Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

STROKE ISKEMIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepanitraan Klinik Senior Departemen/
SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
RSUD Meuraxa Banda Aceh

Pembimbing :

dr. Nursanty, Sp. S

Oleh :

ULFA RIZQIA

21124033

DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Stroke
Iskemik”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat yang telah membuat perubahan Islam bagi umat manusia.
Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti
kegiataan kepaniteraan klinik dibagian Stase Neurologi yang dilaksanakan di
RSUD Meuraxa Banda Aceh
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing
yaitu dr. Nursanty, Sp.S yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga laporan kasus
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan kasus ini terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap dari semua pihak
yangmembaca unutk memberikan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menjadi masukan untuk masa yang akan datang bagi penulis dan pembaca. Besar
harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan
keilmuannya.

Banda Aceh, 22 Juli 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Stroke merupakan suatu permasalahan kesehatan yang cukup serius hingga saat ini
dengan angka kematian yang cukup tinggi serta dapat menyebabkan kecacatan permanen
yang bukan hanya terjadi pada lansia, melainkan juga dapat terjadi pada usia muda.
Menurut WHO stroke merupakan suatu kondisi dengan tanda dan gejala klinis yang
berkembang pesat berupa gangguan neurologik fokal dan global, yang dapat memberat
dan berlangsung ≥24 jam, dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain
yang jelas selain vaskular.2
Stroke hingga saat ini masih menjadi tantangan di bidang ilmu kesehatan. Stroke
adalah penyebab kematian kedua penyakit tidak menular serta juga penyebab ketiga
utama kecacatan di seluruh dunia.1
Data WSO (World Stroke Organization) 2019 menunjukkan bahwa setiap tahunnya
terdapat 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit
stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan kecacatan akibat stroke terjadi
pada negara berkembang yang cenderung memiliki tingkat ekonomi rendah sampai
menengah. Lebih dari empat puluh tahun terakhir, kejadian stroke pada negara
berkembang meningkat lebih dari dua kali lipat. Sementara itu, kejadian stroke menurun
sebanyak 42% pada negara maju. Lima belas tahun terakhir, kematian yang disebabkan
stroke lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding dengan negara maju. Stroke
mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial. Kecacatan permanen yang
disebabkan stroke dapat menyebabkan gangguan aktivitas penderita sehari-hari.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 di Indonesia, prevalensi stroke
meningkat dari 7% (Riskesdas, 2013) menjadi 10,9%. Provinsi Kalimantan Timur
merupakan provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi di Indonesia dengan besar 14,7%,
sedangkan Papua merupakan provinsi dengan prevalensi stroke terendah dibandingkan
provinsi lainnya dengan besar 4,1%.4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tajriani
Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Bangsa/Suku : Aceh
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 01 Juli 2022

2.2 Anamnesis

1) Keluhan utama

Kebas pada anggota gerak sebelah kiri

2) Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa dengan keluhan kebas anggota gerak kiri

kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan bicara

seperti agak sulit, dan sedikit pusing (+), mual (+), muntah (-), penurunan

kesadaran disangkal.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 2 tahun lalu


4) Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami stroke

5) Riwayat Penggunaan Obat

Disangkal

6) Riwayat Alergi
Disangkal

7) Riwayat Kebiasaan Sosial

Sering ke ladang

2.3 Pemeriksaan Fisik

1) Status Umum

 Keadaan umum : Sedang

 GCS : E4V5M6

 Kesadaran : Compos mentis

 Berat Badan : 61 kg

 Tinggi Badan : 155 cm2

 IMT : 25,3 (obesitas Stg 1)

 Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 183/110 mmHg


b) Heart rate : 87 x/menit
c) Respiration rate : 20 x/menit

d) Temperature : 36,5 °C
2) Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 04 Juli 2022 di Ruang Rawat Inap albayan 1, Bed

5 RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.

 Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-/-), pendarahan (-), sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-), pendengaran normal (+/+), simetris
Mulut : Sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor (-),
lidah deviasi ke kanan (-)

 Leher

Trakea : Deviasi trakea (-)


Kelejar Getah Bening : Pembesaran KGB (-)
TVJ : Tidak ada peningkatan (-)

 Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dinding simetris kanan dan kiri


Perkusi : Sonor (+/+), nyeri ketok (-/-)
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), nyeri tekan (-).
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat


Palpasi : Iktus cordis teraba di linea
midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II, Reguler (+), gallop (-)
 Abdomen

Inspeksi : Distensi abdomen (-), sikatrik (-), asites (-)


Palpasi : Soepel, Hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik usus normal

 Ektremitas

Look : edema (-), vulnus (-), papul (-), jejas (-), perdarahan (-)
Feel : nyeri tekan (-), krepitasi (-), akral hangat
(+)
Move : range of movement tidak terbatas
Kekuatan motorik : Normal

5555 5555

5555 5555

 Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 Status Neurologis

 Sistem Motorik

Ekstremitas Atas Kanan Kiri


Kekuatan otot 5 5
Tonus otot Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Gerakan involunter Negatif Negatif
Ekstremitas Bawah Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Tonus otot Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Gerak involunter negatif negatif
 Sistem Sensorik

Sensasi Kanan Kiri


Raba Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Suhu Baik Baik

 Refleks Fisologis

Kanan Kiri
Biseps Normorefleks Normorefleks
Triseps Normorefleks Normorefleks
Brachioradialis Normorefleks Normorefleks
Patella Normorefleks Normorefleks
Achiles Normorefleks Normorefleks

 Refleks Patologis

Kanan Kiri
Hofman tromner - -
Gordan - -
Gonda - -
Oppenheim - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaeffer - -
Bing - -
Rosolimo - -
 Rangsang Meningeal

Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Kernig sign - -
Lasegue sign - -
Brudzinski 1 - -
Brudzinski 2 - -
Brudzinski 3 - -
Edelmann test - -
Bikele test - -

 Fungsi Otonom

Miksi
Normal
Defekasi
Normal
Keringat
Normal

 Fungsi Luhur

Tidak ada gangguan

 Pemeriksaan Khusus Neuro-otologi


Koordinasi dan keseimbangan

Tes ekuilibrium
-Tes Romberg (-)
-Tes Romberg dipertajam (-)
-Tes Heel-to-toe walking (-)
- Fukuda Stepping Test (-)
Tes non ekuilibrium Normal
-Tes Jari Hidung Normal
-Tes Tumit Normal
-Tes Supinasi-Pronasi Normal
- Rebound phenomenon Normal
- Arm Bounce Normal
- Tes Telunjuk ke Telunjuk Normal
- Past pointing test (-)

2.5 Pemeriksaan Nervus Cranialis

 Nervus I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
Daya pembau Normosmia Normosmia

 Nervus II (Optikus)
Kanan Kiri
Ketajaman Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
pengliatan
Lapang pandang Normal Normal

 Nervus III (Okulomotorius), N IV (Trochlearis), N VI (Abduscens)


Kanan Kiri
Ptosis Negatif Negatif
Bentuk pupil Bulat Bulat
Ukuran pupil 2 mm 2 mm
Akomodasi Baik Baik
Reflek pupil langsung Positif Positif
Reflek pupil tidak langsung Positif Positif
Gerak bola mata Normal Normal
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
 Nervus V (Trigeminal)

Kanan Kiri
Motorik Normal Normal
Sensorik oftalmik Normal Normal
Sensorik maxilaris Normal Normal
Mandibularis Normal Normal
Refleks kornea Normal Normal

 Nervus VII (Facialis)

Motorik Kanan Kiri


Saat diam Simetris Simetris
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Senyum memperlihat gigi Simetris Simetris
Buka paksa mata Simetris Simetris
Daya perasa lidah 2/3 depan Normal Normal

 Nervus VIII (Vestibulo Kokleris)


Auditoris Kanan Kiri
Tes rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tes weber
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tes schwabach
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Vestibularis Kanan Kiri
Vertigo Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
 IX ( Glossopharyngeus), Nervus X (Vagus)

Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Disfonia Negatif Negatif
Reflex muntah Ada Ada
Daya perasa 1/3 posterior lidah Normal Normal

 Nervus XI (Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh Baik Baik
Mengakat bahu Baik Baik
Trofi otot bahu Eutropi Eutropi

 Nervus XII (Hipoglosus)

Mengeluarkan Lidah Baik


Trofi Negatif
Tremor Negatif
Fasikulasi Negatif
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi Tanggal 01 Juli 2022

Darah Rutin Hasil


Hemoglobin 11.8 mg/dl
Eritrosit 4.35 10^6/Ul
Hematokrit 34.4 %
MCV 79.1 fL
MCH 27.1 pg
MCHC 34.3 g/dl
Leukosit 10.8 10^3/ul
Hitung Jenis Hasil
Eosinofil 1.3 %
Basofil 0.5 %
Neutrofil 71.7 %
Limfosit 21.9 %
Monosit 4.6 %
Trombosit 368 10^3/ul

 Pemeriksaan Kimia Klinik Tanggal 01 Juli 2022

Kimia klinik Hasil


Glukosa Ad Random 163 mg/ dl H
Ureum 31 mg/dl H
Creatinin 0.7 mg/dl H

 Pemeriksaan Elektrolit 01 Juli 2022

Elektrolit Hasil
Natrium 138 mmol/L
Kalium 3,2 mmol/L
Chlorida 109 mmol/L
 Pemeriksaan Neuroimaging Tanggal 01 Juli 2022

Pasien melakukan pemeriksaan CT-Scan Brain Non Contras

dengan hasil sebagai berikut:

Hasil :

 Tak Tampak lesi hypo/hyperdense di brain parenchyme

 Sulci dan gyri normal

 System ventrikel normal

 Tak tampak deviasi midline structure

 Pons dan cerebellum baik

 Orbita, mastoid normal

 Calvaria baik

Kesimpulan :

 Saat ini Ct-Scan kepala tak nampak kelainan


2.7 Diagnosis

 Diagnosis Kerja : Stroke iskemik

 Diagnosis Anatomi : Hemisfer serebri dextra

 Diagnosis Etiologis : Iskemik Trombus

Skor Siriraj :

2,5 x kesadaran + 2 x muntah + 2 x nyeri kepala + 0,1 x diastolic – 3 x atheroma –


12

2,5 x 0 + 2 x 0 + 2 x 0 + 0,1 x 110 – 3 x 1 – 12


= 8-12
= - 4 (stroke iskemik)

2.8 Diagnosis Banding

 Stroke Hemoragik

 Stroke iskemik

2.9 Penatalaksanaan

 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj. Citicolin 500 mg/ 12 jam
 Inj. Ranitidine 1A/12 jam
 Inj. Lovenox 0,6 cc/24 jam
 Amlodipine 1x5 mg
 Valsartan 1x80 mg
 Atorvastatin 1x20 mg
 Clobazam 1x10 mg
2.10 Follow up

Tanggal S O A P
 Kebas anggota KU : sedang Stroke Iskemik Th/
01 Juli 2022 gerak sebelah TD : 183/110  IVFD RL 20
kiri (+) mmHg gtt/i
Hari ke -1
 Bicara agak HR : 87 x/i  Inj. Citicolin
(IGD) sulit (+) RR : 20 x/i 500 mg/ 12 jam
 Sakit kepala T : 36,1 oC  Inj. Ranitidin
(+) IA /12 jam
 Amlodipin 1x5
mg
 Valsartan 1x80
mg
 Atorvastatin
1x20 mg
02 Juli 2022  Kebas pada KU : CM Stroke Iskemik Th/
Hari ke-2 tangan kiri (+) TD : 163/96  IVFD RL 20 gtt/i
 Sulit bicara (-) mmHg  Inj. Citicolin 500
 pusing (-) HR : 71 x/i mg/12 jam
 mual (-) RR : 20 x/i  Inj. Ranitidin 1A
 muntah (-) T : 36,0 oC /12 jam
 Sakit Kepala GCS : E4V5M6  Inj. Lovenox 0,6
(-) Kekuatan otot : cc/24 jam
5555 5555  Amlodipin 1x5
mg
5555 5555  Valsartan 1x80
mg
 Atorvastatin
1x20 mg

03 Juli 2022  Kebas pada KU : baik Stroke Iskemik Th/


Hari-3 tangan kiri TD : 167/102  IVD RL 20 gtt/i
berkurang (+) mmHg  Inj. Citicolin 500
 Nyeri Kepala HR : 75 x/i mg /12 jam
(-) RR : 20 x/i  Inj. Ranitidin
 Sulit Tidur (+) T : 36,0 oC IA/12 jam
GCS : E4V5M6  Inj. Lovenox 0,6
Kekuatan otot : cc/jam
5555 5555  Amlodipin 1x5
mg
5555 5555  Valsartan 1x80
mg
 Atorvastatin 1x20
mg
 Clobazam 1x10
mg
04 Juli 022  Kebas pada KU : Baik Stroke Iskemik Th/
Hari-4 tangan kiri TD : 166/97  IVD RL 20 gtt/i
berkurang (+) mmHg  Inj. Citicolin 500
 Tangan kiri HR : 80 x/i mg /12 jam
terasa lemah RR : 20 x/i  Inj. Ranitidin
(+) T : 36,5 oC IA/12 jam
 Mual pada saat GCS : E4V5M6  Inj. Lovenox 0,6
hendak makan Kekuatan otot : cc/jam
(-) 5555 5555  Amlodipin 1x5
 Nyeri kepala (- mg
) 5555 5555  Valsartan 1x80
mg
 Atorvastatin 1x20
mg
 Clobazam 1x10
mg

05 Juli 2022  Kebas KU : Baik Stroke Iskemik Th /


Hari-5 berkurang (+) TD : 176/117  IVD RL 20 gtt/i
 Tangan kiri mmHg  Inj. Citicolin 500
terasa lemah HR : 84 x/i mg /12 jam
berkurang (+) RR : 20 x/i  Inj. Ranitidin
T : 36,5 oC IA/12 jam
GCS : E4V5M6  Amlodipin 1x5
Kekuatan otot : mg
5555 5555  Valsartan 1x80
mg
5555 5555  Atorvastatin 1x20
mg
 Clobazam 1x10
mg
 CPG 1x75 mg

06 Juli 2022 -Kebas (-) KU : Baik Stroke Iskemik PBJ


Hari ke-6 -Tangan kiri TD : 166/93  IVD RL 20 gtt/i
mulai perbaikan mmHg  Inj. Citicolin 500
(+) HR : 76 x/i mg /12 jam
-Nyeri kepala (-) RR : 20 x/i  Inj. Ranitidin
T : 36,5 ℃ IA/12 jam
 Amlodipin 1x5
5555 5555 mg
 Valsartan 1x80
5555 5555 mg
 Atorvastatin 1x20
mg
 Clobazam 1x10
mg
 CPG 1x75 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Stroke iskemik adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan
dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.5
Stroke iskemik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
gambaran klinik, patolgi anatmi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya.
 Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya, stroke iskemik dibedakan
menjadi :
1. Trombosis serebri : adanya bekuan darah atau plak yang terbentuk didalam
pembuluh arteri yang akan menyuplai darah ke otak sehingga aliran darah ke
otak akan terhambat.
2. Emboli serebsi : adanya bekuan darah atau plak di dalam jantung atau
pembuluh darah arteri besar sehingga aloran darah ke otak akan terganggu.
 Berdarakan stadium/pertimbangan waktu :
1. TIA (Transcient Ischemic Attack ) : serangan stroke sementara yang
berlangsung kuerang dari 24 jam gejala defisit neurologisnya.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) : kondisi yang hampir sama
dengan TIA, bedanya RIND berlangsung lebih lama dibandingkan TIA.
3. Progressing stroke atau stroke in-evolution : defisit neurologis berlangsung
secara bertahap dari yang ringan sampai berat sehingga semakin lama semakin
memberat.
4. Completed stroke : merupakan gangguan pada pembuluh darah otak yang
menyebabkan defisit neurolgis akut yang berlangsung lebih dari 24 jam.
 Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler

3.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian kedua penyakit tidak menular serta juga
penyebab ketiga utama kecacatan di seluruh dunia. Dampak stroke yaitu menurunkan
kualitas hidup dengan angka kematian rata-rata yang lebih tinggi terjadi di Asia
dibanding dengan Eropa, Amerika, dan Australia. Ini disebabkan karena lebih dari
separuh penduduk dunia tinggal di Asia dengan sebagain besar berada di negara
berkembang. Menurut WHO, sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian serta
kecacatan akibat stroke terjadi pada negara berkembang yang memiliki tingkat ekonomi
rendah sampai menengah. Insiden stroke meningkat 2 kali lipat pada negara berkembang
selama 1990–2016, tetapi menurun sebesar 42% di negara maju selama periode yang
sama.3
Studi epidemiologi stroke di Asia telah menunjukkan berbagai tingkat kematian,
insiden, prevalensi, dan beban penyakit. Angka kematian stroke berkisar dari yang
terendah di Jepang (706,6 / 100.000 orang) dan Singapura (804,2 / 100.000 orang) hingga
yang tertinggi di Indonesia (3.382,2 / 100.000 orang) dan Mongolia (4409,8/100.000
orang), dengan hipertensi, diabetes melitus, dan merokok sebagai faktor risiko utama.
Insiden stroke secara keseluruhan di Asia bervariasi antara 116 dan 483/100 000 per
tahun. Selain terdapat perbedaan signifikan di antara berbagai negara, perbedaan insiden
stroke juga mengalami kesenjangan yang besar intra-negara. Sebagai contoh, masyarakat
di China bagian utara 2 x lebih rentan mengalami stroke daripada bagian selatan yang
disebabkan oleh prevalensi hipertensi dan obesitas yang lebih tinggi.2
Berdasarkan data Riskesdas 2018 di Indonesia, prevalensi stroke meningkat dari 7%
menjadi 10,9%. Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan prevalensi stroke
tertinggi di Indonesia dengan besar 14,7%, sedangkan Papua merupakan provinsi dengan
prevalensi stroke terendah dibandingkan provinsi lainnya dengan besar 4,1%.8
Seiring bertambahnya usia pada individu, prevalensi penyakit stroke semakin
meningkat. Kasus stroke yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan ditemukan bahwa
kelompok usia 75 tahun keatas memiliki prevalensi tertinggi sebesar 50,2% dan
kelompok usia 15-24 tahun memiliki prevalensi terendah sebesar 0,6%. Prevalensi
penyakit stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan
besar 11,0% dibandingkan dengan perempuan sebesar 10,9%. Berdasarkan tempat
tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi sebesar 12,6% dibandingkan dengan
daerah pedesaan sebesar 8,8%.5

3.3 Etiologi
Penyebab stroke iskemik dapat disebabkan oleh peristiwa trombotik atau
emboli yang menyebabkan penurunan aliran darah ke otak. 6
a. Pada peristiwa trombotik, aliran darah ke otak terhalang di dalam pembuluh
darah karena terjadi disfungsi pada pembuluh itu sendiri. Biasanya akibat
penyakit aterosklerosis, diseksi arteri, displasia fibromuskular, atau kondisi
inflamasi.
b. Pada kejadian emboli, puing-puing dari tempat lain di tubuh menghalangi aliran
darah ke otak melalui pembuluh darah yang terkena.

3.3.1 Faktor Resiko


Klasifikasi faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.6
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
 Penuaan
Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan kejadian menjadi
dua kali lipat untuk setiap dekade setelah usia 55 tahun.
 Jenis kelamin & usia
Pada usia muda, perempuan memiliki risiko stroke yang sama tinggi atau lebih tinggi
dengan laki-laki, meskipun pada usia yang lebih tua risiko relatif sedikit lebih tinggi
pada laki-laki. Risiko stroke yang lebih tinggi di antara perempuan pada usia yang lebih
muda cenderung mencerminkan risiko yang terkait dengan kehamilan dan keadaan
postpartum, serta faktor hormonal lainnya, seperti penggunaan alat kontrasepsi
hormonal. Secara keseluruhan, stroke lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria, karena rentang hidup wanita yang lebih lama dibandingkan dengan pria.
 Ras
Orang berkulit hitam berisiko dua kali lipat terkena stroke jika dibandingkan dengan
orang kulit putih dan memiliki mortalitas yang lebih tinggi terkait dengan stroke. Pada
kalangan orang berkulit hitam, prevalenasi yang lebih tinggi disebabkan oleh mereka
yang memiliki faktor risiko stroke, seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus.
 Genetik
Faktor genetik juga dikenal sebagai faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi
dengan riwayat orang tua dan riwayat keluarga yang meningkatkan risiko stroke.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi


 Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyebab utama stroke dan dapat diubah.
Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara tekanan darah dengan risiko stroke.
Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi pula risiko terjadinya stroke. Tekanan
darah meningkat seiring bertambahnya usia, sehingga meningkatkan risiko seumur
hidup terkena hipertensi. Pada orang yang berusia ≥65 tahun, lebih dari dua pertiganya
menderita hipertensi. Efek tekanan darah juga lebih besar terjadi pada stroke hemoragik
dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali hipertensi tidak menunjukkan gejala.
Maka dari itu, periksakan tekanan darah sesering mungkin dan apabila memiliki tekanan
darah tinggi, turunkan tekanan darah melalui perubahan gaya hidup atau obat-obatan.
 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan faktor risiko independen stroke dan menyumbang sekitar
20% kematian pada penderita diabetes. Penderita pradiabetik juga berisiko tinggi
terkena stroke. Durasi diabetes melitus berkaitan dengan peningkatan risiko stroke
dimana pada studi Northern Manhattan, durasi diabetes mellitus berkaitan dengan
stroke iskemik. Dibandingkan dengan peserta nondiabetes, mereka dengan diabetes
mellitus selama 0-5 tahun dan 5-10 tahun mengalami peningkatan risiko, dan risiko
bagi mereka dengan diabetes mellitus selama ≥10 tahun meningkat tajam. Pasien
diabetes yang mengalami stroke cenderung berusia lebih muda, berkulit hitam, dan
memiliki prevalensi faktor risiko stroke lainnya yang lebih tinggi.
 Atrial Fibrilasi (AF)
AF telah lama dikenal sebagai faktor risiko umum stroke. Insiden stroke yang terkait
dengan AF meningkat hampir tiga kali lipat dalam 3 dekade terakhir. Hubungan antara
AF dan stroke telah lama diasumsikan karena stasis darah di atrium kiri fibrilasi yang
menyebabkan pembentukan trombus dan embolisasi ke otak.
 Dislipidemia
Hubungan antara dislipidemia dan risiko stroke sangat kompleks, dengan peningkatan
risiko stroke iskemik dengan peningkatan kolesterol total dan penurunan risiko stroke
iskemik dengan peningkatan kolesterol lipoprotein densitas tinggi. Bukti pengaruh
trigliserida pada risiko stroke masih bertentangan dengan risiko tergantung pada subtipe
stroke, terlebih lagi, dengan hubungan yang lebih kuat antara kadar kolesterol dengan
stroke iskemik arteri besar dibandingkan subtipe stroke iskemik lainnya. Sementara itu,
kolesterol total berbanding terbalik dengan stroke hemoragik, dengan risiko stroke
hemoragik meningkat seiring dengan penurunan kolesterol total.
 Aktifitas Fisik
Kurang beraktifitas fisik dikaitkan dengan banyak efek kesehatan yang buruk, termasuk
stroke. Orang yang aktif secara fisik memiliki risiko lebih rendah terkena stroke dan
kematian akibat stroke dibandingkan mereka yang tidak aktif. Hubungan antara
aktivitas fisik dan stroke dapat disebabkan oleh penurunan tekanan darah, penurunan
diabetes mellitus, dan penurunan berat badan berlebih.
 Diet
Pola makan mempengaruhi risiko stroke dan faktor risiko stroke lainnya, seperti
diabetes mellitus, hipertensi, dan dislipidemia. Diet mediterania atau diet tinggi buah dan
sayuran dapat mengurangi risiko stroke.

 Obesitas
Obesitas berkaitan dengan faktor risiko stroke seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
Sebuah meta-analisis besar baru-baru ini, termasuk 1,8 juta peserta dari 97 studi kohort,
menemukan bahwa 76% dari efek indeks massa tubuh pada risiko stroke dimediasi oleh
tekanan darah, kolesterol, dan kadar glukosa.
 Sindrom Metabolik
Konsep sindrom metabolik mencakup obesitas, dislipidemia, prehipertensi, dan
pradiabetes. Risiko stroke iskemik dari sindrom metabolik berlipat ganda dengan risiko
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah komponen dalam sindrom tersebut.

 Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama stroke. Diperkirakan bahwa merokok
berkontribusi terhadap 15% dari semua kematian akibat stroke per tahun. Penghentian
merokok dapat dengan cepat mengurangi risiko stroke dengan risiko hampir
menghilang 2-4 tahun. Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
independen dalam kohort REGARDS, dengan risiko stroke meningkat 30% setelah
memperhitungkan faktor risiko stroke lainnya, pada mereka yang pernah terpapar asap
rokok dibandingkandengan yang belum pernah terekspos.
 Gangguan Tidur
Gangguan tidur sangat umum pada pasien yang berisiko terkena stroke, dan dapat
menjadi faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi. Gangguan tidur seperti OSA,
durasi tidur pendek atau panjang, dan insomnia dengan durasi tidur pendek obyektif,
dapat menjadi faktor risiko terjadinya stroke dan kematian.
 Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi menurunkan jumlah hemoglobin sehingga dapat menyebabkan
gangguan oksigenasi darah. Hubungan antara stroke dan anemia defisiensi besi dapat
dijelaskan atas dasar tiga mekanisme fisiologis, yaitu keadaan hiperkoagulasi,
trombositosis, dan hipoksia.
3.4 Patofisiologi

Tahapan terjadinyta stroke iskemik terbagi menjadi :5


Tahap 1 :
a. penurunan aliran darah
b. pengurangan oksigen
c. kegagalan energi
d. depolarisasi dan kegagalan hemeostatis ion
Tahap 2 :
a. eksitosisitas dan kegagalan hemeostatis ion
b. spreading depression
Tahap 3 :
a. inflamasi
b. apoptosis
Tersumbatnya pebuluh darah intrakranial akut akan menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak. Aliran darah ke otak niormalnya dipertahakan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu, dengan Mean
Arterial Blood Psesure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme tersebut gagal bila terjadi
perubahan tekanan yang cepat dan berlebihan. Jika MABP kurang dari 50 mmHg maka akan
terajdi iskemia sedang, jika lebih dari 160 mmHg, akan terjadi gangguan sawar daerah otak
dan terjadi edema serebri atau ensefalopati hipertensif. 9
Kecepatan aliran darah ke otak bervariasi antara 40-70 cm/detik. Apabila aliran darah
otak meningkat atau arteri menyempit maka kecepatan segmen arteri juga akan meningkat.
Hal ini mengindikasikan adanya toleransi tinggi terhadap hiprtensi dan juga sensitif terhadap
hipotensi. Ketika aliran darah yang menuju serebral dibawah 20 ml/100 gr/menit akan terjadi
iskemik. Jika lairan ini terus mengalami penuruban hingga 12 ml/100 gr/ menit makan akan
terjadi kerusakan otak permanen yang disebut infark. Jaringan yang mengalami iskemik
namun masih dapat mempertahankan integritas membrannya disebut sebagai iskemik
penumbra karena biasanya jaringan tersebut mengelilingi inti jaringan infark.3
Apabila aliran darah ke otak menurun dibawah 10ml/100 gr/menit maka sel membran
dan fungsi sel akan terganggu. Sel neuron tidak akan bertahan hidup jika aliran darah dibawah
5 ml/100gr/menit. Apabila tidak ada aliran darah ke otak dalam waktu 4-10 menit, maka akan
menyebabkan kematian otak.10
3.5 Gejala Klinis

Gangguan global berupa gangguan kesadaran, sedangkan gangguan fokal yang


dapat muncul mendadak berupa :6
a. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, wicara, dan
sebagainya
b. Gangguan keseimbangan
c. Gangguan fungsi penglihatan
d. Gangguan fungsi pendengaran
e. Gangguan fungsi somatik sensoris
f. Gangguan neurobehavioral yang meliputi :
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan bicara verbal
- Gangguan mengerti pembicaraan
- Gangguan pengenalan ruang
- Gangguan fungsi kognitif lain

 Gejala yang mungkin dialami akibat stroke trombotik bisa berbeda


bergantung pada area otak yang terkena : Sakit kepala, tiba-tiba mati rasa di
tubuh, kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh, kehilangan
penglihatan, terhuyung-huyung saat berjalan, pusing, kebingungan, kesulitan
berbicara, kesulitan menggerakkan lengan dan tangan seusai kemauan.
 Gejala yang mungkin dialami akibat stroke emboli : Mati rasa, kelemahan,
muntah, mual, pusing, kebingungan, kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan
non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan
tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau
qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia, disartria,
ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-
gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara
bersamaan.11

 Skor Siriraj

(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x diastolik) – (3 x atheroma) – 12

Interpretasi:
> +1 = stroke hemoragik
< -1 = stroke iskemik
Nilai antara -1 sampai +1 = tidak dapat ditentukan Dipastikan lebih lanjut dengan CT scan.
 Gajah Mada Skor

2. Pemeriksaan Fisik
1) Stroke Trombosis
 Tekanan darah: tekanan darah harus segera diukur untuk melihat ada tidaknya
hipertensi (salah satu faktor risiko)
 Pemeriksaan opthalmoscopy retina dapat membuktikan adanya proses emboli
pada sirkulasi anterior.
 Pemeriksaan pada leher dapat memperlihatkan ada tidaknya pulsus karotis dan
adanya bruit pada carotid.
 Pemeriksaan jantung dapat memperlihatkan ada tidaknya aritmia dan murmur.
 Palpasi pada arteri temporalis berguna untuk mendiagnosis giant cell arteritis di
mana pembuluh darah tersebut akan terasa keras, nodular dan tanpa pulsus.
 Pemeriksaan neurologi, bertujuan untuk mencari defisit neurologi dan
menentukan lokasi anatomosis infark. Pemeriksaan neurologi meliputi:
pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan meningeal sign,
pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik,
pemeriksaan otonom, pemeriksaan cerebellum, pemeriksaan refleks fisiologis,
pemeriksaan refleks patologis.4
2) Stroke Emboli
 Pemeriksaan vital sign: temperatur, tekanan darah, sinus ritme, kualitas karotis
dan adanya bruit, dan kualitas suara jantung dan adanya murmur.
 Pemeriksaan neurologis menetukan defsisit neurologis yang mengklasifikasikan
sebagai salah satu sindrom klinis stroke yang dapat memprediksi pembuluh darah
yang terlibat dan mekanisme penyumbatan pembuluh darah.
 Pemeriksaan kelainan jantung seperti disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium),
adanya bising jantung (contoh: stenosis mitral), gagal jantung kongestif (contoh:
setelah miokard infark akut).4

3. Pemeriksaan Penunjang
1) Stroke Trombosis
 Pemeriksaan darah: darah lengkap, LED, GDA, kolesterol
 Elektrokardiografi: untuk melihat ada tidaknya miokard infark, aritmia, atrial
fibrial yang dapat menjadi faktor predisposisi pada stroke.
 CT-scan atau MRI: untuk membedakan apakah stroke disebabkan oleh suatu
infark ataupun perdarahan, dam untuk menyingkirkan lesi akibat tumor maupun
abses yang dapat memiliki gejala mirip stroke.
 Cerebral angiografi: intracranial angiografi digunakan untuk mengidentifikasi lesi
carotid ekstrakranial yang dapat dioperasi.
 Ultrasonografi: untuk mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada arteri carotid
interna.
 Echocardiografi: untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung yang dapat
menyebabkan stroke emboli.7

2) Stroke Emboli
 Pemeriksaan radiologis: CT scan kepala (gambaran infark luas), MRI dan MRA.
 Pemeriksaan EKG 12 lead: untuk mendeteksi pasien yang diduga adanya AF dan
acute myocard infark.
 Pemeriksaan skor Framingham dan skor CHADS2 digunakan untuk
memprediksi risiko stroke pada pasien dengan AF.
 Pemeriksaan foto thoraks.
 Pemeriksaan glukosa darah, elektrolit, BUN, kreatinin, darah lengkap dengan
trombosit, international normolized ratio (INR) dan protrombin time (PT) dan
activated partial tromboplastin time (Aptt), C reactive protein (CRP) atau
erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan kultur darah.7
3.7 Diagnosis Banding

Stroke hemoragik dapat terjadi ketika pembuluh darah arteri di otak pecah.
Darah yang bocor memberikan tekanan yang terlalu banyak pada sel-sel otak
dan hingga akhirnya merusaknya.3
Ada dua jenis stroke hemoragik:
a. Perdarahan intraserebral : jenis stroke hemoragik yang paling umum.
Perdarahan intraserebral dapat terjadi ketika pembuluh darah arteri di otak
pecah sehingga jaringan di sekitarnya dipenuhi oleh darah. Perdarahan
intraserebral didefinisikan sebagai tanda klinis gangguan neurologis yang
berkembang pesat yang disebabkan oleh akumulasi darah secara fokal pada
parenkim otak atau sistem ventrikel dan tidak dicetuskan oleh trauma.
b. Perdarahan subaraknoid : jenis stroke hemoragik yang kurang umum.
Perdarahan subaraknoid mengacu pada perdarahan di area antara otak dan
jaringan tipis yang menutupinya. Sumber perdarahan subaraknoid dapat
berasal dari tempat lain atau dapat berasal dari rongga subaraknoid itu sendiri.

3.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum :
 Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
 Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
 Pengendalian tekanan intrakarnial ( manitol jika diperlukan)
 Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
 Analgetik dan antipeuritik, jika diperlukan
 Gastroprotektor, jika diperlukan
 Manajmen nutrisi
 Pencegahan DVT dan emboli paru: heparin atau LMWH
Tujuan terapi pada stroke iskemik akut adalah untuk mempertahankan
jaringan pada area yang perfusinya menurun tetapi cukup untukmenghindari
infark. Berikut ini dapat dipertimbangkan :11
Tatalaksana Spesifik :
 Alteplase
AHA / ASA merekomendasikan alteplase intravena untuk pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan memiliki onset gejala atau baseline
terakhir yang diketahui dalam waktu 3 jam. Alteplase IV adalah 0,9 mg /
kg, dengan dosis maksimum 90 mg. 10% dosis pertama diberikan
selama menit pertama sebagai bolus, dan sisa dosis diberikan selama 60
menit berikutnya. Waktu telah diperpanjang menjadi 4,5 jam untuk
kandidat terpilih. Kriteria inklusi meliputi diagnosis stroke iskemik
dengan "defisit neurologis yang dapat diukur", onset gejala dalam waktu
3 jam sebelum pengobatan, dan usia 18 tahun atau lebih.
 Tekanan darah
Pedoman menyarankan manajemen tekanan darah kurang dari 180/105
mm Hg pada 24 jam pertama setelah pemberian alteplase
IV. Rekomendasi baru menurunkan tekanan darah pada awalnya sebesar
15% pada pasien dengan faktor komorbid. Pada pasien dengan lebih dari
atau sama dengan 220/120 mm Hg yang tidak menerima alteplase IV,
pedoman menyarankan untuk mengurangi tekanan darah sebesar 15%
dalam 24 jam pertama. Pilihan obat antihipertensi yang dapat diberikan :
- IV labetalol 10 sampai 20 mg
- Nicardipine IV 5 mg per jam. Tingkatkan 2,5 mg per jam setiap 5
hingga 15 menit. Dosis maksimumnya adalah 15 mg per jam
- Clevidipine 1 sampai 2 mg per jam IV. Dosis ganda setiap 15
menit. Maksimum 21 mg per jam
- Hydralazine, enalaprilat dapat dipertimbangkan

 Temperatur
Hipertermia lebih dari 38°C harus dihindari dan ditangani dengan tepat.
Antipiretik seperti asetaminofen dapat digunakan.
 Glukosa
Pertahankan glukosa dalam rentang 140 -180 mg/dL dalam 24 jam
pertama. Pasien hipoglikemik kurang dari 60 mg /dL harus diterapi untuk
mencapai normoglikemia. Sedangkan pada hiperglikemia, pasien stroke
iskemik dapat meningkatkan mortalitas 30 hari dan merupakan faktor
risiko independen untuk konversi stroke hemoragik.
 Nutrisi
Makan enterik harus diberikan dini. Untuk pasien dengan disfagia,
gunakan selang nasogastrik untuk mendorong pemberian makan enterik.
Jika ada kekhawatiran bahwa pasien mungkin mengalami kesulitan
menelan dalam waktu lama (lebih dari 2-3 minggu), disarankan
memasang selang gastrostomi perkutan.
 Kejang
Apabila pasien mengalami kejang berulang, obat anti epilepsi
dianjurkan. Namun, penggunaan profilaksis obat anti-epilepsi secara
rutin tidak dianjurkan.
 Terapi antiplatelet
Aspirin direkomendasikan dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah
timbulnya gejala.
 Terapi antitrombotik
Penggunaan warfarin pada pencegahan stroke sekunder tidak dianjurkan.
Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pedoman menganjurkan untuk
memulai antikoagulasi oral dalam waktu 4 sampai 14 hari setelah
timbulnya gejala neurologis.
 Statin
High-intensity statin (atorvastatin 80 mg setiap hari atau rosuvastatin 20
mg setiap hari) direkomendasikan untuk pasien yangberusia 75 tahun atau
lebih muda dan yang memiliki penyakit kardiovaskular aterosklerotik
klinis.
 Neuroprotektor ( citicolin, piracetam, pentoxyviline)
Pencegahan / Edukasi Stroke Dini
Stroke dapat dicegah dengan membuat pilihan yang sehat dan mengendalikan
kondisi kesehatan :10
 Hidup sehat
a. Diet sehat
Memilih makanan sehat dan pilihan kudapan dapat membantu mencegah
stroke. Pastikan untuk makan banyak buah dan sayuran segar. Mengonsumsi
makanan rendah lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol serta tinggi serat
dapat membantu mencegah kolesterol tinggi. Membatasi garam dalam
makanan juga dapat menurunkan tekanan darah. Kolesterol tinggi dan tekanan
darah tinggi meningkatkan peluang terkena stroke.
b. Berat badan ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko stroke. Untuk
mengetahui apakah berat badan dalam kisaran yang ideal, dokter sering
menghitung indeks massa tubuh (BMI), serta mengukur kelebihan lemak
tubuh.
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan
menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Untuk orang dewasa
direkomendasikan 2 jam 30 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang,
seperti jalan cepat setiap minggu. Anak-anak dan remaja sebaiknya
mendapatkan 1 jam aktivitas fisik setiap hari.
d. Hentikan merokok
Merokok sangat meningkatkan kemungkinan terkena stroke.
e. Batasi alkohol
Hindari minum terlalu banyak alkohol karena dapat meningkatkan tekanan
darah.
• Kontrol Kondisi Medis
a. Periksa kolestrol
Dokter akan menguji kadar kolesterol setidaknya sekali setiap 5 tahun. Jika
memiliki kolesterol yang tinggi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat
membantu menurunkan risiko stroke.
b. Kontrol tekanan darah
Tekanan darah tinggi biasanya tidak menunjukkan gejala, jadi pastikan untuk
memeriksakannya secara teratur. Jika memiliki tekanan darah tinggi, dokter
mungkin akan meresepkan obat, menyarankan beberapa perubahan dalam
gaya hidup, atau merekomendasikan untuk memilih makanan dengan rendah
garam.
c. Kontrol diabetes
Apabila menderita diabetes, periksa kadar gula darah secara teratur. Dokter
mungkin akan merekomendasikan perubahan gaya hidup tertentu, seperti
mendapatkan lebih banyak aktivitas fisik atau memilih makanan yang lebih
sehat.

d. Obati penyakit jantung


Apabila memiliki penyakit jantung tertentu, dokter mungkin akan
merekomendasikan perawatan medis atau pembedahan. Mengatasi masalah
jantung dapat membantu mencegah stroke.
e. Rutin minum obat
Apabila sedang minum obat untuk mengobati penyakit jantung, kolesterol
tinggi, tekanan darah tinggi, atau diabetes, ikuti petunjuk dokter dengan
cermat.

3.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering dijumpai pada setelah terkena penyakit stroke,
yaitu :7
 Edema otak
 Pneumonia
 Infeksi saluran kemih
 Kejang
 Depresi
 Ulkus dekubitus
 Kontraktur
 Nyeri bahu
 DVT (Deep Vein Thrombosis)

3.10 Prognosis
Risiko kecacatan serta ketergantungan fisik atau kognitif setahun pascastroke
adalahh 20-30%. Prevalensi gangguan kognitif pascastroke berkisar antara 20-80%.
Pada paresis ekstremitas, pengembalian fungsi kaki lebih cepat dripada tangan.3
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Telah diperiksa seorang pasien perempuan usia 46 tahun, dirawat di bangsal neurologi
RSUD Meuraxa Banda Aceh dengan diagnosis klinis : Stroke Iskemik
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan kebas pada anggota gerak sebelah kiri
kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain pasien juga megeluhkan bicara
agak sulit, sedikit pusing dan mual tapi tidak sampai muntah. Dan juga tidak didapatkan
adanya penurunan kesadaran pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tingkat
kesadaran compos mentis, peemriksaan nervus cranialis tidak ditemukan adanya kelainan.
Kekuatan motorik eksremitas superior dan inferior kanan dan kiri 5/5. Kekuatan motorik
ekremitas superior dan inferior 5/5.
Penatalaksanaan secara umum adalah bed rest, kemudian diberikan IVFD Ringer Lactat 20
gtt/menit, Inj. Citicolin 500 mg/12 jam, Inj. Ranitidin IA/12 jam, Inj. Lovenox 0,6 cc/24 jam,
amlodipin 1x5 mg, valsartan 1x80 mg, atorvastatin 1x20 mg dan clobazam 1x10 mg.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abduboriyevna RK, Yusufjonovich NS. 2018, ‘Stroke burden in Asia: to the


epidemiology in Uzbekistan’. Eur Sci Rev [Internet], pp.7‐ 8. accessed 9 April
2021, Available at : https://cyberleninka.ru/article/n/stroke-burden- in-asia-to-the-
epidemiology-in-uzbekistan
2. AHA/ASA. 2015, ‘Let’s Talk About Complications After Stroke’, accessed 8
April 2021, Available at: https://www.stroke.org/-/media/stroke-files/lets-talk-
about-stroke/life-after stroke/ltas_complications-after-stroke.pdf?la=en
3. Brennan, D. 2021, ‘What is the difference between ischemic stroke and
hemorhagic stroke?’, accessed 15 April 2021, Available at
:https://www.medicinenet.com/difference_ischemic_stroke_and_hemorrhagic_str
oke/article.htm
4. CDC. 2020, ‘Stroke Signs and Symptoms’, [Online], accessed 13 April 2021,
Available at: https://www.cdc.gov/stroke/signs_symptoms.htm CDC.
2020, ‘Prevention Stroke’, [Online], accessed 10 April 2021, Available at:
https://www.cdc.gov/stroke/prevention.htm
5. Channing Hui; Prasanna Tadi; Laryssa Patti. 2021, ‘Ischemic Stroke, StatPearls,
NCBI Bookshelf’, accessed: 16 April 2021, Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499997/ .
6. Chong, Ji Y. 2020, ‘Ischemic Stroke’, accessed 15 April 2021, Available at:
https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic- disorders/stroke/ischemic-
stroke .
7. Johnson, W. et al. 2016, ‘Stroke : A global response is needed’, Bulletin of the
World Health Organization, 94(9), pp. 634-634A. doi: 10.2471/BLT.16.181636.
8. Kementerian kesehatan RI. 2019, ‘INFODATIN. Pusat Data dan Informasi
kementerian kesehatan RI’, Stroke Don’t Be The One, Jakarta Selatan.
9. Koo, D. L. et al. 2018, ‘Sleep disturbances as a risk factor for stroke’, Journal of
10. Ntaios, G. 2020, ‘Embolic Stroke of Undetermined Source: JACC Review
Topic of the Week’, Journal of the American College of Cardiology. Elsevier
USA, pp. 333–340. doi: 10.1016/j.jacc.2019.11.024.
11. Riset Kesehatan Dasar. 2018, ‘Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai