Anda di halaman 1dari 31

Presentasi Kasus

REHABILITASI MEDIK
PEREMPUAN 47 TAHUN DENGAN NYERI PUNGGUNG
BAWAH YANG MENJALAR

Periode: 8 Maret 2021 – 21 Maret 2021

Oleh:
Samantha Geraldine G992008049

Pembimbing:
dr. Trilastiti Widowati M., Sp.KFR, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Rehabilitasi
Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi, dengan judul:

Perempuan 47 tahun dengan Nyeri Punggung Bawah yang Menjalar

Oleh:
Samantha Geraldine G992008049

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Trilastiti Widowati M., Sp.KFR, M.Kes


BAB I

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. TP
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jatimulyo, Boyolali, Jawa Tengah
Status : Menikah
No RM : 0153XXXX

B. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli rehabilitasi medik dengan nyeri punggung bawah
yang menjalar dari pantat kiri sampai ke kaki kiri sekitar 2 bulan SMRS. Pasien
merasakan kebas pada betis kaki kiri dan memberat saat berdiri. Awal keluhan,
pasien merasakan kemeng kurang lebih 1 bulan. Keluhan ini dirasakan terus
menerus dan pasien merasakan sangat nyeri saat bergerak sampai tidak dapat
tidur. Ketika duduk harus dalam posisi miring. Jika berbaring dan ditekuk 1 kaki
pasien merasakan lebih enak. Pasien sebelumnya sudah berobat ke dokter
keluarga namun tidak mengalami perbaikan. Kemudian pasien pergi ke RS PKU
Delanggu kurang lebih 3 hari SMRS karena merasa tidak dapat berbuat apa-apa,
semakin sakit jika bergerak, dan tidak dapat berdiri. Pasien tidak merasakan
keluhan lain.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : (+), dengan pengobatan amlodipin 1x5mg
Riwayat DM : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat tumor/keganasan : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat tumor/keganasan : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Penderita makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk. Pasien tidak
memiliki riwayat kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Riwayat
berolahraga diakui pasien sangat jarang dilakukan.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja lagi. Pasien berobat ke RSUD Dr. Moewardi dengan
menggunakan jaminan kesehatan BPJS.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Ambulasi
Datang dengan kursi roda
B. Status Generalis
Keadaan umum sakit ringan, GCS E4V5M6.
C. Tanda Vital dan Status Gizi
Tekanan darah : 182/113 mmHg
Nadi : 102 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
VAS : 4-5 di punggung bawah
D. Kepala
Mesocephal, luka operasi(-), rambut hitam dan putih, tidak mudah rontok, tidak
mudah dicabut
E. Mata
Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), refleks cahaya langsung dan tidak
langsung(+/+), pupil isokor(3mm/3mm), oedem palpebra(-/-), sekret(-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung(-), deformitas(-), darah(-/-), sekret(-/-)
G. Telinga
Deformitas(-/-), darah(-/-), sekret(-/-)
H. Mulut
Bibir kering(-), sianosis(-), lidah kotor(-), lidah simetris, stomatitis(-), gusi
berdarah(-)
I. Kulit
Warna sawo matang, pucat(-), ikterik(-), petechiae(-), spider naevi(-), striae(-),
hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-)
J. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off(-), JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan(-), benjolan(-)
K. Thoraks
1. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
c. Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : BJI BJII normal, reguler, bising(-)
2. Paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada kanan=kiri, retraksi(-)
b. Palpasi : Fremitus kanan=kiri
c. Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara dasar vesikuler(+)
L. Trunk
Inspeksi : skoliosis(-), kifosis(-), lordosis(-)
Palpasi : massa(-), nyeri tekan(-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra(-)
Tanda Patrick/Fabere : (-/-)
Tanda Anti Patrick : (-/-)
Tanda Laseque/SLR : (-/+); SLR: 30o
M. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sama dengan dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
N. Ekstremitas
Pemeriksaan status lokalis pada regio Femur dextra et sinistra
Inspeksi : kemerahan(-/-), deformitas(-/-), nyeri gerak(-/+),
sikatrik(-/-), atrofi(-/-)
Palpasi : suhu teraba dalam batas normal, nyeri tekan(-/-),
krepitasi(-/-), massa tumor(-/-), oedem(-/-), akral dingin(-/-)
ROM : keterbatasan ROM (-/+)

Pemeriksaan kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis

Kekuatan Tonus RF RP
555 555 N N +2 +2 - -
555 555 N N +2 +2 - -

O. Status Neurologis
1. Kesadaran : GCS E4V5M6
2. Fungsi luhur : dalam batas normal
3. Fungsi vegetatif : dalam batas normal
4. Fungsi sensorik : dalam batas normal
5. Fungsi motorik dan refleks

Tonus RF RP
N N +2 +2 - -
N N +2 +2 - -

P. Pemeriksaan Range of Motion (ROM)

Pemeriksaan ROM
Neck
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-70o 0-70o
Ekstensi 0-40o 0-40o
Lateral bending kanan 0-60o 0-60o
Lateral bending kiri 0-60o 0-60o
Rotasi kanan 0-90o 0-90o
Rotasi kiri 0-90o 0-90o

Ekstremitas ROM pasif ROM aktif


Superior Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o
Ekstensi 0-15o 0-30o 0-15o 0-30o
Abduksi 0-125o 0-135o 0-125o 0-135o
Adduksi 0-25o 0-45o 0-25o 0-45o
External 0-10o 0-45o 0-10o 0-45o
Rotasi
Internal 0-35o 0-35o 0-35o 0-35o
Rotasi
Elbow Fleksi 0-60o 0-80o 0-60o 0-80o
Ekstensi 5-0o 5-0o 5-0o 5-0o
Pronasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o
Supinasi 90o-0 90o-0 90o-0 90-0o
Wrist Fleksi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o
Ekstensi 0-70o 0-70o 0-70o 0-70o
Ulnar 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o
deviasi
Radius 0-20o 0-20o 0-20o 0-20o
deviasi
Finger MCP I 0-50o 0-50o 0-50o 0-50o
fleksi
MCP 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o
II-IV
fleksi
DIP II-V 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o
fleksi
PIP II-V 0-100o 0-100o 0-100o 0-100o
fleksi
MCP I 0-0o 0-0o 0-0o 0-0o
ekstensi
ROM pasif ROM aktif
Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0-100o 0-100o 0-100o 0-100o
Ekstensi 0-30o 0-5o 0-30o 0-5o
(keterbat (keterba
asan tasan
gerak gerak
karena karena
rasa rasa
nyeri) nyeri)
Abduksi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o
Adduksi 30-0o 30-0o 30o-0o 30-0o
Eksorotasi 0-45o 0-45o 0-45o 0-45o
Endorotasi 0-35o 0-35o 0-35o 0-35o
Knee Fleksi 0-135o 0-135o 0-135o 0-135o
Ekstensi 0-0o 0-0o 0-0o 0-0o
Ankle Dorso fleksi 0-20o 0-20o 0-20o 0-20o
Plantar fleksi 0-50o 0-50o 0-50o 0-50o
Eversi 0-5o 0-5o 0-5o 0-5o
Inversi 0-5o 0-5o 0-5o 0-5o

Q. Manual Muscle Testing (MMT)

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra


Shoulder Flexor M.deltoideus antor
5 5
M.biceps brachii
Extensor M.deltoideus antor
5 5
M.teres major
Abduktor M.deltoideus
5 5
M.biceps brachii
Adduktor M.latissimus dorsi
5 5
M.pectoralis major
Rotasi M.latissimus dorsi
internal 5 5
M.pectoralis major
Rotasi M.teres major
eksternal 5 5
M.pronator teres
Elbow Flexor M.biceps brachii
5 5
M.brachialis
Extensor M.triceps brachii
Supinator M.supinator 5 5
Pronator M.pronator teres
Wrist Flexor M.flexor carpi
radialis
Extensor M.extensor
digitorum 5 5
Abduktor M.extensor carpi
radialis
Adduktor M.extensor carpi
ulnaris
Finger Flexor M.flexor digitorum
Extensor M.extensor 5 5
digitorum

Extremitas Inferior Dextra Sinistra


Hip Flexor M.psoas major
Extensor M.gluteus maximus 4
5
Abduktor M.gluteus medius (nyeri)
Adduktor M.adductor longus
Knee Flexor Hamstring muscles
4
Extensor M.quadriceps 5
(nyeri)
femoris
Ankle Flexor M.tibialis
5 5
Extensor M.soleus

R. Index Barthel

Aktivitas Tingkat kemandirian N Nilai


Bladder Kontinensia 10 10
Bowel Kontinensia 10 10
Toileting Independen 10 10
Kebersihan diri Independen 5 5
Berpakaian Independen 10 10
Makan Independen 10 10
Transfer/berpindah Independen 15 15
Mobilitas Independen 5 5
Naik turun tangga Independen 5 5
Mandi Independen 5 5
Total 85 85
moderate dependent
Kriteria hasil:
0-20 = total dependent
21-61 = severe dependent
62-90 = moderate dependent
91-99 = slight dependent
100 = independent

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan

IV. ASSESSMENT
Klinis: LBP Mekanik suspek HNP Lumbosacral
Ischialgia Sinistra

V. DAFTAR MASALAH
A. Masalah Medis
LBP mekanik suspek HNP Lumbosacral dan Ischialgia sinistra
B. Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
Pasien merasakan nyeri pada nyeri punggung bawah yang menjalar dari pantat
kiri sampai ke kaki kiri. Pasien merasakan kebas pada betis kaki kiri dan
memberat saat berdiri.
2. Terapi Okupasi
Pasien mengalami gangguan aktivitas sedang dikarenakan fungsi motorik
pada kaki kiri pasien mengalami penurunan.
3. Terapi wicara
tidak ada
4. Sosiomedik
tidak ada
5. Ortesa-protesa
tidak ada
6. Psikologi
tidak ada
VI. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Gabapentin 1x300mg
Mecobalamin 2x1
Amlodipin 1x5 mg
B. Rehabilitasi Medik
1. Edukasi pasien dan keluarganya mengenai penyakit pasien
2. Fisioterapi
a. InfraRed Radiation (IRR) Lumbal
b. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Lumbal
c. Back Exercise
3. Terapi okupasi
tidak dilakukan
4. Terapi wicara
tidak dilakukan
5. Sosiomedik
tidak dilakukan
6. Ortesa-protesa
Korset Lumbal/LSO Semirigid
7. Psikologi
tidak dilakukan

VII. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP


- Impairment/gangguan :
LBP mekanik, Ischialgia sinistra, Hipertensi stage 3

- Disability/ketidakmampuan :
Gangguan sedang, ADL pasien menurut Index Barthel memiliki nilai 85
yang berarti moderate dependent.

- Handicap/rintangan :
Kondisi pasien saat ini mengganggu pasien dalam beberapa kegiatan dan
peran dalam lingkungan sosial, seperti pada kegiatan sarasehan geriatri pasien
(kesulitan untuk berganti-ganti posisi dari duduk ke berdiri) dan mengganggu
pasien dalam kegiatan beribadah (seperti ketika melakukan gerakan sujud saat
sholat).

VIII. PLANNING
A. Planning Terapi
Fisioterapi dan Ortesa-protesa
B. Planning Edukasi
1. Penjelasan mengenai penyakit pasien
2. Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
3. Edukasi untuk latihan di rumah dan ketaatan untuk melakukan terapi, latihan
pernapasan, dan menggunakan korset ketika beraktivitas
C. Planning Evaluasi
Evaluasi hasil terapi dalam 2 bulan

IX. TUJUAN
A. Tujuan Jangka Pendek
Mengurangi nyeri pada punggung bawah dan kaki kiri
B. Tujuan Jangka Panjang
Membantu meningkatkan kualitas hidup pasien

X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. LOW BACK PAIN (LBP)

A. Definisi

Low back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang berlangsung lebih
dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau lebih tanpa nyeri punggung
bawah. Sumber lain menyebutkan LBP adalah nyeri dan ketidaknyamanan yang
terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan diatas lipat bokong bawah
dengan atau tanpa nyeri pada daerah tungkai. LBP termasuk salah satu dari gangguan
akibat dari mobilisasi yang salah. Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan
otot serta bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas
bergerak semakin berkurang sehingga otot- otot pada punggung dan perut yang berfungsi
mendukung tulang belakang menjadi lemah.

B. Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai
penyangga tubuh. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang tersusun secara
segmental. Terdiri dari: 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5 ruas tulang
lumbal, 5 ruas tulang sakral yang menyatu, dan 4 ruas tulang ekor.
Gambar 1. Kolumna Vertebra

Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus neuralis
di belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel di kanan dan kiri. Sepasang
lamina, dua sendi, satu processus spinosus, serta dua processus transversus. Setiap
ruas tulang belakang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan yang disebut
dengan diskus intervertebralis.

Diskus intervertebralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan


menstabilkan pergerakan badan vertebra. Setiap diskus terdiri dari lapisan- lapisan
kartilago yang konsentrik yang menutupi kavitas sentral yang mengandung solusi
protein mineral. Diskus intervertebralis memiliki sifat viskoelastik, yaitu bila ada
pembebanan, diskus akan berubah bentuk dan bila pembebanan dihilangkan,
diskus akan kembali ke posisi semula. Bila terjadi traksi, cairan masuk ke dalam
diskus dan ruang diskus maka ruang diskus akan melebar.

Menginjak usia 30 tahun, diskus intervertebralis mengalami degenerasi


yang menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan berkurang, ruang diskus
mendangkal secara permanen dan segmen spinal kehilangan stabilitasnya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya cairan nukleus yang menurunkan kemampuan
menahan tekanan bila terjadi pergerakan kompresif, tidak mengherankan bila LBP
biasanya terjadi pada usia produktif.
Tekanan terbesar di tulang belakang terutama di area lumbal atau
punggung bawah, yang harus menahan beban 40- 50% berat badan dan harus
menanggung posisi janggal serta pergerakan tubuh. Saat berdiri tegak, 80% berat
badan ditanggung oleh diskus intervertebralis dan 20% ditanggung faset
gabungan. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa diskus intervertebralis
dibentuk untuk menahan tekanan.

Tulang belakang di area lumbal merupakan tempat sering terjadinya LBP.


Vertebra lumbal merupakan ruas tulang pinggang yang terbesar. Badannya sangat
besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal.
Prosessus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosessus
transversusnya panjang dan kecil. Pada ruas kelima, vertebra lumbalis
membentuk sendi dengan tulang sakrum pada sendi lumbosakral.

Gambar 2. Vertebra Lumbalis

Susunan tulang belakang tersebut memiliki struktur tulang dan otot yang
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut memberikan berbagai macam
gerakan yang dihasilkan oleh tulang belakang.
C. Etiologi

1. Trauma

Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung
bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma. LBP ini
dibagi 2 menjadi:

a. Trauma pada unsur miofascial

Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, mengingat


banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi
kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial yang serba
cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena kegemukan,
terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan
gerakan-gerakan untuk mengendurkan ototnya.

b. Trauma pada komponen keras

Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di


vertebra torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat
terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang patologik. Karena trauma
yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis
yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.

2. Proses Degeneratif
a. Spondilosis

Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi


pada corpus vertebra berikut arcus dan processus artikularis serta ligamen
yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan
yang lain. Pada proses spondilosis terjadi rarefaksi korteks tulang
belakang, penyempitan discus dan osteofit-osteofit yang dapat
menimbulkan penyempitan pada foramina intervertebralis.
b. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus


diskus intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul
dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia
nukleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.

c. Osteoartritis

Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif


ialah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada
osteoartritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi
berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang
columna vertebralis pada osteoartritis akan menyebabkan tarikan dan
tekanan pada otot atau ligamen pada setiap gerakan sehingga
menimbulkan nyeri punggung bawah.

3. Inflamasi
a. Artritis reumatoid

Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang


persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan.
Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi
kerusakan tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligamen di sendi.

b. Spondilitis angkilopoetika

Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari


poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri
timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis, artikulus
sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen
intervertebralis.
4. Gangguan Metabolisme

Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai


oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral
tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang,Nyeri
punggung bawah pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau
radikular merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang
menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang.

5. Neoplasma
a. Tumor benigna

Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra


dapat mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam
hari. Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis
vertebralis dan dapat membangkitkan nyeri punggung bawah.
Meningioma merupakan suatu tumor intradural namun ekstramedular.
Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks.
Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah
lumbosakral.

b. Tumor maligna

Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan


sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple.
Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang
belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor
primernya bisa berada di mamae, prostate, ginjal, paru dan glandula
tiroidea.

6. Low Back Pain sebagai Referred Pain

Walaupun benar bahwa nyeri punggung bawah dapat dirasakan seorang penderita
ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya,
namun penyakit penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan
manifestasi masing-masing organ yang terganggu. LBP yang bersifat referred
pain memiliki ciri khas yaitu :

a. Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah.


b. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal,
yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri
isometrik dan modalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap
tubuh mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
c. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral didapatkan adanya
keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain
di daerah lumbal.
7. Psikogenik

Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula


bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-otot. Nyeri
punggung bawah karena problem psikogenik misalnya disebabkan oleh histeria,
depresi, atau kecemasan. Nyeri punggung bawah karena masalah psikogenik
adalah nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan nyeri
punggung bawah dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai
dengan penemuan gangguan fisiknya.

8. Infeksi

Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. Nyeri punggung bawah
yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman piogenik (stafilokokus,
streptokokus). Nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi kronik misalnya
spondilitis TB.

D. Patogenesis

Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1, dimana pada
daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan refleks sensoriknya
maka refleks tendon dalam berkurang dan kelemahan otot terjadi. LBP mekanik banyak
disebabkan oleh rangsang mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat
terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah
untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung akan
berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas
yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan iskemia atau inflamasi. Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak
punggung bawah menjadi terbatas. Faktor mekanik juga berperan menyebabkan LBP
mekanik, diantaranya postur tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun
vertebra yang lemah, dan exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat.

Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak tegak,
kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat
lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini membuat titik berat
badan akan jatuh ke depan, sehingga punggung harus ditarik ke belakang dan akan
menimbulkan hiperlordosis lumbal.

Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas


sendi-sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah sekali
mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya kurang berarti.

Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung,
gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam
mempertahankan sudut lumbosakral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30 derajat.
Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat menimbulkan pembesaran sudut lumbosakral.

Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti latihan yang
salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan ekstra pada
punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik terutama pada
daerah punggung bawah karena nyeri menjalar ke daerah lutut, paha dan pantat.
E. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Mekanik Statik

LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi
statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30° -
40°) dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan sudut
lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan
peregangan pada ligamen dan kontraksi otot- otot yang berusaha untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau
sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan
nyeri.

b. Mekanik Dinamik

LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan
gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot
atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan kombinasi
(terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang
berat.

Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:

a. LBP Akut

Keluhan pada fase akut awal terjadi <2 minggu dan pada fase akut akhir terjadi
antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba namun dapat
hilang sesaat kemudian.

b. LBP Subakut

Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu


c. LBP Kronik

Keluhan pada fase kronik terjadi >12 minggu atau rasa nyeri yang berulang.
Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.

F. Tanda dan Gejala Low Back Pain

Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari patofisiologi,


perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan umumnya mereka
mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada daerah
yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi.
Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.

Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut:

1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.


2. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa
meringankan ataupun memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah
digunakan beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan ataupun
pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
6. Dapat terjadi morning stiffness.
7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri, berjalan
maupun duduk.
8. Nyeri berkurang bila berbaring.
G. Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau


memperberat Low back pain yaitu:

a. Usia

Dari berbagai studi epidemiologi, kejadian Low back pain meningkat dan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 55 tahun.6,10 Pada umumnya keluhan otot
skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya
dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,
kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga resiko terjadi keluhan otot
meningkat.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita mempunyai resiko Low back pain yang sama sampai
usia sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Low back pain
yang lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis. Walaupun masih ada
perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap
resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan
menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan
otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang
lebih rendah dari pada pria.

c. Pekerjaan

Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang


cukup besar pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan posisi
statis yang berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktu lama.
Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau
memutar tubuh secara berulang-ulang.
d. Kebiasaan Merokok dan Pola Hidup

Perokok lebih beresiko terkena LBP dibandingkan dengan yang bukan


perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen yang
diikat hemoglobin dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap
penyempitan pembuluh darah arteri. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan
nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami
gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru yang
diakibatkan adanya kandungan karbon monoksida sehingga kemampuan untuk
mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran
menurun. Apabila yang bersangkutan melakukan tugas yang menuntut
pengerahan tenaga maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam
darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam
laktat, dan akhirnya timbul nyeri otot.

Kebiasaan minum alkohol, kopi dan rokok dihubungkan dengan kejadian


osteoporosis sedangkan kurang gerak atau olahraga menyebabkan fleksibilitas
jaringan kurang baik.

H. Diagnostik

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan awal yang penting dalam pemeriksaan LBP. Pasien perlu
ditanyakan mengenai keluhan utama, anamnesis keluarga, penyakit sebelumnya,
keadaan sosial dan penyakit saat ini. Cara ini praktis dan efisien untuk mendeteksi
kondisi pasien apabila didapatkan kondisi yang lebih serius.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari pasien.


Tanda- tanda penyebab sistemik dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik umum
seperti demam, tekanan darah dan nadi dapat membantu evaluasi adanya nyeri
dan perdarahan. Pemeriksaan kulit dapat membantu memperlihatkan berbagai
tanda sistemik misalnya psoriasis, herpes zoster dan gangguan-gangguan
hematologis. Pemeriksaan pada daerah abdomen dilakukan untuk menilai
kemungkinan gangguan organ dalam. Pemeriksaan muskuloskeletal perlu
dilakukan untuk mengetahui daerah yang dikeluhkan. Pemeriksaan neurologis
juga perlu dilakukan meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik
dan patologik serta uji untuk menentukan kelainan saraf, seperti straight leg
raising (SLR)/ Laseque test (iritasi n.ischiadicus), sitting knee extension (iritasi
n.ischiadicus), saddle anesthesia (sindrom konus medularis).

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan


karena suatu indikasi tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap.

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna


untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat
(jika ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat) dan
elektroforesis protein serum (protein myeloma).

b. Pemeriksaan Radiologis
● Foto Polos

Pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah, dianjurkan


berdiri saat pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior,
lateral dan oblique. Gambaran radiologis yang sering terlihat
normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus
intervertebral, osteofit pada sendi facet, penumpukan kalsium pada
vertebra, pergeseran korpus vertebra (spondilolistesis), dan
infiltrasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang, melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
● MRI

MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta
melihat jaringan lunak. Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan
untuk melihat vertebra dan level neurologis yang belum jelas,
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinalis atau jaringan
lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus post
operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.

● CT- Mielografi

CT-mielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga


untuk diagnosis LBP untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif
dan menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan
mengeksklusi suatu tumor.

I. Tatalaksana

1. Terapi Non Farmakologis


a. Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika pasien
tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari dalam 4-6 minggu.
b. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2- 3 hari pertama untuk
mengurangi nyeri.
c. Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila pasien
belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.
d. Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik,
pemijatan, orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal berupa
ultrasound terapeutik, diatermi, infrared dan hidroterapi, dengan terapi
elektrik seperti stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulus
saraf transkutaneus elektrik maupun stimulus neuromuskular. Terapi dapat
pula dilakukan dengan cara meridian seperti akupuntur atau
elektroakupuntur. Selain itu, dapat pula digunakan terapi laser dan terapi
kombinasi atau multimodalitas.
2. Terapi Farmakologis
a. Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2 sampai 4g per


hari) sebagai terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan
beberapa pedoman terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada
pasien dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver,
mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan) atau orang tua yang
lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan.
Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika
dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor siklooksigenase-2 spesifik
(COX- 2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).

b. Obat Anti Inflamasi (NSAID)

Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan


NSAID. Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping,
American Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai
terapi lini pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil
(kolin, magnesium trisalicylate, salisilat) terbukti efektif dan memiliki
lebih sedikit efek samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non
spesifik dengan biaya lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika
NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi lambung harus
dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting
dalam proses produksi nyeri.

c. Steroid

Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan


untuk nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Penggunaan
steroid untuk nyeri radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid
epidural kurang direkomendasikan sedangkan penggunaan steroid tidak
dianjurkan untuk mengobati LBP kronis.

J. Prognosis

Meskipun LBP akut memiliki prognosis yang baik, efek dari cLBP dan disabilitas
yang menyertainya pada masyarakat sangat besar. Tidak seperti LBP akut, cLBP tidak
memiliki tujuan biologis. Ini adalah kelainan yang berkembang dalam lingkungan
kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor endogen dan eksogen yang mengubah
produktivitas individu lebih dari yang akan ditimbulkan oleh disfungsi patologis awal.

Jika studi diagnostik tidak mengungkapkan penyebab struktural, nyeri tersebut


mungkin disebabkan oleh psikologis, bukan fisik. Faktor fisik dan non-fisik, terjalin
secara kompleks, mempengaruhi transisi dari LBP akut ke kronis. Identifikasi semua
faktor fisik dan non-fisik yang berkontribusi memungkinkan dokter yang merawat untuk
mengadopsi pendekatan komprehensif dengan kemungkinan sukses terbesar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasenbring Mi, Rusu Ac, Turk Dc. From Acute To Chronic Back Pain: Risk
Factors, Mechanisms, And Clinical Implications [online]. Oup Oxford; 2012.
2. Cahyati A. Merawat Tanpa Nyeri Punggung Bawah. 2012.
3. Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, Et Al. Health
Care Guideline Adult Acute And Subacute Low Back Pain. Inst Clin Syst Improv.
2012.
4. Ramadhani Ae, Wahyudati S. Gambaran Gangguan Fungsional Dan Kualitas
Hidup Pada Pasien Low Back Pain Mekanik. Media Med Muda; Vol 4, No 4
Media Med Muda. 2015.
5. Munir S. Analisis Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Final Packing
Dan Part Supply Di Pt. X. 2012;46.
6. Netter Fh. Atlas Of Human Anatomy 25 Th Edition [Internet]. 2014 [Cited 2021
Mar 16]. Available From:
http://Netterreference.Com/Elsevier/Netter_S_Clinical_Anatomy/B/Bookdetails/3
4.
7. Susanto H. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back Pain Miogenik Di Rst Dr.
Soedjono Magelang. Fakultas Ilmu Kesehatan Univ Muhammadiyah Surakarta.
2013;53(9):1689–99.
8. Susihono W, Prasetyo W. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi Keluhan
Muskuloskeletal Dengan Pendekatan Metode Owas. 2010;
9. Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, Et Al.
Harrison’s Principles Of Internal Medicine, 17th Edition [online]. Mcgraw-Hill;
2008.
10. Jumiati J. Penambahan Core Stabilization Exercise Lebih Menurunkan Disabilitas
Dibandingkan Dengan Penambahan Latihan Metode Mckenzie Pada Traksi
Manipulasi Penderita Nyeri Punggung Bawah Mekanik Di Kota Yogyakarta
[online]. 2013 [Cited 2021 Mar 16].
11. Kilpikoski S. The Mckenzie Method In Assessing , Classifying And Treating
Non-Specific Low Back Pain In Adults With Special Reference To The
Centralization Phenomenon. 2010. 102 P.
12. Tomita S, Arphorn S, Muto T, Koetkhlai K, Naing Ss, Chaikittiporn C. Prevalence
And Risk Factors Of Low Back Pain Among Thai And Myanmar Migrant
Seafood Processing Factory Workers In Samut Sakorn Province, Thailand. Ind
Health [online]. 2010
13. Sinaki M, Mokri B. Low back pain and disorders of lumbar spine. In :
Braddom,ed. Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders
Company; 2000.p. 853-93.
14. Hills EC, Mechanical low back pain. eMedicine.com, [Online] June 2006.
Available at: http://www.emedicine.com/pmr/topic73.html.
15. The Norwegian Back Pain Network. Acute low back pain – interdisciplinary
clinical guidelines. Oslo; 2002 : The Norwegian Back Pain Network.
16. Tarwaka dkk, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktivitas, Surakarta: UNIBA press.
17. Ruslan A Latif, 2007, Nyeri Punggung Bawah, Available at:
http://medicastore.com/penyakit/2007/08/Nyeri_Punggung_Bawah.html, diakses
tanggal 16 Maret 2021.
18. Dachlan Lm. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah. 2009.
19. Adams Rd, Victor M. Principles Of Neurology [online]. Mcgraw-Hill Information
Services Company, Health Professions Division; 1985 [Cited 2021 Mar 16].
20. Panduwinata W. Peranan Magnetic Resonance Imaging Dalam Diagnosis Nyeri
Punggung Bawah Kronik. 2014;41(4):260–3.
21. Huldani D. Nyeri Punggung. Jurnal Kedokteran Univ Lambung Mangkurat. 2012.
22. Chawla, J. 2018. What is the Prognosis of Low Back Pain (LBP). [online]
Available at:
https://www.medscape.com/answers/1144130-118906/what-is-the-prognosis-of-lo
w-back-pain-lbp. Diakses tanggal 17 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai