kasus perkosaan. dengan kertas bersih
 Jangan melipat atau
menggantung pada
daerah bercak.
 Cacat keadaan bercak
(basah atau kering)
sewaktu ditemukan.
3. Bercak  Dapat diketahui darah  Seperti diatas
darah binatang atau manusia.
 Dapat diketahui golongan
darahnya.
 Dapat untuk menetukan
apakah bercak darah korban
atau darah orang lain.

BENDA BUKTI ARTI BAGI PENYIDIK PENGAMANAN


SENJATA/ALAT  Secara mikroskopis  Jangan disentuh
1. Kapak,Palu, dapat diketahui adanya sampai pengambilan
Dsb benda-benda yang sidik jari dikerjakan.
Page 76
melekat.  Dilindungi
 Penting untuk permukaan senjata
mengetahui apakah (bungkus dengan
senjata tersebut dipakai kantong bersih)
untuk melakukan  Jangan pernah untuk
kejahatan yang mencoba
bersangkutan. mencocokkan senjata
yang ada di TKP.
2. Jejak senjata  Tergantung dari teratur  Foto secara
atau tidaknya bentuk keseluruhan dan close
jejak senjata dapat up
ditentukan perkiraan  Dibuat cetakan.
senjata yang dipakai.  Pada beberapa
keadaan dapat
ditemukan bagian
senjata yang
tertinggal yang harus
ke lab.
SERAT-SERAT  Secara mikroskopis  Kirimkan secara
1. Wool, Katun, dapat ditentukan : terpisah jangan
Nylon. Sumber sampai saling
BENDA BUKTI ARTI BAGI PENYIDIK
(binatang, tumbuhan, PENGAMANAN
melekat.
DARAH  atau
Penentuan
sintetik)golongan  Keringkan bercak
1. Pada objek yang Warna
darah. darah diudara.
dapat dibawa  Penentuan darah
Perbedaan dgn standart  Cacat apakah basah
untuk manusia atau binatang. a. atau kering seweaktu
pemeriksaan ditemukan di TKP.
2. Rambut  Secara mikroskopis  Lindungi bercak
Seperti diatas.
dapat ditentukan : dengan kertas bersih
a. Sumber dan kemudian ditutup
(binatang, tumbuhan, dengan selotip
2. Pada dinding  atau
Dapat diketahui jarak
sintetik)  Lindungi
lantai dan
b. Warnasumber darah. dinding/lantai dengan
c. Perbedaan dgn standart pelindung yang bersih
sampai petugas lab
tiba.
 Pada pelindung diberi
label.
 Jika bercak kering
dfiambil dengan hati-
hati.
RACUN  Mempermudah  Semua kemasan dan
pemeriksaaan mayat botol yang diduga
 Dapat diketahui jenis berisi racun harus
racun. dikumpulkan dan
 Penyidik dapat terarah dikirimkan ke lab
(pemeriksaan setelah penyegelan,
toksikologis) termasuk muntahan
bila ada.
OBAT-OBATAN  Dapat diketahui apakah  Obat/pil harus diambil
1. Obat berbahaya narkotik atau bukan dan dari tempat (kemasan)
atau narkotika dapat diketahui
Page 77jenis aslinya dan diberi
obat yang sebenarnya. kemasan baru, disegel
dan dikirim ke lab.
 Dicatat beberapa
jumlah obat tersebut.
Demikianlah sedikit pembahasan mengenai Pemeriksaan di Tempat Kejadian

Peristiwa (TKP), semoga bermanfaat untuk semua. Masih banyak kekurangan dan

keterbatasan dari tugas makalah ini. Kiranya dapat dipermaklumkan. Akhir kata

terimakasih atas perhatiannya Salam sejawat.

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan langsung pada Tempat Kejadian Perkara akan memberikan lebih banyak

informasi yang berharga dalam proses penyelidikan perkara sehingga pengungkapan

suatu tindak kejahatan akan lebih mudah. Pada pemeriksaan tersebut di atas peranan

seorang dokter forensik sangatlah penting antara lain menyelamatkan korban dengan

tetap menjaga keutuhan TKP, menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat

kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian,

menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis.

2. Untuk itu dokter perlu menghindari hal-hal yang dapat mempersulit penyidikan,

seperti memegang setiap benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu bercak

darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil merokok.

3. Setiap barang bukti yang ditemukan pada Tempat Kejadian Perkara harus

dikumpulkan dan ditangani secara hati-hati agar tidak menghilangkan petunjuk

Page 78
penyelidikan. Semua barang bukti kemudian diperiksa secara cermat pada instalasi

yang memadai dalam pengawasan ketat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, L, Chrisnanto, TH. Pengolahan TKP Pembunuhan. Ketatatlaksanaan


pemeriksaan kedokteran dalam dukungan terhadap penyidikan di TKP yang berkaitan
dengan manusia atau bagian tubuhnya. Dalam : Pola dukungan TKP – Kumpulan
Makalah tentang Penanganan TKP dan Dukungannya. Disdokkes POLRI : 1988.
2. Budiyanto, A.et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK UI.
Jakarta : 1997
3. Fatteh, Abdullah. Handbook of Forensic Pathology. JB Lippincott Company. Toronto-
Philadelphia : 1973
4. Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana dan Perdata,
Cetakan ke 2, ViaMedia Jakarta 2008.
5. Hamdani N. Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi Kedua, PT.Gramedia, Jakarta, 1992;

hal 39-43.

6. Hamzah A, KUHP dan KUHAP, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2003; hal 92.

7. Wahid S.A, Siasatan dan pemeriksaan Tempat kejadian Dalam, Patologi Forensik,

Dewan Bahasa dan pustaka pendidikan, Malaysia, Kuala lumpur 1993, 118-126.

Page 79
8. Layton, Julia. How Crime Scene Investigation Works. Available from URL :
http://www.howstuffworks.com
9. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik (Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2004
10. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Tempat Kejadian perkara dari Aspek Kedokteran
Forensik. Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Jawa Tengah. Semarang:
1990.
11. Mun’im Idries, Abdul, dr. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara. Jakarta : 1997
12. Schiro, George. Collection and Preservation of Blood Evidence from Crime Scenes.
Louisiana State Police Crime Laboratory. Available from: URL: http://www.crime-
scene-investigator.net/
13. Awaloedi, Penanganan Tempat kejadian Perkar, Departemen pertahanan Keamanan

Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta, 1982, 29-44.

14. Identifikasi Forensik. Wikipedia [serial online] 2006 March 26 [cited 2007 Nov 14].

Available from : URL : http: //id. wikipedia.org/wiki/ identifikasi forensik #

Pemeriksaan Gigi

15. Asam deoksiribonukleat. Wikipedia [serial online] 2007 Nov 7 [cited 2007 Nov 15].
Available from:URL: http://id.wikipedia.orgwikiDNA\Asamdeoksiribonukleat -
Wikipedia Indonesia,ensiklopediabebasberbahasaIndonesia.htm.

16. Na’im R. Pengembangan Uji Diagnostik melalui Teknik Molekuler. Kalbe [serial
online] 1996 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL:
http://www.kalbe.co.idfilescdkfiles11PengembanganUjiDiagnostik110.pdf11Pengemb
anganUjiDiagnostik110.html\11PengembanganUjiDiagnostik110.html

17. Fahruddin. Tes DNA sebagai Alat Pembuktian. Tribun-Timur [serial online] 2007 May
7 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL: http://www.tribun-
timur.comview.phpid=44991&jenis=Opini\view.php.htm.

18. Ngili Y. Mengenal DNA Mitokondria dan Aplikasinya. Kompas [serial online] 2003
Nov 4 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL:
http://www.kompas.comkompascetak031104inspirasi664826.htm\664826.htm

Page 80
19. Gumilar GG. Memfotokopi DNA dengan PCR. Pikiran Rakyat [serial online] 2006
Sept 14 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL: http://www.pikiran-
rakyat.comcetak200609200614cakrawalalain03.htm\Memfotokopi DNA dengan
PCR.htm.

20. Fayeldi T. DNA, Lompatan Besar Dunia Forensik. Pikiran Rakyat [serial online] 2005

Nov 17 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL:

http://www.pikiranrakyat.comcetak2005110517cakrawalalain04.htm\lain04.htm.

21. Fogle T. Using Dermatoglyphics from Down Syndrome and Class Populations to
Study the Genetics of a Complex Trait Department of Biology. Indiana: Saint Mary's
College Notre Dame.1990

22. Effendi T. Resume materi perkuliahan kriminalistik pasca uts. Blogspot [serial online]
2006 Dec 22 [cited 2007 Nov 15]. Available from:URL: http://www.te-effendi-
kriminalistik.blogspot.com.

23. Cavendish M. Science against crime. Italia: LEGO; 1982. p. 114-28.

24. Justiana S. Identifikasi sidik jari. Pikiran Rakyat [serial online] 2002 [cited 2007 Nov
17]. Available from:URL: http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2005/105/17/cakrawala/index.htm.

25. Kind S, Overman M. Science against crime. London: Aldus Books; 1972. p. 67-71

26. Hall AY, Kimura D. Dermatoglyphic Asymmetry and Sexual Orientation in Men.
Behavioral Neuroscience. [serial online] 1994 [cited 2007 Nov 16]. Available
from:URL:http://www.sfu.ca/~dkimura/articles/derm.htm

27. Evy. Identifikasi DNA paling akurat. Depkes [serial online] 2007 Nov 15 [cited 2007
Nov 16]. Available from:URL: http://www.depkes.go.id/indeks.php.

28. Badan Eksekutif Mahasiswa FK UNDIP. Buku Kuliah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
Semarang : FK UNDIP; 2005. p. 40-5.

29. Lumbantobing T. Artikel tentang forensik. Mailing List Dokter Indonesia (MLDI)
[serial online] 2003 Jan 7 [cited 2007 Nov 14]. Available from:URL:http://www.mail-
archive.com/dokter@itb.ac.id/msg07902.html

Page 81
30. Tiap Warga Negara Perlu Punya Rekam Medis Gigi. Kompas [serial online] 2004 Jan
27 [cited 2007 Nov 14]. Available
from:URL:http://www.kompas.com/kompascetak/0401/27/humaniora/824157.htm

31. Bernstein M. Forensic odontology. Eckert WG, editor. In: Introducton to forensic
sciences. New york: Elsevier; 1997.

32. Disaster victim identification workshop. Bandung; 2006. p. 13-7.

33. Iscan MY, Loth SR. The scope of forensic anthropology. Eckert WG, editor. In:
Introducton to forensic sciences. New york: Elsevier; 1997.

34. Baldwin, Hayden B., M/Sgt, Retired. Basic Equipment For Crime Scene Investigators.
Available from: URL: http://www.crime-scene-investigator.net/

Page 82

Anda mungkin juga menyukai