Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi tangan dan penggunaan jarijari tangan


sangat penting untuk sebagian besar melalukan berbagai aktifitas dan hampir
setiap profesi. Cedera tangan merupakan cedera yang paling umum. Sebagian
besar cedera tangan merupakan cedera tertutup, cedera ligament, cedera tendon,
dislokasi, dan fraktur (Bowen, 2012).1
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth,
2002). 1
. Fraktur phalanx adalah terputusnya hubungan tulang jari-jari tangan yang
disebabkan oleh trauma langsung pada tangan. 1

1
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Al
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki
Agama : Kristen
Alamat : Desa Tumale, Kabupaten Luwu
Nomor RM : 227703
Tanggal masuk : 14-11-2017
II.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 November


2017 pukul 09.00 WIB di Perawatan bedah RSUD Kota Makassar.
Keluhan Utama
Nyeri pada jari telunjuk tangan sebelah kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Makassar dengan keluhan nyeri pada
jari telunjuk tangan sebelah kiri dialami ± 1 jam yang lalu. Nyeri dirasakan terus-
menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila jari digerakkan. Pasien mengatakan saat
kejadian pasien sedang memperbaiki motor di bengkel rumahnya. Kemudian jari
telunjuknya terjepit gear motor saat memutar ban motor. Pasien tidak mengeluh
demam, mual, muntah, pusing.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya diakui
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Diabetes Militus disangkal
II.3 PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis
Keadaan umum : baik, kooperatif

2
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 91x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,7 º C ( axiller )

Kepala : mesosefal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-) raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : discharge (-/-), ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial Linea
Midclavikularis Sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
defans muskuler (-)
Ekstremitas Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-

3
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Motorik:
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Status lokalis :
 Regio Manus Sinistra
Look : deformitas digiti II (+), vulnus laceratum pada phalanx distal
Feel : nyeri tekan digiti II (+), krepitasi (+), pulsasi arteri radialis (+), akral
hangat (+), sensasi (+), capirally refill (< 2’),
Move : Keterbatasan pergerakan fleksi dan extensi pada phalanx distal digiti II
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Lab. Darah (tanggal 14-11-2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin :
Leukosit 5,38 103/ul 4,5-13
Eritrosit 4,35 106/ul 3,8-5,2
Hemoglobin 12,36 g/dl 12,8-16,8
Hematokrit 41,20 % 35-47
MCV L 70,3 Fl 80-100
MCH L 24,7 Pg 26-34
MCHC 35,4 g/dl 32-36
Trombosit 267 103/ul 154-442
Diff count :
Eosinofil absolute 0,042 103/ul 0,045-0,44
Basofil absolute 0,05 103/ul 0-0,2
Netrofil absolute 6,53 103/ul 1,8-8
Limfosit absolute 2,11 103/ul 0,9-5,2
Monosit absolute 0,97 103/ul 0,16-1

4
Eosinofil L 1,9 % 2-4
Basofil 0,10 % 0-1
Netrofil 63,60 % 50-70
Limfosit 29,30 % 25-50
Monosit 5,50 % 1-6
Kimia klinik:
Glukosa sewaktu 105 Mg/dl < 125
Ureum 11,8 mg/dl 10-50
Creatinin H 1,1 mg/dl 0,70-1,10
Kalium 4,6 mmol/L 3,5-5,0
Natrium 136 mmol/L 135-145
Chlorida 105 mmol/L 95-105
Total protein 7,2 g/dl 0,1-8,3

 X foto manus sinistra (tanggal 14-11-2017)

II.5 DIAGNOSIS KERJA

Open fraktur phalanx distal digiti II manus dekstra Grade II


II.6 PENATALAKSANAAN
Medikasi
- Terapi cairan: infus RL 28 tpm
- Antibiotik (Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12jam/ IV)
- Analgetik (Injeksi Ketorolac 1 amp/8jam/ IV
- Ranitidin 1am/12jam/IV
Operatif
- Debridement
- Pemasangan K-Wire
II.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam

5
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang


rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.1
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. 1

II. 2 Anatomi Manus

Struktur anatomis telapak tangan terdiri dari dua bagian utama yaitu: 2
A. Bagian tulang: Carpal, metacarpal, dan phalangs
B. Bagian lunak: Otot, saraf, vascular, jaringan lemak, dan jaringan ikat sendi
(Snell, 2006)
a. Carpal
Tulang carpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metacarpal. Antara
tulang-tulang carpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunatum, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitatum,
dan hamatum. (Moore, 2002).
b. Metacarpal
Metacarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat pada pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan distal tulang-tulang carpal. Khususnya di
tulang metacarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

6
Gambar 1. Gambaran tulang penyusun telapak tangan. 2

c. Tulang-Tulang Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat dua phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, dan distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.
c. Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat dua phalangs di setiap
ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, dan distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.
2. Bagian Lunak Telapak Tangan 2
A. Otot- otot Telapak Tangan
Otot-otot tangan intrinsik digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Otot-otot thenar dalam kompartemen thenar
b. Musculus adductor pollicis dalam kompartemen adductor

7
c. Otot-otot hypothenar dalam kompartemen hyphothenar
d. Otot-otot tangan pendek (Musculi lumbricales dalam komparteman tengah dan
musculi interossei antara ossa metacarpi).
Otot-otot thenar (musculus abductor pollicis brevis, musculus flexor pollicis
brevis, dan musculus opponens pollicis terutama berfungsi untuk mengadakan
oposisi pollex (digitus primus). Gerak majemuk ini dimulai dengan ekstensi, lalu
dilanjutkan dengan abduksi, fleksi, endorotasi, dan biasanya aduksi. 2

Gambar 2. Diseksi tangan, memperlihatkan vagina synovialis tendini digiti


manus 1-5 (biru) tendo otot-otot fleksor panjang. 2

8
b. Saraf- saraf Telapak Tangan
Saraf- saraf telapak tangan adalah nervus medianus dan nervus ulnaris. Nervus
ulnaris akan mempersarafi musculus flexor carpi ulnaris, musculus flexor
digitorum profundus/ FDP (untuk fleksi DIP joint/ distal inter phalang joint jari 4
dan 5), dan sebagian besar otot intrinsik tangan termasuk mm. lumbricales (untuk
fleksi MCP/Metacarpo phalangeal 4 dan 5). Cedera pada nervus ulnaris akan
menyebabkan kecenderungan tertarik ke depan oleh FDP tanpa adanya tarikan
lumbricales, kondisi yang demikian disebut Claw Hand (main en griffe). (Moore,
2002). Nervus medianus mempersarafi semua otot antebrachium kompartemen
anterior flexor - kecuali m. flexor carpi ulnaris dan m. FDP / flexor digitorum
profundus jari ke-4 dan ke-5 (bagian radial). N. Medianus juga mempersarafi otot
regio thenar (m. flexor policis brevis, m. abductor policis brevis dan m. Opponens
policis (Snell, 2006). Cedera nervus medianus bagian proksimal akan memberikan
gambaran obstetricus hand/ Benedict, accoucheur’s hand, Pitcher’s Hand. Cedera
nervus medianus akan menyebabkan gambaran ape hand. 2
c. Arteri- arteri Telapak Tangan 2
1. Arteri Ulnaris
Arteri ulnaris mempercabangkan ramus profundus dan kemudian berlanjut ke
telapak tangan sebagai arcus palmaris superficialis. Arcus palmaris superficialis
adalah lanjutan langsung arteri ulnaris. Di lateral, arcus ini dilengkapi oleh cabang
arteria radialis. Empat arteriae digitales dipercabangkan dari bagian cembung
arcus dan berjalan ke jari 2

Gambar 3. Diseksi superfisial


telapak tangan. 2

9
2. Arteri Radialis Arteri radialis membelok ke medial di antara caput obliqum dan
caput tranversum musculi adductor pollicis dan berlanjut sebagai arcus palmaris
profundus. Arcus palmaris profundus merupakan lanjutan langsung arteri radialis.
Arcus arterial palmaris superficialis dan profundus diikuti oleh arcus venosus
palmaris superficialis dan profundus yang menerima darah dari cabang yang
sesuai.

II.3 Etiologi

a. Cedera traumatic 1
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
b. Fraktur Patologik1
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi seperti
osteomyelitis, dan Rakhitis.
c. Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. 1

II.3 Patofisiologi

Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di


sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut.
Jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi
yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast

10
terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai. 1
Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan
berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan
segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan
fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus
dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih
cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma
fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang
baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan. 1
II.4 Klasifikasi

 Klasifikasi fraktur dibagi menjadi beberapa yaitu : 1


a. Berdasarkan komplet atau ketidakklomplitan fraktur :
1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran.
2) Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
b. Berdasarkan sifat fraktur :
Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada kulit
atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
a) Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm.
b) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
c) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan yang paling berat.
c. Berdasarkan bentuk garis patah :
1) Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok.

11
2) Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah
tulang.
4) Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
II.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Deformitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
3. Krepitasi
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
5. Fals Moment
Merupakan pergerakan/ bentuk yang salah dari tulang (bengkok)

12
II.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur,


harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : 1
 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
 Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
 Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan
yang normal)
 Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
 Darah rutin,
 Faktor pembekuan darah,
 Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
 Urinalisa,
 Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk
kliren ginjal).
3) Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan
vaskuler akibat fraktur tersebut.
II.7 Penatalaksanaan

Prinsip terapi fraktur1,3,4


1) Reduksi

Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reposisi


memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan
rotasional. Reposisi mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura
ekstremitas distal (tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai), dimana
spasme otot tidak berlebihan. Traksi bisa diberikan dengan plester felt
melekat diatas kulit atau dengan memasang pin tranversa melalui tulang,

13
distal terhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah
bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka.
Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi
atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian
analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan
reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum. Kontra indikasi
reposisi tertutup:
 Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
 Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
 Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar
fracture.
2) Imobilisasi. 3

Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur


sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur
ekstremitas dapat diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat
bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf. Semua pasien fraktur
diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan vascular.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai
sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada
penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan
memakai gips/brace.
3) Rehabilitasi

Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan


masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum
berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu gips/bidai dilepaskan.
Dianjurkan terapi fisik untuk mgerakan aktif dan pasif serta penguatan
otot.

14
II.8 Komplikasi

1) Komplikasi Awal 5
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya
mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit
yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada
kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang
terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada
fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar
bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung,
stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

15
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi
saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai
fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur
berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena
nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu
yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia
keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien
merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap
pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen
dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama
operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang
terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur
dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar

16
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama 5
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi,  cacat diisi  oleh  jaringan  fibrosa.
Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

17
Daftar Pustaka
1. Solomon, Luis.2017. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Edisi 9.
Hodder arnold: United Kingdom.
2. Thompson, J.C. Netter’s Concise Atlas Orthopaedic Anatomy. USA: Icon
Learning System LLC. 2015; p168-174
3. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 874-6
4. Salter RB. Congenital Abnormalities. Dalam: Salter RB. Textbook of
Disorders and Injuries of the Musculosceletal System.

18

Anda mungkin juga menyukai