STROKE ISKEMIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepanitraan Klinik Senior Departemen/
SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
RSUD Meuraxa Banda Aceh
Pembimbing :
Oleh :
ULFA RIZQIA
21124033
DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Stroke
Iskemik”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat yang telah membuat perubahan Islam bagi umat manusia.
Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti
kegiataan kepaniteraan klinik dibagian Stase Neurologi yang dilaksanakan di
RSUD Meuraxa Banda Aceh
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing
yaitu dr. Nursanty, Sp.S yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga laporan kasus
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan kasus ini terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap dari semua pihak
yangmembaca unutk memberikan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menjadi masukan untuk masa yang akan datang bagi penulis dan pembaca. Besar
harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan
keilmuannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
1) Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa dengan keluhan kebas anggota gerak kiri
kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan bicara
seperti agak sulit, dan sedikit pusing (+), mual (+), muntah (-), penurunan
kesadaran disangkal.
Disangkal
6) Riwayat Alergi
Disangkal
Sering ke ladang
1) Status Umum
GCS : E4V5M6
Berat Badan : 61 kg
Tanda-tanda vital
d) Temperature : 36,5 °C
2) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 04 Juli 2022 di Ruang Rawat Inap albayan 1, Bed
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-/-), pendarahan (-), sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-), pendengaran normal (+/+), simetris
Mulut : Sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor (-),
lidah deviasi ke kanan (-)
Leher
Thoraks
Paru-paru
Jantung
Ektremitas
Look : edema (-), vulnus (-), papul (-), jejas (-), perdarahan (-)
Feel : nyeri tekan (-), krepitasi (-), akral hangat
(+)
Move : range of movement tidak terbatas
Kekuatan motorik : Normal
5555 5555
5555 5555
Sistem Motorik
Refleks Fisologis
Kanan Kiri
Biseps Normorefleks Normorefleks
Triseps Normorefleks Normorefleks
Brachioradialis Normorefleks Normorefleks
Patella Normorefleks Normorefleks
Achiles Normorefleks Normorefleks
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Hofman tromner - -
Gordan - -
Gonda - -
Oppenheim - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaeffer - -
Bing - -
Rosolimo - -
Rangsang Meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Kernig sign - -
Lasegue sign - -
Brudzinski 1 - -
Brudzinski 2 - -
Brudzinski 3 - -
Edelmann test - -
Bikele test - -
Fungsi Otonom
Miksi
Normal
Defekasi
Normal
Keringat
Normal
Fungsi Luhur
Tes ekuilibrium
-Tes Romberg (-)
-Tes Romberg dipertajam (-)
-Tes Heel-to-toe walking (-)
- Fukuda Stepping Test (-)
Tes non ekuilibrium Normal
-Tes Jari Hidung Normal
-Tes Tumit Normal
-Tes Supinasi-Pronasi Normal
- Rebound phenomenon Normal
- Arm Bounce Normal
- Tes Telunjuk ke Telunjuk Normal
- Past pointing test (-)
Nervus I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
Daya pembau Normosmia Normosmia
Nervus II (Optikus)
Kanan Kiri
Ketajaman Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
pengliatan
Lapang pandang Normal Normal
Kanan Kiri
Motorik Normal Normal
Sensorik oftalmik Normal Normal
Sensorik maxilaris Normal Normal
Mandibularis Normal Normal
Refleks kornea Normal Normal
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Disfonia Negatif Negatif
Reflex muntah Ada Ada
Daya perasa 1/3 posterior lidah Normal Normal
Nervus XI (Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh Baik Baik
Mengakat bahu Baik Baik
Trofi otot bahu Eutropi Eutropi
Elektrolit Hasil
Natrium 138 mmol/L
Kalium 3,2 mmol/L
Chlorida 109 mmol/L
Pemeriksaan Neuroimaging Tanggal 01 Juli 2022
Hasil :
Calvaria baik
Kesimpulan :
Skor Siriraj :
Stroke Hemoragik
Stroke iskemik
2.9 Penatalaksanaan
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Citicolin 500 mg/ 12 jam
Inj. Ranitidine 1A/12 jam
Inj. Lovenox 0,6 cc/24 jam
Amlodipine 1x5 mg
Valsartan 1x80 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Clobazam 1x10 mg
2.10 Follow up
Tanggal S O A P
Kebas anggota KU : sedang Stroke Iskemik Th/
01 Juli 2022 gerak sebelah TD : 183/110 IVFD RL 20
kiri (+) mmHg gtt/i
Hari ke -1
Bicara agak HR : 87 x/i Inj. Citicolin
(IGD) sulit (+) RR : 20 x/i 500 mg/ 12 jam
Sakit kepala T : 36,1 oC Inj. Ranitidin
(+) IA /12 jam
Amlodipin 1x5
mg
Valsartan 1x80
mg
Atorvastatin
1x20 mg
02 Juli 2022 Kebas pada KU : CM Stroke Iskemik Th/
Hari ke-2 tangan kiri (+) TD : 163/96 IVFD RL 20 gtt/i
Sulit bicara (-) mmHg Inj. Citicolin 500
pusing (-) HR : 71 x/i mg/12 jam
mual (-) RR : 20 x/i Inj. Ranitidin 1A
muntah (-) T : 36,0 oC /12 jam
Sakit Kepala GCS : E4V5M6 Inj. Lovenox 0,6
(-) Kekuatan otot : cc/24 jam
5555 5555 Amlodipin 1x5
mg
5555 5555 Valsartan 1x80
mg
Atorvastatin
1x20 mg
3.1 Definisi
Stroke iskemik adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan
dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.5
Stroke iskemik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
gambaran klinik, patolgi anatmi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya.
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya, stroke iskemik dibedakan
menjadi :
1. Trombosis serebri : adanya bekuan darah atau plak yang terbentuk didalam
pembuluh arteri yang akan menyuplai darah ke otak sehingga aliran darah ke
otak akan terhambat.
2. Emboli serebsi : adanya bekuan darah atau plak di dalam jantung atau
pembuluh darah arteri besar sehingga aloran darah ke otak akan terganggu.
Berdarakan stadium/pertimbangan waktu :
1. TIA (Transcient Ischemic Attack ) : serangan stroke sementara yang
berlangsung kuerang dari 24 jam gejala defisit neurologisnya.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) : kondisi yang hampir sama
dengan TIA, bedanya RIND berlangsung lebih lama dibandingkan TIA.
3. Progressing stroke atau stroke in-evolution : defisit neurologis berlangsung
secara bertahap dari yang ringan sampai berat sehingga semakin lama semakin
memberat.
4. Completed stroke : merupakan gangguan pada pembuluh darah otak yang
menyebabkan defisit neurolgis akut yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
3.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian kedua penyakit tidak menular serta juga
penyebab ketiga utama kecacatan di seluruh dunia. Dampak stroke yaitu menurunkan
kualitas hidup dengan angka kematian rata-rata yang lebih tinggi terjadi di Asia
dibanding dengan Eropa, Amerika, dan Australia. Ini disebabkan karena lebih dari
separuh penduduk dunia tinggal di Asia dengan sebagain besar berada di negara
berkembang. Menurut WHO, sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian serta
kecacatan akibat stroke terjadi pada negara berkembang yang memiliki tingkat ekonomi
rendah sampai menengah. Insiden stroke meningkat 2 kali lipat pada negara berkembang
selama 1990–2016, tetapi menurun sebesar 42% di negara maju selama periode yang
sama.3
Studi epidemiologi stroke di Asia telah menunjukkan berbagai tingkat kematian,
insiden, prevalensi, dan beban penyakit. Angka kematian stroke berkisar dari yang
terendah di Jepang (706,6 / 100.000 orang) dan Singapura (804,2 / 100.000 orang) hingga
yang tertinggi di Indonesia (3.382,2 / 100.000 orang) dan Mongolia (4409,8/100.000
orang), dengan hipertensi, diabetes melitus, dan merokok sebagai faktor risiko utama.
Insiden stroke secara keseluruhan di Asia bervariasi antara 116 dan 483/100 000 per
tahun. Selain terdapat perbedaan signifikan di antara berbagai negara, perbedaan insiden
stroke juga mengalami kesenjangan yang besar intra-negara. Sebagai contoh, masyarakat
di China bagian utara 2 x lebih rentan mengalami stroke daripada bagian selatan yang
disebabkan oleh prevalensi hipertensi dan obesitas yang lebih tinggi.2
Berdasarkan data Riskesdas 2018 di Indonesia, prevalensi stroke meningkat dari 7%
menjadi 10,9%. Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan prevalensi stroke
tertinggi di Indonesia dengan besar 14,7%, sedangkan Papua merupakan provinsi dengan
prevalensi stroke terendah dibandingkan provinsi lainnya dengan besar 4,1%.8
Seiring bertambahnya usia pada individu, prevalensi penyakit stroke semakin
meningkat. Kasus stroke yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan ditemukan bahwa
kelompok usia 75 tahun keatas memiliki prevalensi tertinggi sebesar 50,2% dan
kelompok usia 15-24 tahun memiliki prevalensi terendah sebesar 0,6%. Prevalensi
penyakit stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan
besar 11,0% dibandingkan dengan perempuan sebesar 10,9%. Berdasarkan tempat
tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi sebesar 12,6% dibandingkan dengan
daerah pedesaan sebesar 8,8%.5
3.3 Etiologi
Penyebab stroke iskemik dapat disebabkan oleh peristiwa trombotik atau
emboli yang menyebabkan penurunan aliran darah ke otak. 6
a. Pada peristiwa trombotik, aliran darah ke otak terhalang di dalam pembuluh
darah karena terjadi disfungsi pada pembuluh itu sendiri. Biasanya akibat
penyakit aterosklerosis, diseksi arteri, displasia fibromuskular, atau kondisi
inflamasi.
b. Pada kejadian emboli, puing-puing dari tempat lain di tubuh menghalangi aliran
darah ke otak melalui pembuluh darah yang terkena.
Obesitas
Obesitas berkaitan dengan faktor risiko stroke seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
Sebuah meta-analisis besar baru-baru ini, termasuk 1,8 juta peserta dari 97 studi kohort,
menemukan bahwa 76% dari efek indeks massa tubuh pada risiko stroke dimediasi oleh
tekanan darah, kolesterol, dan kadar glukosa.
Sindrom Metabolik
Konsep sindrom metabolik mencakup obesitas, dislipidemia, prehipertensi, dan
pradiabetes. Risiko stroke iskemik dari sindrom metabolik berlipat ganda dengan risiko
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah komponen dalam sindrom tersebut.
Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama stroke. Diperkirakan bahwa merokok
berkontribusi terhadap 15% dari semua kematian akibat stroke per tahun. Penghentian
merokok dapat dengan cepat mengurangi risiko stroke dengan risiko hampir
menghilang 2-4 tahun. Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
independen dalam kohort REGARDS, dengan risiko stroke meningkat 30% setelah
memperhitungkan faktor risiko stroke lainnya, pada mereka yang pernah terpapar asap
rokok dibandingkandengan yang belum pernah terekspos.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur sangat umum pada pasien yang berisiko terkena stroke, dan dapat
menjadi faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi. Gangguan tidur seperti OSA,
durasi tidur pendek atau panjang, dan insomnia dengan durasi tidur pendek obyektif,
dapat menjadi faktor risiko terjadinya stroke dan kematian.
Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi menurunkan jumlah hemoglobin sehingga dapat menyebabkan
gangguan oksigenasi darah. Hubungan antara stroke dan anemia defisiensi besi dapat
dijelaskan atas dasar tiga mekanisme fisiologis, yaitu keadaan hiperkoagulasi,
trombositosis, dan hipoksia.
3.4 Patofisiologi
Skor Siriraj
Interpretasi:
> +1 = stroke hemoragik
< -1 = stroke iskemik
Nilai antara -1 sampai +1 = tidak dapat ditentukan Dipastikan lebih lanjut dengan CT scan.
Gajah Mada Skor
2. Pemeriksaan Fisik
1) Stroke Trombosis
Tekanan darah: tekanan darah harus segera diukur untuk melihat ada tidaknya
hipertensi (salah satu faktor risiko)
Pemeriksaan opthalmoscopy retina dapat membuktikan adanya proses emboli
pada sirkulasi anterior.
Pemeriksaan pada leher dapat memperlihatkan ada tidaknya pulsus karotis dan
adanya bruit pada carotid.
Pemeriksaan jantung dapat memperlihatkan ada tidaknya aritmia dan murmur.
Palpasi pada arteri temporalis berguna untuk mendiagnosis giant cell arteritis di
mana pembuluh darah tersebut akan terasa keras, nodular dan tanpa pulsus.
Pemeriksaan neurologi, bertujuan untuk mencari defisit neurologi dan
menentukan lokasi anatomosis infark. Pemeriksaan neurologi meliputi:
pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan meningeal sign,
pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik,
pemeriksaan otonom, pemeriksaan cerebellum, pemeriksaan refleks fisiologis,
pemeriksaan refleks patologis.4
2) Stroke Emboli
Pemeriksaan vital sign: temperatur, tekanan darah, sinus ritme, kualitas karotis
dan adanya bruit, dan kualitas suara jantung dan adanya murmur.
Pemeriksaan neurologis menetukan defsisit neurologis yang mengklasifikasikan
sebagai salah satu sindrom klinis stroke yang dapat memprediksi pembuluh darah
yang terlibat dan mekanisme penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan kelainan jantung seperti disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium),
adanya bising jantung (contoh: stenosis mitral), gagal jantung kongestif (contoh:
setelah miokard infark akut).4
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Stroke Trombosis
Pemeriksaan darah: darah lengkap, LED, GDA, kolesterol
Elektrokardiografi: untuk melihat ada tidaknya miokard infark, aritmia, atrial
fibrial yang dapat menjadi faktor predisposisi pada stroke.
CT-scan atau MRI: untuk membedakan apakah stroke disebabkan oleh suatu
infark ataupun perdarahan, dam untuk menyingkirkan lesi akibat tumor maupun
abses yang dapat memiliki gejala mirip stroke.
Cerebral angiografi: intracranial angiografi digunakan untuk mengidentifikasi lesi
carotid ekstrakranial yang dapat dioperasi.
Ultrasonografi: untuk mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada arteri carotid
interna.
Echocardiografi: untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung yang dapat
menyebabkan stroke emboli.7
2) Stroke Emboli
Pemeriksaan radiologis: CT scan kepala (gambaran infark luas), MRI dan MRA.
Pemeriksaan EKG 12 lead: untuk mendeteksi pasien yang diduga adanya AF dan
acute myocard infark.
Pemeriksaan skor Framingham dan skor CHADS2 digunakan untuk
memprediksi risiko stroke pada pasien dengan AF.
Pemeriksaan foto thoraks.
Pemeriksaan glukosa darah, elektrolit, BUN, kreatinin, darah lengkap dengan
trombosit, international normolized ratio (INR) dan protrombin time (PT) dan
activated partial tromboplastin time (Aptt), C reactive protein (CRP) atau
erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan kultur darah.7
3.7 Diagnosis Banding
Stroke hemoragik dapat terjadi ketika pembuluh darah arteri di otak pecah.
Darah yang bocor memberikan tekanan yang terlalu banyak pada sel-sel otak
dan hingga akhirnya merusaknya.3
Ada dua jenis stroke hemoragik:
a. Perdarahan intraserebral : jenis stroke hemoragik yang paling umum.
Perdarahan intraserebral dapat terjadi ketika pembuluh darah arteri di otak
pecah sehingga jaringan di sekitarnya dipenuhi oleh darah. Perdarahan
intraserebral didefinisikan sebagai tanda klinis gangguan neurologis yang
berkembang pesat yang disebabkan oleh akumulasi darah secara fokal pada
parenkim otak atau sistem ventrikel dan tidak dicetuskan oleh trauma.
b. Perdarahan subaraknoid : jenis stroke hemoragik yang kurang umum.
Perdarahan subaraknoid mengacu pada perdarahan di area antara otak dan
jaringan tipis yang menutupinya. Sumber perdarahan subaraknoid dapat
berasal dari tempat lain atau dapat berasal dari rongga subaraknoid itu sendiri.
3.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum :
Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
Pengendalian tekanan intrakarnial ( manitol jika diperlukan)
Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
Analgetik dan antipeuritik, jika diperlukan
Gastroprotektor, jika diperlukan
Manajmen nutrisi
Pencegahan DVT dan emboli paru: heparin atau LMWH
Tujuan terapi pada stroke iskemik akut adalah untuk mempertahankan
jaringan pada area yang perfusinya menurun tetapi cukup untukmenghindari
infark. Berikut ini dapat dipertimbangkan :11
Tatalaksana Spesifik :
Alteplase
AHA / ASA merekomendasikan alteplase intravena untuk pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan memiliki onset gejala atau baseline
terakhir yang diketahui dalam waktu 3 jam. Alteplase IV adalah 0,9 mg /
kg, dengan dosis maksimum 90 mg. 10% dosis pertama diberikan
selama menit pertama sebagai bolus, dan sisa dosis diberikan selama 60
menit berikutnya. Waktu telah diperpanjang menjadi 4,5 jam untuk
kandidat terpilih. Kriteria inklusi meliputi diagnosis stroke iskemik
dengan "defisit neurologis yang dapat diukur", onset gejala dalam waktu
3 jam sebelum pengobatan, dan usia 18 tahun atau lebih.
Tekanan darah
Pedoman menyarankan manajemen tekanan darah kurang dari 180/105
mm Hg pada 24 jam pertama setelah pemberian alteplase
IV. Rekomendasi baru menurunkan tekanan darah pada awalnya sebesar
15% pada pasien dengan faktor komorbid. Pada pasien dengan lebih dari
atau sama dengan 220/120 mm Hg yang tidak menerima alteplase IV,
pedoman menyarankan untuk mengurangi tekanan darah sebesar 15%
dalam 24 jam pertama. Pilihan obat antihipertensi yang dapat diberikan :
- IV labetalol 10 sampai 20 mg
- Nicardipine IV 5 mg per jam. Tingkatkan 2,5 mg per jam setiap 5
hingga 15 menit. Dosis maksimumnya adalah 15 mg per jam
- Clevidipine 1 sampai 2 mg per jam IV. Dosis ganda setiap 15
menit. Maksimum 21 mg per jam
- Hydralazine, enalaprilat dapat dipertimbangkan
Temperatur
Hipertermia lebih dari 38°C harus dihindari dan ditangani dengan tepat.
Antipiretik seperti asetaminofen dapat digunakan.
Glukosa
Pertahankan glukosa dalam rentang 140 -180 mg/dL dalam 24 jam
pertama. Pasien hipoglikemik kurang dari 60 mg /dL harus diterapi untuk
mencapai normoglikemia. Sedangkan pada hiperglikemia, pasien stroke
iskemik dapat meningkatkan mortalitas 30 hari dan merupakan faktor
risiko independen untuk konversi stroke hemoragik.
Nutrisi
Makan enterik harus diberikan dini. Untuk pasien dengan disfagia,
gunakan selang nasogastrik untuk mendorong pemberian makan enterik.
Jika ada kekhawatiran bahwa pasien mungkin mengalami kesulitan
menelan dalam waktu lama (lebih dari 2-3 minggu), disarankan
memasang selang gastrostomi perkutan.
Kejang
Apabila pasien mengalami kejang berulang, obat anti epilepsi
dianjurkan. Namun, penggunaan profilaksis obat anti-epilepsi secara
rutin tidak dianjurkan.
Terapi antiplatelet
Aspirin direkomendasikan dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah
timbulnya gejala.
Terapi antitrombotik
Penggunaan warfarin pada pencegahan stroke sekunder tidak dianjurkan.
Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pedoman menganjurkan untuk
memulai antikoagulasi oral dalam waktu 4 sampai 14 hari setelah
timbulnya gejala neurologis.
Statin
High-intensity statin (atorvastatin 80 mg setiap hari atau rosuvastatin 20
mg setiap hari) direkomendasikan untuk pasien yangberusia 75 tahun atau
lebih muda dan yang memiliki penyakit kardiovaskular aterosklerotik
klinis.
Neuroprotektor ( citicolin, piracetam, pentoxyviline)
Pencegahan / Edukasi Stroke Dini
Stroke dapat dicegah dengan membuat pilihan yang sehat dan mengendalikan
kondisi kesehatan :10
Hidup sehat
a. Diet sehat
Memilih makanan sehat dan pilihan kudapan dapat membantu mencegah
stroke. Pastikan untuk makan banyak buah dan sayuran segar. Mengonsumsi
makanan rendah lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol serta tinggi serat
dapat membantu mencegah kolesterol tinggi. Membatasi garam dalam
makanan juga dapat menurunkan tekanan darah. Kolesterol tinggi dan tekanan
darah tinggi meningkatkan peluang terkena stroke.
b. Berat badan ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko stroke. Untuk
mengetahui apakah berat badan dalam kisaran yang ideal, dokter sering
menghitung indeks massa tubuh (BMI), serta mengukur kelebihan lemak
tubuh.
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan
menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Untuk orang dewasa
direkomendasikan 2 jam 30 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang,
seperti jalan cepat setiap minggu. Anak-anak dan remaja sebaiknya
mendapatkan 1 jam aktivitas fisik setiap hari.
d. Hentikan merokok
Merokok sangat meningkatkan kemungkinan terkena stroke.
e. Batasi alkohol
Hindari minum terlalu banyak alkohol karena dapat meningkatkan tekanan
darah.
• Kontrol Kondisi Medis
a. Periksa kolestrol
Dokter akan menguji kadar kolesterol setidaknya sekali setiap 5 tahun. Jika
memiliki kolesterol yang tinggi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat
membantu menurunkan risiko stroke.
b. Kontrol tekanan darah
Tekanan darah tinggi biasanya tidak menunjukkan gejala, jadi pastikan untuk
memeriksakannya secara teratur. Jika memiliki tekanan darah tinggi, dokter
mungkin akan meresepkan obat, menyarankan beberapa perubahan dalam
gaya hidup, atau merekomendasikan untuk memilih makanan dengan rendah
garam.
c. Kontrol diabetes
Apabila menderita diabetes, periksa kadar gula darah secara teratur. Dokter
mungkin akan merekomendasikan perubahan gaya hidup tertentu, seperti
mendapatkan lebih banyak aktivitas fisik atau memilih makanan yang lebih
sehat.
3.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering dijumpai pada setelah terkena penyakit stroke,
yaitu :7
Edema otak
Pneumonia
Infeksi saluran kemih
Kejang
Depresi
Ulkus dekubitus
Kontraktur
Nyeri bahu
DVT (Deep Vein Thrombosis)
3.10 Prognosis
Risiko kecacatan serta ketergantungan fisik atau kognitif setahun pascastroke
adalahh 20-30%. Prevalensi gangguan kognitif pascastroke berkisar antara 20-80%.
Pada paresis ekstremitas, pengembalian fungsi kaki lebih cepat dripada tangan.3
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Telah diperiksa seorang pasien perempuan usia 46 tahun, dirawat di bangsal neurologi
RSUD Meuraxa Banda Aceh dengan diagnosis klinis : Stroke Iskemik
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan kebas pada anggota gerak sebelah kiri
kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain pasien juga megeluhkan bicara
agak sulit, sedikit pusing dan mual tapi tidak sampai muntah. Dan juga tidak didapatkan
adanya penurunan kesadaran pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tingkat
kesadaran compos mentis, peemriksaan nervus cranialis tidak ditemukan adanya kelainan.
Kekuatan motorik eksremitas superior dan inferior kanan dan kiri 5/5. Kekuatan motorik
ekremitas superior dan inferior 5/5.
Penatalaksanaan secara umum adalah bed rest, kemudian diberikan IVFD Ringer Lactat 20
gtt/menit, Inj. Citicolin 500 mg/12 jam, Inj. Ranitidin IA/12 jam, Inj. Lovenox 0,6 cc/24 jam,
amlodipin 1x5 mg, valsartan 1x80 mg, atorvastatin 1x20 mg dan clobazam 1x10 mg.
DAFTAR PUSTAKA