LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. NM
Umur : 55 tahun
Alamat : PERUM. Puri Gading JL. Kintamani
Pekerjaan : Dokter umum
Agama : Islam
Anamnesa
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama: nyeri di bagian lutut kiri sejak kurang lebih 30 menit SMRS. Nyeri menetap seperti
ditusuk- tusuk, muncul saat pasien sedang turun dari tangga, nyeri tidak menjalar. Nyeri dirasakan
sangat berat sehingga pasien sulit berjalan. Nyeri dirasakan memberat terutama jika pasien berjalan,
berdiri agak lama atau bangun dari posisi jongkok. Keluhan juga dirasakan memberat saat pagi hari dan
tidak membaik jika pasien istirahat. Pasien juga mengatakan sering merasakan nyeri pada lutut kanan
sejak sekirat 2 tahun yang lalu dan sudah memperoleh pengobatan dari dokter.
Sebelumnya pasien sering mengeluh lutut kiri dan kanannya agak kaku sehingga sulit digerakkan. Kaku
dikatakan bersamaan dengan timbulnya rasa nyeri pada lutut, dan dirasakan sekitar 5-10 menit
kemudian hilang. Kaku dirasakan saat bagun dipagi hari. Keluhan demam, mual dan muntah disangkal
oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah mengkonsumsi obat anti nyeri yaitu arcoxia, namun keluhan tidak membaik.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,3oC
SaO2 : 99%
BB : 88 kg
TB : 157 cm
BMI : 35,7 (Obesitas grade II)
Pemeriksaan generalis
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Bentuk dada simetris (+), gerak napas simetris (+), retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD ves/ves, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : datar, supel, BU 6x/menit, nyeri tekan (-).
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT<2”
Status Lokalis
At regio genu dextra et sinistra
L : hiperemis (-/-), deformitas (-/-), swelling (+/+) minimal
F : hangat (+/+), nyeri tekan (-/+), krepitasi (+/++)
M : gerakan aktif dan pasif pada genu sinistra terbatas karena nyeri
2
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (06/4/2022)
Hematologi Darah
Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Normal
Hemaglobin 12.2 g/dL 11.5-14.5
Leukosit 6.140 ribu/μL 4.000-12.000
Eritrosit 4.0 juta/μL 4.2-5.2
Hematokrit 35 % 33-45
Indeks Eritrosit
MCV 89 fL 76-90
MCH 31 Pg 27-31
MCHC 35 g/dL 32-36
Trombosit 196 ribu/μL 150-400
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0-1
Eosinofil 13 % 1-3
Neutrofil 53 % 52-76
Limfosit 28 % 20-40
Total limfosit 1.73 Ribu/ul 1.5-3.5
Monosit 5 % 2-8
3
Neutrofil Limfosit 1.87
Ratio
Laju Endap Darah 20 Mm/jam <20
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 85 mg/l 70-200
AST (SGOT) 23 mg/l <35
ALT (SGPT) 28 u/l <41
Ureum 29 mg/l 15-40
Kreatinin 1.0 mg/l 0.9-1.3
Elektrolit
Natrium (Na) 142 mmol/l 135-147
Kalium (K) 4.2 mmol/l 3.5-5.0
Clorida (Cl) 109 mmol/l 94-111
IMUNOSEROLOGI
06/4/2022
• Antigen SARS-CoV-2
Rapid Covid-19 Ag : Non reaktif
Diagnosis Kerja
Osteoartritis genu bilateral
Planning IGD
1. Pemeriksaan Penunjang : DPL, Pemeriksaan Feses lengkap,
2. Terapi IGD
- Inj. Pantoprazole
- Inj. Trovensis 4 mg
- Drip tramadol dalam NS 100cc
Monitoring : keadaan umum, vital sign, dan gejala
3. Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga pasien diagnosis sementara dan pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan
4. Konsultasi : Konsul dokter spesialis ortopedi dan traumatology
4
Advice Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatology
- Drip tramadol dalam NS 2x100mg
- Inj panloc 1x1 amp
- Inj lantidex 2x 1 amp
- Inj narfoz 2x 4mg
- Myonal tab 2x1 PO
Follow up di Ruangan
(Hari rawat ke 1) 7/4/2022
S: nyeri pada lutut kiri berkurang, dada terasa panas, ada rasa pahit dimulut, dan perut kembung
O: KU tampak sakit sedang, Kesadaran: CM
TD 133/67 mmHg, HR : 76 x/mnt, RR : 20 x/mnt, T : 36°C
Status Lokalis
At regio genu dextra et sinistra
L : hiperemis (-/-), deformitas (-/-), swelling (+/+) minimal
F : hangat (+/+), nyeri tekan (-/+), krepitasi (+/++)
M : gerakan aktif dan pasif pada genu sinistra terbatas karena nyeri
A: osteoarthritis genu bilateral
P: konsul SpKFR
- Drip tramadol dalam NS 2x100mg (stop) lanjut RL/12 jam
- Inj panloc 1x1 amp
- Inj lantidex 2x 1 amp, stop
- Inj narfoz 2x 4mg
- Myonal tab 2x1 PO
5
P: IVFD RL/12 jam
- Sanmol drip 3x1gr
- Panloc 2x1amp
- Fisioterapi 2x/hari
-
(Hari rawat ke 3) 9/4/2022
S: nyeri lutut berkurang
O: KU tampak sakit sedang, Kesadaran: CM
TD 129/69 mmHg, HR : 89 x/mnt, RR : 18 x/mnt, T : 36,2°C
Status Lokalis
At regio genu dextra et sinistra
L : hiperemis (-/-), deformitas (-/-), swelling (-/-)
F : hangat (+/+), nyeri tekan (-/-), krepitasi (+/++)
M : ROM limited (-)
A: osteoarthritis genu bilateral
P: pasien boleh pulang : fisio terapi lanjut
Obat pulang : celebrex 2x1, myonal 2x1, pariet 2x1, syalox 1x1, analsik 1x1
6
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis adalah salah satu tipe artritis yang pada umumnya paling sering
dijumpai diseluruh dunia. Penyakit ini memiliki asosiasi yang kuat pada usia dan lebih
sering ditemukan pada pasien lanjut usia. Penyakit ini disebabkan oleh adanya perubahan
patologis dari struktur tulang yang melibatkan proses berkurangnya tulang rawan
artikular hialin yang pada akhirnya dapat menyebabkan disabilitas. Pada pasien yang
memiliki kondisi osteoartritis, pada umumnya akan ditemukan tanda dan gejala yang
khas, yaitu nyeri sendi kronis dan rasa kaku pada sendi yang singkat (morning stiffness).
1,2
Pada studi yang telah dilaksanakan sebelumnya, tercatat sebanyak kurang lebih
80% pasien yang berusia lebih dari 55 tahun terdiagnosis memiliki osteoartritis pada
minimal satu sendi anggota gerjaknya, terutama terjadi pada sendi penopang berat badan
(weight bearing), yaitu sendi pinggang, lutut, tulang belakang dan tangan.1,2 Pada sebuah
penelitian yang dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2014, ditemukan survei berbasis
populasi di daerah pedesaan di Indonesia prevalensi penemuan gambaran radiologi
osteoartritis lutut pada subyek yang berusia >15 tahun sebanyak 15.5% pada pasien laki-
laki dan 12.7% pada pasien perempuan, ditemukan juga prevalensi disabilitas yang
diakibatkan penyakit rematik adalah sebanyak 2.2% dan pada umumnya disebabkan oleh
osteoartritis lutut. 3
Osteoartritis merupakan bagian penyakit rematik yang dapat berakibat disabilitas,
maka dari itu osteoartritis adalah salah satu tantangan kesehatan terbesar di abad ke-21,
karena dapat menyebabkan salah satu penyebab tersering dari disabilitas fisik, terutama
3
pada populasi lanjut usia. Penulisan referat ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan gambaran mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, pemberian tatalaksana pada dan prognosis penyakit osteoartritis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.3 Anatomi
Sendi adalah persambungan antara kedua tulang, fungsi dari sendi antara lain adalah
untuk memungkinkan tulang untuk bergerak atau memfiksasi kedua tulang tersebut.
Terdapat tiga jenis sendi, yaitu sendi fibrosa, kartilago dan sinovial. osteoartritis
adalah suatu kondisi yang menyebabkan perubahan pada sendi sinovial. 1
Pada kedua tulang yang disambungkan oleh sendi sinovial (Gambar 1), tepi
tulang yang bergabung dilapisi oleh sebuah kartilago yang lembut, yaitu kartilago
hialin (Gambar 2). Pertemuan ini juga dilapisi oleh kapsul yang mengandung cairan
sinovial, cairan ini memiliki fungsi untuk memberikan lubrikasi pada kartilago hialin.
Lapisan luar dari kapsul adalah membran sinovial, membran ini memiliki sel yang
disebut sinoviosit yang memiliki kegunaan untuk memproduksi lubrikan dan asam
9
hialuronat. Kedua komponen tersebut sangatlah penting, karena kedua hal itu
berfungsi untuk mengatur viskositas pada cairan sinovial, memproduksi sitokin serta
faktor pertumbuhan (growth factors) untuk mengeliminasi produk-produk sisa,
seperti contohnya metabolit, dari cairan
sinovial.1,2
10
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh kapsul serta ligament sendi, otot-
otot, saraf sensorik aferen dan tulang. Kapsul dan ligamen sendi bertindak sebagai
pelindung dengan memberikan keterbatasan pada rentang gerak, dengan demikian
akan membentuk rentang gerak sendi (range of joint motion) yang tetap. 1,2
Cairan sinovial mengurangi friksi diantara kedua permukaan kartilago yang
bertemu dan membentuk sebuah persendian, maka dari itu fungsi dari cairan ini
adalah sebagai pelindung terhadap perubahan tulang rawan yang diinisiasikan oleh
friksi (friction induced cartilage wear). Fungsi dari lubrikan ini bergantung dengan
asam hialuronat dan lubrisin, glikoprotein yang disekresikan oleh fibroblas sinovial
yang jumlahnya akan berkurang secara drastis apabila terjadi kerusakan sendi akibat
inflamasi sinovial. 2
Ligamen, kulit dan tendon memiliki mekanoreseptor yang tersebar.
Mekanoreseptor ini akan memberikan hantaran di frekuensi yang berbeda sepanjang
rentang gerak sendi, memberikan umpan balik (feedback) dari spinal cord ke otot
dan tendon disekitarnya, maka dari itu otot dan tendon mampu untuk menyesuaikan
tegangan yang cukup pada titik tertentu ketika sendi sedang bergerak dan
mengantisipasi beban pada sendi. 2
Otot dan tendon yang melapisi persendian sinovial merupakan faktor terpenting
perlindungan sendi. Kontraksi otot dan tendon yang terjadi secara bersamaan serta
sesuai saat sendi sedang bergerak, memberikan tenaga dan akselerasi yang sesuai
dengan kebutuhan sendi tersebut. Stres fokal yang dapat terjadi dapat dimimalisir
dengan kontraksi otot yang akan menyebabkan deselerasi dari sendi sebelum
terjadinya trauma (impact), sehingga trauma yang diterima dapat didistribusikan
keseluruh permukaan sendi dan meringankan dampak yang diterima. Tulang yang
berada di belakang kartilago (tulang subkondral) juga memiliki fungsi untuk
menyerap benturan yang diterima. 1,2
Seluruh struktur yang membentuk sendi sinovial dapat mengalami kerusakan dan
kerusakan tersebut akan menginisiasikan proses untuk terjadinya osteoartritis. Saat
satu struktur mengalami kerusakan, maka struktur disekitarnya juga akan mengalami
hal yang serupa. Secara umum, penyebab dari kerusakan ini, baik secara mekanis
atau biologis, dapat mempengaruhi beberapa struktur secara simultan yang pada
akhirnya akan memberikan dampak yang sama terhadap struktur yang lainnya secara
sekunder, maka dari itu dapat dipikirkan bahwa osteoartritis dapat disebabkan oleh
11
berbagai macam jenis kelainan sendi. 1
2.4 Etiologi
Etiologi osteoartritis masi belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik
dan biokimia dipikirkan untuk menjadi salah satu dari faktor pencetus dalam proses
terjadinya osteoartritis. 2 Osteoartritis merupakan sebuah penyakit heterogen yang
memiliki karakteristik kegagalan pada organ persendian sinovial. Kondisi ini terjadi
akibat ketidakseimbangan diantara destruksi dan perbaikan jaringan persendian, hal
ini pada umumnya terjadi di situasi dimana beban mekanik yang diberikan melebihi
yang dapat ditoleransi oleh jaringan sendi. Osteoartritis ditandai dengan adanya
kehilangan tulang rawan (kartilago) progresif, perubahan struktur (remodeling)
tulang subkondral, pembentukan osteofit dan inflamasi sinovial, yang pada akhirnya
mengakibatkan rasa nyeri dan disabilitas yang progresif (Gambar 3). 4
Gambar 3. Perubahan struktur sendi yang ditemukan pada pasien dengan osteoarthritis. 4
12
2.5 Faktor Risiko
Kerentanan dan beban sendi merupakan dua faktor risiko utama osteoartritis,
selain dari pada individu dengan sendi rentan yang sudah mengalami disfungsi
struktur-struktur proteksi sendi dapat menghasilkan osteoartritis dengan derajat
tegangan minimal, seperti kegiatan yang dilakukan setiap hari, sedangkan pada sendi
yang masih memiliki struktur proteksi yang kompeten, cedera akut atau kelebihan
beban dalam jangka panjang dapat mempresipitasi kondisi ini. Faktor risiko
osteoartritis dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko sistemik dan lokal sesuai
dengan persendian yang terkena (Gambar 4). 4
1. Usia
Usia merupakan faktor risiko yang memiliki korelasi yang kuat terhadap
osteoartritis. Osteoartritis merupakan penyakit kronis yang pada umumnya
terjadi pada populasi lanjut usia, ditemukan bahwa sebanyak 80% individu yang
berusia lebih dari 75 tahun memiliki kondisi ini dan osteoartritis meningkat
secara progresif dengan usia pada semua lokasi predileksi. 5 Proses degeneratif
13
pada tulang rawan yang terjadi secara fisiologis pada populasi usia lanjut, dapat
menyebabkan gangguan fungsi kondrosit, properti lainnya dan memberikan
respon yang berbeda terhadap sitokin dan faktor pertumbuhan (growth factors).
Aktivitas saraf dan otot yang melindungi sendi terganggu seiring dengan
bertambahnya usia. Seiring dengan bertambahnya usia, akumulasi dari ambang
batas faktor risiko lainnya juga akan meningkat. 6
Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada populasi Chingford (wanita;
usia rata-rata, 54 tahun), memiliki faktor risiko tertinggi dibandingkan tiga
kelompok usia lainnya, dimana kelompok tersebut memiliki peningkatan
kerentanan untuk mengalami osteoartritis pada lutut sebanyak 2.4 kali lebih
tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.6 Terdapat juga perbedaan
prevalensi dan distribusi antara laki-laki dan perempuan berdasarkan usia dan
jenis osteoartritis (Gambar 5). 1
Gambar 5. Insidens osteoartritis simptomatik pada tangan, lutut dan pinggul berdasarkan
usia dan jenis kelamin. 1
14
2. Jenis Kelamin
Osteoartritis dua kali lipat lebih mungkin untuk terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki, walaupun faktor risiko perempuan lebih rendah
dibandingkan laki-laki sebelum usia 50 tahun, namun terdapat peningkatan yang
tinggi diantara perempuan setelah usia 50 tahun. Peningkatan prevalensi yang
terjadi setelah usia 50 tahun dipikirkan terjadi akibat defisiensi estrogen pasca
menopause, hal ini diakibatkan karena kondrosit artikular memiliki reseptor
fungsional estrogen, maka dari itu dipikirkan juga bahwa kondrosit juga dapat
diregulasi oleh hormon estrogen. 5
Jenis kelamin dapat mempengaruhi kerentanan dari berbagai faktor, yaitu
pengaruh hormone pada metabolisme tulang rawan, variasi jenis kelamin dalam
risiko cedera dan perbedaan jenis kelamin di lingkungan setempat. Berdasarkan
National Health and Nutrition Examination Survey I (NHANES I), partisipan
yang berusia 35–74 tahun, risiko osteoartritis meningkat di laki-laki dan
perempuan, sedangkan pada awal usia 45–54 tahun faktor risiko ditemukan lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. 6
3. Berat Badan
Sebanyak tiga sampai enam kali berat badan ditransmisikan keseluruh lutut
Peningkatan berat badan dapat dikalikan dengan faktor tersebut untuk
mengevaluasi beban berlebih di lutut pada populasi obesitas. Obesitas
merupakan salah satu faktor risiko poten untuk osteoartritis genu dan pelvis.
Individu dengan obesitas juga pada umumnya memiliki tanda dan gejala
osteoartritis yang lebih berat dibandingkan individu dengan berat badan yang
normal. 2
Obesitas memiliki pengaruh terhadap pembentukan dan progresivitas
penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya beban pada sendi penopang berat
(weight bearing joint), selain dari itu faktor risiko ini ditemukan untuk lebih
berpengaruh terhadap perempuan dibandingkan laki-laki. Ditemukan bahwa
berat badan dan risiko untuk terjadinya osteoartritis pada perempuan memiliki
perbandingan linear, apabila berat badan meningkat maka risiko untuk
terjadinya osteoartritis juga akan meningkat. 1
15
4. Ras dan Etnis
6. Genetik
Dari studi kembar, ditemukan bahwa sebanyak kurang lebih 40% dari
predisposisi osteoartritis disebabkan oleh genetik, namun tidak ditemukan
adanya ‘gen osteoartritis’, melainkan terdapat kelainan pada gen yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis, yaitu gen yang memiliki asosiasi
pada pembentukan tulang. 1
1. Trauma
Gambar 6. Terdapat dua tipe malalignment genu, yaitu varus dan valgus. 2
17
2.6 Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi dan subtipe dari osteoartritis, sejak dulu osteoartritis
telah dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan penyebabnya (osteoartritis primer
dan sekunder), gejala yang memiliki asosiasi terhadap kerusakan sendi (osteoartritis
simptomatik dan asimptomatik), pola dan penyebaran dari keterlibatan persendian
(osteoartritis lokal dan generalisata), tipe dari reaksi tulang (osteoartritis hipertrofik
dan atrofik) dan progresivitas dari penyakit (osteoartritis aktif atau non-aktif). 1
Menurut American College of Rheumatology, osteoartritis juga dapat dibagi
menjadi dua kategori besar, yaitu tipe ‘sporadik’ atau ‘common-or-garden
osteoarthritis’ yang juga dapat disebut sebagai tipe primer atau idiopatik dan tipe
atipikal. Tipe primer atau ‘common-or-garden osteoarthritis’ ini adalah tipe yang
paling sering dijumpai, sedangkan tipe atipikal merupakan osteoartritis yang
disebabkan oleh penyakit lainnya (Tabel 1). 1,7
18
d. Ligamentous (hyperostosis (forestier disease or DISH)
6. Other single site (e.g., shoulder, temporomandibular, sacroiliac, ankle, wrist,
acromioclavicular)
Secondary
A. Posttraumatic
B. Cogenital or developmental disease
1. Localized
a. Hip disease (e.g., Legg-Calvé-Perthrs, congenital hip dislocation, slipped
capital femoral epiphysis, shallow acetabulum)
b. Mechanical and local factors (e.g., obesity, unequal lower extremity length,
extreme valgud/varus deformity, hypermobility syndromes scoliosis)
C. Calcium deposition disease
D. Other bone and joit disorders (e.g., avascular necrosis, rheumatoid arthritis, gout
arthritis, septic arthritis, paget disease, osteopetrosis, osteochondritis)
E. Other diseasess
1. Endocrine disease (e.g., diabetes mellitus, acromegaly, hypothyroidism,
hyperparathyroidism)
2. Neuropathic arthropathy (charcot joints)
3. Miscellaneous (e.g., frostbite, kashin-beck disease, caisson disease)
2.7 Patofisiologi
Defek primer osteoartritis adalah berkurangnya tulang rawan artikular. Pada tahap
awal penyakit, berkurangnya tulang rawan artikular akan menyebabkan hilangnya
penampilan mengkilapnya dan membuatnya menjadi warna kuning-keabuan. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
osteoartritis merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh berbagai
19
macam etiologi, seperti campuran dari faktor risiko sistemik yang berinteraksi
dengan penyebab mekanik lokal. 1,8
Seiring dengan proses ini berlanjut, permukaan dari tulang rawan artikular akan
mengelupas dan membentuk fisura longitudinal (fibrilasi). Tulang rawan artikular
pada akhirnya akan menipis dan bahkan dapat absen dari beberapa lokasi,
meninggalkan tulang subkondral tidak terlindungi. Tulang subkondral yang tidak
terlindungi oleh tulang rawan artikular, akan menebal, menjadi sklerotik dan pada
akhirnya akan membentuk osteofit. Osteofit ini dapat pecah menjadi fragmen yang
lebih kecil, yaitu joint mice, apabila joint mice ini mengiritasi membrane sinovial,
maka sinovitis dan efusi sendi dapat terjadi. Kapsul juga dapat menebal dan
menyebabkan keterbatasan rentang gerak sendi (Gambar 7). 8
Proses patogenesis utama dari osteoartritis masih belum diketahui secara pasti,
hal ini disebabkan banyaknya proses yang terjadi dalam waktu yang bersamaan,
namun beberapa studi telah menyatakan bahwa proses awal terjadinya osteoartritis
adalah dari disfungsi struktur protektif sendi tersebut.1 Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, perubahan pertama dari osteoartritis terjadi terutama di tulang rawan
artikular, perubahan dari tulang rawan artikular ini disebabkan oleh pemecahan
enzimatik dari matriks tulang rawan yang mengandung proteoglikan,
glikosaminoglikan dan kolagen tipe II.8
20
Proses awalnya terjadi perubahan ini dinisiasikan oleh beberapa faktor risko, hal
ini mengkativasi makrofag yang berada di membran sinovial. Aktivasi dari makrofag
ini pada akhirnya akan mengisiasikan peleapasan sitokin proinflamatori, seperti
TNF-α, IL-1β dan IL-6. Makrofag juga akan mengisikasikan pelepasan dari VEGF
dan E-Selectin yang pada akhirnya akan menyebabkan angiogenesis serta rekrutmen
dari neutrofil dan sel T yang akan memfasilitasi proses inflamasi. 5,9
Proses inflamasi ini juga akan menyebabkan sekresi dari protease,
terutama metalloproteinase (MMP) yang akan mendestruksi tulang rawan artikular.
Sitokin proinflamatori juga akan menstimulasi osteoblas untuk membentuk sturktur
tulang baru sebagai respon inflamasi, hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan
membentuk kembali persendian dengan melebarkan luas permukaan untuk
menerima beban, namun hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan penebalan
subkondral (eburnasi) yang nantinya akan membentuk osteofit (Gambar 8). 5,9
21
adalah tanda dan gejala yang pada umumnya dijumpai pada pasien dengan
osteoartritis (Tabel 2):10
Symptoms
• Pain
• Discomfort
• Reduced function
• Weakness
• Grinding or clicking
• Instability or buckling
Signs
• Crepitus
• Observable deformity
• Tenderness
• Altered gait
• Limitation of motion
• Ligamentous instability
22
2.8.1 Gejala
1. Nyeri
23
2. Deformitas dan Pembengkakan Sendi
Gambar 10 Nodus Herberden dan Bouchard pada osteoartritis sendi DIP dan PIP 8
24
Gambra 11. Osteoartritis pada lutut. (a) Penonjolan tulang yang diakibatkan oleh osteofit
pada bagian medial genu (tanda panah). (b) Tampilan rediologis osteofit (tanda
panah)
3. Kekakuan
2.8.2 Tanda
25
1. Krepitasi
26
Gambar 12. Osteoartritis interfalangeal manus. (a) Deformitas pada bagian proksimal
dan distal interproksimal dari persendian. Terutama terlihat pada sendi proximal
interphalangeal (PIP) (panah kuning). (b) Tampilan radiologis dari persendian
interphalangeal 10
27
persendian. Antalgic gait pada umumnya dapat dilihat pada pasien dengan
osteoartritis pelvis. 10
Gambar 14. Gambaran radiologis dari osteoartritis. (a) Pelvis. (b) Genu 1
28
Tabel 3 Skoring Kellgren dan Lawrence 2
Score Interpretation Description
0 Normal No feature of osteoarthritis
1 Doubtful Minimal osteophyte,
doubtful significance
2 Minor Definite osteophyte, no loss
of joint space
3 Moderate Some diminution of joint
space
4 Severe Advanced joint space loss
and sclerosis of the body
MRI juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis osteoartritis, MRI dinilai
lebih baik dibandingkan foto polos, karena dapat memberikan gambaran struktur
persendian dalam tiga dimensi dan dalam resolusi yang tinggi, maka dari itu
sensitivitas untuk melihat perubahan awal cukup tinggi dibandingkan foto polos
ekstremitas. Menurut rekomendasi dari Osteoarthritis Research Society, MRI
direkomendasikan untuk menilai morfologi tulang rawan. Pemeriksaan MRI juga
dapat mengunakan kontras (gadolinium) dan pemeriksaan ini cukup baik untuk
menilai derajat histologis osteoartritis (Gambar 15). 12
Ultrasonografi (USG) juga dapat dipertimbangkan untuk digunakan
sebagai pemeriksaan penunjang, karena USG dapat menilai kondisi sinovium,
terutama pada osteoartritis tangan dan lutut. CT jarang sekali digunakan. 2,12
29
Gambar 15. MRI osteoartritis pelvis 12
2.10 Diagnosis
30
Tabel 4 Kriteria diagnosis berdasarkan klasifikasi lokasi predileksi osteoartritis American
College of Rheumatology 7
Items required for presence of osteoarthritis
Gambar 16. Gambaran Klinis RA. (a) Pembengkakan dan kaku pada PIP manus. (b)
Deformitas jari tangan. (c) Sinovitis genu dekstra. (d) fitur ekstra-artikular, nodul
subkutaneus. (d,e) Ruptur tendon.
32
autoantibodi rheumatoid factor (RF) dan anti-citrullinated peptide antibodies
(ACPAs) positif di serum. 13 Dari pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan adanya
erosi atau dekalsifikasi tulang inekuifokal (Gambar 17). Berikut adalah perbedaan
diantara RA dan osteoartritis (Tabel 5): 13
33
2.11.2 Gout Arthritis (GA)
Gout adalah tipe artritis inflamatori yang disebabkan oleh deposisi
kristal monosodium urate di persendian dan jaringan-jaringan lainnya, hal ini
disebabkan secara sekunder oleh hiperurisemia. Secara epidemiologi, GA
merupakan salah satu penyakit persendian yang paling sering ditemukan pada laki-
laki dengan insidens usia tertinggi pada saat dekade kelima. Faktor risiko dari kondisi
ini antara lain adalah, riwayat keluarga (30–40%), alkohol (50%), insufisiensi ginjal
dan obesitas. 15
Hiperurisemia yang menimbulkan gejala GA terjadi pada 5–10% pasien
dengan hasil laboratorium serum asam urat 420 ∝mol/L. Hiperurisemia
asimptomatik 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan GA, dan kebanyakan dari
pasien hiperurisemia tidak memiliki GA. Manifestasi klinis yang khas dari kondisi
ini adalah, pada saat episode eksaserbasi akut biasanya lokasi predileksi utama
adalah di persendian metatarsophalangeal (MTP) pertama (podagra), namun dapat
juga ditemukan di lutut, pergelangan kaki, midfoot, siku dan pergelangan tangan.
Rasa nyeri terutama muncul pada saat malam hari dan dalam hitungan jam
persendian yang terpengaruh akan menjadi merah, hangat, bengkak dan terasa sangat
nyeri. Pada saat eksaserbasi akut, pasien dengan GA jarang sekali mengeluhkan
hanya rasa nyeri atau tidak nyaman, namun pada umumnya juga disertai dengan
keluhan tidak bisa berjalan karena rasa nyerinya. 15,16
Gejala sistemik juga dapat terjadi, terutama pada saat eksaserbasi akut.
Gejala sistemik yang dapat dikeluhkan antara lain adalah malaise dan demam.
Pada umumnya, gejala gout akan hilang dengan sendirinya setelah 5–7 hari dan
bisa disertai dengan deskuamasi kulit persendian yang terpengaruh. GA akut
dapat menyebabkan bursitis, tendinitis dan selulitis ekstremitas bawah (terutama
terjadi pada pasien lanjut usia). Gout yang tidak ditangani dapat menimbulkan lesi
tophi yang merupakan pembengkakan sendi yang berisi kristal asam urat (Gambar
18), pada umumnya dapat terlihat di siku, persendian jari tangan dan telinga.
Tophi dapat menyebabkan penyakit erosif (chronic gouty arthropathy). 14,16
34
Gambar 18. Gouty tophi. (a) Tophi subkutan di daerah bursae olecranon. (b,c) Tophaceous
gout yang terdapat ditangan dan kaki. 14
35
Gambar 19. Gambaran radiologis GA kronik 14
Gambar 20. Kristal asam urat yang ditemukan di sampel cairan sinovial14
2.12 Tatalaksana
Tatalaksana untuk menangani osteoartritis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
tatalaksana non-farmakologi, farmakologi dan tindakan pembedahan. Tujuan utama dari
tatalaksana osteoartritis adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan meringankan rasa
nyeri yang dialami oleh pasien, prinsip dasar dari tatalaksana osteoartritis simptomatik
adalah seperti berikut (Gambar 21): 2
36
Gambar 21. Piramida prinsip tatalaksana osteoarthritis 2
2.12.1 Non-Farmakologi
1. Hindari aktivitas yang dapat menimbulkan rasa nyeri, seperti aktivitas aktivitas
berat yang melibatkan pengunaan persendian (naik dan turun tangga).
2. Meningkatkan kekuatan otot disekitar persendian tersebut untuk mengoptimisasi
fungsinya.2
3.Pengunaan alat bantu medis, seperti splinting pada osteoartritis manus
dan pengunaan tongkat untuk membantu berjalan pada kasus osteoartritis genu.
37
Gambar 22. Brace genu valgus yang digunakan untuk realignment 1
2.12.2 Farmakologi
38
Gambar 23. Algoritma tatalaksana osteoarthritis 19
39
Tabel 6 Terapi farmakologis untuk osteoarritis 2
1. Acetaminophen (Paracetamol)
41
Inhibitor COX-2 digunakan untuk meminimalisir terjadinya efek samping
gastrointestinal NSAID, namun inhibitor COX-2 bekerja dengan menginhibisi
potrasikilin yang apabila diinhibisi akan meningkatkan aktivasi platelet dan juga
akan menyebabkan vasokonstriksi. Efek samping dari inhibitor COX-2 adalah
meningkatkan risiko untuk terjadinya thrombosis, terutama pada pasien dengan
riwayat infark miokardial.19
3. Kortikosteroid
42
beberapa komponen, salah satunya adalah asam hialuronat. Terapi menggunakan
asam hialuronat yang diinjeksikan secara intra-artikular dinilai masih
kontroversial, karena tidak menimbulkan efektivitas yang signifikan dan injeksi
asam hialuronat juga ditemukan dapat meningkatkan rasa nyeri yang timbul pada
saat eksaserbasi akut. Pedoman tatalaksana The National Insititute for Heatlh and
Care Excellence (NICE) dan The American College of Rheumatology tidak
merekomendasikan penggunaan dan penawaran terapi dengan menggunakan
asam hialuronat karena hal-hal tersebut. 2,19
43
Tabel 8 Indikasi operasi pasien osteoarthritis
Malaignment merupakan salah satu faktor risiko dari osteoartritis yang dapat
mempengaruhi progresivitas penyakit, terutama osteoartritis lutut. Koreksi
dari kondisi ini dengan bracing atau osteotomi memiliki potensi untuk
memodifikasi struktur organ. Studi dan literatur merekomendasikan tindakan
ini untuk dilakukan pada pasien dengan osteoatritis tibiofemoral medial
ringan-sedang dengan genu varus atau osteoartritis pelvis superolateral sedang.
18
44
3. Total joint arthroplasty
Tindakan ini adalah baku emas tindakan pembedahan dari osteoartritis, karena
tindakan ini dinilai efektif untuk meringankan rasa nyeri dan mengembalikan
fungsi sendi pada pasien dengan osteoartritis genu dan pelvis. 18
2.13 Prognosis
Prognosis pasien dengan osteoartritis sangat beragam, hal ini karena terdapat
variabilitas pada setiap individu. Secara umum, telah ditemukan bahwa pasien
dengan osteoartritis relatif stabil, fungsi fisik dan progresi nyeri pada umumnya
akan tidak berprogresi lebih lanjut, tanpa adanya kemajuan ataupun
perburukan fungsi yang signifikan. Pada sebuah studi yang mengikuti hasil
follow up yang dilakukan pada pasien selama 6 tahun, ditemukan bahwa pasien
dengan osteoartritis akan tetap memiliki derajat nyeri yang sama selama 6
tahun tersebut, selain dari itu gambaran radiologis juga ditemukan
tidak mengalami deteoriasi yang signifikan. Kedua hal tersebut menunjukkan
bahwa osteoartritis merupakan sebuah penyakit yang memiliki progresivitas
lambat dan minimal, namun ditemukan juga perburukan yang signifikan pada
beberapa inidivdu, terutama yang memiliiki faktor risiko tertentu. Berikut
adalah faktor prognostik pasien osteoartritis (Tabel 9):1,2
45
BAB III
KESIMPULAN
Osteoartritis merupakan salah satu tipe penyakit sendi rematik degeneratif yang
ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan artikular, pembentukan osteofit,
sklerosis tulang subkondral dan perubahan degeneratif dari jaringan halus
periartikular (tendon, ligamen dan otot). Karakteristik tersebut dapat menimbulkan
tanda dan gejala yang khas dari osteoartritis, yaitu rasa nyeri dan kaku pada pagi hari
yang berlangsung dengan singkat (morning stiffness).
Secara epidemiologi, Indonesia memiliki angka insidens osteoartritis yang
cukup tinggi, hal ini dikarenakan angka populasi lanjut usia yang terus meningkat
dan faktor risiko utama dari osteoartritis salah satunya adalah usia. Prevalensi
disabilitas yang disebabkan oleh penyakit sendi rematik adalah 2.2%, apabila
disesuaikan dengan jumlah populasi Indonesia (200 juta penduduk), maka Indonesia
kurang lebih memiliki lebih dari 4.4 juta subyek dengan disabilitas yang disebabkan
oleh gangguan sendi, terutama osteoartritis pada lutut.
Kecurigaan pada osteoartritis harus dipikirkan apabila ditemukan pasien
dengan keluhan nyeri kronis dan kekakuan pada sendi yang terpengaruh, namun
terdapat beberapa diagnosis banding untuk kondisi ini, maka dari itu anamnesis
lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang harus dilakukan untuk
mengeksklusi diagnosis banding lainnya dan menegakkan diagnosis osteoartritis.
Baku emas untuk diagnosis osteoartritis adalah dengan mengunakan pencitraan,
yaitu foto polos dimana akan ditemukan gambaran penyempitan jarak diantara sendi
(joint space), pembentukan osteofit dan sklerosis subkondral serta kista. Terapi
osteoartritis hanya simptomatik dan digunakan hanya untuk meringankan gejala
yang dialami oleh pasien, namun apabila terdapat indikasi operasi, maka terapi
definitifnya adalah tindakan operasi. Prognosis pasien pasca operasi dinilai cukup
baik dan dapat hilang dengan sendirinya setelah dibantu dengan fisioterapi.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
9. Block JA. Clinical Features of Osteoarthritis. In: Hochberg MC, Gravallese EM,
Silman AJ, Smolen JS, Weinblatt ME, Weisman MH, editors. Rheumatology. 7th
ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 1522–8.
10. Nelson AE, Jordan JM. Clinical Features of Osteoarthritis. In: Firestein G, Budd
RC, Gabriel SE, McInnes IB, O’Dell JR, editors. Kelley and Firestein’s Textbook
of Rheumatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier; 2017. p. 1705–15.
11. Palmer AJR, Agricola R, Price AJ, Vincent TL, Weinans H, Carr
AJ.Osteoarthritis. Seminar. 2015;386:376–87.
12. Erickson AR, Cannella AC, Mikuls TR. Clinical Features of Rheumatoid Arthritis.
In: Firestein G, Budd RC, Gabriel SE, McInnes IB, O’Dell JR, editors. Kelley
and Firestein’s Textbook of Rheumatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier; 2017. p.
1167– 78.
13. Edwards C. Inflammatory Rheumatic Disorders. In: Blom A, Warwick D,
Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of Ortopaedics and Trauma.
10th ed. Florida: CRC Press; 2018. p. 65–72.
14. Creamer P, Kassimos D. Crystal Deposition Disorders. In: Blom A, Warwick
D, Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of Ortopaedics and Trauma.
10th ed. Florida: CRC Press; 2018. p. 83–6.
15. Schlesinger N. Clinical Features of Gout. In: Hochberg MC, Gravallese EM, Silman
AJ, Smolen JS, Weinblatt ME, Weisman MH, editors. Rheumatology. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 1610–1.
16. Arden NK, Hochberg MC. Management of Osteoarthritis. In: Hochberg MC,
Gravallese EM, Silman AJ, Smolen JS, Weinblatt ME, Weisman MH, editors.
Rheumatology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 1582–8.
17. Hunter DJ, Bierma-zeinstra S. Osteoarthritis. Seminar. 2019;393:1745–59. 19. Felson
DT. Treatment of Osteoarthritis. In: Firestein G, Budd RC, Gabriel SE, McInnes IB,
O’Dell JR, editors. Kelley and Firestein’s Textbook of Rheumatology. 10th
ed. Philadelphia: Elsevier; 2017. p. 1719–28.
48