Oleh:
Fransiska Natasha Wibowo G991903019
Pembimbing Residen
Disusun oleh :
Fransiska Natasha Wibowo G991903019
I. ANAMNESIS
A. Identitas penderita
Nama : An. SLA
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mojosongo, Jebres
No RM : 0146xxxx
Tanggal masuk : 12 Juli 2019, jam 13.50
Tanggal periksa : 12 Juli 2019
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 110 cm
B. Data dasar
Keluhan utama :
Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat Lingkungan :
Tidak didapatkan keluarga, tetangga, maupun teman sekolah pasien
dengan keluhan yang sama seperti pasien
Riwayat Kelahiran
Riwayat Imunisasi :
Pertumbuhan
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 2800 gram. Menurut
ibu pasien, pasien cukup rutin dibawa untuk ditimbang ke posyandu.
Saat ini pasien berusia 8 tahun dengan berat badan 15 kg dan tinggi
badan 110 cm
Kesan : gizi kurang
Perkembangan
Riwayat Nutrisi
Pasien makan sehari dua - tiga kali dengan menu makan nasi
disertai lauk pauk seperti tahu, tempe, telur, daging disertai sayur.
Pasien terkadang tidak mau makan
Kesan: kualitas dan kuantitas kurang
Status gizi secara klinis : gizi kurang
Status gizi secara antropometri berdasarkan Chart CDC :
BB/U : 15/20 x 100% = 75% ( P < 5 )
TB/U : 110/125 x 100% = 88% ( P < 5 )
BB/TB : 15/20 x 100% = 75% ( P < 5 )
Simpulan : Gizi kurang dan underheight
Pohon Keluarga
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum:
Tampak compos mentis (E4V5M6), lemas, kesan gizi kurang.
b. Tanda vital
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Laju nadi : 144x/menit
Laju napas : 40x/menit
Suhu : 38,4° C
SiO2 : 98%
c. Kepala : mesocephal
d. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter
2mm/2mm
e. Hidung : napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
f. Telinga : sekret (-/-)
g. Mulut : mukosa kering (+), bibir pucat (+), sianosis (-),
Pukul 14.10
Status Generalis
a. Keadaan Umum:
Tampak compos mentis (E4V5M6), lemas
b. Tanda vital
i. Tekanan darah: 80/60 mmHg
ii. Laju nadi : 141x/menit
iii. Laju napas : 38x/menit
iv. Suhu : 38,3° C
v. SiO2 : 98%
c. Ekstremitas
i. Akral dingin
ii. Arteri dorsalis pedis teraba lemah
iii. Capillary Refill Time> 2 detik
A : Dengue Shock Syndrome
P : Loading asering (20 ml/kgbb/ habis dalam 30 menit)
300 ml habis dalam 30 menit
Pukul 14.30
Status Generalis
a. Keadaan Umum:
Tampak compos mentis (E4V5M6), lemas
b. Tanda vital
i. Tekanan darah : 90/60 mmHg
ii. Laju nadi : 126x/menit
iii. Laju napas : 50x/menit
iv. Suhu : 38,0° C
v. SiO2 : 98%
c. Ekstremitas :
i. Akral hangat
ii. Arteri dorsalis pedis teraba kuat angkat
iii. Capillary Refill Time> 2 detik
Pukul 15.00
Status Generalis
a. Keadaan Umum:
Tampak compos mentis (E4V5M6), lemas
b. Tanda vital
i. Tekanan darah: 100/60 mmHg
ii. Laju nadi : 121x/menit
i. Laju napas : 36x/menit
ii. Suhu : 38,0° C
iii. SiO2 : 98%
c. Ekstremitas :
i. Akral hangat
ii. Arteri dorsalis pedis teraba kuat
iii. Capillary Refill Time<2 detik
A : Dengue Shock Syndrome syok teratasi
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 34 % 35-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 20 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.00 % 0.00-4.00
Kesan : trombositopenia
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 37 % 35-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 19 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 36 % 35-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 18 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 34 % 35-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 20 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 36 % 33-45
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 33 % 33-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 20 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 33 % 33-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 20 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 34 % 33-45
INDEKS ERITROSIT
PDW 21 % 25-65
HITUNG JENIS
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 37 % 33-45
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit 34 % 35-45
IV. RESUME
1. Keluhan utama
Demam
2. Anamnesis
V. DIAGNOSIS
a. Dengue Shock Syndrome
b. Gizi kurang, underweight, underheight
VI. DIAGNOSIS BANDING
a. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
b. Demam Typhoid
c. Chikungunya
VII. TATALAKSANA
a. Rawat bangsal infeksi anak
b. Diet nasi lauk 1200 kkal + susu isokal 4x150 ml
c. IVFD Asering kecepatan 20ml/kgBB ~ 300 ml habis dalam 30 menit
d. Injeksi Ampicillin sulbactam 25 mg/kgbb/6 jam = 375 mg/6 jam
VIII. MONITORING
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital per jam
b. Balance cairan dan diuresis per 8 jam
c. DL2 setiap 24 jam
d. Awasi tanda-tanda syok dan perdarahan
IX. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien, edukasi untuk menambah
intake makanan dan minuman pasien, prognosis pasien baik dengan
penanganan yang tepat
b. Lapor bila ada tanda-tanda perdarahan
c. Kompres hangat apabila demam lebih dari 37,5°C dan pemberian
paracetamol bila demam lebih dari 38,5°C
d. Edukasi untuk melakukan 3M plus di rumah
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. DEFINISI
Kondisi pasien yang berubah menjadi syok secara tiba-tiba dan
keadaan memburuk setelah durasi demam pada hari kedua sampai ketujuh.
Perburukan terjadi saat itu juga atau langsung sesaat setelah suhu tubuh
turun diantara hari ketiga sampai ketujuh (WHO, 1969).
b. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat
selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan
persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD dari 2
provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota
pada tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009
tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah
kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada
tahun 2009.
Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah
perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan dan distribusi
penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan
penelitian lebih lanjut (Kemenkes, 2010).
c. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, famili
Flaviviradae, dan terdiri dari empat serotipe : DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Seluruh serotipe beredar di Indonesia, dengan serotipe DEN-3
yang paling dominan dan ditemukan pada kasus dengue dengan masa
inkubasi sekitar 4-10 hari (Tanto, 2016).
d. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Virus dengue ditransmisi melalui nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan
subtropis diberbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi
perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah
sejak fase akut/fase demam hingga klinis demam menghilang.
Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga,
yaitu fase demam (febrile), fase kritis dan fase penyembuhan. Fase demam
berlangsung pada demam hari ke-1 hingga 3, fase kritis terjadi pada
demam hari ke-3 hingga 7 dan fase penyembuhan terjadi setelah demam
hari ke-6 dan 7. Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika
perubahan tanda dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam
berdarah dengue (DBD).
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak
tinggi, selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya
seperti lesu, tidak mau makan dan muntah. Selain itu, pada anak lebih
sering terjadi gejala facial flush, radang faring serta pilek.
Pada DBD, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang
menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan., sedangkan pada demam
dengue tidak terjadi hal ini. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan syok
hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan terjadi pada fase
kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang menjadi alasan
mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam.
Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran
kompleks dari sistem imun: monosit dan sel T, sistem komplemen, serta
produksi mediator inflamasi dan sitokin lainnya. Trombositopenia pun
terjadi akibat beberapa mekanisme yang kompleks, seperti gangguan
megakariositopoiesis (akibat infeksi sel hematopoietik), serta peningkatan
destruksi dan konsumsi trombosit.
Pada kasus DBD, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati
lebih sering ditemukan. Manifestasi perdarahan yang paling dijumpai pada
anak ialah perdarahan kulit (petekie) dan mimisan (epistaksis). Tanda
perdarahan lainnya yang patut diwaspadai, antara lain melena,
hematemesis dan hematuria. Pada kasus tanpa perdarahan spontan maka
dapat dilakukan uji turniket.
Kebocoran plasma secara masif akan menyebabkan pasien
mengalami syok hipovolemik. Kondisi ini disebut dengue shock syndrome
(Tanto, 2016).
2. Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh
karena ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi
perdarahan lain yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi,
hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan aliran darah
perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.
4. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang
tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Uji serologi
Uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens. Pada infeksi primer, titer serum akut <1:20 dan serum
konvalesens naik 4x atau lebih tetapi tidak melebihi 1:1280. Pada
infeksi sekunder, titer serum akut < 1:20 dan serum konvalesens
1:2560; atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih.
Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi, titer serum akut
1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.
h. DIAGNOSIS BANDING
1) Demam tifoid
2) Campak
3) Influenza
4) Malaria
5) Chikungunya
6) Leptospirosis
i. TATALAKSANA
Rumatan 3 80-100
Menurut IDAI (2010) tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor
dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada monitoring adalah:
1. Kriteria A
Pasien dapat dipulangkan, dengan catatan mendapatkan cairan yang
adekuat dan BAK minimal 1 kali per 6 jam, dan tidak ada tanda-tanda
dari warning sign. Pasien diharuskan bed rest, pasien yang datang pada
demam >3 hari diharuskan setiap hari ke sarana kesehatan untuk
diperiksa darah lengkap dan monitoring adanya gejala-gejala dari
warning sign, hal ini dilakukan sampai fase kritis terlewati. Berikan
pasien paracetamol untuk demamnya, dengan dosis 10 mg/kgbb/x,
kompres air hangat apibila demam tidak turun, dilarang memberikan
aspirin, ibuprufen atau NSAID lainnya maupun injeksi intramuskular, hal
ini dapat menyebabkan gastritis atau perdarahan. Apabila tidak ada
perbaikan maupun timbul gejala tambahan seperti nyeri perut, muntah-
muntah, ekstremitas dingin, sesak napas, tidak BAK dalam 6 jam,
maupun perdarahan segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Indikasi rawat
inap pada pasien dengan manifestasi demam bila tidak mendapatkan
rehidrasi oral yang adekuat, adanya anak kecil dirumah, serta pasien
dengan co-morbid.
2. Kriteria B
Pasien yang diharuskan untuk rawat inap untuk observasi lebih
lanjut.Dalam kriteria ini pasien dengan warning sign, pasien risiko tinggi,
pasien yang menunjukan gejala komplikasi, pasien yang tinggal sendiri,
serta pasien yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan. Terapi
yang diberikan
Cek hematokrit sebelum diberikan cairan infus. Cairan infus yang
digunakan hanya yang bersifat isotonik seperti NaCl 0,9%, Ringer laktat
atau cairan Hartmann’s. Mulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk 1-2 jam
pertama, kemudian kurangi menjadi 3-5ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam
selanjutnya, kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau
maintenan cairan sesuai manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali
hematrokit, jika tidak ada perbaikan atau terjadi peningkatan sedikit,
ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
menurun dan terjadi peningkatan hematrokrit yang cepat, segera naikan
cairan 5-10ml/kgbb/jam selam 1-2 jam. Apabila perfusi jaringan dan
urine output baik (0,5ml/kg/jam) berikan cairan maintenance untuk 24-48
jam. Monitor vital sign, balance cairan, hematrokit sebelum dan sesudah
pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS, profil
ginjal, profil liver, profil koagulasi sesuai indikasi.
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus
mendapat pengobatan segera karena berada dalam fase kritis, berupa
Tersangka DBD
Rawat jalan
Jumlah trombosit Jumlah trombosit Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai
< 100.000/ul > 100.000/ul demam hilang
Rawat Jalan
Minum banyak,
(Bagan 2)
DBD Derajad I
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAT II
(Bagan 3)
DBD Derajat II
Tetesan dinaikkan
Tetesan dikurangi Ht meningkat
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
5 ml/kgBB/jam Perbaikan
Keterangan : 1 CC = 15 Tetes
Perbaikan
PENATALAKSANAAN KASUS DSS ATAU DBD DERAJAT III DAN IV
(Bagan 4)
DBD Derajat III & IV
Tetesan 5 ml/kgBB/jam
Ht turun Ht tetap tinggi/naik
Transfusi darah segar 10 Koloid
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
ml/kgBB 20 ml/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Infus Stop tidak melebihi 48 jam
Gambar 5. Tatalaksana Dengue Shock Syndrome
j. KOMPLIKASI
Centers for Disease Control. 2000. CDC growth charts: United States. Advance
data, 314.
Gandasubrata, R. 1999. Penuntun laboratorium klinik. PT. Dian Rakyat: Jakarta.
Groen, dkk.2000.Evaluation of Six Immunoassays for Detection of Dengue
Virus-Specific Immunoglobulin M and G Antibodies. Clinical and
Diagnostic Laboratory Immunology.Nov.p.867-871.
Gubler, D. J., Ooi, E. E., Vasudevan, S., dan Farrar, J. 2014.Dengue and dengue
hemorrhagic fever.CABI.
Hadinegoro, SR, Moedjito, I dan Chairulfatah, A. 2014.Pedoman Diagnosis dan
Tata Laksana kasus Infeksi Dengue pada Anak tahun 2014.Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1-69
Halstead, SB. 2011.Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever.Dalam :
Nelson Textbook of Pediatrics.19th ed. Kliegman, et al Philadelphia:
Elsevier; 1134-6.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. IDAI: Jakarta
World Health Organization. 2011a. Comprehensive Guidelines for Prevention
and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and
expanded edition. WHO 1-45
World Health Organization-South East Asia Regional Office. 2011b.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. WHO: India