REHABILITASI MEDIK
Seorang Laki-laki 23 Tahun dengan Stiffness Pada Extermitas
Inferior Bilateral Post ORIF Regio Femur
Oleh:
Wilson Arpin G992003158
Pembimbing:
dr. Yunita Fatmawati, Sp.KFR
SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
disusun oleh:
Wilson Arpin
G992003158
Pembimbing
ii
1
BAB I
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. HSP
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Status : Belum menikah
No RM : 0153XXXX
B. Keluhan Utama
Nyeri pada atas lutut di kedua tungkai
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan konsulan dari Bagian Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi. Pasien datang ke Poli Rehabilitasi Medik (RM)
RSDM untuk menjalani fisioterapi pada tanggal 16 Agustus 2021.
Pasien datang dengan keluhan adanya nyeri pada kedua lutut sejak
5 hari yang lalu dan merasa kaku pada kedua tungkai. Nyeri
dirasakan terutama pada sore hari dan saat nyeri muncul biasanya
pasien meminum obat penghilang nyeri. Sekitar 2 minggu yang
lalu pasien sempat terjatuh saat latihan berjalan, setelah terjatuh
pasien merasakan nyeri sesaat pada bagian paha yang mengalami
patah tulang, namun nyeri pada daerah tersebut sudah tidak
dirasakan dan saat ini hanya merasakan nyeri pada bagian atas
lutut. Pasien tidak merasakan adanya keluhan lain selain nyeri pada
atas lutut, demam tidak ada, gangguan buang air besar dan air kecil
juga tidak ada.
1
2
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Compos mentis GCS E4V5M6
B. Tanda Vital dan Status Gizi
Tekanan darah : 118/79 mmHg
2
3
Nadi : 76 x/ menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 C
VAS :1
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 23.43 (Normal)
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat(-), ikterik(-), petechiae(-), venectasi(-),
spider naevi(-), striae(-), hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-)
D. Kepala
Mesocephal, simetris, tidak terdapat deformitas
E. Mata
Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), refleks cahaya
langsung dan tidak langsung(+/+), pupil isokor(3mm/3mm), oedem
palpebra(-/-), sekret(-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung(-), deformitas(-), darah(-/-), sekret(-/-)
G. Telinga
Deformitas(-/-), darah(-/-), sekret(-/-)
H. Mulut
Chvostek sign (-), bicara pelo (+), bibir kering (-), lidah kotor tepi
hiperemis (-), tremor bila lidah dijulurkan (-), sianosis (-), lidah
simetris, tonsil T1-T1, stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), gusi bengkak (-), papil lidah atrofi (-)
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off(-), JVP tidak meningkat,
limfonodi tidak membesar, nyeri tekan(-), benjolan(-)
J. Thoraks
1. Jantung
3
4
M. Ekstremitas
Kekuatan Tonus RF RP
555 555 N N +2/+2 +2/+2 - -
445 445 N N +2/+2 +2/+2 - -
4
5
N. Status Lokalis
a. Regio Femoralis Dextra
Inspeksi : Terlihat adanya scar pada facies anterior,
tidak terlihat adanya pus, tidak kemerahan, tidak bengkak
Palpasi : Tidak teraba hangat, tidak ada nyeri tekan
b. Regio Femoralis Sinistra
Inspeksi : Terlihat adanya scar pada facies anterior,
tidak terlihat adanya pus, tidak kemerahan, tidak bengkak
Palpasi : Tidak teraba hangat, tidak ada nyeri tekan
O. Status Neurologis
Keadaan Umum : Baik
Keadaan kuantitatif : Compos mentis, GCS E4V5M6
Orientasi : Baik
Daya ingat : Baik
Kemampuan bicara : Baik
Cara berjalan : Sulit dievaluasi
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk (-), brudzinsky I-II (-),
kernig (-)
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Otonom : Dalam batas normal
P. Nervus Cranialis
N. I : Tidak ditemukan kelainan
N. II, III : Pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), tidak ada
ptosis
N. III, IV, VI : Gerakan bola mata dalam batas normal
N. V : Refleks kornea (+), kontraksi m. masseter dan
temporalis (+)
N. VII : dalam batas normal
N. XII : dalam batas normal
5
6
Pemeriksaan ROM
Neck
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-70o 0-70o
Ekstensi 0-40o 0-40o
o
Lateral bending kanan 0-60 0-60o
Lateral bending kiri 0-60o 0-60o
Rotasi kanan 0-90o 0-90o
o
Rotasi kiri 0-90 0-90o
6
7
7
8
S. Index Barthel
8
9
T. Pemeriksaan Penunjang
9
10
II. ASSESSMENT
Klinis: - Stiffness Hip-Ankle Bilateral Post ORIF Femur
- Gangguan Ambulasi
10
11
IV. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Tidak ada
B. Rehabilitasi Medik
1. Edukasi pasien dan keluarganya mengenai penyakit pasien
2. Fisioterapi
• IR Hip-Ankle Bilateral
• TENS Hip-Ankle Bilateral
• ROM Exercise
• Isometric Quadriceps Exercise
3. Terapi okupasi
Tidak dilakukan
4. Terapi wicara
Tidak dilakukan
5. Sosiomedik
Tidak dilakukan
6. Ortesa-protesa
Pasien memerlukan krug sampai pasien bisa berjalan normal
11
12
7. Psikologi
Tidak dilakukan
VI. PLANNING
A. Planning Terapi
Fisioterapi
B. Planning Edukasi
C. Planning Evaluasi
Evaluasi hasil terapi dalam 1 bulan
VII. TUJUAN
A. Tujuan Jangka Pendek
Mengurangi kekakuan anggota gerak bawah
B. Tujuan Jangka Panjang
12
13
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. FRAKTUR
A. Definisi
Fraktur adalah rusaknya/terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur
tidak hanya berupa retakkan, bisa berupa patahnya sebagian hingga
seluruh bagian dari tulang. 1
B. Etiologi
Fraktur bisa disebabkan, oleh1 :
Trauma
o Sebagian besar fraktur disebabkan oleh suatu gaya yang sangat
besar dan mendadak, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
o Jika fraktur disebabkan oleh trauma secara langsung, tulang akan
patah pada bagian yang terkena taruma dan biasanya jaringan
lunak pun terkena. Jika fraktur disebabkan oleh trauma tidak
langsung, lokasi patahan akan berada lebih jauh dari titik
hantaman. Kerusakkan jaringan lunak dan patahan tulang tidak
berada pada posisi yang sama
o Kebanyakkan fraktur disebabkan oleh gabungan beberapa gaya :
Twisting Fraktur spiral
Compression Fraktur oblique
Bending Fraktur triangular / fragmen “kupu-kupu”
Tension Fraktur transversa
14
15
15
16
D. Penyembuhan tulang1
Primer
o Jika fraktur terjadi pada lokasi yang stabil secara absolut,
pembentukkan kalus tidak akan terjadi. Celah antara dua bagian
tulang yang fraktur dapat langsung di invasi oleh kapiler baru dan
sel osteoprgenitor dari tiap ujung tulang dan osteogenesis akan
langsung terjadi, bila celah <200 μm.
Sekunder
o Adanya pembentukkan kalus
o Menurut hukum Wolff, dengan adanya pembentukkan kalus tulang
akan jauh lebih kuat setelah tulang sembuh dengan sempurna
o 5 tahapan penyembuhan tulang sekunder :
1. Pembentukkan hematoma
Pada saat terjadinya trauma, perdarahan terjadi pada tulang dan
jaringan lunak yang terkena
2. Inflamasi
Inflamasi mulai terjadi saat hematoma terbentuk dan sitokin
pro inflamasi terlepas dan terus terjadi hingga jaringan fibrous,
kartilagi dan pembentukan tulang baru dimulai (1 hingga 7
hari). Osteoklas terbentuk untuk menghancurkan jaringan
nekrotik pada ujung fragmen tulang
3. Pembentukkan kalus
Setelah 2 hingga 3 minggu, kalus halus akan terbentuk dan
mulai menghubugkan fragmen tulang yang patah dan mulai
menjaga stabilitas tulang. Setelah fragmen tulang terhubung
kalus akan mengeras dan menyatu dengan tulang sekitar 3
hingga bulan
4. Remodelling
16
17
E. Union1
Perbaikkan dari fraktur adalah proses yang terus belanjut, dapat dibagi
menjadi beberapa jenis union, delayed union dan non-union
Union
Perbaikan belum sempurna, sebagian besar bagian kalus sudah
mengalami kalsifikasi. Secara klinis tidak nyeri saat palpasi dan
weight-bearing. Garis fraktur sudah teroblitasi pada Xray. Union
adalah tanda baik dari penyembuhan tulang
o Pada fraktur spiral di alat gerak atas menyatu sekitar 6-8
minggu, pada alat gerak bawah sekitar 12-16 minggu
o Jika fraktur tidak spiral dan melibatkan femur, waktu
ditambah 25% (15-20 minggu)
Delayed Union
Jika waktu penyembuhan tidak sesuai waktunya, dapat
digolongkan sebagai delayed union. Namun, penyembuhan tulang
masih berjalan. Secara klinis, bagian yang mengalami fraktur
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
3. GAIT2
A. Pendahuluan
Siklus gait adalah satu sekuens fungsi dari satu ekstremitas, merupakan
unit fungsional dari gait. Satu siklus gait dapat diartikan sebagai stride. Tiap
stride terdiri dari dua langkah :
Panjang stride : Jarak linier antara kaki yang sama diukur
dari tumit kaki yang sama
Panjang langkah (step) : Jarak linier pada bidang datar yang diukur
dari dua kaki berlawanan, jarak diukur dari tumit kaki yang satu
dibandingkan dengan yang lainnya. Normalnya panjang langkah
sekitar 15-20 inci
22
23
23
24
24
25
25
26
Kekurangan
o Tidak nyaman untuk dipandang
o Menghambat perkembangan pola reciprocal gait yang
halus
o Sulit bergerak dengan tangga atau tempat-tempat
seperti kamar mandi/lorong
REHABILITASI MEDIK
A. FISIOTERAPI
1. INFRARED / IR
Sinar infra red merupakan salah satu modalitas yang digunakan dalam program
rehabilitasi fisioterapi. Sinar hangat yang ditimbulkan infra red dapat
meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial sehingga dapat
memperlancarkan metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada ujung saraf
sensorik, efek terapeutiknya yaitu mengurangi nyeri, pernyataan ini didukung
dari buku. Efek pancaran pada sinar infra red memberikan pemanasan secara
superfisial pada area kulit yang akan menghasilkan efek fisiologis, pengaktifan
reserptor panas pada superfisial kulit bertujuan untuk mengubah transmisi atau
konduksi saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri, sehingga terjadi
pengurangan nyeri, memberikan rasa nyaman dan relaksasi pada otot). Pada
penelitian lain menyatakan bahwa sinar infrared itu tidak berpengaruh dalam
penurunan intensitas nyeri tetapi sinar ini membantu meningkatkan sirkulasi
darah, metabolisme tubuh dan dapat mengaktifkan photoacceptor yang
menstimulasi rantai pernafasan dari mitokondria sehingga fungsi dari fibroblas
lebih optimal dalam perbaikan jaringan 3-5
Prosedur terapi infra red:
1. Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman.
2. Dokter atau terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan
terapi dan melakukan wawancara kembali mengenai kelainan yang diderita dan
kemungkinan kontraindikasi untuk pemberian terapi dan riwayat alergi
terhadap suhu panas. Dokter maupun terapis akan menjelaskan sekali lagi
tujuan terapi infrared sesuai kondisi dan keadaan seseorang, tiap individu
26
27
berbeda.
3. Dokter atau terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari
minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion atau
obat-obat gosok yang dipakai sebelumnya menggunakan kapas alkohol atau
kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang sensitif dan kering sekali
sebaiknya diberitahukan kepada dokter atau terapis yang akan menerapi,
sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat menyebabkan
iritasi kulit.
4. Dokter atau terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi
senyaman mungkin, bagian yang akan diterapi tidak ditutupi oleh pakaian
sehingga infrared akan langsung mengenai kulit dan memberikan hasil yang
optimal.
5. Dokter atau terapis akan melakukan pengaturan dosis waktu dan posisi alat
infrared.
6. Kemudian segera infrared akan diberikan, jangan menatap langsung lampu
infrared.
7. Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera
bilang kepada terapis atau dokter yang menerapi.
8. Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat infrared. Jangan
langsung berdiri atau duduk, tetap berbaring beberapa saat untuk
mengembalikan aliran darah ke normal.
9. Dokter atau terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara
mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi.
2. ELECTRICAL STIMULATION / ES
Stimulasi elektris adalah suatu modalitas fisioterapi dengan menggunakan arus
listrik untuk mengkontraksikan salah satu otot ataupun grup otot. Alat listrik
yang bisa digunakan adalah Interrupted Direct Current, Interfernsi dan TENS.
Menggunakan aliran listrik dengan berbagai macam jenis frekuensi, amplitudo
dan karakteristik aliran listrik tertentu yang dialirkan melalui kulit dengan
perantaraan pad (elektroda dengan lapisan gel di atasnya atau elektroda
27
28
28
29
7. Bila terasa nyeri, panas, perih dan pegal berlebihan saat terapi berlangsung
segera beritahu dokter atau terapis Anda.
8. Setelah selesai terapi, dokter atau terapis akan melepas elektroda dan
membersihkan sisa gel yang menempel pada pad yang masih tersisa pada
daerah yang diterapi.
9. Dokter atau terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara
mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi.
3. ROM EXERCISE
• Meningkatkan kontrol otot, fleksibilitas, dan rentang gerak.
• Range Of Motion (ROM) adalah latihan menggerakkan bagian tubuh
untuk memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi. Latihan range
of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot7,8
Jenis – jenis Latihan ROM:
1. Latihan ROM aktif
Latihan dengan meminta klien menggunakan otot untuk melakukan
gerak mandiri.
2. Latihan ROM aktif dengan pendampingan (active-assisted)
Latihan gerak mandiri dengan dibantu atau didampingi oleh perawat
atau tenaga kesehatan lain.
3. Latihan ROM pasif
Latihan ROM yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain
kepada klien yang tidak mampu atau memiliki keterbatasan pergerakan.
Prosedur ROM exercise:
1. Didasarkan pada evaluasi level fungsi pasien, menentukan tujuan dan
apakah dengan latihan passive, active-assistive atau active ROM untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman (comfortable position) .
29
30
30
31
DAFTAR PUSTAKA
31