Anda di halaman 1dari 8

MK.

Sosiologi Umum
Nama : Gradhika Deskara Hari/Tanggal : Jumat 29-04-2016
Nim : D14150075 Ruang : Teaching Lab 2.05
Praktikum VIII
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS
YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh

Oleh : W.F. Wertheim

SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN


Oleh : Mochtar Buchori dan Wiladi Bugdiharga

Nama Asisten :
Nuke Annisa Nasution (G84120042)
Riris Indri Sari (A24130008)

Ikhtisar 1 :
Belanda berhasil menegakan kekuasaannya di seluruh kepulauan Indonesia
sekitar tahun 1900. Uanglah terutama yang melakukan pendobrakan terhadap
sistem asli yang lama, sehingga kesejahteraan materi menjadi ukuran utama dalam
menentukan prestis di masyarakat. Kekerasan di daerah pertanian yanng dimulai
pada tahun 1920-an bukan hanya pengaruh kemiskinan sebagai akibat
dimobilisasinyahak pemilik tahah, tetati juga disebabkan karena perlawanan yang
dilakukan para petani yang baru saja menjadi kaya terhadap struktur nasional,
perlawanan di daerah pertanian juga memiliki warna kebangsaan.

Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis dipulau-pulau luar jawa,


dikarenakan banyak orang mendapatkan pendidikan dengan cara Barat berkumpul
di Jawa. Semenjak tahun 1990, di Jawa mulai bertambah meningkatnya perbedaan
profesi. Orang Indonesia semakin banyak bekerja di bidang perdagangan di
bandingkan dengan sebelumnya, mula-mula sebagi pedagang menengah.
Perkembangan terus berlanjut, ketika masa depresi tahun 30an, bertambah
meluasnya ekonomi uang dan hubungan dengan barat memunculkan lapangan
kerja baru sehingga timbul kelompok baru yang naik sampai ke tingkat atas
karena kemampuan teknis. Usaha pribadi untuk naik tingakatan sosial dalam
masyarakat ini tidak mengambil bentuk perjuangan untuk memeperoleh laba
perdagangan atau suatu pekerjaan bebas, tetapi dalam suatu perjuangan untuk
mencapai pengakuan resmi dengan peraturan ijazah.

Wanita-wanita Indonesia dengan rasa harga diri semakin lama semakin


mengindahkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga merangkap selir bagi laki-
laki eropayang tidak kawin. Perjuangan persaingan ini menjadi lebih hebat.
Sebelum perang kedudukan istimewa yang diduduki orang Eropa dan orang Cina,
sebagai halnya dengan kaum bangsawan feodal. Terdapat suatu kecenderungan
yang kuat ke arah suatu sistem nilai yang baru berdasarkan kemakmuran individu
dan kemampuan intelektual seseorang, tetapi perkembangan ini pada umumnya
masih ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodalmaupun kolonial

Analisis Bacaan 1 :

1. Log Frame Ukuran Kekayaan

Deferensiasi (i)
(v)
Ukuran Kekuasaaan

(vi)
Integrasi (ii) Ukuran Kehormatan

(vii))
Ukuran pengetahuan

2. Sistem Pelapisan

i. Dimana para orang Eropa menempati kedudukan penting dipemerintahan,


para orang Cina yang lebih kepada dunia perdagangan, dan masyarakat
pribumi yang memiliki latar pendidikan menempati peranan penting dalam
masyarakat ketimbang yang tidak memiliki latar pendidikan, dan juga ras,
kekayaan, keturunan juga menentukan.

ii. Masyarakat pribumi yang memiliki latar pendidikan tinggi menempati


kedudukan tinggi dipemerintahan oleh karena itu mempunyai kekuasaan
lebih dari yang lain, dan juga dapat mengambil posisi dari dominasi orang
Eropa, dan juga pendidikan, pekerjaan, jabatan, keterampilan berpengaruh.

iii. Sistem staratifikasinya terbuka karena kedudukan seseorang diperoleh atas


usaha sendiri melalui beragam saluran dimana mobilitas umum terjadi.

iv. Kedudukan atas : pedagang cina, yang mempunyai jabatan tinggi

Kedudukan menengah : pedagang pribumi dan,

Kedudukan bawah : buruh

v. –
vi. Kedudukan atas : para bangsawan

Kedudukan menengah : orang kaya, pedagang cina

Kedudukan bawah : bukan bangsawan dan bukan orang kaya

vii. Kedudukan atas : cendikiawan

Kedudukan menengah : yang dalam proses menjadi cendikiawan

Kedudukan bawah : bukan cendikiawan

3. Mobilitas Sosial

Mobilitas Sosial
Horizontal

Petani kecil yang menjadi pedagang


kecil; berdasarkan survei tahun 1905
dan tahun 1930, banyak pedagang
kecil pribumi yang merangkap
menjadi petani kecil.

Vertikal
Kaum wanita semakin
memperjuangkan haknya;
Kaum pedagang kaya baru
yang menuntut masuk ke
dalam kalangan bangsawan
dalam bentuk ius connubii
(hak untuk kawin dengan para
pemuka adat); Kaum
cendekiawan baru dari
Sumatera yang menuntut
masuk ke dalam kalangan
bangsawan Jawa tertinggi dan
membentuk suatu kelas
“priyayi baru”;

Ikhtisar 2 :

Komunitas Maricaya Selatan ini tampaknya terdiri dari lima golongan


masyarakat yang menempati tiga lapisan pokok, yaitu: Golongan pejabat dan
kelompok profesional di lapisan atas; Golongan alim ulama, golongan pegawai
dan golongan pedagang di lapisan menengah; Golongan buruh di lapisan bawah.

Dilihat dari segi ekonomi dalam masyarakat Maaricaya Selatan terdapat tiga
lapisan masyarakat, yaitu: 1) Lapisan ekonomi mampu, terdiri dari para pejabat
penting pemerintah setempat, para dokter, para insinyur dan kelompok profesional
lainnya: jumlah mereka ini kira-kira meliputi 10% dari jumlah KK masyarakat ini.
2) Lapisan ekonomi menengah yang terdiri dari alim ulama, pegawai, kelompok
wira-usaha: jumlah mereka ini kira-kira meliputi 60% dari seluruh KK. 3) Lapisan
ekonomi misakin yang terdiri dari para buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik
dan buruh-buruh sejenis yang tidak tetap: jumlah mereka kira-kira 30% dari
seluruh KK.

Berdasarkan penelitian yang ada dapat di katakan bahwa masyarakat Maricaya


Selatan ini golongan buruh miskin merupakan kelas yang agak tercampak. Para
pejabat dan kelompok profesional yang termasuk golongan ekonomi mampu dan
menduduki lapisan sosial atas tampaknya secara keseluruhan adalah orang-orang
yang mendapat pendidikan perguruan tinggi.

Para pejabat dan kelompok profesional yang termasuk dalam golongan ekonomi
mampu dan menduduki lapisan sosial atas tampaknya secara keseluruhan adalah
orang-orang yang mendapat pendidikan perguruan tinggi. Sebagian ada yang
bergelar sarjana dan sebagian lagi ada yang bergelar sarjana muda. Dilihat dari
latar belakang pendidikan, lapisan atas dari masyarakat Maricaya Selatan ini
merupakan kelompok homogen.

Dalam masyarakat Polewali terlihat adanya tiga lapisan masyarakat yaitu Ulama,
Pemangku Adat dan Pejabat menduduki tingkat atas; Pedagang di tingkat
menengah; sedangkat buruh di tingkat bawah. Kedudukan pemangku adat di
pegang oleh seorang Bugis, sedangkan kedudukan alim ulama ada di tangan orang
Bugis dan orang Mandar. Kelompok pejabat dan pegawai terdiri dari orang
Mandar dan orang Toraja. Kelompok pedagan diisi oleh orang Bugis, Jawa dan
Cina. Sedangkan kelompok buruh terdapat orang Jawa, Makasar dan Toraja.

Ciri pokok komunitas Polewali dewasa ini: 1) Lapisan kaya terdiri dari pemangku
ulama dan pejabat. Hal ini diperlihatkan oleh laporan yang menyatakan bahwa
ketiga golongan penduduk Polewali ini memiliki sebagian besar ada toko-toko
perusahaan dan tanah pertanian yang terdapat dalam wilayah ini. Lapisan ini
terdiri dari orang-orang Bugis dan Makasar. Di sinilah terdapat pemusatan
kekayaan dan kekuasaan. 2) Golongan ekonomi sedang yang jumlahnya
55%terdiri dari para pegawai dan pedagang. Lapisan ini terdiri dari orang
Makasar, orang Bugis, orang Toraja, orang Jawa dan Cina. Jadi kelompok ini
merupakan kelompok yang heterogen. 3) Golongan miskin yang jumlahnya 10%
terdiri dari para buruh (buruh tai, buruh empang, buruh pelabuhan, buruh
angkutan, buruh bangunan). Kelompok etnis yang dapat ditemukan dalam
golongan ini ialah orang Bugis(kecil), orang Toraja, orang Makasar dan orang
Jawa.

Analisis Bacaan 2 :

1. Log Frame (Desa Maricaya Selatan)


Deferensiasi
golongan pejabat dan
kelompok professional
dilapisan atas; golongan alim
ulama, golongan pegawai dan
golongan pedagang dilapisan Sistem Stratifikasi
menengah; golongan buruh
dilapisan bawah

Tertutup, karena
Integrasi kedudukan seseorang
dalam masyarakat
Media cetak seperti koran dan diperoleh karena
majalah, umumnya terbeli
oleh keluarga golongan atas, kelahiran, pendidikan
dan keluarga yang tidak dihubungkan dengan
mampu hanya meminjam dari dengan keadaan
keluarga dan begitu pula ekonomii, dimana
dengan televisi dimana jika anak dilahirkan
mayoritas hanya dimiliki oleh dari keluarga
golongan atas, dan warga ekonomi atas
yang kurang mampu mempunyai
berkerumun untuk menonton, pendidikan tinggi
disnilah terjadi keakraban begitu pula
sosial bersifat tradisonal sebaliknya
Ukuran Kekayaan
Atas: pejabat, dikter, insinyur, kelompok profesional
menengah: alim ulama, pegawai, wirausaha
bawah: buruh

Ukuran Kekuasaan
atas: pejabat, kelompok profesianal
menengah: alim ulama, pegawai, pedagang
bawah: buruh
Ukuran Kehormatan
atas: pejabat, kelompok profesional, alim ulama,
pemangku adat
menengah: pegawai, pedagang
bawah: buruh

Ukuran Ilmu Pengetahuan


atas: anak-anak dari keluarga atas dari segi ekonomi
menengah: anak-anak darii keluarga menengah dari
segi ekonomi
bawah:anak-anak dari keluarga bawah dari segi
ekonomi

Log Frame Desa Polewali

1.

Deferensiasi Ukuran kekayaan


pe
pe
Sistem Stratifikasi ma
dikategorikan dari pengasilan ma
ng
ng
dimana ada yang pada posisi ku
ku
mampu, sedang dan miskin.
Tertututp, karena ula
ula
m a
kedudukan seseorang ma
,,
dalam masyarakat pej
pej
pegaw
pegawai
aba ai dan
aba
diperoleh karena pedagang
tt
Integrasi
kelahiran, buruh (tani, em pang,
empang,
ada pada kategori pendidikan pelabuhan, angkutan,
bangunan
dan profesi

Ukuran kekayaan
pe
pe
ma
ma
ng
ng
ku
ku
ula
ula
m
ma a
,,
pej
pej
pegaw
pegawai
aba ai dan
aba
pedagang
tt

buruh (tani, em pang,


empang,
pelabuhan, angkutan,
bangunan
2. Sistem Pelapisan
Pejabat merupakan orang yang sangat dihormati di Sulawesi Selatan
Ulama merupakan golongan menengah yang dapat menjadi penengah
antara golongan atas dan golongan bawah
Buruh merupakan golongan terendah di Sulawesi Selatan & kaum
tercampakkan yang selalu direndahkan oleh orang
3. Mobilitas Sosial

Mobilitas Sosial

Horizontal
----------

Vertikal

munculnya kesadaran pada


kedua masyarakat desa yang
berbeda ini akan pentingnya
pendidikan untuk mengangkat
derajat mereka.

Anda mungkin juga menyukai