Oleh:
Fabianus Anugrah P. G991903015
Residen Pembimbing
Oleh:
A. Identitas
Nama : Bapak WSW
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Mluron, Klaten, Jawa Tengah
No. RM : 0149xxxx
Pekerjaan : Pensiunan
Suku : Jawa
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 12 Februari 2020
Tanggal pemeriksaan : 14 Februari 2020
B. Data Dasar
Anamnesis, aloanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di
bangsal Flamboyan 8 Kamar 809 C RS Dr. Moewardi
C. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan sejak 3 bulan SMRS
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat minum obat & jamu : disangkal
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 Februari 2020 dengan hasil sebagai
berikut:
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, composmentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 72x/menit
c. Frekuensi nafas : 22x/menit
d. Suhu : 36.5
e. VAS :0
f.
3. Status Gizi
a. Berat Badan : 52 kg
b. Tinggi Badan : 160 cm
c. IMT : 20.3
d. Kesan : Gizi kesan normal
_ _ _ _ 4 5
_ _ _ _ 4 5
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesimpulan:
Irama: Sinus
HR: 68x/menit,
Axis: LAD
Zona Transisi: V3-V4
LVH
Kesimpulan: Sinus rhythm dengan HR 68x/menit, axis deviasi ke kiri, zona
transisi V3-V4 dan terdapat hipertrofi ventrikel kiri.
D. Hasil Pemeriksaan Rontgen di RSUD dr. Moewardi (12-02-2020)
1. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan sejak 3 bulan SMRS
2. Anamnesis
• Pasien datang ke IGD RSDM dengan keluhan kelemahan anggota
gerak kanan sejak 3 bulan SMRS
• Keluhan dirasakan terus-menerus, tidak berkurang dengan istirahat
maupun minum minuman manis
• Keluhan disertai dengan adanya bicara pelo dan pusing
• Pada pemeriksaan sebelumnya, dokter mengatakan bahwa Hb pasien
terlalu tinggi, sehingga rawan menderita stroke
• Riwayat darah tinggi diakui, namun tidak diketahui sejak kapan dan
tidak rutin minum obat
• Riwayat diabetes didapatkan, namun setelah diketahui gula darah
tinggi tidak ditindaklanjuti. Jari telunjuk kaki kiri pasien sudah
diamputasi karena diabetes pasien.
• Pasien memiliki riwayat stroke dan sudah pernah mondok 3x
sebelumnya. Pada keluhan pertama 2 – 3 tahun yang lalu, keluarga
mengeluh pasien tidak nyambung saat diajak bicara. Kemudian 1
tahun yang lalu pasien kembali mondok karena stroke, kondisi pasien
saat berjalan badan mulai miring dan bicara pelo. Pasien kembali
dirawat dengan stroke dengan keluhan pasien muntah-muntah dan
tidak bisa berjalan 3 bulan yang lalu.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4V5M6,
kesan gizi normal. Tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 72x/menit,
frekuensi nafas 22x/menit, suhu 36.5oC.
Ekstremitas: Motorik
4 5
4 5
4. Pemeriksaan Tambahan:
• Laboratorium darah:
12/02/2020 (12.21 WIB)
Hemoglobin: 18.2 g/dl
Hematokrit: 56%
Eritrosit: 6.48 juta/ul
12/02/2020 (15.42 WIB)
Hematokrit: 52%
Eritrosit: 5.91 juta/ul
RDW: 17.1 %
PDW: 16%
Eosinofil: 12.2 %
Netrofil: 48.1 %
Kalium: 3.0 mmol/L
Calsium Ion: 1.06 mmol/L
13/02/2020 (14.06 WIB)
Kolesterol LDL 89 mg/dl
Trigliserida 204
14/02/2020 (07.35 WIB) (KIMIA URIN)
Berat Jenis 1013
Protein +++/Positif 3
Urobilinogen +/Positif 1
Eritrosit ++/Positif 2
Eritrosit (mikroskopis) 314.6/uL
Epitel Squamous 2 – 4
Epitel Transisional 0 – 1
Small Round Cell 5.9
• EKG
Axis LAD
• Rontgen thorax:
Cor dan pulmo dalam batas normal
+4 +5 20 tpm tatalaksana
+4 +5 beserta
komplikasinya
yang dapat
terjadi
2. HT Urgensi Anamnesis: Funduskopi - SP nicardipin 10 Penjelasan KUVS/8 jam
Riwayat hipertensi Urin Rutin mg dalam 50 cc kepada pasien
NS 0.9% mengenai
Pemeriksaan Fisik: kecepatan mulai kondisi prosedur
TD: 240 / 120 (IGD) 7.5 cc/jam diagnosis dan
(titrasi) tatalaksana
- Amlodipin 10 beserta
mg/24 jam komplikasinya
- Captopril 25 yang dapat
mg/8 jam terjadi
3. Polisitemia vera Anamnesis: Gambaran - Injeksi NaCl Penjelasan
Riwayat Hb tinggi Darah Tepi 0.9% 20 tpm kepada pasien
- Phlebotomy mengenai
Pemeriksaan Penunjang: kondisi prosedur
Hb: 17.5 diagnosis dan
HCT: 52% tatalaksana
beserta
komplikasinya
yang dapat
terjadi
4. Hiperglikemia ec Anamnesis: - GDP Diet DM 1500 kkal Penjelasan GDS 22/05
DM tipe 2 Riwayat DM diketahui pasien dan - GD2PP kepada pasien
keluarga, namun tidak - HbA1c mengenai
ditindaklanjuti oleh pasien dan kondisi prosedur
keluarga. Jari telunjuk kaki kiri diagnosis dan
pasien sudah diamputasi karena tatalaksana
diabetes pasien. Beberapa bulan beserta
terakhir mendapat obat minum dari komplikasinya
kontrol sebelumnya. yang dapat
terjadi
Pemeriksaan Penunjang:
GDS: 155
5. Hipokalemi sedang Pemeriksaan Penunjang: KSR tab 75 Penjelasan
Kalium: 3.0 mEq/8jam kepada pasien
mengenai
kondisi prosedur
diagnosis dan
tatalaksana
beserta
komplikasinya
yang dapat
terjadi
6. Hipokalsemi ringan Pemeriksaan Penunjang: CaCO3 I/8 jam Penjelasan
Ca: 1.06 kepada pasien
mengenai
kondisi prosedur
diagnosis dan
tatalaksana
beserta
komplikasinya
yang dapat
terjadi
Analisis Kasus
Pada Kasus ini didapatkan pasien dengan keluhan kelemahan anggota gerak
kanan sejak 3 bulan SMRS dirasakan terus menerus tidak berkurang dengan
istirahat ataupun minum-minuman manis. Pasien juga mengeluhkan adanya pusing
dan dikeluhkan keluarga berbicara pelo. Sebelumnya pasien sudah pernah 3x
mondok dengan keluhan serupa. Pertama kali pada 2-3 tahun yang lalu dimana
pasien dikeluhkan oleh keluarga pasien tidak nyambung saat diajak bicara.
Kemudian 1 tahun yang lalu mondok dengan keluhan yang sama karena pasien
berjalan badan mulai miring dan berbicara pelo. Terakhir pasien mondok 3 bulan
yang lalu karena pasien mengeluhkan muntah-muntah dan tidak bisa berjalan. Pada
pasien tidak dilakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS) sebaiknya
dilakukan pemeriksaan GCS, lalu pada pemeriksaan kekuatan motorik didapati skor
4 pada ekstremitas atas dan bawah bagian sebelah kiri sedangkan untuk ekstremitas
atas dan bawah bagian sebelah kanan didapati skor 5.
Pemeriksaan Keterangan Skor
Mata Mata terbuka secara spontan 4
Mata terbuka dengan rangsangan bukan nyeri 3
Mata terbuka dengan rangsangan nyeri 2
Mata tidak terbuka 1
Berbicara Berbicara secara spontan dan pembicaraan 5
nyambung
Berbicara secara spontan namun tidak 4
nyambung
Berbicara secara 1 kata per 1 kata 3
Mengerang 2
Tidak berbicara 1
Motorik Dapat melakukan sesuai permintaan 6
Dapat melokalisasi nyeri 5
Tidak dapat melokalisasi nyeri 4
Terdapat fleksi 3
Terdapat ekstensi 2
Tidak dapat bergerak 1
Pasien ini juga mengeluhkan bahwa hasil pemeriksaan lab dulu di RS PKU
mengalami peningkatan pada Hemoglobin. Sehingga pasien pada saat sampai di
IGD dilakukan pemeriksaan hematology dengan hasil sebagai berikut;
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 18.2 g/dl 13.5 – 17.5
Hematokrit 56 % 33 – 45
Leukosit 6.5 ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 308 ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 6.48 juta/ul 4.50 – 5.90
Tabel Pemeriksaan Hematology 12-02-2020 13:00WIB
Pasien ini juga memiliki Riwayat hipertensi ditandai dengan hasil tensi 240/120
pada saat datang ke IGD. Lalu diberikan Nicardipine SP dengan dosis 10 mg dalam
50mg dengan kecepatan 7.5 mg/jam.
Tinjauan Pustaka
A. Stroke
Definisi
Stroke didefinisikan sebagai gangguan vaskularisasi pada otak yang
ditandai dengan defisit neurologis yang terjadi secara mendadak.
Jenis
Stroke secara besar dibedakan menjadi 2 yakni Stroke Hemoragik dan
Stroke Iskemik. Stroke Hemoragik adalah stroke yang diakibatkan adanya
perdarahan pada pembuluh darah yang menuju otak sehingga terjadi
gangguan pada vaskularisasi otak. Stroke Iskemik adalah stroke yang
diakibatkan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju otak
sehingga terjadi gangguan vaskularisasi otak.
Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan beberapa Langkah, antara lain anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis dapat dilakukan dengan penekanan pada
• Apakah ada kelainan pada wajah atau merot pada wajah yang
mendadak?
• Apakah ada penurunan kekuatan atau kelumpuhan pada anggota
gerak bagian atas / tangan yang mendadak?
• Apakah ada penurunan kemampuan dalam berbicara atau berbicara
yang pelo yang mendadak?
• Kelainan atau penurunan kemampuan sudah terjadi sejak berapa
lama ?
Pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan
pada kekuatan motorik, tonus otot, refleks fisiologis dan refleks patologis.
Pada pemeriksaan kekuatan motorik dapat dilakukan dengan meminta
pasien untuk menggerakan anggota tubuh tertentu, apabila dapat
melakukan tapi ada keterbatasan dalam melakukannya dapat diberi
tahanan untuk mengetahui kekuatannya, dan yang terakhir pasien tidak
dapat mengkontraksikan ototnya. Untuk interpretasi skoring kekuatan
motoric sebagai berikut;
Keterangan Skor
Kontraksi dengan kekuatan maksimal 5
Kontraksi dapat melawan tahanan pemeriksa 4
Kontraksi dapat melawan gravitasi 3
Didapatkan Gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi 2
Didapatkan kontraksi tanpa ada gerakan 1
Tdak ada kontraksi 0
Pada pemeriksaan refleks fisiologis, pemeriksaan akan melakukan
beberapa seperti refleks biceps, triceps, patella, dan achilles. Nilai normal
untuk refleks fisiologis adalah + dimana tidak ada hiporefleks ( penurunan
refleks) ataupun hiperrefleks ( peningkatan refleks dengan perluasan
rangsang refleks). Sedangkan untuk pemeriksaan refleks patologis
diantaranya pemeriksaan Babinsky, caddock, Oppenheim, Gordon,
Transky, Mendel Bechtrew, Rosolimo, Schaeffer, Hoffman dan Tromner,
dan Gonda. Pada pemeriksaan nilai normalnya adalah ( - ) negative atau
tidak ditemukan adanya refleks patologis.
Untuk membedakan apakah pasien mengalami Stroke Iskemik atau Stroke
Hemoragik dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan CT Scan
untuk melihat apakah ada titik perdarahan atau titik iskemia yang terjadi di
otak.
Gambar CT Scan pada Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
Untuk pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan hitung darah lengkap, GDS, Elektrolit serum, tes fungsi ginjal,
PT/INR, aPTT,Fibrinogen.
Tatalaksana
Tatalaksana Secara umum
1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik
3. Pengendalian Peningkatan Tekanan Intrakranial
4. Pengendalian Kejang
5. Pengendalian suhu tubuh
6. Tatalaksana cairan
7. Nutrisi
8. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
9. Penatalaksanaan medik lain
Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
1. Pemantauan secara terus menerus terhadap status
neurologic, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan
saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam
2. Pemberian oksigen untuk mempertahankan SpO2 >94%
3. Pasang pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar.
Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan
gangguan jalan napas.
4. Intubasi ETT atau LMA → pasien dengan hiposia (pO2
>50mmHg), syok, resiko aspirasi.
5. Pipa endotrakeal tidak lebih dari 2 minggu. Lebih dari
dari 2 minggu →Trakeostomi.
Stabilisasi Hemodinamik (Sirkulasi)
1. Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pemberian
cairan hipotonik seperti glukosa)
2. Dianjurkan pemasangan CVC (central venous catheter), dengan
tujuan dapat memantau kecukupan cairan dan nutrisi CVP 5-
12mmHg.
3. Optimalisasi tekanan darah
4. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah onset.
Pengendalian Tekanan Intrakranial.
1. Posisi headup dengan meninggikan posisi kepala 20-30o
2. Hindari penekanan vena jugular
3. Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
4. Hindari hipertermia
5. Jaga normovolemia
Pengendalian Kejang
1. Bila terjadi kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-
20mg dilanjutkan oleh fenitoin loading dose 15-20mg/kg bolus
dengan kecepatan maksimum 50mg/menit.
Pengendalian Suhu tubuh
1. Acetaminophen 500-650mg bila suhu tubuh lebih dari 38oC
2. Pada pasien febris atau berisiko infeksi, harus dilakukan kultur dan
apusan(trakeal, darah dan urin) dan diberikan antibiotic
Tatalaksana Cairan
1. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan
menjaga euvolemi.
2. Pada umumnya kebutuhkan cairan 30ml/kgBB/hari (parenteral
maupun enteral)
3. Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah
dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia.
Nutrisi
1. Nutrisi enteral (dengan atau tanpa NGT) sebaiknya sudah harus
diberikan dalam 48 jam.
2. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
makanan diberikan melalui pipa nasogastric.
3. Kebutuhkan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
a. Karbohidrat 30-40% dari total kalori
b. Lemak 20-35%
c. Protein 20-30%
Terapi Spesifik Stroke Iskemik
1. Pemberian Trombolisi dengan rtPA (Alteplase)
Kriteria Inklusi
1. Usia ≥ 18 tahun
2. Diagnosis klinis stroke dengan deficit neurologis yang jelas
3. Onset <4.5jam
4. Tidak ada gambaran perdarahan intracranial pada CT-Scan / MRI
(DWI)
5. Pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan
resiko yang mungkin timbul. Harus ada persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga untuk dilakukan terapi rtPA (Alteplase)
6. Boleh diberikan pada pasien gagal ginjal kronik dengan aPTT
normal (resiko perdarahan meningkat pada pasien dengan
peningkatan aPTT)
7. Boleh diberikan pada pasien dengan sickle cell disease.
Kriteria Eksklusi
1. Tekanan Darah sistol > 185mmHg diastolic >110mmhg
2. Glukosa darah <50mg/dl atau >400mg/dl.
3. Gejala perdaraha subaraknoid.
4. Gejala endocarditis infektif.
5. Kejang pada saat onset stroke.
6. Wanita hamil
7. Jumlah platelet <100.000/mm3
8. Riwayat perdarahan intracranial
9. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir.
Dosis pemberian rtPA (Alteplase) adalah 0,6-0,9mg/kgBB dengan dosis
maksimum 90mg. Diberikan 10% dari dosis total sebagai bolus dalam 1 menit
pertama, dan sisanya diberikan sebagai infus selama 60 menit.
Tatalaksana Tekanan Darah pada Stroke Iskemik
TDS > 220mmHg
atau TTD > 120mmHg
TDS >200mmHg atau MAP TDS >180mmHg atau MAP TDS >180mmHg atau MAP
>150mmHg >130mmHg + tanda >130mmHg tanpa
peningkatan TIK peningkatan TIK
Patogenesis
Schwartz pada tahun 2016 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, hepar,
dan sel beta pancreas saja yang berperan sentral dalam pathogenesis
penyandang DM tipe 2 tetapi terdapat delapan organ lain yang berperan,
disebut sebagai the egregious eleven
10. Lambung
Definisi
Polisitemia vera adalah suatu neoplasma pada mieloproliferatif yang
ditandai dengan peningkatan jumlah eritrosit pada darah, beberapa sel
darah putih, dan platelet.
Patogenesis
Adanya reaktivitas berlebihan pada sinyal Janus Kinase yaitu tirosin
kinase yang berperan dalam proses hematopoetik menyebabkan proliferasi
berlebih pada sel-sel hematopoetik dan juga menstimulasi proses inflamasi
pembuluh darah.
Proliferasi berlebih pada sel-sel hematopoetik akan menimbulkan
abnormalitas pada penilaian klinis pasien seperti abnormalitas hitung
darah lengkap dan inflamasi akan memicu timbulnya gejala klinis pada
pasien.
Diagnosis
Diagnosis polisitemia vera saat ini sesuai dengan kriteria WHO 2016 dan
berdasarkan penilaian gabungan antara klinis dan laboratorium.
Kriteria Mayor
1. Hb Laki-laki >16.5 mg/dl
Hb Perempuan > 16.0 mg/dl
Atau
Hct Laki-laki > 49%
Hct Perempuan >48%
2. Sumsum Tulang Belakang Proliferasi trlineage dengan Pleomorfik
Megakariosit Dewasa
3. Adanya mutase JAK2
Kriteria Minor
1. Abnormal Serum Eritropoetin
Suspek Polisitemia Vera
Diagnosis
Untuk diagnosis hipertensi emergensi adalah dengan ditemukannya
tekanan darah sistolik lebih dari 180mmHg atau tekanan diastolic lebih
dari 120mmHg pada pasien stabil tanpa disertai adanya bukti secara klinis
atau laboratorium yang mengarah pada target organ damage. Berikut
adalah macam-macam dari TOD;
Tatalaksana
Tatalaksana pada Hipertensi Urgensi dapat dilakukan dengan
pemakaian Nicardipine SP ( Syringe Pump ) dengan dosis titrasi awal
5mg/h dapat ditingkatkan 2.5mg setiap 5 menit sampai dosis maksimal
titrasi 15mg/h. Sedangkan untuk tekanan darah yang ingin dicapai sebagai
berikut;