PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. Al
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki
Agama : Kristen
Alamat : Desa Tumale, Kabupaten Luwu
Nomor RM : 227703
Tanggal masuk : 14-11-2017
II.2 ANAMNESIS
2
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 91x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,7 º C ( axiller )
Kepala : mesosefal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-) raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : discharge (-/-), ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial Linea
Midclavikularis Sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
defans muskuler (-)
Ekstremitas Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
3
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Motorik:
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Status lokalis :
Regio Manus Sinistra
Look : deformitas digiti II (+), vulnus laceratum pada phalanx distal
Feel : nyeri tekan digiti II (+), krepitasi (+), pulsasi arteri radialis (+), akral
hangat (+), sensasi (+), capirally refill (< 2’),
Move : Keterbatasan pergerakan fleksi dan extensi pada phalanx distal digiti II
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab. Darah (tanggal 14-11-2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin :
Leukosit 5,38 103/ul 4,5-13
Eritrosit 4,35 106/ul 3,8-5,2
Hemoglobin 12,36 g/dl 12,8-16,8
Hematokrit 41,20 % 35-47
MCV L 70,3 Fl 80-100
MCH L 24,7 Pg 26-34
MCHC 35,4 g/dl 32-36
Trombosit 267 103/ul 154-442
Diff count :
Eosinofil absolute 0,042 103/ul 0,045-0,44
Basofil absolute 0,05 103/ul 0-0,2
Netrofil absolute 6,53 103/ul 1,8-8
Limfosit absolute 2,11 103/ul 0,9-5,2
Monosit absolute 0,97 103/ul 0,16-1
4
Eosinofil L 1,9 % 2-4
Basofil 0,10 % 0-1
Netrofil 63,60 % 50-70
Limfosit 29,30 % 25-50
Monosit 5,50 % 1-6
Kimia klinik:
Glukosa sewaktu 105 Mg/dl < 125
Ureum 11,8 mg/dl 10-50
Creatinin H 1,1 mg/dl 0,70-1,10
Kalium 4,6 mmol/L 3,5-5,0
Natrium 136 mmol/L 135-145
Chlorida 105 mmol/L 95-105
Total protein 7,2 g/dl 0,1-8,3
5
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Struktur anatomis telapak tangan terdiri dari dua bagian utama yaitu: 2
A. Bagian tulang: Carpal, metacarpal, dan phalangs
B. Bagian lunak: Otot, saraf, vascular, jaringan lemak, dan jaringan ikat sendi
(Snell, 2006)
a. Carpal
Tulang carpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metacarpal. Antara
tulang-tulang carpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunatum, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitatum,
dan hamatum. (Moore, 2002).
b. Metacarpal
Metacarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat pada pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan distal tulang-tulang carpal. Khususnya di
tulang metacarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
6
Gambar 1. Gambaran tulang penyusun telapak tangan. 2
c. Tulang-Tulang Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat dua phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, dan distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.
c. Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat dua phalangs di setiap
ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, dan distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.
2. Bagian Lunak Telapak Tangan 2
A. Otot- otot Telapak Tangan
Otot-otot tangan intrinsik digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Otot-otot thenar dalam kompartemen thenar
b. Musculus adductor pollicis dalam kompartemen adductor
7
c. Otot-otot hypothenar dalam kompartemen hyphothenar
d. Otot-otot tangan pendek (Musculi lumbricales dalam komparteman tengah dan
musculi interossei antara ossa metacarpi).
Otot-otot thenar (musculus abductor pollicis brevis, musculus flexor pollicis
brevis, dan musculus opponens pollicis terutama berfungsi untuk mengadakan
oposisi pollex (digitus primus). Gerak majemuk ini dimulai dengan ekstensi, lalu
dilanjutkan dengan abduksi, fleksi, endorotasi, dan biasanya aduksi. 2
8
b. Saraf- saraf Telapak Tangan
Saraf- saraf telapak tangan adalah nervus medianus dan nervus ulnaris. Nervus
ulnaris akan mempersarafi musculus flexor carpi ulnaris, musculus flexor
digitorum profundus/ FDP (untuk fleksi DIP joint/ distal inter phalang joint jari 4
dan 5), dan sebagian besar otot intrinsik tangan termasuk mm. lumbricales (untuk
fleksi MCP/Metacarpo phalangeal 4 dan 5). Cedera pada nervus ulnaris akan
menyebabkan kecenderungan tertarik ke depan oleh FDP tanpa adanya tarikan
lumbricales, kondisi yang demikian disebut Claw Hand (main en griffe). (Moore,
2002). Nervus medianus mempersarafi semua otot antebrachium kompartemen
anterior flexor - kecuali m. flexor carpi ulnaris dan m. FDP / flexor digitorum
profundus jari ke-4 dan ke-5 (bagian radial). N. Medianus juga mempersarafi otot
regio thenar (m. flexor policis brevis, m. abductor policis brevis dan m. Opponens
policis (Snell, 2006). Cedera nervus medianus bagian proksimal akan memberikan
gambaran obstetricus hand/ Benedict, accoucheur’s hand, Pitcher’s Hand. Cedera
nervus medianus akan menyebabkan gambaran ape hand. 2
c. Arteri- arteri Telapak Tangan 2
1. Arteri Ulnaris
Arteri ulnaris mempercabangkan ramus profundus dan kemudian berlanjut ke
telapak tangan sebagai arcus palmaris superficialis. Arcus palmaris superficialis
adalah lanjutan langsung arteri ulnaris. Di lateral, arcus ini dilengkapi oleh cabang
arteria radialis. Empat arteriae digitales dipercabangkan dari bagian cembung
arcus dan berjalan ke jari 2
9
2. Arteri Radialis Arteri radialis membelok ke medial di antara caput obliqum dan
caput tranversum musculi adductor pollicis dan berlanjut sebagai arcus palmaris
profundus. Arcus palmaris profundus merupakan lanjutan langsung arteri radialis.
Arcus arterial palmaris superficialis dan profundus diikuti oleh arcus venosus
palmaris superficialis dan profundus yang menerima darah dari cabang yang
sesuai.
II.3 Etiologi
a. Cedera traumatic 1
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
b. Fraktur Patologik1
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi seperti
osteomyelitis, dan Rakhitis.
c. Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. 1
II.3 Patofisiologi
10
terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai. 1
Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan
berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan
segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan
fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus
dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih
cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma
fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang
baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan. 1
II.4 Klasifikasi
11
2) Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah
tulang.
4) Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
II.5 Manifestasi Klinis
12
II.6 Pemeriksaan Penunjang
13
distal terhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah
bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka.
Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi
atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian
analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan
reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum. Kontra indikasi
reposisi tertutup:
Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar
fracture.
2) Imobilisasi. 3
14
II.8 Komplikasi
1) Komplikasi Awal 5
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya
mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit
yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada
kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang
terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada
fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar
bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung,
stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
15
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi
saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai
fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur
berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena
nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu
yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia
keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien
merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap
pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen
dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama
operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang
terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur
dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar
16
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama 5
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
17
Daftar Pustaka
1. Solomon, Luis.2017. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Edisi 9.
Hodder arnold: United Kingdom.
2. Thompson, J.C. Netter’s Concise Atlas Orthopaedic Anatomy. USA: Icon
Learning System LLC. 2015; p168-174
3. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 874-6
4. Salter RB. Congenital Abnormalities. Dalam: Salter RB. Textbook of
Disorders and Injuries of the Musculosceletal System.
18