PENDAHULUAN
bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua
tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.1
(OMSK), yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan
adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen.
tingkatan.2,3
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen,
tipe sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid,
OMSK tipe ganas). OMSK tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya
kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa karena
proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut
juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. 2 OMSK
1
tipe jinak dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat
sekret yang masih keluar dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang
pada pemeriksaan telinga akan dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat disertai gejala lainnya seperti vertigo, tinitus,
atau suatu rasa penuh dalam telinga. 4 Sedangkan OMSK tipe ganas dapat
berakibat fatal.2
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan
serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan
yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan
pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
2
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi
otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau
hygiene buruk.4 Proses infeksi pada OMSK sering disebabkan oleh campuran
ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah
aureus 25%.3
Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi
menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OMSK tipe
bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi
gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas. Hal tersebut
komplikasi ini.3
3
pada OMSK tipe jinak dan tindakan operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas. 2
pengobatan OMSK sejak dulu. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1
mm. Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi
miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45 o
dari dataran sagital dan horizontal. Terdiri dari pars flaksid yang merupakan
bagian atas. Bagian bawah disebut dengan pars tensa. Bayangan penonjolan
bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo. Dari umbo bermuara
suatu reflex cahaya ( cone of light ), kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk
1. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersili, seperti epitel mukosa saluran
napas.2
2. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
5
2.1.2 Kavum Timpani
diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian
bundar, promontorium.
2. Dua otot yaitu otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot
3. Saraf korda timpani yaitu merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke
6
4. Saraf pleksus timpanikus yang berasal dari n. timpani cabang dari nervus
meatus akustikus internus bersamaan dengan N. VIII. Saraf fasial terutama terdiri
1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua
dan m. stapedius.
parotis.
bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii
media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid
besar.
7
2.1.5. Tuba Eustachius
ini berfungsi untuk ventilasi, menjaga agar tekanan udara telinga tengah selalu
sama dengan tekanan udara luar. Berfungsi juga untuk drainase sekret dan
bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
3. M. tensor timpani
4. M. Salpingofaringeus
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga
dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
8
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui
membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah,
perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum)
terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf
menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut
berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi
lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion
tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah dan akan terdapat tuli
Antara inkus dan maleus berjalan cabang N.Fasialis yang disebut korda
timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda
9
2.3. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
2.3.1. Definisi
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam sebutan
sehari-hari congek.2
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
10
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
mastoid.
sentral, marginal, atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal
atau atik.
1. Perforasi sentral
tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Lokasi pada pars tensa, bisa
total.1,2,4
2. Perforasi marginal
dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat
11
3. Perforasi atik
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
2.3.4. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum prevalensi
OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.
Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika,
anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun
demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-
negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah
12
dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar
2.3.5. Etiologi
5. Autoimun
6. Alergi
2.3.6. Patogenesis
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini
udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
13
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih
daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
tengah.
tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel
banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai
sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh
oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal atau tidak kembali normal
14
setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang
2.3.7. Patologi
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
infeksi sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau
mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila
2.3.8. Klasifikasi
Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan
kelainan di kavum timpani. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas
pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di
15
berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma. Penyakit tubotimpani ditandai oleh
adanya gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba
yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu
campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta
dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai dengan
subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada
OMSK tipe bahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida
amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel
bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a) Kongenital
16
– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari
perkembangan.
b) Didapat.
normal : mereka menjadi area kolaps pada segmen atik atau segmen
lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk
kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan
terlihat sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti
17
suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh
marginal.
reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan
granulomatosa.2
1. OMSK aktif
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret
telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau
jaringan granulasi.5
18
OMSK tenang / inaktif adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
2.3.8. Diagnosis
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
2. Gangguan pendengaran
19
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
20
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.11
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
21
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
sebagai berikut : 11
1. Pemeriksaan Audiometri
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel
tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung
basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran
dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,
tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian
pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala
ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964
22
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan
bisa membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20
dB
pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur
dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli
campur.
23
2. Pemeriksaan Radiologi.
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan
kolesteatom
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan
24
ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula
jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu
seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya
penyakit mastoid.
– Cholesteatoma.
Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori
tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang
sebenarnya.
2.3.9. Penatalaksanaan
25
infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus
dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi
sebelum operasi.11
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
1. Konservatif
2. Operasi
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
2. Pemberian antibiotika :
antibiotika/antimikroba topikal
antibiotika sistemik
26
Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri
antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian
dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat
dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam
27
hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan
Iodine.
adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan
dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada
orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-
topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan
secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret
dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat
asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu
dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal.
profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis
yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat
topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan
28
antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1
minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan
kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk
atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.11
b. Terramycin.
aktif, dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa.
Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif
melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan
Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif. Tidak ada satu pun
tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga
akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan
gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman
anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang
29
mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan
menyebabkan ototoksik.11
Catatan:
Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk
ini dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi
sistemik diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus
infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja,
30
infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya pasien di rawat di RS untuk mendapatkan
aural toilet yang lebih intensif. Terapi dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah otore
hilang.
kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan
perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.11
terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap
konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi
tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan
31
pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik
untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat
anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna,
antara lain :3
2.Mastoidektomi radikal
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
1. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk
32
membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra
kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien
tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang lebar,
sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
Tympanoplasty)
tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi
Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior.2
2.3.10. KOMPLIKASI
33
Klasifikasi Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik menurut Adams :
1.Fistula labirin
2.Labirinitis supuratif
C. Komplikasi di ekstradural
1.Abses ekstradural
3.Petrositis
1.Meningitis
2.Abses otak
3.Hidrosefalus otitis
Paresis Fasialis
fasialis pada otitis media akut. Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh
erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul infeksi ke
dalam kanalis fasialis itu. Pada otitis media akut, operasi dekompresi kanalis
34
fasialis tidak diperlukan. Perlu diberikan antibiotik dosis tinggidan terapi
drainase. Bila dalam jangka waktu tertentu tak ada perbaikan setelah diukur
ada kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui
tingkap bulat. Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila kerusakan telah
menyebar ke koklea akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi
untuk melakukan miringotomi segera pada pasien otitis media akut yang tidak
Penyebaran oleh proses destruksi, seperti pada kolesteatom atau infeksi langsung
ke labirin akan menyebabkan vertigo, mual dan muntah, serta tuli syaraf.
terbentuknya fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi
labirintis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.
Adanya fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan
memberikan tekanan udara positif atau negatif ke liang telinga melalui otoskop
35
siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips
pada ujungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencetdan
Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi
labirin membran. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo.
Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau
bila labirin sudah mati. Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik
terkadang dapat memperlihatkan adanya fistula labirin. Pada fistula labirin atau
menutup fistula.
Petrositis
Adanya petrositis sudah harus dicurigai, apabila ada pada pasien otitis media
terdapat keluhan diplopia, karena kelemahan N.VI. seringkali disertai dengan rasa
terdapat nanah yang keluar terus menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca
operasi telinga tengah dilakukan juga eksplorasi sel-sel udara tulang petrosum
36
Tromboflebitis Sinus Lateralis
ditemukan pada zaman pra-antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi. Demam
yang tak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi
pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh naik, tetapi setelah penyakit menjadi
berat didapatkan kurva suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan
menggigil. Kurve suhu demikian menandakan adanya sepsis. Rasa nyeri biasanya
tak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah biasanya
sel-sel mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus yang nekrotik,
atau membuang dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk
trombus harus juga dilakukan drenase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum
itu dilakukan dulu ligasi vena jugulare interna untuk mencegah trombus terlepas
Abses Ekstradural
tulang.Pada otitis otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan
jaringan granulasi dan kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau
mastoid. Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan
foto foto rontgent mastoid yang baik, terutama posisi schuller dapat dilihat
37
Abses Subdural
Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai
koma pada pasien otitis media supuratif kronik. Gejala kelainan susunan saraf
pusat bisa berupa kejang, hemiplegia, dan pada pemeriksaan terdapat tanda kernig
protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada abses
ekstradural nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses subdural
Meningitis
Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering adalah
meningitis. Keadaan ini dapat etrajdi oleh otitis media akut, otitis media kronis,
serta dapat terlokalisasi, atau umum (general), sedangkan pada bentuk yang
kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual, muntah, yang kadang-kadang muntahnya
muncrat (proyektil), serta nyeri kepala hebat. Pada kasus berat biasanya kesadaran
menurun (delirium sampai koma). Pada pemeriksaan klinik terdapat kaku kuduk
waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar gula menurun
38
otogenik ini ialah dengan mengobati meningitisnya dulu dengan antibiotik yang
Abses Otak
langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau tromboflebitis. Umumnya didahului
oleh suatu abses ekstradural. Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada
abses lobus temporal. Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadoko-
kinesis, tremor intensif dan tidak tepat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi
demam, muntah, serta keadaan letargik. Selain itu sebagai tanda yang nyata suatu
abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan likuor
tekanan likuor. Mungkin dapat juga edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan
abses otak ialah dengan jalan operasi, dengan melakukan drainase dari lesi. Selain
Hidrosefalus Otitis
39
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor
serebrospinal yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor tersebut. Pada
pemeriksaan terdapat edema papil. Keadaan ini dapat menyertai otitis media akut
atau kronis. Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang
kabur, mual, dan muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya
lapisan araknoid.
2.4. Timpanoplasti
berlubang, dan kadang-kadang tulang telinga tengah (ossicles) yang terdiri dari
diambil dari vena atau fasia (otot kelopak) jaringan pada cuping telinga. Bahan
sintetis dapat digunakan jika pasien memiliki operasi sebelumnya dan telah
disfungsi ossikular.
40
3. Tuli konduksi progresif karena patologi telinga tengah.
4. Perforasi atau tuli persisten lebih dari 3 bulan karena trauma, infeksi atau
pembedahan.
aman
1. Perforasi terjadi di sentral dimana keadaan telinga sudah kering paling tidak 6
minggu.
Ada lima tipe dasar dari prosedur timpanoplasti menurut Zollner dan Wullstein
(1952), yaitu :
tersebut.
41
Tipe IV timpanoplasti digunakan untuk penghancuran tulang pendengaran,
yang mencakup semua atau bagian dari lengkungan stapes. Ini melibatkan
lateral (overlay), dan yang paling populer saat ini adalah teknik timpanoplasti
42
1. Overlay Technique (Lateral Grafting)
Teknik ini cukup sulit sehingga harus dilakukan oleh ahlinya. Pada
overlay technique, materi graft dimasukan di bawah skuamosa (lapisan kulit) dari
timpani kemudian menempatkan graft di atas perforasi. Teknik lateral ini bisa
reduksi rongga telinga tengah. Teknik ini memiliki keberhasilan yang tinggi dan
efektif untuk perforasi yang besar dan perforasi anterior. Kerugian teknik ini
manipulasi maleus, waktu penyembuhan yang lama, waktu operasi yang lama, dan
operasi akan sulit dilakukan untuk perforasi yang kecil dan retraction pocket.4,8
Pada teknik lateral prosedur anestesi yang digunakan adalah anestesi lokal
temporalis. 4,8
semisirkuler kulit kanalis akustikus eksternus sejajar anulus fibrosus dengan jarak
4-5 mm dari membran timpani. Dengan menggunakan pisau bulat, dibuat insisi
pada kulit kanalis dimulai dari notch Rivinus sampai ke posisi jam 6. Kemudian
43
kulit tersebut dilepaskan dari tulang kanalis akustikus eksternus dengan
bagian lateral dari anulus sehingga menutup seluruh perforasi membran timpani.
dibalut.4,8
Teknik ini lebih simple dan biasa dilakukan. Graft ditempatkan di bawah
tympanomeatal flap yang telah dielevasi makanya teknik ini dinamai sebagai
underlay technique. Keuntungan dari teknik ini adalah mudah dilakukan dengan
hasil yang cukup memuaskan. Selain itu, menghindari risiko lateralisasi dan
blunting pada sulkus anterior dan memiliki angka keberhasilan tinggi terutama
pada perforasi membran timpani posterior. Kerugian teknik ini adalah tidak
terdapatnya visualisasi yang adekuat pada daerah anterior telinga tengah terutama
anterior ke dalam kavum timpani dan reduksi ruang telinga tengah dengan
44
konsekuensi meningkatnya risiko adhesi tandur pada promontorium terutama pada
Pada teknik medial prosedur anestesi yang digunakan adalah anestesi lokal
sisa membran timpani dilukai secukupnya untuk tempat menempel fasia temporal.
4,8
semisirkuler kulit kanalis akustikus eksternus sejajar anulus fibrosus dengan jarak
4-5 mm dari membran timpani. Dengan menggunakan pisau bulat, dibuat insisi
pada kulit kanalis dimulai dari notch Rivinus sampai ke posisi jam 6. Kemudian
45
medial sekeliling sisa membran timpani sejauh kira-kira 2 mm secara merata
kecuali sebagian graft yang terletak di bagian posterior diletakkan di atas tulang
dan tulang kanalis akustikus eksternus. Pada bagian lateral membran timpani baru
3. Teknik Mediolateral
keadaan permukaan membran timpani yang dapat dilihat, terletak pada cincin
tulang anulus dan kehilangan kontak dengan sistem mekanisme konduksi telinga
tengah. Untuk menghindari kegagalan yang terjadi pada miringoplasti baik pada
teknik medial maupun lateral maka dilakukan teknik lain yaitu teknik
ditemukan kegagalan miringoplasti baik pada teknik medial maupun lateral yang
46
dilakukan pada pendekatan transkanal. Oleh karena itu dipertimbangkan apakah
pertimbangan biaya yang lebih murah, dapat digunakan pada pasien yang lebih
kooperatif, serta menghindari masuknya N2O pada rongga kavum timpani yang
dibawah lampu operasi. Tepi perforasi disegarkan dengan cara melukai kembali
tepi perforasi tersebut. Insisi kulit kanalis eksternus secara vertikal dibuat pada
jam 12 dan jam 6. Insisi pada jam 6 bisa dilebarkan sampai ke kanan atas anulus.
Insisi pada jam 12 diperluas ke arah inferior sampai beberapa millimeter di atas
lingkaran pada kulit kanalis eksternus anterior. Jarak insisi kanalis anterior-
horizontal dari anulus anterior harus sama dengan diameter perforasi. Setelah
insisi, kulit kanalis eksternus bagian anterior dielevasikan ke lateral dan medial.
47
mencapai anulus atau tepi membran timpani. Pada bagian anulus ini, hanya
lapisan epitel squamosa membran timpani saja yang dielevasi dengan hati-hati
kearah setengah bagian anterior tepi perforasi, sehingga bagian anulus anterior
yang telah dibasahi tetes telinga antibiotik fluorokuinolon yang bersifat nontoksik.
4,8
telinga tengah yang terdiri dari potongan spongostan tersebut tidak harus padat.
anterior, graft diletakkan lateral terhadap pinggir perforasi yaitu di atas anulus
blunting, graft ditempatkan hanya sampai dengan sulkus anterior di atas anulus
untuk menutupi perforasi dengan fasia sebagai dasar jabir superior. 4,8
antibiotik pada kanalis akustikus eksterna yang berfungsi sebagai packing. Pada
meatus akustikus eksternus diletakkan tampon kassa yang telah diberi salep
antibiotik.4
perban dibuka, telinga dievaluasi untuk melihat apakah graft berhasil tumbuh. Jika
48
terdapat alergi atau pilek, dapat diberikan antibiotic dan dekongestan. Pasien
sudah dapat kembali bekerja setelah 5-6 hari, dan dilakukan pemeriksaan di
operasi dilakukan demi kenyamanan pasien. Infeksi dapat dicegah dengan topikal
antibiotik pada kanal telinga. Untuk proses penyembuhan yang sempurna, graft
harus bebas dari infeksi. Aktifitas yang dapat mengubah tekanan timpani harus
minggu setelah operasi. Setelah 2-3 bulan pasca operasi dilakukan audiogram
untuk evaluasi kemajuan terapi. Instruksikan kepada pasien agar telinga tidak
masuk air. Ketika insisi dan penutupan liang telinga dilakukan saat selesai operasi,
gunakan pakaian pelindung atau kapas penyumbat kedap air dengan sedikit jel
petroleum.4,6,11
2.4.1. Komplikasi
Setiap tindakan tidak lepas dari resiko yang akan terjadi. Pada tindakan
Infeksi: akibat tindakan operasi yang aseptiknya kurang baik, kontaminasi alat-
kesalahan teknik.
Kondroitis
49
Tuli sensorineural dan vertigo: akibat manipulasi berlebihan terhadap
osikel.
malleus.
50