KOLELITIASIS
Oleh :
Imam Syahuri Gultom, S.Ked.
I1A008065
Pembimbing
dr. Agung Ary Wibowo, Sp.B(K)BD
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien
kolik yang spesifik maka risiko mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat.1
20% penduduk dewasa. Setiap tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani
pembedahan.3 Dua per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien
tidak mempunyai keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan
mengalami komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada episode
selanjutnya.2
menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. 1
Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi
akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik.1,2
1
Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar dari
batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat
atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu komponen saja. 3
Berikut akan dilaporkan kasus kolelitiasis pada seorang penderita laki - laki, umur
41 tahun yang di Ruang Nusa Indah Bedah Umum RSUD Ulin Banjarmasin dari
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 41 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pekerjaan : Distributor
Alamat : Beruntung
II. ANAMNESIS
kedua pundak, ulu hati hingga perut kiri bawah. Nyeri dirasakan
tengkuk. Kembung (+), mual muntah (-), BAB normal warna kuning
3
(-), mata berwarna kuning (-). Pasien mengaku tidak ada nyeri menusuk
A. Pemeriksaan Umum
3. Tanda Vital
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Mata :
- eksoftalmus (-/-)
4
- refleks cahaya (+/+)
Mulut :
Leher :
C. Pemeriksaan Thoraks
Paru
Jantung
D. Pemeriksaan Abdomen
5
Inspeksi : Tampak datar, vena kolateral (-), scar (-), distensi (-)
Perkusi : Timpani
E. Pemeriksaan Ekstrimitas
Dalam batas normal, nyeri (-), tidak tampak skoliosis, kifosis, lordosis.
a. Hasil Laboratorium
b. USG Abdomen
V. DIAGNOSA
Cholelitiasis
VI. PENATALAKSANAAN
Pro cholesistektomi
7
VII. FOLLOW UP
14 Agustus 2013 15 Agustus 2013 16 Agustus 2013 17 Agustus 2013 18 Agustus 2013 19 Agustus 2013 20 Agustus 2013
SUBJEKTIF
Pusing - - - - - - +
Mual/muntah - - - - - - -
BAK/BAB N N N N N N N
Makan/minum +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Nyeri post op +
OBJEKTIF
Tanda vital
N (x/mnt) 82 78 80 76 80 87 80
RR (x/mnt) 20 20 20 18 20 20 20
T (0C) 37 36,2 37 36,4 36,5 36,5 36,7
TD (mmHg) 110/70 110/70 110/80 110/70 120/70 110/70 100/60
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Distensi - - - - - - -
BU N N N N N N N
Murphy sign + - - - - - -
Timpani + + + + + + +
PLANNING R/ operasi Menunggu jadwal Menunggu jadwal Menunggu jadwal Menunggu jadwal Hasil lab normal IVFD totofusin +
Cek DL ulang operasi operasi operasi operasi Operasi har ini kalbamin 2000 cc/24
jam
Inj. Cefizox 3x1 gr
8
Inj. Ozid 2x1 amp
Inj. Ketece 3x1 amp
SUBJEKTIF BLPL
Pusing +
Mual/muntah -
BAK/BAB N
Makan/minum +/+
Nyeri post op -
OBJEKTIF
Tanda vital
N (x/mnt) 84
RR (x/mnt) 20
T (0C) 36,4
TD (mmHg) 100/70
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Distensi -
BU N
Murphy sign -
Timpani +
10
VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Sistem biliaris disebut juga sistem empedu. Sistem biliaris dan hati tumbuh
bersama. Berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana tonjolan
tersebut akan menjadi hepar dan sistem biliaris. Bagian kaudal dari divertikulum
communis (ductus choledochus) dan bagian cranialnya menjadi hati dan ductus
hepaticus biliaris.4
dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu . Apabila kandung
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk
12
2 cm, diameter 2-3 cm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang banyak
mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu dan menahan alirannya dari
kandung empedu.4
hepatoduodenale dengan batas atas porta hepatis sedangkan batas bawahnya distal
papila Vateri. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik bermuara ke saluran yang
paling kecil yang disebut kanikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi
hepatikus di hilus.4
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm.
Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara
disebut Papilla Vatteri. Ujung distalnya dikelilingi oleh sfingter Oddi, yang
13
arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung
empedu.5
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.5
B. Definisi
kedua-duanya.5,6
14
C. Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
bilirubin.2 Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun
perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam
pengendapan kolesterol adalah terlalu banyak absorbsi air dari empedu, terlalu
banyak absorbsi garam- garam empedu dan lesitin dari empedu, dan terlalu
sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik
mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh.
Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu
15
menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial atau komplet sehingga
menimbulkan gejala kolik empedu. Kalau batu terhenti di dalam duktus sistikus
karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada
D. Faktor Risiko
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
7. Hiperlipidemia
16
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih,
E. Patofisiologi
1. Batu Kolesterol
komponen yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan
supersaturasi dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisa mencapai
17
Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu
terjadi supersaturasi.
tinggi.
Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada
sirkulasi enterohepatik).
Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti
batu heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau
sel-sel yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari
asam empedu.
waktu untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana
kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti
batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila
pada pemberian total parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal
kurang baik. Sekresi mucus yang berlebihan dari mukosa kandung empedu
2. Batu pigmen6
Serikat. Ada dua bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih umum dan
batu kalsium bilirubinat. Batu pigmen murni lebih kecil (2 sampai 5 mm),
bilirubin, asam empedu dalam jumlah kecil kolesterol (3 sampai 26%) dan
oleh sel liver. Kebanyakan bilirubin dalam empedu dibentuk dari konjugat
19
glukorinide yang larut air dan stabil. Tetapi ada sedikit yang terdiri dari
dapat larut.
1) Saturasi bilirubin
Coli. Pada keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton
20
2) Pembentukan inti batu
bisa juga oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki
melaporkan bahwa 55 % batu pigmen dengan inti telur atau bagian badan
3. Batu campuran5,10
bersifat majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian besar dari batu campuran
F. Manifestasi Klinis
a. Asimtomatik
gejala (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri
bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual. Studi perjalanan
penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung empedu, tanpa
gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode waktu 5 tahun. Tidak ada
21
data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien dengan
b. Simtomatik
atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,
dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri
terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian
pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan
c. Komplikasi
usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan
dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari
kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan, baik berupa
serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di daerah
epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan
pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada
kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign” (pasien berhenti bernafas
sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya
22
dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi
Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan
perut kanan atas disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi
akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya kolangitis tersebut.
Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya kolangitis bakterial non
piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan menggigil, nyeri
didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupa kolangitis
piogenik intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa tiga gejala
trias Charcot, ditambah syok, dan kekacauan mental atau penurunan kesadaran
sampai koma.10
komplikasi mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu duktus
koledokus disertai dengan bakterobilia dalam 75% persen pasien serta dengan
adanya obstruksi saluran empedu, dapat timbul kolangitis akut. Episode parah
kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi batu empedu kecil melalui
ampula Vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus koledokus distal dan
G. Komplikasi
23
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis : 4
1. Asimtomatik
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam
kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat
menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara
menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka
mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan
ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu
24
terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis
sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada
saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus
menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan
ileus obstruksi.4
H. Diagnosa
a. Anamnesis
Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran
terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri
di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya
adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang
25
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak
bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan
keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.4
b. Pemeriksaan Fisik
seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung
kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu
tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.4
Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar bilirubin
darah kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
26
ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar
bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus
koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum
dalam hepatosit. Peningkatan serum sering menunjukkan kelainan sel hati, tapi
saluran empedu.5,10
Fosfatase alkali disintesis dalam sel epitel saluran empedu. Kadar yang
sangat tinggi, sangat menggambarkan obstruksi saluran empedu karena sel ductus
alkali fosfatase pada umumnya meningkat dan bertahan lebih lama dibandingkan
tergantung dari cairan empedu yang masuk ke usus halus, akan tetapi hal ini dapat
2. Pemeriksaan Radiologis
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.
27
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam
mengenai:
Melihat lokasi dari batu empedu tesebut. Apakah di dalam kandung empedu
4. CT scan
CT scan dapat memperlihatkan saluran empedu yang melebar, massa
I. Penatalaksanaan
29
Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit. Saat
yang dipakai ialah kolesistektomi. Akan tetapi, pengobatan batu dapat dimulai
dari obat-obatan yang digunakan tunggal atau kombinasi yaitu terapi oral garam
empedu (asam ursodeoksikolat), dilusi kontak dan ESWL. Terapi tersebut akan
berprognosis baik apabila batu kecil < 1 cm dengan tinggi kandungan kolesterol.
12,14
1. Asimptomatik
penggunaan jangka panjang dari agen ini akan mengurangi saturasi kolesterol
pada empedu yaitu dengan mengurangi sekresi kolesterol dan efek deterjen dari
kristalisasi. 12,14
30
Dosis lazim yang digunakan ialah 8-10 mg/kgBB terbagi dalam 2-3 dosis
harian akan mempercepat disolusi. Intervensi ini membutuhkan waktu 6-18 bulan
dan berhasil bila batu yang terdapat ialah kecil dan murni batu kolesterol. 12,14
yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang
2. Simptomatik
a. Kolesistektomi
diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu, kecuali yang
terkait usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa kasus empiema
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,
diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma
1. Insisi
Jenis insisi yang dapat digunakan ialah insisi subkosta kanan atas, insisi
1. Insisi kocher
7. Insisi transverse
dan usus halus. Yang kedua digunakan di kiri common bile duct untuk
32
Bagian bawah lobus kanan hepar ditarik ke atas menggunakan retracter agar
Terdapat 2 metode:
atau eksudat pada CBD, CHD dan CD. Kontraindikasi : adanya adhesi dan
eksudat
Diseksi dimulai dari fundus kandung empedu dan kemudian berlanjut pada
duktus sistikus. Indikasi : adanya adhesi atau eksudat di CBD, CHD dan
CD
b. Laparoskopik kolesistektomi
membutuhkan 4 insisi yang kecil. Oleh karena itu, pemulihan pasca operasi juga
cepat. Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier
yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak
dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat
duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering
33
dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,5–1%. Dengan menggunakan
teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali
menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua
c. Kolesistostomi
penaruhan pipa drainase di dalam kandung empedu. Setelah pasien stabil, maka
d. Endoscopic sphincterotomy
Dilakukan apabila batu pada CBD tidak dapat dikeluarkan. Pada prosedur
ini kanula diletakan pada duktus melalui papila vateri. Dengan mennggunkan
CBD yang mengarah ke intraduodenal terbuka dan batu keluar dan diekstraksi.
Prosedur ini terutama digunakan pada batu yang impaksi di ampula vateri.12,14
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Ruang Bedah Nusa Indah RSUD ULIN Banjarmasin. Pasien dirawat mulai
tanggal 14-21 Agustus 2013 dengan keluhan utama nyeri di perut kanan atas.
perut bagian kanan atas, hilang timbul selama 1 minggu dan menjalar ke daerah
punggung, kedua pundak, ulu hati hingga perut kiri bawah. Nyeri dirasakan
tengkuk. BAK mengaku warna kecoklatan seperti cola, tidak ada demam.
Pemeriksaan fisik, didapatkan murphy sign. Hal ini juga ditunjang dari
176 g/dl, dan sedikit peningkatan bilirubin total 1,42 mg/dl, bilirubin direk 0.66,
serta bilirubin indirek 0,76 mg/dl. Pada pemeriksaan USG Abdomen didapatkan
makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru
35
menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan
tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba. Penyebaran nyeri pada punggung bagian
tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. 4 Keluhan-
keluhan diatas didapatkan pada pasien ini dimana pasien mengeluh nyeri diperut
kuadran kanan atas, menjalar ke daerah punggung, perut bawah, dan puncak bahu.
saluran empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. Pada pasien ini
menyebabkan statis saluran empedu. Pasien ini juga memiliki faktor risiko usia >
(+) pada awal perawatan, dan tidak ditemukan ikterik. Murphy sign didapatkan
pada pasien yang telah mengalami komplikasi kolesistitis akut sedangkan ikterik
akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar fosfatase alkali meningkat
pada serangan akut sangat menggambarkan obstruksi saluran empedu karen sel
36
Pada pasien ini hanya didapatkan peningkatan bilirubin, sedangkan ALP tidak
dilakukan.
pemeriksaan USG dimana sensitivitas dan spesifitas lebih dari 95%. Pemeriksaan
USG dilakukan untuk memastikan adanyanya batu empedu, jumlah, dan ukuran,
dan lokasi batu.1,14 Pada pasien ini didapatkan kolelitiasis multiple ukuran 10 mm
bila batu kecil < 1 cm dengan tinggi kandungan kolesterol. Intervensi operatif
didapatkan kolik biliaris rekuren, diikuti kolesistitis akut. Pada pasien ini
rekuren. Post operasi pasien mendapat Cefadroxil 3x1 tab, Asam mefenamat 3x1
tab, Ranitidin 2x1 tab, dan program mobilisasi duduk dan jalan.
37
BAB V
PENUTUP
dirawat di ruang Bedah Nusa Indah RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 13-21
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Lesmana L. Penyakit Batu Empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007
7. Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2008.
10. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Biliary Tract. In :
Sabiston Textbook of Surgery 17th edition. Pennsylvania : Elsevier, 2004
12. Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. Biliary
Surgery. In : Washington Manual of Surgery 5th edition. 2008. Washington :
Lippincott Williams & Wilkins.
40