I. Identitas Pasien
Nama : EH
Alamat : KP Pasirkalong, Tangerang
Usia : 52 tahun
Status : Menikah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal datang ke Rumah Sakit Umum Siloam : 4 September 2018
Keluhan utama :
Nyeri pada telinga kiri.
Keluhan tambahan :
Disertai dengan penurunan pendengaran telinga kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Siloam dengan keluhan nyeri pada
telinga kiri sejak bulan Juli yang disertai dengan penurunan pendengaran pada telinga
kiri. Nyeri yang dirasakan hanya telinga sebelah kiri, hilang timbul, dan tidak
menyebar. Pasien juga merasakan telinga kirinya berdengung. Pasien belum pernah
mengobati gejala nyeri yang dirasakannya. Tidak ada faktor yang memperparah atau
memperingan rasa nyeri. Pasien menyangkal adanya cairan yang keluar dari telinga
kirinya ketika datang ke RS. Namun, sebelumnya pasien pernah berulang kali keluar
cairan pada telinga kirinya namun tidak disertai rasa nyeri. Cairan yang keluar
berwarna bening dan agak kental. Pasien sangat jarang mengorek kupingnya. Pasien
menyangkal adanya gejala batuk-pilek. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya sakit
kepala, mual muntah, kejang dan penurunan berat badan.
o Palpasi
o Nyeri tekan tragus (-/-)
o Nyeri tarik pinna (-/-)
o Nyeri tekan mastoid (-/+) mastoiditis
o Massa (-/-)
o Pemeriksaan otoskopi
Telinga Dextra Sinistra
Canalis auricularis Sekret (-), edema (-), Sekret (-), edema (-),
hiperemis (-), serumen hiperemis (+), serumen
(-) (-)
Membran timpani Utuh, refleks cahaya Tidak utuh, perforasi
(+), retraksi (-), (+, marginal), refleks
hiperemis (-) cahaya (-), retraksi (-),
hiperemis (+),
kolesteatoma (+)
Hidung
o Inspeksi
o Bentuk normal
o Tidak tampak hematoma
o Sekret (-/-)
o Allergic salute (-)
o Allergic crease (-)
o Palpasi
o Tidak terdapat krepitasi
o Nyeri tekan sinus:
- Sinus maxillaris (-/-)
- Sinus frontalis (-/-)
- Sinus ethmoid (-/-)
o Pemeriksaan rhinoskopi
o Anterior
Hidung Dextra Sinistra
Cavum nasi Lapang Lapang
Deviasi septum (-) (-)
Mukosa Licin, pucat (-), edema Licin, pucat (-), edema
(-) (-)
Konka inferior Edema (-) Edema (-)
Polip (-) (-)
Sekret (-) (-)
V. Resume
Pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan nyeri pada telinga kiri
selama ± 3 bulan. Pasien juga mengalami penurunan pendengaran dan disertai
rasa berdengung pada telinga kiri. Nyeri yang dirasakan hanya pada telinga kiri
saja, tidak menyebar dan hilang timbul. Pasien pernah mengalami keluarnya
cairan pada telinga kiri berulang kali sebelumnya. Cairan berwarna bening dan
agak kental. Pasien juga pernah mengalami gejala serupa pada telinga kanannya
sehingga pasien di operasi timpanomastoidektomi pada bulan Mei 2018. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya fistel retroaurikuler pada telinga kiri pasien
dan pada pemeriksaan otoskopi ditemukan adanya perforasi membrane timpani di
daerah marginal dan kolesteatoma. Pemeriksaan Weber juga menunjukkan adanya
tuli konduktif pada telinga kiri pasien.
VI. Diagnosis
- Otitis Media Supuratif Kronik Auricularis Sinistra Maligna dengan komplikasi
Mastoiditis
VIII. Pembahasan
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini
menunjukkan bahwa pasien ini menderita OMSK Maligna. Berdasarkan gejala
yang dialami pasien yaitu berupa nyeri pada telinga kiri selama ± 3 bulan disertai
penurunan pendengaran. mengarah kepada penyakit otitis media. Otitis media
yang diderita pasien lebih mengarah ke kronis daripada akut dikarenakan gejala
sudah lebih dari 2 bulan dan pasien juga memiliki riwayat keluarnya cairan
berulang pada telinga kirinya sebelumnya. Pasien juga pernah mengalami riwayat
OMSK pada telinga kanannya, dimana hal ini dapat menjadi salah satu faktor
resiko. Adanya penurunan pendengaran juga dapat mengarah kepada otitis media
serosa, namun pada otitis media serosa membrane timpani tampak utuh,
sedangkan pada pasien ini terjadi perforasi pada membrane timpani. Pasien juga
tidak memiliki riwayat alergi, sinusitis, maupun rhinitis yang dapat menjadi factor
resiko dari otitis media serosa. Ada beberapa hasil dari pemeriksaan fisik yang
mengarah ke OMSK maligna yaitu seperti adanya perforasi membrane timpani di
daerah marginal. Pada tipe OMSK benigna perforasi biasanya terdapat oada
daerah sentral. Pada pasien ini juga ditemukan adanya fistel retroaurikuler ± 1,5
cm, ini juga menjadi tanda dari OMSK maligna. Pada saat pemeriksaan juga
ditemukan adanya kolesteatoma. Kolesteatoma sendiri merupakan tanda dari
OMSK maligna atau tipe bahaya. Pada hasil pemeriksaan telinga juga ditemukan
adanya tanda mastoiditis. Rongga mastoid berhubungan langsung dengan rongga
telinga tengah melalui aditus ad antrum. Mastoiditis sendiri umumnya disebabkan
oleh adanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Beberapa ahli juga menggolongkan
Mastoiditis ke dalam komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).
X. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran timpani
dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta
penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara mastoid. Bagian ini
dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani dengan diameter kurang lebih
setengah inci.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel epitel
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah
bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani
kanan.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta
bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Didalam
telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam
yaitu, maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah..
Otitis Media
Otitis media ialah perdangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non-supuratif.
Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media
supuratif akut (OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma=aerotitis) dan otitis
media serosa kronis.
Skema pembagian otitis media
Otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul, kadang disertai gangguan pendengaran. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe
sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK
tipe ganas).
Etiologi
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran
bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba
eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris
eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, dan
aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans
(Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).
Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang
dari 2 bulan tetapi lebih dari 3 minggu disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambaat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan
tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal,
atau atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh
tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian
tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum.
Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Gejala klinis
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar
sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar
mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa
telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya
hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas
atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang
karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa
nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit
ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila
tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai
tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung
dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya
infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel
labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan
terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna
sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada
kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotika:
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid
tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga
akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan
gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan
kuman anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga
yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan
menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) adalah:
Terapi
3. OMSK Maligna
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.11
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain11 :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah supaya
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum
timpani dibersihkan dari semua jaringan patolgik. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga
ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah
untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi
intrakranial, sementara fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi
ini ialah pasien tidak boleh berenang seumur hidupnya dan harus kontrol
teraut ke dokter.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur pada rongga
operasi serta membuat meatoplasti yang lebar sehingga rongga operasi kering
permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar
menjadi lebar.
e. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenagkan dengan
pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk
rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah
timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih
dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi
ini harus dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
Komplikasi
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
Perforasi persisten
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
Fistel labirin
Labirinitis supuratif
Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
Meningitis
Abses otak
Hindrosefalus otitis
1. Buku Ajar Ilmu Keseharan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Edisi ketujuh. 2015
2. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap: Radang Telinga Tengah
Menahun. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2007
3. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
2006: p. 64-77.
4. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC,
1997: 88-118
5. Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence. London;
January 2007.