Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PHBS TENTANG MENCUCI

TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MENCUCI


TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Oleh
Amanda Christie Yannus
NIM 142310101065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
APRIL, 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
anugerah dan berkat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan

skripsi yang

berjudul Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan


Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa Sekolah Dasar.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:


1. Rektor Universitas Jember.
2. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
3. Dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu dan memberikan
saran-saran selama penulisan karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Kedua orangtua penulis, Bapak Sanusi dan Ibu Mujayanah yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan dan
penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Adik penulis, Annisa Salsabilla Putri Yannus yang telah membantu penulis
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teman-teman angkatan 2014 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember.
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik maupun saran yang membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan.
Jember, April 2015
Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR

................................................................................... i

DAFTAR ISI ...............................................................................................

ii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Khusus ............................................................... 3
1.3.2 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.4 Manfaat ...................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan .................................................. 3
1.4.2 Bagi Institusi / Instansi Kesehatan ................................. 4
1.4.3 Bagi masyarakat ............................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1 Penyuluhan .................................................................................. 5
2.1.1 Definisi Pernyuluhan .................................................... 5
2.1.2 Faktor Pendukung Keberhasilan Penyuluhan . 6
2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................. 7
2.2.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ...................... 7
ii

2.2.2 PHBS di Institusi Pendidikan . 7


2.3 Cuci Tangan Pakai ............................................................ 9
2.3.1 Definisi Cuci Tangan Pakai .................................. 9
2.3.2 Cara Mencuci Tangan Dengan Benar . 9
2.4 Pengetahuan .................................. 11
2.4.1 Definisi Pengetahuan .............. 11
2.4.2 Tingkat Pengetahuan .. 11
2.5 Sikap . 12
2.5.1 Definisi Sikap . 12
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap. 13
2.6 Anak Usia Sekolah 13
2.6.1 Definisi Anak Usia Sekolah ... 13
2.6.2 Perkembangan Fisik pada Anak Usia Sekolah 14
2.6.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah..... 15
BAB 3. PEMBAHASAN 17
3.1 Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan Pada
Siswa Sekolah Dasar . 17
BAB 4. PENUTUP . 20
4.1 Kesimpulan .. 20
4.2 Saran . 20
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan kesejahteraan suatu. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang
No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas tentang hak
dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan
pemenuhan akan kesehatan.
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada hakikatnya merupakan perilaku
pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan
kebutuhan setiap orang,sehingga prinsip PHBS menjadi salah satu landasan dan
program pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu sasaran penerapan
program PHBS adalah tatanan sekolah dasar, yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan anak-anak. Adapun beberapa penyakit yang muncul akibat
rendahnya PHBS di lingkungan anak antara lain penyakit cacingan, diare, sakit
gigi, sakit kulit, gizi buruk, dll. Akhirnya akan mengakibatkan rendahnya derajad
kesehatan dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia (DepkesRI, 2006).
Salah satu kegiatan PHBS yang merupakan cara meningkatkan pencapaian
derajat kesehatan adalah meningkatkan perilaku cuci tangan yang benar
khususnya dikalangan anak sekolah dasar dengan cara penyuluhan. Kegiatan ini
telah menjadi perhatian dunia karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci
tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara

maju. Perilaku mencuci tangan yang tidak benar juga masih tinggi ditemukan
pada anak, sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran mereka
akan pentingnya mencuci tangan dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap penyakit
sebagai akibat perilaku yang tidak sehat. Padahal anak-anak merupakan aset
bangsa yang paling berperan untuk generasi yang akan datang. (Depkes, 2009).
Menurut Djauzi (2008) kuman ada dimanapun, mencuci tangan
merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kuman dan untuk menghindari
penularan penyakit. Di sekolah anak tidak hanya belajar, tetapi banyak kegiatan
lain yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah seperti bermain, bersentuhan
ataupun bertukar barang-barang dengan teman-teman. Kuman yang ada di alatalat tulis, kalkulator, buku-buku dan benda-benda lain akan dengan mudah
berpindah dari tangan satu anak ke anak lainnya, sehingga jika ada anak yang
mempunyai penyakit tertentu akan mudah menular pada anak lainnya. Jadi,
mencuci tangan harus dilatih sejak dini pada anak agar anak memiliki kebiasaan
mencuci tangan, sehingga anak terhindar dari penyakit.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa sekolah dasar dan diketahui
bahwa banyak diantara mereka yang belum pernah mendapat penyuluhan tentang
cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang
Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa
Sekolah Dasar

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah karya tulis
ilmiah ini adalah adakah pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang

mencuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap mencuci tangan pada siswa
sekolah dasar

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang
mencuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap mencuci tangan pada siswa
sekolah dasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan kepada
siswa sekolah dasar.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang
mencuci tangan terhadap pengetahuan mencuci tangan pada siswa
sekolah dasar.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang
mencuci tangan terhadap sikap mencuci tangan pada siswa sekolah dasar
d. Untuk menganalisa pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang
mencuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap mencuci tangan pada
siswa kelas IV SDN Yosowilangun Lor 01 Kabupaten Lumajang.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah dan memperkaya kepustakaan dan bahan informasi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan pada
anak sekolah, yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh peneliti lain.

1.4.2 Bagi Institusi / Instansi Kesehatan


Sebagai bahan tambahan literatur tentang faktor -faktor yang
mempengaruhi perilaku cuci tangan pada anak sekolah.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi kepada
masyarakat, khususnya pada anak sekolah dalam melaksanakan perilaku
hidup bersih khususnya perilaku cuci tangan yang menjadi masalah
nasional bahkan masalah internasional yang selanjutnya akan berdampak
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menambah dan
memperkaya kepustakaan dan bahan informasi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku cuci tangan pada anak sekolah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan
2.1.1 Definisi Penyuluhan
Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah
intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi
secara sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka
sendiri dan mengambil keputusan dengan baik. Margono Slamet (2000)
menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk
memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya
kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah
dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang
bersangkutan.

Margono Slamet (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai


kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh
banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada awal
dasawarsa

1990-an.

Penyuluhan

pembangunan

sebagai

proses

pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas


pada terciptanya better-farming, better business, dan better living, tetapi
untuk memfasilitasi masyarakat (sasaran) untuk mengadopsi strategi
produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahanperubahan kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga mereka dapat
(dalam

jangka

panjang)

meningkatkan

taraf

hidup

pribadi

dan

masyarakatnya (SDC, 1995 dalam Mardikanto 2003).

Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan


tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan,
tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto, 1987).

2.1.2 Faktor Pendukung Keberhasilan Penyuluhan

Faktor yang mendukung keberhasilan dalam penyuluhan adalah :


1.

Keadaan pribadi klien


Mencakup , adanya motivasi dari dalam diri klien untuk mencapai

perubaha atau kemajuan. Adanya keberanian untuk menanggung resiko.


Antara klien dan pekerja sosial (penyuluh) harus ada rasa saling percaya
demi keberhasilan penyuluhan.
2. Keadaan lingkungan
Dalam

pemberian

penyuluhan,

keadaan

lingkungan

cukup

berpengaruh terhadap perubahan, lingkungan yang baik dan kondusif akan


mendukung

perubahan.

Keadaan

lingkungan

mencakup

keadaan lingkungan secara geografis, sarana dan prasarana, akses. Akses


yang mudah akan mempermudah penyuluhan pula.
3. Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan klien memegang peran yang besar pada
proses penyuluhan, latar belakang pendidikan yang baik akan membuat
materi penyuluhan akan dimengerti secara utuh, akan adanya diskusi yang
berbobot dan dalam pelaksanaannya akan melahirkan inovasi-inovasi baru.

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.2.1 Definisi PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
2.2.2 PHBS di Institusi Pendidikan
PHBS di institusi pendidikan adalah upaya membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat bagi siswa, guru, dan masyarakat di
lingkungan institusi pendidikan untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya sendiri sehingga dapat berperan aktif dalam
mewujudkan institusi pendidikan (sekolah) yang sehat. PHBS di institusi
pendidikan sudah diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 45 tentang
penyelenggaraan kesehatan sekolah.
Tujuan dari PHBS di institusi pendidikan adalah meningkatkan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku siswa dan guru di tatanan
institusi pendidikan khususnya terhadap program kesehatan lingkungan
gaya hidup. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan PHBS di institusi
pendidikan (sekolah) antara lain anak memiliki kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, jajan di kantin sekolah yang sehat,
membuang sampah pada tempatnya, mengikuti kegiatan olahraga dengan
baik di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan, tidak merokok di sekolah, buang air di jamban sehat, dan
melakukan pemberantasan jentik nyamuk di sekolah secara rutin.

a. Manfaat PHBS di sekolah.


1) Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik.
2) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
3) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit.
4) Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
5) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat) untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah tersebut.
b. Sasaran PHBS di sekolah.
1) Sasaran Primer.
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan
dirubah

perilakunya

murid

dan

atau

guru

yang

bermasalah

(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).


2) Sasaran Sekunder.
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua
murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan
lintas sektor terkait.
3) Sasaran Tersier.
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya

kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh


masyarakat, dan orang tua murid.

2.3 Cuci Tangan


2.3.1 Definisi Cuci Tangan

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara


mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air
(Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut Schaffer (2000) mencuci tangan
adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan
tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut
Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang
paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
2.3.2 Cara Mencuci Tangan dengan Benar
Praktek mencuci tangan yang benar hanya membutuhkan sabun
dan air mengalir. Air mengalir tidak harus dari keran, bisa juga mengalir
dari sebuah wadah berupa gayung, botol, kaleng, ember tinggi, gentong
atau jerigen. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua
jenis sabun karena semua sebenarnya cukup efektif dalam membunuh
kuman penyebab penyakit. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka
mencuci tangan perlu dilakukan dengan cara yang baik dan benar,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir
b. Tangan yang basah disabuni, digosok-gosok bagian telapak tangan dan
punggung tangan,jari-jari, bawah kuku, minimal selama 20 detik.

c. Bilas kembali dengan air mengalir bersih sampai bersih


d. Keringkan dengan kain bersih atau kibas-kibaskan di udara (Sibuea,
2007)
Untuk mendorong cuci tangan, kita harus melakukan segala upaya
menyediakan sabun dan suplai air bersih terus menerus baik dari kran atau
ember dan lap pribadi. Langkah-langkah mencuci tangan tersebut adalah
a. Basahi kedua belah tangan
b. Gunakan sabun biasa
c. Gosok dengan seluruh bidang permukaan tanan dan jari-jari bersama
sekurang-kurangnya selama 10 hingga15 detik, dengan memperhatikan
bidang di bawah kuku tangan dan di antara jari-jari.
d. Bilas kedua tangan seluruhnya dengan air bersih
e. Keringkan kedua tangan dengan lap atau pengering dan gunakan lap
untuk mematikan kran.(Tietjen, 2004)
Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah
dan di air yang menggenang maka apabila sabun batangan digunakan,
sediakan sabun batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun
yang kering. Hindari mencuci tangan di Waskom yang berisi air walaupun
telah ditambahkan bahan antiseptic seperti detol atau savlon, karena
microorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan ini.
Jangan menambahkan sabun cair kedalam temaptnya bila masih ada
isinya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun
yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember
dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan
buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi / teko.
(Tietjen, 2004)

10

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melaluipanca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa danraba.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan,pengalaman orang lain, media
massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknyatindakan seseorang.
Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkanrasa
percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat
dikatakanbahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan
kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk,
2007).
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom (1956), ada enam tingkat pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif, yakni:
1. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

11

2. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Menerapkan (application) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesa (synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesa adalah kemampuan untuk
menyusun formulasiformulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.
Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.5 Sikap
2.5.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan derajat afek positif atau negatif terhadap suatu
objek psikologis (Thurstone dalam Azwar, 2010). Sikap selalu berkaitan
dengan suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan dalam
Azwar, 2010). Sikap merupakan afek atau penilaian positif atau negatif
terhadap suatu objek (Fishbein dan Ajzen dalam Azwar, 2010). Sikap
meliputi rasa suka atau tidak suka terhadap situasi, benda, orang,
kelompok, dan aspek lingkungan (Deaux dalam Azwar, 2010).

12

Cattel (dalam Azwar, 2010) mengartikan sikap sebagai ketertarikan


emosi dan perilaku seseorang terhadap beberapa orang, objek, dan
kejadian. Allport (dalam Azwar, 2010) mengatakan bahwa sikap
merupakan sesuatu yang mengarahkan perilaku kita terhadap objek
tertentu, dapat bersifat positif atau negatif dan melibatkan penilaian atau
evaluasi. Sikap merupakan komponen kognitif, afektif dan konatif yang
saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap suatu objek (Secord & Backman dalam Azwar, 2010).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan
individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap
suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif,
afektif dan konatif.
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap
Efek suatu komunikasi merupakan bagian perubahan sikap, yakni
sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima
( Hovland, Janis, & Kelley dalam Azwar, 2010). Ada tiga faktor yang
mempengaruhi efek suatu komunikasi, antara lain keahlian, dapat
dipercaya,

disukai,

status,

ras,

dan

agama.

2.6 Anak Usia Sekolah


2.6.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut Sigmund Freud, anak usia 6-12 tahun sering disebut
dengan masa anak pertengahan atau laten yaitu masa tenang dan nyaman,
walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan
kognitif. Usia sekolah sekolah sendiri berartinya sekolah menjadi
pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang

tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan
masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan
tertentu. (Nuryanti, 2008)
Sedangkan menurut Jean Piaget yang dikutip dari Dariyo A, bahwa
anak usia sekolah dibagi menjadi 2 periode yaitu masa anak tengah
(middle Childhood) pada masa ini anak-anak kira-kira berumur 7-9 tahun,
berada pada fase perkembangan operasi komplit, untuk tugas yang rumit
atau kompleks anak akan menemui hambatan. Dan masa anak akhir (late
childhood)

anak

dengan

usia

10-12

tahun,

anak-anak

terus

mengembangkan kapasitas intelektual (masa operasi konkrit) di bangku


pendidikan formal yaitu sekolah dasar.
2.6.2 Perkembangan Fisik pada Anak Usia Sekolah
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama
lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam
kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anakanak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini
antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua
terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain (Sofa, 2008)
Perkembangan fisik anak usia sekolah cenderung berbeda dengan
masa sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih
cepat dibanding dengan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal usia
sekolah pertumbuhan jaringan tulang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan jaringan otot mulai lebih cepat, hal ini berpengaruh pada
peningkatan kekuatan yang menjadi lebih cepat juga (Widayatun, 1999)
Mulai umur 6 tahun ini, seorang anak pertumbuhan badannya
relative seimbang, maka anak menjadi senang bermain keseimbangan dan
penguasaan badan. Pertumbuhan fisik yang berlangsung secara baik itu
sudah barang tentu ikut berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak.

13

Pada masa tersebut anak sudah matang untuk masuk sekolah (Ahmadi,
2005)
2.6.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst
adalah sebagai berikut:

14

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainanpermainan yang umum


b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
f.

Mengembangkan

pengertian-pengertian

yang

diperlukan

untuk

kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan
lembaga-lembaga
i. Mencapai kebebasan pribadi
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik
diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar mengangkap dan
menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan
dirinya. Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari
kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar
tanggung

jawab

sebagai

warga

negara.

Sementara

tugas-tugas

perkembangan yang bersumber dari nilai-nilai kepribadian individu


diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai
filsafat dalam kehidupan (Kurniawan, 2007)

15

16

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan Pada Siswa
Sekolah Dasar
Dengan adanya penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan kepada siswa
sekolah dasar ditemukan bahwa perilaku siswa sebagian besar kurang bagus
dalam mencuci tangan sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan, kebanyakan dari
siswa mencuci tangan tidak menggosok permukaan tangan dan sela-sela jari-jari
serta tidak menggunakan sabun. Ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui
cara mencuci tangan yang benar. Selama ini mereka mencuci tangan hanya
sebatas tangannya basah dengan air. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan kurangnya pengetahuan siswa
tentang cara mencuci tangan yang benar. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo,2010).
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan perilaku cuci tangan siswa
menjadi meningkat. Hal ini disebabkan karena pengetahuan siswa meningkat
sehingga perilaku siswa meningkat. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).
Pengetahuan melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola
berpikir, kemahiran dalam menyikapi suatu masalah secara objektif, cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungan aktifitasnya dan menceritakan
pengalaman merupakan proses kognitif dan perkembanagan sikap pengetahuan
seseorang. (Notoatmodjo,2010).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap perilaku cuci tangan yang benar pada siswa. Perilaku manusia
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus) baik
dalam dirinya (internal) maupun dari luar individu (eksternal). (Sunaryo,2006).

Adanya stimulus atau rangsangan berupa penyuluhan kesehatan menjadikan


perilaku siswa menjadi meningkat.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya
datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang

lain

(Sunaryo,2006).

Penegetahuan

dapat

ditingkatkan

melalui

penyuluhan,baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan


pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku
siswa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Setelah seseorang mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya
adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut
(Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini, penyuluhan merupakan stimulus atau
objek yang diharapkan dapat member pengaruh pada responden untuk bersikap
sesuai dengan pesan atau isi dari penyuluhan yang diberikan.
Hasil penelitian ini sejalan seperti yang dikemukakan WHO dalam
Notoatmodjo (2007), salah satu strategi untuk perubahan perilaku adalah
pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran
yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuaannya
tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah
penyuluhan. Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan
dan keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari hasil penginderaan, yang salah
satunya didapatkan melalui pendidikan atau proses belajar.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Danuwirahadi (2010) tentang efektifitas metode expository teaching terhadap
perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun menyebutkan bahwa
terdapat perbedaan perilaku mencuci tangan dengan sabun antara kelompok
kontrol

dan

kelompok

eksperimen.

Perilaku

mencuci

tangan

dengan

menggunakan sabun pada kelompok eksperimen setelah treatment lebih tinggi


daripada kelompok kontrol. Dengan demikian

metode expository teaching

17

memberikan efek yang sangat signifikan terhadap perilaku mencuci tangan


dengan menggunakan sabun.

Sesudah dilakukan penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan pada siswa


sekolah dasar menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum
dan sesudah diberikan penyuluhan. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini
disebabkan karena intervensi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar sehingga

18

dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan sikapnya tentang PHBS. Dari


hasil di atas, dapat di lihat bahwa pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar
setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan.

BAB 4
PENUTUP
19

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan perilaku cuci tangan siswa
menjadi meningkat. Hal ini disebabkan karena pengetahuan siswa meningkat
sehingga perilaku siswa juga meningkat. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perilaku cuci tangan yang
benar pada siswa. Sesudah dilakukan penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan
pada siswa sekolah dasar menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan
sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Peningkatan pengetahuan dan
sikap ini disebabkan karena intervensi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar
sehingga dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan sikapnya tentang
PHBS. Dari hasil di atas, dapat di lihat bahwa pengetahuan dan sikap siswa
sekolah dasar setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan.

4.2 Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan
kesehatan secara kontinyu atau berkesinambungan pada siswa guna
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat mencuci
tangan dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Siswa
Lebih memotivasi siswa untuk menjaga kebersihan diri salah
saatunya dengan mencuci tangan yang benar serta lebih termotivasi dalam
mencari informasi mengenai pentingnya mencuci tangan dari buku-buku,
media cetak maupun elektronik dan penyuluhan-penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa agar lebih baik.
20

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset
Depkes RI. 2005. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bakti Husada. Jakarta

21

Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011


Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2004
Herijulianti, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC. Hurlock, Elizabeth
B
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai