Anda di halaman 1dari 61

LAKI-LAKI USIA 62 TAHUN DENGAN FRAKTUR

KOMPRESI VETEBRAE LUMBAL I DENNIS MAJOR B


FRANKEL E

Rahel Permata Herni Simanjuntak G991906028


Risna Annisa Mardiyati G991906029
Hans B Sinuraya G992003067
Bintang Aditya S G992003027

PEMBIMBING :
dr. Trilastiti Widowati M., Sp. KFR., M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2020
Identitas Pasien
• Nama : Tn. S
• Umur : 62 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Buruh pabrik
• Alamat : Sukoharjo, Jawa Tengah
• Status Perkawinan : Sudah menikah
• Tanggal masuk : 4 Maret 2020
• Tanggal Periksa: 18 Maret 2020
• No RM : 01498xxx
Keluhan Utama

Nyeri punggung bawah


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS Dr Moewardi dengan keluhan nyeri punggung


bawah. Keluhan dirasakan kurang lebih 8 jam SMRS setelah pasien
terjatuh saat memanjat pohon setinggi + 5 meter dengan kedua
tangan menahan badan. Keluhan dirasakan terus menerus dan semakin
memberat. Pasien mengaku tidak pingsan dan tidak mual muntah.
Setelah kejadian tersebut, oleh keluarga dibawa ke RS Karima
Utama. Di RS Karima utama, pasien dilakukan foto rontgen dan
pemasangan infus. Karena keterbatasan sarana fasilitas, pasien dibawa
ke RS Dr Moewardi.
Pasien dirawat di RS Dr Moewardi diberi obat
analgetik. Pasien mendapatkan tindakan operasi
pada tanggal 12 Maret 2020.
Setelah dilakukan operasi, pasien merasakan nyeri
berkurang, makan dan minum dangan baik, serta
BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat penyakit serupa : disangkal


• Riwayat trauma : (+) kecelakaan lalu lintas 5
tahun yang lalu
• Riwayat operasi : (+) 12 Maret 2020
• Riwayat darah tinggi : disangkal
• Riwayat penyakit gula : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat tensi tinggi : disangkal


• Riwayat sakit gula : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Kebiasaan

Pasien makan tiga kali sehari, dengan sepiring nasi, lauk-


pauk (ikan, daging, telur, tempe, dan tahu) dan sayur. Nafsu
makan normal dan porsi makan cukup.

• Riwayat merokok : (+)


• Riwayat minum alcohol : disangkal
• Riwayat minum obat-obatan : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang buruh pabrik berusia


62 tahun berobat di RSUD Moewardi dengan
BPJS kelas 3.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang VAS 3-4, GCS
E4V5M6, gizi kesan cukup
 
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 89x/menit, isi cukup, irama teratur,
simetris
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,50C
SpO2 : 99%
Pemeriksaan Fisik
Kepala: Mesocephal, Kulit: warna sawo
simetris, rambut hitam, matang, pucat (-), ikterik
tidak mudah rontok, (-), petechie (-)

Mata: konjungtiva
pucat (-/-), sklera ikterik
Telinga: normotia,
(-/-), oedem palpebra
deformitas (-)
(-/-),

Hidung: nafas cuping


hidung (-), deformitas
(-) Mulut: mencong ke kanan,
bibir kering (-), oral drooling
(-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi
(-)
Pemeriksaan Fisik
Trunk:
Jantung: Inspeksi: luka operasi
Bunyi jantung I-II (+)
intensitas normal, Palpasi: massa (-), nyeri
tekan (+), oedem (-)
reguler, bising (-) Perkusi : nyeri ketok
kostovertebrae (sde
karena pos op.

Paru : Abdomen
Inspeksi : pengembangan kanan Inspeksi : dinding perut sejajar
= kiri dengan dinding dada
Palpasi : sulit dievaluasi Auskultasi : peristaltik (+) 2
Perkusi : sulit dievaluasi x/menit
Auskultasi : vesikuler (+/+), RBH Perkusi : timpani
(+/-) Palpasi : supel, hepar dan lien
tidak teraba

Ektremitas: oedem (-/-),


akral dingin (-/-), pucat (-)
Status Neurologis
• Kesadaran : GCS E4V5M6
• Fungsi Luhur : dalam batas normal
• Fungsi sensorik : dalam batas normal
• Meningeal sign : (-)
• Nervus Cranialis :
• NI : dalam batas normal
• N II, III : pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
• N III, IV, VI : dalam batas normal
• NV : refleks kornea (+/+)
• N VII : dalam batas normal
• N VIII : dalam batas normal
• N XII : dalam batas normal
• Fungsi Otonom : dalam batas normal
Fungsi Motorik dan Reflek :
5555 5555
• Kekuatan
5555 5555

• Tonus N N
N N

+2/+2 +2/+2
• Reflek fisiologis
+2/+2 +2/+2

- -
• Reflek patologis
- -
Range of Motion (ROM)
 
NECK
ROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70º

Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º

Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º

Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º

Rotasi kanan 0 - 90º 0 – 90º

Rotasi kiri 0 - 90º 0 – 90º


ROM Pasif ROM Aktif

Ektremitas Superior Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Fleksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180º


Ektensi 0-60º 0-60º 0-60º 0-60º
Abduksi 0-160º 0-160º 0-160º 0-160º

Shoulder Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º


Eksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Internal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º


Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º
Ekstensi 0º 0º 0º 0º
Elbow Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Fleksi Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat)

Ekstensi Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat)

Wrist Ulnar Deviasi Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat)

Radius deviasi Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat) Sde (dibebat)
MCP I Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Finger
MCP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

PIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Fleksi Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op)

Ekstensi Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op)

Trunk Right Lateral Bending Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op)

Left Lateral Bending Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op) Sde (post op)
ROM Pasif ROM Aktif

Ektremitas Inferior Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Ektensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Abduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Hip Adduksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Eksorotasi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Endorotasi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Knee Ekstensi 0º 0º 0º 0º

Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Ankle Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º


MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)

NECK
Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5

Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5

TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Thoracic group 5
Ektensor 3
Lumbal group
Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5

Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5


MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)
D S
Ektremitas Superior
5 5
M. Deltoideus anterior
Fleksor 5 5
M. Biseps anterior
5 5
M. Deltoideu
Ekstensor 5 5
M. Teres Mayor
5 5
M. Deltoideus
Abduktor 5 5
M. Biseps
Shoulder M. Latissimus dorsi
5 5
Adduktor 5 5
M. Pectoralis mayor
5 5
M. Latissimus dorsi
Internal Rotasi 5 5
M. Pectoralis mayor
5 5
M. Teres mayor
Eksternal Rotasi 5 5
M. Infra supinatus
5 5
M. Biseps
Fleksor 5 5
M. Brachilais
5 5
Elbow Eksternsor M. Triseps
5 5
Supinator M. Supinatus
5 5
Pronator M. Pronator teres
MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)

Sde Sde
Fleksor M. Fleksor carpi radialis (dibebat) (dibebat)

Sde Sde
Ekstensor M. Ekstensor digitorum (dibebat) (dibebat)

Wrist Sde Sde


Abduktor M. Ekstensor carpi radialis (dibebat) (dibebat)

Sde Sde
Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris (dibebat) (dibebat)

Fleksor M.Fleksor digitorum 5 5

Finger Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5


MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)

Dekstra Sinistra
Ektremitas Inferior
Fleksor M. Psoas mayor 5 5
Hip
Ekstensor M. Gluteus maksimus 5 5

M. Gluteus medius 5 5
Abduktor
Adduktor M. Adduktor longus 5 5

Hamstring muscle 5 5
Knee Fleksor
Quadriceps femoris 5 5
Ekstensor
M. Tibialis 5 5
Ankle Fleksor
M. Soleus 5 5
Ekstensor
STATUS AMBULASI
Activity Score

Feeding
0 = unable
5
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau membutuhkan modifikasi diet
10 = independen

Bathing
0 = dependen 0
5 = independen (atau menggunakan shower)

Grooming
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri 0
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur

Dressing
0 = dependen
5
5 = membutuhkan bantuan tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan sendiri
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita, dll

Bowel
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)
5
5 = occasional accident
10 = kontinensia
STATUS AMBULASI
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani sendiri
0
5 = occasional accident
10 = kontinensia

Toilet use
0 = dependent 0
5 = membutuhkan bantuan tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri

Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk
5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang fisik) dapat duduk 5
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
15 = independen

Mobility
0 = immobile atau < 50 yard
5 = wheelchair independen, > 50 yard
5
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
15 = independen tapi dapat menggunakan alat bantuan apapun, tongkat) > 50 yard

Stairs
0 = unable
0
5 = membutuhkan bantuan
10 = independen

Total 0 – 100 25
STATUS AMBULASI

Interpretasi:    

0–20 : Ketergantungan penuh

21–61 : Ketergantungan berat/sangat ketergantungan

62–90 : Ketergantungan moderate

91–99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri
Status Psikiatri
Deskripsi Umum Proses Pikir
• Penampilan : Laki-laki, tampak sesuai • Isi pikir : tidak ada waham,
umur, perawatan diri cukup preokupasi, obsesi, dll
• Kesadaran : Compos mentis • Arus pikir : koheren
• Perilaku dan Aktivitas Motorik : • Bentuk pikir : realistis
Hipoaktif Sensorium dan Kognitif
• Pembicaraan : Spontan, intonasi cukup, • Konsentrasi : baik
volume cukup • Orientasi : baik
• Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif • Daya ingat : baik
Afek dan Mood Daya Nilai : baik
• Afek : serasi Insight :6
• Mood : eutimik
Gangguan Persepsi
• Ilusi : tidak ada
• Halusinasi : tidak ada

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah 14 Maret 2020

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi
Assessment
1. Fraktur kompresi Vetebra Lumbal I Dennis
Major B Frankel E post balloning kyphoplasty

2. Fraktur tertutup radius distal bilateral


Problem List
Problem Medis

• Low back pain


Ortesa Protesa
Sosiomedik Thoracolumbosacral
Memerlukan bantuan orthosis (TLSO)
untuk melakukan semirigid untuk
aktivitas sehari-hari mengurangi nyeri
dan stabilisasi

Okupasi Terapi Psikologi


Kecemasan pasien
Pasien kesulitan dan keluarga
menjalankan mengenai penyakit
aktivitas sehari-hari pasien

Fisioterapi: pasien Problem


Wicara
sulit beraktivitas
karena nyeri pada Rehabilitasi Tidak ada
punggung bawah
Medik
Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
• Bedrest tidak total
• Diet nasi lauk 2400 kkal/hari
• IVFD. Ringer Lactate 20 tpm
• Inj. Cefazoline 1 gr/8jam
• Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
• Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Okupasi Terapi
latihan dalam Ortesa-
melakukan aktivitas Protesa:
sehari-hari pemasangan
Sosiomedik TLSO semirigid
edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai penyakit
pasien dan dampak kepada Psikologi
aktivitas sehari-harinya Psikoterapi suportif
untuk memotivasi
pasien dan keluarga
Rehabilitasi dalam menghadapi
Medik penyakit

Fisioterapi
Terapi
General Passive ROM
Exercise
wicara
Stretching exercise Tidak
Alih Baring, imobilisasi dilakukan
bertahap
Impairment, Disability, Handicap

Impairment:
Fraktur kompresi Vetebra Lumbal I Dennis
Major B Frankel E post ballooning
kyphoplasty dan fraktur tertutup radius distal
bilateral

Handicap:
Keterbatasan dalam Disability:
aktivitas sehari-hari Kesulitan berpindah
dan dalam tempat dan beraktivitas
bersosialisasi dengan menggunakan kedua
tetanggan dan teman- tangan
temannya.
Tujuan

Planning Planning Terapi


Diagnostik Manajemen nyeri
Rawat luka residu
- Kaji tanda tanda infeksi

Planning Edukasi Planning


Penjelasan penyakit dan Monitoring
komplikasi dan Edukasi untuk
home exercise evaluasi hasil fisioterapi
Tujuan
Jangka pendek

Meminimalkan
Memperbaiki Mencegah impairment,
keadaan umum komplikasi disability dan
handicap
Tujuan
Jangka panjang

Memperbaiki
kemampuan Mengatasi masalah
penderita sehingga psikososial yang
mampu mandiri dan timbul akibat
melaksanakan penyakit yang
aktivitas kehidupan diderita pasien
sehari-hari
Prognosis

Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam

• Dubia ad bonam • Dubia ad bonam • Dubia ad bonam


Tinjauan Pustaka
Anatomi Vertebrae
Definisi Frakture Kompresi Vertebrae

• Fraktur kompresi vertebra merupakan suatu


kondisi dimana terjadi patahan pada copus
vertebralis. Tipe yang paling umum terjadi pada
fraktur kompresi dalah fraktur wedges (irisan).
• Penyebab tersering adalah osteoporosis, fraktur
kompresi vertebra juga dapat terjadi akibat
adanya trauma, infeksi, maupun kondisi
neoplasma (Alexandru and So, 2015).
Etiologi
1. Osteoporosis
2. Trauma
3. Metastasis Penyakit

(Maryland, 2020)
Patofisiologi
Fraktur kompresi vertebra digolongkan menjadi 2, yaitu:

Fraktur Kompresi Wedges


• Fraktur Kompresi wedges terjadi ketika tulang kalselus dan kortikal dari
corpus vertebra mengalami fraktur akibat tekanan fleksi yang berlebihan
pada saat axial loading terdapat pada area kepala atau pelvis. Bagian yang
paling sering mengalami fraktur tipe ini adalah serviko-torakal, toakolumbal
dan lumbosacral.
Fraktur Kompresi Bursst
• Fraktur burst dihasilkan dari tekanan fleksi dan aksial yang menyebabkan
corpus vertebra mengalami fraktur dengan fragmen yang saling tumpang
tindih (Shores, 1992).
Klasifikasi
Untuk itu melihat dari stabilitas tulang pasca trauma maka injuri pada tulang
belakang dibedakan menjadi stable injury dan unstable injury.
1. Stable Injury
• Suatu kondisi dimana komponen vertebra tidak akan mengalami perubahan
posisi hanya karena gerakan-gerakan yang normal. Komponen persarafan
tidak mengalami kerusakan atau sangat kecil kemungkinannya untuk
mengalami kerusakan.
2. Unstable Injury
• Keadaan dimana terdapat peningkatan risiko yang signifikan akan
terjadinya perubahan posisi pada komponen vertebra yang mengalami
fraktur dan dapat mengakibatkan gangguan pada komponen persarafan
(Solomon, Warwick and Nayagam, 2010)
Klasifikasi Dennis
Berdasarkan klasifikasi Dennis, cidera pada tulang belakang dibagi
menjadi dua berdasarkan potensi risikonya untuk menjadi tidak stabil.
Klasifikasi Dennis
1. Fraktur Kompresi
2. Fraktur Burst
3. Fraktur Seat-belt
4. Fraktur Dislokasi
Klasifikasi Dennis
Klasifikasi Frankel
Klasifikasi Frankel atau biasa disebut Frankel Grading adalah suatu sistem
pencatatan untuk mengukur deficit fungsional setelah terjadinya injuri
inkomplit pada medulla spinalis (Solomon, Warwick and Nayagam, 2010).

1. Grade A: Complete Neurological Injury; tidak ditemukan fungsi motorik dan


sensorik sama sekali dibawah level lesi
2. Grade B: Terdapat fungsi sensorik, namun fungsi motorik hilang sama
sekali
3. Grade C: Terdapat fungsi sensorik, terdapat fungsi motorik namun terlalu
lemah sehingga tidak fungsional
4. Grade D: Terdapat fungsi sensorik dan motorik yang fungsional
5. Grade E: Normal
Manifestasi Klinis
• Timbulnya nyeri punggung secara tiba-tiba di punggung bawah
tetapi dapat terjadi di tengah atau punggung atas atau leher
• Berdiri atau berjalan biasanya akan memperburuk rasa sakit
• Berbaring telentang membuat rasa sakit berkurang
• Mobilitas tulang belakang terbatas
• Berkurangnya tinggi badan
• Deformitas pada area punggung
• Mati rasa, kesemutan, dan parase (gejala menunjukkan gangguan
pada komponen persarafan di lokasi fraktur)
• Inkontinensia urin atau feses atau retensi urin
Diagnosis
Riwayat Trauma
• Setiap pasien dengan trauma tumpul di atas klavikula, cedera kepala atau
kehilangan kesadaran harus dipertimbangkan mengalami cervical spine
injury sampai terbukti sebaliknya. Setiap pasien yang jatuh dari ketinggian
atau kecelakaan perlambatan kecepatan tinggi harus sama dianggap
memiliki cedera thoracolumbar
Pemeriksaan Fisik
• Pasien dibalikkan dengan meminimalisir pergerakan pada kolumna
vertebralis. Kemudian bagian punggung dilakukan inspeksi untuk
mengetahui adanya deformitas, cedera penetrasi, hematoma atau ruam.
Tulang dan jaringan lunak dilakukan pemeriksaan palpasi dengan
memperhatikan secara seksama pada bagian celah interspinosus.
Hematoma, celah, atau jejak merupakan tanda instabiliti.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Rantgen: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur
tulang vertebra
• CT Scan: CT sangat ideal untuk menunjukkan kerusakan struktural
vertebra dan perpindahan fragmen tulang ke dalam kanal vertebral
• MRI: Merupakan metode pilihan untuk melihat diskus
intervertebralis, ligamentum flavum dan struktur saraf, serta
diindikasikan untuk semua pasien dengan tanda-tanda neurologis
dan pasien yang dipertimbangkan untuk operasi.
Penatalaksanaan
• Tujuan penatalaksanaan pada fraktur
kompresi vertebra yaitu termasuk
menghilangkan rasa sakit, pemulihan
fungsi, dan pencegahan patah tulang di
masa depan.
Terapi Konservatif
• Mendorong mobilitas pasien sedini mungkin apabila
telah dapat ditolerir merupakan suatu hal yang harus
dilakukan. Bed rest pada beberapa kasus
direkomendasikan, dimana rasa nyeri yang ditimbulkan
tidak dapat di toleransi. Namun, hal ini dapat
menybabkan berkurangnya massa tulang dan otot, luka
tekanan, dan thrombosis vena dalam.
Medikamentosa
Bracing/ Pemakaian Korset
• Enam hingga delapan minggu setelah fraktur kompresi vertebra,
namun bukti terhadap efektifitas penggunaannya terbatas.
• Brace yang ideal harus berbobot ringan, mudah dikenakan, dan
nyaman dengan bantal yang kompatibel. Jadi, pilihan untuk
menggunakan brace spesifik berdasarkan kebutuhan pasien, status
dan gejala klinis & tingkat fraktur.
Tipe Bracing
Rehabilitasi
Rehabilitasi pasien dengan fracture vertebra merupakan suatu hal
yang penting. Tujuan rehabilitasi termasuk:
• Program latihan
• Program Pencegahan Kejatuhan
• Mengurangi kyphosis
• Meningkatkan kekuatan otot aksial
• Mempertahankan perataan tulang belakang yang benar
Vertebroplasty dan Kyphoplasty
• Vertebroplasty dan kyphoplasty adalah prosedur yang mirip.
Keduanya dilakukan menggunakan jarum melewati kulit ke tulang
yang retak, menggunakan mesin x-ray untuk membantu
menemukan posisi yang tepat.
• Pada vertebroplasty, semen tulang yang disebut
polymethylmethacrylate disuntikkan melalui jarum ke tulang yang
retak. Sedangkan pada kyphoplasty, sebuah balon dimasukkan
dan dipompa untuk memperluas daerah tulang belakang yang
tertekan ke tinggi normalnya sebelum daerah tersebut diisi dengan
semen tulang.
Prognosis
• Fraktur dan gejala seperti nyeri yang dirasakan
akibat Fraktur kompresi vertebra dapat diatasi
dengan rangkaian terapi. Namun, faktor-faktor
sperti usia, struktur tulang, serta keterlibatan
kerusakan komponen saraf harus menjadi
perhatian khusus dalam penatalaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai