OLEH :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
CASE REPORT
OLEH :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
CASE REPORT
Pembimbing :
Dipresentasikan dihadapan :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
CASE REPORT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 Tahun
Alamat : Jambon, Ponorogo
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Tanggal masuk RS : 22 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2017
II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Nyeri pada paha kiri dan kedua kaki tidak sama panjang ketika
berjalan.
Pemeriksaan Fisik
a) Kepala/leher : Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-),
hematoma (-), rhinorhea (-), otorhea (-),
cyanosis (-), dispneu (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
(+)
Palpasi : ictus cordis teraba (+)
Perkusi : batas jantung tidak
membesar (+)
Auskultasi : S I-II reguler (+),
murmur (-)
d) Abdomen :
Inspeksi : jejas (-), distensi (-),
masa (-)
Auskultasi : peristaltik (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-),
defans muskular (-)
Perkusi : timpani, hepar pekak
e) Ekstremitas :
B. Status Lokalis
a. Look
Deformitas :
1. Angulasi : Anterior
2. Rotasi :-
3. Translasi : True Length : 98/90
Appearance Length : 105/97
Anatomical Length : 64/56
Limb Length Discrepancy :
Edema :-
Luka : Lokasi : -
Kualitas : -
Ukuran : -
Macam : -
b. Feel
Nyeri tekan :( - / + )
Akral hangat :( + / + )
CRT : (< 2 detik / < 2 detik )
Pulsasi : (reguler, kuat angkat/reguler, kuat angkat)
Saraf : n. Tibialis (+), n. Peroneus superficialis
(+), n. Peroneus profundus (+)
c. Move
False movement :+
Krepitasi :+
Nyeri gerak :+
ROM : terbatas karena nyeri
V. PLANNING
a. Diagnosa
Foto rontgen femur sinistra AP dan Lateral
b. Terapi
Reposisi dan imobilisasi
Operatif : ORIF Femur Complex
Medikamentosa
o Ceftriaxon 2x1 gr
o Ketorolac 3x1 amp
c. Monitoring
Vital sign
d. Edukasi
Strecthing distal fraktur
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI FRAKTUR
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan
tulang rawan biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
2. Penyebab patah tulang
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur
patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan kaki.
1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka
remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II :
laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi
struktur kulit, otot. dan neurovascular serta kontaminasi
derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur
segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi massif. Luka pada pembuluh
arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang
bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi :
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang
sisi lainnya membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang
(lebih tidak stabil dibanding transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang).
8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit
(kista tulang, penyakit Paget, metastasi tulang, tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada
perlengkatannya.
10) Epifiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen
tulang lainnya.
B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera traumatic
a) Cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga
tulang patah secara spontan
b) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi
pada keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
1. Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang
punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya
terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai
collum femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut
throcantor major ke arah medial juga membulat kecil disebut trochantor
minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini
dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea
spiralis). Dilihat dari belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi
disebut crista intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka
disebelah medial trochantor major terdapat cekungan disebut fossa
trochanterica.
2. Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang
melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan.
Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies anterior.
Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di bagian belakang
berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal
dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini
terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan labium laterale,
labium medial sendiri merupakan lanjutan dari linea intertrochanrterica.
Linea aspera bagian distal membentuk segitiga disebut planum
popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea
pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium
medial lateral disebut juga supracondylaris lateralis/medialis.
3. Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan
condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-
masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea
aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang
melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os. patella.
Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea
intercondyloidea.
Otot-otot femur terdiri dari 3 kelompok :
1. Kelompok Anterior (ekstensor)
a. m. rectus femoris
b. m. vastus lateralis
c. m. vastus medialis
d. m. vastus intermedius
e. m. sartorius
2. Kelompok Medial (adduktor)
a. m. pectineus
b. m. gracilis
c. m. adductor longus
d. m. adductor brevis
e. m. adductor magnus
3. Kelompok Posterior (fleksor)
a. m. biscep femoris
b. m. semitendinosus
c. m. semimembranosus
d. m. psoas major
e. m. iliacus
f. m. tensor fascia lata
Sistem peredaran darah dari sepanjang tungkai atas atau paha yaitu
pembuluh darah arteri dan vena.
1) Pembuluh darah arteri
Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri
ini selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri pulmonale
yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenisasi. Pembuluh
darah arteri pada tungkai antara lain yaitu:
a) Arteri femoralis
Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang
ligament inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace externa,
yang terletak dipertengahan antara SIAS (spina illiaca anterior
superior) dan sympiphis pubis. Arteria femoralis merupakan
pemasok darah utama bagian tungkai, berjalan menurun hampir
bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada lubang
otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteria
poplitea.
b) Arteria profunda femoralis
Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri
femoralis dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior paha
melalui bagian belakang otot adductor, ia berjalan turun diantara
otot adductor brevis dan kemudian teletak pada otot adduktor
magnus.
c) Arteria obturatoria
Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah
dan ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus
obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen
obturatum.
d) Arteri poplitea
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke
fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa
poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena
poplitea, arteri poplitea.
Fraktur Femur
E. PENATALAKSANAAN
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi,
reduksi/reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa
yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau
keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan
atau menahan fragren fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.
2) Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler dan katekolamin yang dilepaskan memobilisasi asam lemak
kedalam aliran darah. Globula lemak ini bergabung dengan
trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat pembuluh
darah kecil yang memasok darah ke otak, paru-paru, ginjal dan organ
lainnya.
3) Compartment Syndrome
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat
perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan oleh karena penurunan ukuran fasia yang membungkus
otot terlalu ketat, balutan yang terlalu ketat dan peningkatan isi
kompartemen karena perdarahan atau edema.
b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, malunion, nonunion.
Penyatuan terlambat (delayed union)terjadi bila penyembuhan
tidak terjadi dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi
dan distraksi (tarikan) dari fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang
juga dapat menyebabkan kesalahan bentuk dari penyatuan tulang
(malunion). Tidak adanya penyatuan (nonunion) terjadi karena
kegagalan penyatuan ujung-ujung dari patahan tulang.
G. KESIMPULAN
Proses penyembuhan fraktur adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap kasus fraktur. Pada mulanya akan terjadinya perdarahan
disekitar lokasi fraktur, yang diakibatkan oleh terputusnya pembuluh darah
pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma. Kemudian
berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada
akhirnya fase konsolidasi.
DAFTAR PUSTAKA