Anda di halaman 1dari 43

Indeks Penyakit Kulit

Definisi :
Episode akut dalam perjalanan kronis kusta, merupakan reaksi
kekebalan (cellular response) atau reaksi antibodi (humoral
response) yang merugikan, terutama jika mengenai saraf tepi
karena menyebabkan gangguan fungsi (cacat)

Terdapat 2 jenis reaksi lepra :


• Reaksi tipe 1 (reversal)
• Reaksi tipe 2 (eritema nodosum leprosum/ENL)
• Fenomena Lucio sering dianggap sebagai reaksi
kusta tipe 3 atau dikenal sebagai reaksi kusta
sangat berat.
Reaksi lepra
• Reaksi tipe 1 : memiliki ciri khas yaitu timbul inflamasi akut
dari lesi kulit atau saraf ataupun keduanya. Umumnya t
erjadi pada kusta tipe Borderline Tuberculoid (BT), Mid Bo
rderline (BB), dan Borderline Lepromatosa (BL). Pada
reaksi ini yang memegang peran adalah sistem imunitas
seluler (SIS). Reaksi lepra tipe1 mempunyai onset yang
cepat, sering berulang, dan dapat merusak saraf.

Gjala klinis reaksi tipe 1 : lesi kulit berupa


kemerahan, bengkak, nyeri, dan panas.
Pada saraf terjadi neuritis dengan ganggua
n fungsi saraf
Reaksi Lepra
Pengobatan :
• Pengobatan reaksi tipe 1 bertujuan untuk
mengatasi infalamasi akut, rasa nyeri, dan
kerusakan saraf.
• Diobati dengan MDT tanpa men-gurangi
dosis, kortikosteroid oral 30-40 setiap hari
selama satu bulan dan diturunkan 5mg
setiap hari.
• Dapat diberikan analgetik dan sedatifbila
perlu.
Perbedaan reaksi ringan dan berat pada
reaksi kusta tipe 1
Reaksi lepra
Reaksi lepra tipe 2 :
• Merupakan komplikasi imunilogi BL dan LL yang sulit diatasi.
• Manifestasi kulit berupa lesi eritema luas, nodul inflamasi dan papul superficial
atau dalam. Dapat juga ditemukan ulkus, nekrosis, pustul dan bulae.lesi terdistri
busi bilateral dan simetris terutama didaerah tungkai bawah, wajah, lengan dan
paha. Terdapat nyeri disertai dengan gejala sistemik yaitu demam tinggi dan
malaise.
• Perlu memperhatikan keterlibatan organ lain seperti saraf, mata, ginjal, sendi,
testis, dan kelenjar limfe.
• Dapat terjadi neuritis
Reaksi lepra
Reaksi lepra
Pengobatan :
• Tujuan pengobatan ENL adalah mengendalikan inflamasi,
rasa nyeri, dan pencegahan kecacatan.
• Kortikosteroid : prednison 15-30 mg per hari, dikurangi ber
tahap berdasarkan respons pasien.
• Thalidomeide : dosis awal 400mg, dikurangi menjadi 300
mg secepat mungkin, dosis dapat dikurangi 100mg per bul
an. Pada wanita hamil harus hati-hati karena memiliki efek
teratogenik.
• Klofazimin: dosis 300mg per hari; dosis tidak boleh diberik
an lebih dari 12 bulan.
Reaksi lepra
Fenomena Lucio :
• Sangat berat, kusta tipe lepramatosa non
-noduler difus.
• Gambaran klinis berupa plak atau infiltrat
difus, merah muda, bentuk tidak teratur, d
-an terasa nyeri.
• Lesi terutama di eksremitas, kemudian m
-eluas ke seluruh tubuh
• Lesi berat tampak eritema disertai purpur
a, bulae, nekrosis, ulserasi yang nyeri. M-
embentuk jaringan parut.
Pengobatan :
kortikosteroid dosis tinggi,
terapi supirtif,
plasmafaresis pada pasien reaksi persisten.
Sifilis stadium 1 dan 2
Sifilis
• Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum sangat kronik dan bersifat sistemik.
• Stadium sifilis :
1. Stadium I (sifilis primer)
2. Stadium II (sifilis sekunder)
3. Latent syphilis : early latent & late latent
4. Stadium III (sifilis tersier)
Berdasarkan WHO :
• Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi)
yaitu S I, SII, stadium rekuren, dan stadium laten
dini
• Stadium lanjut tak menular ( setelah 1 thn sejak
infeksi) yaitu Stadium laten lanjut dan S III
Sifilis
Stadium I :
• Kelainan kulit dimulai sebagai papul letikular yang perm
ukaannya akan menjadi ulkus
• Ulkus biasanya bulat, solitari, dasarnya ialah jaringan
granulasi warna merah dan bersih, diatasnya tampak
serum. Tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba (indur
asi) disebut ulkus durum.
• Berlokasi pada genital eksterna, pada pria ialah sulkus
koronarius sedangkan pada wanita di labia minor dan
mayor.
Sifilis
Stadium II :
• Biasanya timbul setelah 4-10 minggu sejak S I.
• Terdapat gejala anoreksia, turun berat badan, malaise, nyeri kepal
a, demam yang tidak tinggi, dan artralgia.
• Lesi dikulit berbentuk :
- Roseola ialah eritema makular, berbintk-bintik atau bercak-bercak,
warna merah dan bentuknya bulat atau lonjong. Biasanya kelaina
n kulit yang pertama terlihat pada SII.
- Papulo-sirsiner, papulae yang timbul kemudian menyusun diri me
n-jadi setengah lingkaran atau satu lingkaran penuh.
- Korona verinis, gerombolan papulae yang terdapat di dahi/wajah
- Pustul
Sifilis

Roseola
Sifilis
- Kondilomata lata (jika 1 : kondiloma latum), banyak papula yang tebal berwarna p
utih ke abu-abuan, basah, berbentuk bulat/lonjong. terdapat pada genetal, perineu
m, anus, dan aksila.
- Bila lesi-lesi diatas meyembuh mungkin meninggalkan bekas berupa makula hipo
pigmentasi disebut lekoderma sifilitika.
Lesi pada mukosa mulut
- Mucous patch/ muqous plaque
- Ulkus (snail track ulcer), ulkus yang melingkar seperti jalanannya siput, didapatka
n pada palatum atau mukosa pipi.
Lesi pada rambut
- Sering terjadi kerontokan umumnya bersifat difus, disebut alopesia difus
- Pada S II lanjut terdapat kerontokkan setempat-setempat seperti bercak, tapi tidak
botak disebut alopesia areolaris.
Sifilis

Mucous plaque
Alopesia
Sifilis

Gumma
Sifilis
• Sifilis laten dini : tidak ada gejala klinis dan kelainan, tetapi infeksi mas
ih ada dan aktif tes serologik darah (+) tetapi tes likuor serebrospinalis
(-). Tes yang dianjurkan adalah VDRL dan TPHA.
• Stadium rekuren : relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelaina
n kulit mirip S II atau S I.
• Sifilis laten lanjut :biasanya tidak menular, pada fase ini tidak ada gejal
a klinis tetapi pemeriksaan tes serologik (+).
• Sifilis tersier (stadium III) :kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis,biasanya lunak, dan destruktif. Dapat membentuk u
lkus yang dalam dengan dasar tertutup pus.
• Pemeriksaan penunjang :
- Dark field microscopy
- Serologic test for syphilis
- VDRL slide test
Sifilis
Pengobatan :
Early syphilis
• Benzatin penicillin G 2.4 juta unit im single dose
• Aq. Penicillin Procaine G 600.000 U im sekali sehari sel
ama 10 hari
• Doxycycline 2 x 100 mg/hr oral selama 4 minggu
• Tetracycline 4 x 500 mg/hr oral semalam 4 minggu
• Erythromycin 4 x 500mg/hr oral selama 4 minggu
• Ceftriaxone 200 mg sehari im selama 10 hari
Late Syphilis
• Benzatin penicillin G 2.4 juta unit im single dose 1 ming
gu sekali selama 3 minggu
• Doxycycline 2 x 100 mg/hr oral selama 4 minggu
• Tetracycline 4 x 500 mg/hr oral selama 4 minggu
Sifilis
Laten syphilis :
• Early latent syphilis : Benzathine Penicillin G 2,4 juta
unit im single dose
• Late latent syphilis : Benzathiane penicillin G 2,4 juta
unit im satu minggu sekali selama 3 minggu
• Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan :
- Doxycycline 2 x 100 mg/hr ora; selama 4 minggu
- Tetracycline 4 x 500 mg/ hr oral selama 4 minggu
- Erythromycun 4 x 500mg/ hari oral selama 4 minggu.
Dermatofitosis
Dermatofitosis
• Defiisi :penyakit pada jaringan yang mengandung zat tan
duk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut,
dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermat
ofita.
• Microsporum menyerang rambut dan kulit
• Trichophyton menyerang rambut, kulit, dan kuku
• Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku
Tinea Kapitis (ringworm of the scalp)
Infeksi dermatofit pada kepala, alis dan bulu mata. Umumnya pada anak-anak.
Kelainan ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia, dan kadang terjadi
gambaran yang lebih berat yaitu kerion.
1. Infeksi ekthothrik : miselium menjadi arthrokonidia disekitar batang rambut/bawah
kutikula dan destruksi kutikula. Ada 2 bentuk yaitu :
• Gray patch ringworm (oleh Microsporum), berskuama, disertai rasa gatal, radang
ringan, rambut keabuan dan tidak berkilat lagi serta rapuh. Dengan lampu wood
dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan.
• Kerion, disebabkan oleh M.canis dan M.gypseum. Pembengkakkan menyerupai
sarang lebah, dan menyebabkan jaringan parut dan alopesia menetap.
2. Infeksi endothrik : Miselium menjadi arthokonidia didalam batang rambut, lesi multip
el, banyak, terpencar, tidak semua rambut terkena alopesia.
Black dot, rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, bisa sampai dewasa dan lamp
u wood (-).
Tinea kapitis

Tinea capitis “gray Black dot, caused Tinea capitis cau Keroin of the scalp
patch” by Trichophyton to -sed by Microspo
nsurans rum audouinii
Tinea barbe
• Terjadi bila dermatofita menyerang daerah dagu, jenggot, jambang, dan kumis
• Hanya terjadi pada laki-laki.
• Kelainan kulit berupa unilateral dan lebih sering pada daerah jenggot dibandingkan
daerah kumis.
• Etiologi : T.verrucosum, T. mentagrophytes

Tinea barbae, keroin Scattered follicular papules and


pustules
Tinea korporis
Infeksi dermatofit pada kulit halus (glabrous skin)
2 bentuk tersering : bentuk annular dan bentuk iris
Makula erutematus berbatas jelas, tepi polisiklis, aktif (meninggi,
ada papula, vesikula, meluas), sembuh ditengah (central healing
) tertutup skuama.
Tinea imbrikata
Bentuk tinea korporis yang disebabkan oleh T. concentrium dan
terdapat di daerah tertentu (pulau Pasifik, Asia tenggara, Amerika
tengah, dan selatan. Khas : polisiklik, makula papulo skuamous,
tersusun cincin yang konsentris, meluas ke seluruh badan, stratum
korneum terlepas dan tepi bebasnya menghadap tengah.
Tinea kruris
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum
dan T.mentografites. Memberikan keluhan perasaan gatal yang
menahun, bertambah berat bila disertai keluarnya keringat. Gambaran
khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipatan paha sebelah
dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat
meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat
sampai ke aksila.
Tinea pedis dan manus
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = ring worm of the foot. Tinea
manus terjadi pada daerah palmar dan interdigital pada tangan.
Paling sering disebabkan oleh T. rubrum.
Tinea pedis dan manus
Tinea unguium
• Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari destruksi kuku.
• Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku,
• Subinguinal distal bila dimulai dari tepi ujung
• Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku.
• Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subu
ngual hiperkeratosis, dibawah kuku tampak ada detritus yang mengandung jamur.

Penyebab utama adalah : T


. rubrum dan T.metagrofites
Pengobatan
Pitiriasis vesikolor
• Penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya
tidak memberikan keluhan subyektif, berupa ber
cak berskuama halus yang berwarna putih samp
ai coklat kehitaman.
• Etiologi : Malassezia furfur
• Px penunjang : fluoresensi lesi kulit pada pemeri
ksaan lampu wood berwarna kuning keemasan.
• Sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan
KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan sp
ora-spora bulat yang dapat berkelompok (spagh
eti meatball).
Pitiriasis vesikolor

Pengobatan :
• Selenium sulfide (2.5%) lotion or shampoo. Appied daily for 2 weeks and left at least
10 minute, then washed off.
• Ketoconazole 2 % shampoo, left fo 5 min, reapeted 3 days. Topical terbinate 1 % solu
tion applied 2 twice daily to lesions fo 7 days.
• Systemic therapy orang ketoconazole (200-400mg daily for 3 to 7 days). Fluconazole
400 mg stat.
Kandidosis mukokutan ringan
• Penyakit jamur yang bersifat akut atau sub-akut, dapat mengenai mulut, vagina, k-
ulit, kuku, bronki, atau paru. Kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, end
-okarditis, atau meningitis.
• Etiologi : candida albicans, sebagai penyebab endokarditis kandidosis ialah C. Par
-apsilosis dan penyebab kandidosis septikemia adalah C.Tropicalis.
• Pemeriksaan penunjang : kerokan kulit dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan
gram, dapat terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan : ko
-loni tumbuh setelah 24-48 jam berupa yeast like colony.
Kandidosis mukokutan ringan
Kandidosis mukokutan ringan
Cutaneus larva migran
(creeping eruptio)
• Eetiologi : Ancylostoma brazillense
• Pemeriksaan panunjang : dermatopathology
nematoda larvae di dermis pada skin specim
en
• Karakteristik lesi : erythematous, peninggian, v
esicular, linear, atau serpentine cutaneous trail
dan licular canal .
Cutaneus larva migran
Pengobatan
• First-line : single dose of ivermectine or three
-day course of albendazole
• Sytemic agents : thiabendazole, orally 50 mg/
kg per day in two dose (max 3g/d) for 2-5
days; ivermectin, 6 mg twice daily, albendazol
e, 400 mg/g for 3 days; highly effective.
Filariasis
• Etiologi : malayan filariasis (Brugia malayi),
Timor filariasis (B.timori), Bancroft filariasis,
dan Wuchereria brancrofti. Transmitted by i
nfective mosquitoes.
• Karakteristik : lymphangitis, lymphadenitis,
lymphedema, hydocele, elephanitiasis,
tropical pulmonary eosinophilia.
• Pengobatan : DEC (diethylcarbamazepine)
(6mg/kg/day) dan doxycyline (200mg/day f
or 4-6 weeks) untuk membunuh adult w
orm.
Pedikulosis kapitis
Disebabkan oleh Pediculus Humanus Capitis
• Betina dapat menghasilkan 50 – 150 telur dalam 16
hari, hidup hanya beberapa jam dari kulit kepala.
Transmisi:
• Kontak kepala dengan kepala, berbagi sisir, bantal,
kursi.
Lokasi:
• Kulit kepala, terutama pada regio oksipitalis dan po
staurikular. Dapat ditemukan pada alis (Jarang)
• Reaksi gigitan: Urtikaria papular pada leher
• Reaksi sekunder: Eksema, ekskoriasi, liche
n simplex chonicus
• Infeksi sekunder: Infeksi S. aureus pada ek
skoriasi  Limfadenopati kelenjar oksipital
posterior.

Diagnosis : ditemukan kutu


pada rambut dan rambut
kepala
Pedikulosis kapitis
• Infestasi aktif: Ditemukan telur pada setiap
4 mm kulit kepala.
• Tata laksana:
o Membersihkan tempat tidur dan seprai
yang terkena kontak.
o Insektisida topikal
-Permethrin 1%, butoxide, malathion,
pyrethrin
o Ivermectin oral 200 mg/kg
Thank you

Anda mungkin juga menyukai