Anda di halaman 1dari 52

lOMoARcPSD|29647980

Otitis Media Akut dan Otitis Media Supuratif Kronik

Anatomy (Universitas YARSI)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)
lOMoARcPSD|29647980

REFERAT

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DAN OTITIS


MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Disusun Oleh:
Zulfikar Caesar Narendra
1102014294

Pembimbing :
dr. Erlina Julianti, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA


HIDUNG TENGGOROK, BEDAH KEPALA LEHER
RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 11 DESEMBER 2019 - 18 JANUARI 2020
BAB 1

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing
mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua
tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.1
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun
bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi
terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan
letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran
napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA di samping oleh
karena sistem imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna.
Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik
(OMSK), yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan
adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen.2
Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa
tingkatan.3
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media
berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi
dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi,
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan
telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran
yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan
pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
rumah sakit di Indonesia.2

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi


otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau
hygiene buruk.4
Antibiotika merupakan salah satu medikamentosa yang telah digunakan
untuk pengobatan OMSK sejak dulu. Namun demikian sampai saat ini masih
terdapat perbedaan persepsi mengenai manfaat antibiotika, baik yang diberikan
secara topikal maupun sistemik. Perjalanan penyakit yang panjang, terputusnya
terapi, terlambatnya pengobatan spesialis THT dan sosioekonomi yang rendah
membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi permasalahan di bidang
THT. 3

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 1. Anatomi Telinga (Thieme, 2015)


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai
berikut5:
- Batas luar: membran timpani
- Batas depan: tuba eustachius
- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat
didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara
mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani
dengan diameter kurang lebih setengah inci.6

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Gambar 2. Membrana Timpani Telinga


Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel
epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)
kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang,
bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran
timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun
dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam
telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membran

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakat pada stapes. Stapes
terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk
dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga
tengah.5

Gambar 3. Tuba faringotimpani/eustachius (Thieme, 2015)


Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9
bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi,
drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga
tengah. 4
Arteri yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang
aurikuler a. maksilaris interna yang bercabang-cabang dibawah lapisan kulit dan
dari cabang stilomastoid a. aurilularis posterior dan cabang timpanik a. maksilaris
yang mendarahi bagian mukosa. Vena yang letaknya superficial bermuara ke v.
jugularis eksterna sedangkan vena yang lebih dalam sebagian bermuara ke sinus
transversus, ke vena-vena duramater dan ke pleksus di tuba eustachius, a. timpani
anterior yang merupakan cabang a. maksilaris dan mendarahi bagian anterior
kavum timpani termasuk mukosa membran timpani, a. aurikularis profunda
cabang dari a. maksilaris interna menembus tulang rawan atau tulang dinding
liang telinga untuk mendarahi kutikular permukaan luar membran timpani.5,7

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Perdarahan kavum timpani berasal dari cabang a. karotis eksterna. Arteri


timpani anterior cabang dari a. maksilaris yang mendarahi bagian anterior kavum
timpani. Arteri timpani posterior merupakan cabang a. stilomastoid mendarahi
bagian posterior kavum timpani. Arteri timpani inferior cabang asendens a. karotis
eksterna mendarahi bagian inferior kavum timpani. Arteri petrosus superior
superasialis dan a. timpani superior cabang dari a. meningea media mendarahi
bagian superior kavum timpani. Arteri karotis timpani cabang a. karotis interna.
Aliran vena jalan seiringan dengan arterinya untuk bermuara ke sinus petrosus
superior dan pleksus pterigodeus.5,7
Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan
dari persarafan sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus
bagian posterior dan inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan
superior diurus oleh cabang aurikuler n. vagus (a. arnold), persarafan sensoris
permukaan dalam membran timpani (mukosa) diurus oleh n. jacobson yaitu
cabang timpani n. glosofaringeus.5,7
Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n.
glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis
interna, persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan mempunyai
efek vasokontriksi.5,7
Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada
suara keras. Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi akan
menarik maleus ke medial sehingga membran timpani lebih tegang.5,7
2.3 Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Banyak ahli
membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. 1 Otitis media akut merupakan
inflamasi pada telinga tengah dalam waktu 3 minggu pertama.3

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Otitis Media

Otitis Media Kronik (OMK)


Otitis Media Akut (OMA)Otitis Media Sub Akut

Risiko
Tipe aman, Tipe bahaya
rendah,
Ri siko tinggi

Gambar 4. Skema Pembagian Otitis Media

2.4 Epidemiologi
Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba
eustachius yang lebar dan pendek. Di Amerika Serikat, 70% anak telah
mengalami OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian
otitis media akut adalah pada anak berusia 3-18 bulan.1
Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih
disebut dengan istilah "cenderung otitis". Suatu penelitian oleh Howie
menunjukkan bahwa suatu episode infeksi S. pneumoniae dalam tahun pertama
kehidupan telah dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis media
akut berulang. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan anak wanita. Insidens kondisi alergi tidak meningkat pada anak-
anak ini. Delapan serotipe S. pneumoniae bertanggung jawab lebih atas lebih dari
75% episode otitis media akut.1

2.5 Etiologi
Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu,
kadang-kadang ditemukan juga Hemophylus influenza, Escherichia coli dan
Pseudomonas aurugenosa. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur.1
Berikut ini adalah faktor risiko yang mempengaruhi otitis media:
• Prematuritas & Berat Lahir Rendah

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

• Usia muda
• Riwayat Keluarga
• Abnormalitas Kraniofasial
• Penyakit Neuromuskular
• Alergi
• Status sosioekonomi rendah
• Paparan tembakau & polutan
• Posisi tidur telentang
• Tidak mendapatkan ASI
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor predisposisi dari terjadinya otitis
media akut. Apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba eustachius
merupakan predisposisi terjadinya infeksi telinga tengah. Hal-hal tersebut seperti8:
• Serangan ISPA berulang
• Infeksi tonsil dan adenoid
• Rinitis dan sinusitis kronik
• Alergi
• Tumor nasofaring, mengorek hidung
• Palatoschisis

2.6 Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. 1 Sebagai
pelengkap mekanisme pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler subepitel
yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral, leukosit PMN dan sel
fagosit lainnya.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan.4

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran


napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah
oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.4
Terdapat beberapa rute infeksi sehingga terjadi otitis media akut, antara
lain7:
1. Melalui tuba eustachius. Merupakan rute paling sering. Infeksi berpindah
melalui lumen.
2. Melalui telinga luar. Trauma perforasi pada membran timpani akan
membuka jalan terjadinya infeksi telinga tengah
3. Peredaran darah. Merupakan rute yang sangat jarang

Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan
kondisi inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi
pada nasofaring meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis
dan inflamasi. Hal tersebut mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga
tengah. Keadaan stasis mendukung terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam
ruang telinga tengah. Respon yang terjadi berupa reaksi inflamasi akut seperti
vasodilatasi, eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi imunologis lokal di
dalam telinga tengah.4
Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus
melekat pada lapisan mukosa. Infeksi virus yang menyerang dan merusak
permukaan mukosa traktus respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh
patogen di daerah nasofaring, tuba eustachius, dan ruang telinga tengah.4

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat
batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-
tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak
memegang telinganya yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas
4 stadium: (1) stadium oklusi (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4)
stadium perforasi, (5) dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada
gambaran membran timpani yang diamati melalui meatus akustikus eksternus
(MAE).1
1. Stadium Oklusi
Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.1

2. Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sulit terlihat.

Gambar 5. Membran timpani stadium oklusi

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada telinga tengah dan hancurnya epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol/bombans (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan
ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada
vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di
tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
MAE. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak
mudah menutup kembali.1

Gambar 6. Membran timpani stadium supuratif/bombans

4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE. Anak yang tadinya gelisah

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

Gambar 7. Membran timpani stadium perforasi

4. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.1

2.8 Penegakkan Diagnosis


Diagnosis OMA cukup ditegakkan secara klinik, yaitu meliputi anamnesis
dan pemeriksaan telinga (otoskop) yang didasarkan pada stadiumnya:
Stadium Anamnesis Otoskopi
1. Oklusi Diawali dengan ISPA dan - Membran timpani:
diikuti dengan gejala di Retrkasi, warna
telinga: keabuan
- Terasa penuh - Kadang-kadang tampak
- Grebeg-grebeg adanya air fluid level

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

- Gangguan pendengaran
2. Hiperemis - Otalgia -Membran timpani:
- Gangguan pendengaran Hiperemis, tampak
- edema
3. Supurasi - Otalgia hebat - Membran timpani:
- Gangguan pendengaran Bombans dan
- Febris, batuk, pilek hiperemia
- Pada bayi dan anak - Belum ada sekret di
kadang disertai dengan: MAE
gelisah, rewel, kejang,
gastroenteritis
- Belum terjadi otorea
4. Perforasi - Otorea, mukopurulen - Membran timpani:
- Otalgia dan febris Perforasi, sentral, kecil
mereda di kuadran antero-
- Gangguan pendengaran inferior
- Masih ada batuk dan - Sekret: mukopurulen
pilek kadang tampak pulsasi
- Warna membran
timpani hiperemia
5. Resolusi Gejala-gejala pada - Membran timpani:
stadium sebelumnya Sudah pulih menjadi
sudah banyak mereda normal kembali
Kadang masih ada gejala - Masih dijumpai lubang
sisa: perforasi
Tinitus dan gangguan - Tidak dijumpai sekret
pendengaran lagi

2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium
oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam alrutan fisiologis untuk yang berumur di atas 12 tahun dan
orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan
apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.1

Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan
dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari.

Gambar 8. Agen antibakterial untuk OMA (Dhingra, 2014)

Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai


dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi
gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Miringotomi
ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drainase sekret
keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar.1

Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis.


Timpanosentesis sebetulnya berarti pungsi pada membran timpani untuk
mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit dan jarum

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

khusus). Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan


dengan syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak
harus tenang dan dapat dikuasai, (sehingga membran timpani dapat terlihat
dengan baik). Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Untuk
tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang,
memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus
(miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril.1

Komplikasi miringotomi yang kemungkinan terjadi ialah perdarahan


akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada
fenestra rotundum, trauma pada n. fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada
anomali letak). Mengingat komplikasi itu, maka dianjurkan untuk melakukan
miringotomi dengan narkose umum dan memakai mikroskop. Tindakan
miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga mengisap
sekret dari telinga tengah sebanyak-banyaknya. Hanya dengan cara ini biayanya
lebih mahal.1

Bila terapi sudah adekuat sebetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan,


kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah. Sebagian ahli
berpendapat bahwa miringotomi tidak perlu dilakukan, apabila terapi yang
adekuat sudah dapat diberikan (antibiotika yang tepat & dosis cukup). Komplikasi
timpanosintesis kurang lebih sama dengan komlikasi miringotomi.1

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-
10 hari.1

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,


sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi
resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih


tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.1

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari
3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan,
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).1

Bagan 1. Pengobatan OMA (Dhingra, 2014)

2.10 Komplikasi

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga


tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang
juga seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi.Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel
mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena.1
Pada otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya
melalui osteotromboflebitis atau hematogen. Penyebaran melalui
osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya (1) komplikasi terjadi pada
awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari pertama atau
kedua sampai hari kesepuluh, (2) gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan
pada gejala meningitis lokal, (3) pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga
tengah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah
berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.1
1. Mastoiditis Akut
Terjadi empiema di rongga mastoid akibat terjadinya blokade di daerah
epitimpanum. Sering diikuti dengan abses di belakang daun telinga (abses
subperiostel mastoid). Perlu segera di lakukan evakuasi empiema lewat
pendekatan mastoidektomi simpel (Schwartze).1
2. Komplikasi Intrakranial
Mastoiditis akut kalau tidak dapat segera diatasi dapat meluas ke dalam
intrakranial (meningitis dan abses otak)1
3. Paresis nervus fasialis
Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis
fasialis. Akumulasi pus di dalam kavum timpani dapat menimbulkan kompresi
pada nervus fasialis. Pada OMA operasi dekompresi kanalis fasialis tidak
diperlukan. Perlu diberikan antibiotik dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya,
serta menghilangkan tekanan di dalam kavum timpani dengan drainase. Bila
dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada perbaikan setelah diukur dengan
elektrodiagnostik (misalnya elektromiografi), barulah dipikirkan untuk melakukan
dekompresi.1

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

2.11 Prognosis
Kematian yang disebabkan oleh OMA sangat jarang di era modern ini.
Dengan terapi antibiotik yang efektif, tanda sistemik seperti demam dan letargis
akan menghilang bersamaan dengan hilangnya nyeri dalam waktu 48 jam. Dan
biasanya tuli pendengaran konduktif juga akan membaik. Efusi telinga tengah dan
tuli pendengaran konduktif dapat menetap selama periode terapi, dengan
perkiraan 70% anak akan mengalami efusi telinga tengah dalam waktu 14 hari,
50% dalam satu bulan, 20% dalam 2 bulan, dan 10% setelah 3 bulan.2

Otitis Media Supuratif Kronik

2.12 Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul.5 Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau
berupa nanah.
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi
peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak
intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung
lebih dari 2 bulan.
Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani
atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada
anterior, posterior, inferior atau subtotal. OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan patologis yang ireversibel.2,4

2.13 Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi
yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi
OMSK pada negara yang sedang berkembang.2
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam
hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan
beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair,
60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia.5

2.14 Etiologi
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran
bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui
tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus
auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, Proteus
sp., dan B. coli. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans
(Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).8

2.15 Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media, OM).2
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.2

Gambar 10. Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.2
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran
timpani menetap pada OMSK1,2 :
• Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
• Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
• Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

• Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan


yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mencegah penutupan spontan dari perforasi.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk
dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory
epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel
respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang
banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-
sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.2

2.16 Klasifikasi OMSK


OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu10 :
1. Tipe tubotimpani
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa
dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa
faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius,
infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi
sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan
hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Gambar 11. OMSK tipe benigna (jinak)


Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
• Fase aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah
berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret
bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi
dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang
ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke
sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa
yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk
mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau
tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret
yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.
• Fase tidak aktif / fase tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau
suatu rasa penuh dalam telinga.
Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis


kronis
– Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis
– Mandi dan berenang di kolam renang, mengorek telinga dengan alat
yang terkontaminasi
– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia
– Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna
putih, terdiri dari lapisan epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan
keratin yang terjebak di rongga timpanomastoid.5

Gambar 12. OMSK tipe maligna (bahaya)

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :


a) Kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan
Clemis (1965) adalah :
– Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.


– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari
epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama
perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau
tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan
fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b) Didapat.
Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu
kantong retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah
kantong retraksi dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit
untuk mengalami perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali
normal : mereka menjadi area kolaps pada segmen atik atau segmen
posterior pars tensa membran timpani.
Epitel skuamosa pada membran timpani normalnya membuang
lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk
kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan
terkumpul dan pada akhirnya membentuk kolesteatoma.
Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi
sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak
mengalami ‘perforasi’ dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang
terlihat sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti
suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh
dengan debris epitel yang menyerupai lilin.
Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa
metaplasia skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon
terhadap infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari
epitel skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi
marginal.
Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma
didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan
subepitel. Granuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini


dapat terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau mastoid.
Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol
dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan
reaksi benda asing, dengan ciri khas sel raksasa dan jaringan
granulomatosa.

Gambar 14. Gambaran kolesteatoma yang berkembang dari kantung retraksi


atikoantral dengan erosi tulang pendengaran6

Tabel 1. Perbandingan OMSK Tubotimpanik dengan Atikoantral (Dhingra, 2014)

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

2.17 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan bila ditemukan perforasi membran timpani
dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari 2 bulan. Sebaiknya
diagnosis OMSK disertai dengan keterangan jenis dan derajat ketulian. OMSK
yang terbatas di telinga tengah hanya menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat
tuli campur dapat menandakan komplikasi ke labirin, dapat juga akibat
penggunaan obat topikal yang ototoksik.5
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang.11
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.11

2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih


dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.11
Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi koklea.11

3. Otalgia ( nyeri telinga)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.11

4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,
karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.
Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.11

2.7.1 Pemeriksaan Klinis


Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik
sebagai berikut11 :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel
(1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang
dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran
tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung
basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran
dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,
tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian
ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran
pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala
ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
• Normal : -10 dB sampai 26 dB
• Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
• Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
• Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
• Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
• Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi
koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan
tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah


untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut
bisa membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20
dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif
30-50 dB apabila disertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian
pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur
dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli
campur.
2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemerikasaan pencitraan mastoid diperlukan untuk menilai perkembangan
pneumatisasi mastoid dan perluasan penyakit.
Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang
skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk
menghindari dura atau sinus lateral.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Gambar 15. Proyeksi Schuller

b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan
tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

Gambar 16. Proyeksi Stenver

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga


dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom,
ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula
pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi
jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu
seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya
penyakit mastoid.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi
faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses
infeksi yang terdapat ditelinga. 11
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi,
dimana pengobatan dapat dibagi atas11 :
1. Konservatif
2. Operasi
Sejak awal harus dibedakan OMSK yang harus mendapat terapi operatif
untuk menghindarkan penundaan tindakan operasi karena progresivitas
penyakitnya. Infeksi pada tipe atikoantral terlalu dalam sehingga antibiotik tidak
dapat mencapainya. OMSK yang disertai peradangan mukosa difus, karena diikuti
dengan osteitis dan pembentukan jaringan granulasi di kavum timpani dan rongga
mastoid umumnya sukar diatasi dengan medikamentosa saja, begitu juga OMSK
dengan komplikasi intratemporal atau intrakranial.5
2.18.1 OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.11

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Selain itu dapat dilakukan epitelialisasi tepi perforasi dengan cara melukai
pinggir perforasi secara tajam atau dengan mengoleskan zat kaustik seperti nitras
argenti 25%, asam trichlor asetat 12%, alkohol absolut, dll.
Bila ada perforasi menetap dan fasilitas memungkinkan sebaiknya
dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah
infeksi berulang serta gangguan pendengaran.5

2.18.2 OMSK Benigna Aktif


Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah11 :
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
2. Pemberian antibiotika :
• antibiotika/antimikroba topikal
• antibiotika sistemik
1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)
Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme.

Bagan 2. Pengerjaan aural toilet12

Cara pembersihan liang telinga (aural toilet)11 :


- Aural toilet secara kering (dry mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di
beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat
juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan
setiap hari sampai telinga kering.
- Aural toilet secara basah (syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,
kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan


penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik
dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal
ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.
- Aural toilet dengan pengisapan (suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis
operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan
pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi
dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa.
Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada
anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan
mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “displacement methode” seperti yang
dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.
2. Pemberian antibiotik topikal
Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika
topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan
secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret
berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik
dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat
asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu
dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal.
Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret
profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis
yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat
topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan
antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1
minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan
kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk
atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.7
Bubuk telinga yang digunakan seperti7 :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg


Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK
aktif, dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa.
Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif
melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan
Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan
Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
organisme gram positif. Seperti aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan
Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif. Tidak ada satu pun
aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.11
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid
tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga
akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan
gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman
anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang
mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan
menyebabkan ototoksik.11
Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) adalah12 :

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Bagan 3. Antibiotik Topikal12


Catatan:
Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk
mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang
memiliki aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram
positifterutama Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal
ini dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi
sistemik diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Namun
penelitian menyebutkan penggunaan antibiotik topikal akan lebih baik hasilnya
apabila dikombinasi dengan antibiotik sistemik.5 Jika fokus infeksi di mastoid,
tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik
sistemik (seringkali IV) dapat membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini
sebaiknya pasien di rawat di RS untuk mendapatkan aural toilet yang lebih
intensif. Terapi dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah otore hilang.

3. Pemberian antibiotika sistemik


Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan
kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan
harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu
diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.11
Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba
terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap
masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing-masing
jaringan tubuh dan toksisitas obat terhadap kondisi tubuh. Berdasarkan
konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi
menjadi 2 golongan. Golongan pertama antimikroba dengan daya bunuh yang
tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah
antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.
Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
golongan beta laktam.11

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) mempunyai


aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan
diberikan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin
generasi III (sefotaksim, seftazidim dan seftriakson) juga aktif terhadap
pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik
untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat
mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman
anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam
selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.11

2.18.3 OMSK Maligna


Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.11
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara
lain11 :
1. Mastoidektomi
Sederhana
Radikal
Radikal dengan modifikasi
Canal wall up
Canal wall down
2. Miringoplasti
3. Timpanoplasti
4. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Bagan 4. Algoritma tatalaksana operatif pada OMSK dengan kolesteatoma5

Bagan 5. Pembedahan pada tatalaksana OMSK12

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,


memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi
atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.11
Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut11 :

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Bagan 6. Algoritma Pengobatan OMSK menurut WHO5


2.8.4. KOMPLIKASI

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena


komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut
oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. Klasifikasi
sebagai berikut:

Bagan 7. Algoritma Komplikasi serta tatalaksana OMSK5

Gambar 17. Lokasi komplikasi otitis media10

Komplikasi Intratemporal

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

1. Mastoiditis
Mastoiditis merupakan salah satu komplikasi OMSK yang paling sering.
Mastoid dipenuhi oleh sistem air cell yang berfungsi untuk mengatur tekanan
telinga dan melindungi tulang temporal dari trauma. Proses inflamasi pada
telinga tengah dapat menyebabkan inflamasi pada mastoid, ditandai dengan
adanya kumpulan cairan purulen pada mastoid.6 Mastoiditis dibagi menjadi
akut, kronis, dan koalesens.
Mastoiditis akut ditandai dengan adanya nyeri postaurikular, eritema,
pembengkakan, serta protrusi aurikula. Mastoiditis akut biasanya timbul 2-6
hari sejak onset OMA dan timbul karena pengobatan antibiotik yang tidak
adekuat.6
Apabila mastoiditis akut tidak ditangani dengan benar, maka dapat timbul
komplikasi lebih lanjut yaitu abses subperiosteal. Abses tersebut merupakan
kumpulan materi purulen yang berada dibawah lapisan periosteum.6 Pada
anak-anak abses tersebut terbentuk pada segitiga McEwen.

Gambar 18. Gambaran abses postaurikula pada daerah mastoid, tampak


pinna terdorong kedepan, kebawah, dan kearah luar
Mastoiditis koalesens merupakan proses lebih lanjut dari mastoiditis akut
ditandai dengan penguraian dan dekalsifikasi septa di dalam mastoid.
Destruksi tulang mastoid juga dapat terjadi dalam perjalanannya. Pada
mastoiditis jenis ini, sering didapatkan komplikasi intrakranial.6

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Gambar 19. CT-scan pada Mastoiditis koalesens, ditandai dengan hilangnya


septa

Penanganan pada mastoiditis koalesens dapat berupa mastoidektomi untuk


mengeradikasi infeksi. Pemberian antibiotik sistemik selama 3 - 6 minggu
juga direkomendasikan sebagai terapi konservatif apabila operasi tidak dapat
dilakukan.
Mastoiditis kronis ditandai dengan adanya sklerosis pada sistem air cell
mastoid yang terjadi sebagai akibat dari inflamasi kronis.
Abses sekunder pada leher yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari
mastoiditis; bezold, zigomatik, dan citelli. Abses bezold terletak di insersi dari
otot sternocleidomastoideus. Abses ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari
proses supurasi kelenjar limfe yang berhubungan dengan mastoiditis.
Tatalaksana dari abses bezold adalah drainase serta antibiotik parenteral.6

Gambar 20. Gambaran klinis dan CT-scan dari abses Bezold

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Abses zigomatikus terjadi karena infeksi pada air cell os zigomatikum


pada posterior zigoma. Secara klinis, dapat terlihat benjolan di depan dan di
atas pinna, dapat timbul edema pada kelopak mata.

Gambar 21. Abses zigomatikum, tampak edema dan pus pada orbita sinistra

3. Labirintitis
Labirintitis atau bisa disebut neuritis vestibular adalah peradangan pada
telinga dalam atau sistem vestibulokoklearis. Secara umum dibagi menjadi
tiga yaitu; sirkumsrip, serosa/toksik, dan supuratif.
Labirintitis sirkumskrip atau Fistula labirintin merupakan pembukaan
abnormal pada interior labirin sebagai akibat dari kolesteatoma yang
mendestruksi jaringan sekitar termasuk daerah telinga dalam. Pada fistula ini
tidak terdapat perpindahan cairan perilimfe karena matrix dari kolesteatoma
menutupi fistula tersebut. Fistula labirintin karena kolesteatoma biasanya
melibatkan kanalis semisirkularis horizontal, namun bisa juga kanal lain,
vestibulum, koklea, dan kanalis auditorius internus.6
Fistula labirintin biasanya asimptomatik dan hanya dapat didiagnosis
dengan melakukan pemeriksaan CT-scan atau saat operasi. Gejala yang timbul
dapat berupa vertigo saat melakukan manuver valsava atau vertigo yang
dipicu oleh perubahan posisi dan pergerakan. Fenomena Tullio juga dapat
timbul dimana vertigo muncul saat ada stimulus suara.6
Diagnosis fistula labirintin dapat ditegakkan dengan menggunakan tes
fistula yang mana dapat dilakukan dengan dua cara;
• Tekanan pada tragus

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

• Spekulum siegel

Gambar 22. Klasifikasi dari Fistula Labirintin sebagai akibat dari kolesteatoma
Labirintis serosa terjadi karena perubahan kondisi cairan jaringan telinga
dalam yang disebabkan karena toksin bakteri. Toksin bakteri ini masuk ke
telinga dalam melalui fistula labirintin atau fenestra vestibuli. 6 Gejala yang
dapat timbul berupa vertigo berat dengan nistagmus horizontal, muntah, dan
gangguan pendengaran (tipe campuran). Tatalaksana dapat berupa pemberian
antibiotik dan steroid. Untuk meredakan gejala, pasien diharuskan untuk bed
rest dengan posisi telinga yang sakit diatas. Pemberian sedatif labirintin
seperti prochlorperazine dan dimenhidrinat juga dapat meringankan gejala
vertigo.10 Hidrops endolimfatik dapat terjadi pada labirintitis tipe ini.
Labirintis tipe supuratif terjadi karena invasi bakteri secara langsung ke
telinga dalam karena proses supurasi pada telinga tengah. 6 Proses akut ini
menyebabkan destruksi komponen telinga dalam sehingga kerusakannya
bersifat permanen.10 Gejalanya yaitu vertigo berat dan tuli sensorineural.

4. Petrositis
Petrositis merupakan infeksi pada bagian apex petrosa os temporalis yang
disebabkan karena penyebaran infeksi dari mastoid atau dari telinga tengah.
Gambaran patologisnya ditandai dengan pneumatisasi, tulang diploik,
skelerotik. Pada jaringan lunaknya terdapat adanya jaringan granulasi dan
purulensi. Petrositis dapat berlanjut menjadi komplikasi lainnya yaitu
tromboflebitis sinus kavernosus.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Gejala pada petrositis sangat khas, disebut juga dengan sindrom Gradenigo
yang terdiri dari trias sebagai berikut; nyeri retroorbita, otorea, paralisis nervus
abdusens. Gejala lainnya yang dapat timbul antara lain vertigo, paralisis
nervus fasialis, dan tuli sensorineural (karena keterlibatan nervus fasialis dan
nervus statoakustikus).

Gambar 23. CT-scan pada Petrositis dekstra

Gambar 24. Anatomi nervus abdusens melewati bagian petrosa os temporalis

Gambar 25. Gambaran diplopia pada pasien dengan paresis nervus 6 sinistra

Pada petrositis pemeriksaan fisik pada otot-otot orbita harus dievaluasi


terutama otot rectus lateralis karena otot ini dipersarafi oleh nervus abdusens.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

Tatalaksana bisa berupa pemberian antibiotik parenteral dosis tinggi dan


dilanjutkan 4-5 hari berikutnya setelah gejala hilang. Mastoidektomi radikal juga
dapat dilakukan apabila pemberian antibiotik tidak efektif.10

5. Parese Nervus Fasialis


Parese nervus 7 merupakan komplikasi OMSK dan OMA tersering setelah
mastoiditis. Kondisi parese ini disebabkan oleh neuropraksia. Pada OMSK,
parese nervus fasialis terjadi karena kompresi oleh kolesteatoma dengan atau
tanpa inflamasi lokal. Pada umumnya kolesteatoma menekan nervus fasialis
di segmen timpani karena erosi tulang.6
Pemeriksaan fisik sangat penting untuk mengevaluasi fungsi nervus
fasialis, membedakan lesinya apakah di sentral atau di perifer. Derajat dan
klasifikasinya dapat dinilai secara klinis menggunakan skala House-
Brackmann.5,10

Tabel 2. Skala House-Brackmann5

Gambar 26. Paresis nervus fasialis perifer

Komplikasi Intrakranial

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

1. Meningitis
Gejala berupa nyeri kepala hebat, demam tinggi, fotofobia, dan perubahan
kesadaran. Kaku kuduk dan gejala-gejala neurologisnya lain juga dapat
timbul. Pada meningitis karena komplikasi OMSK, harus dicari rute
infeksinya dan organisme yang berperan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
menggunakan lumbal pungsi dan CT-Scan kepala kontras.
2. Abses Intrakranial

Gambar 27. CT-scan kepala menunjukkan adanya abses intrakranial otogenik0


Abses intrakranial pada komplikasi OMSK bersifat otogenik, yang
berarti sumber infeksi berasal dari telinga. Perkembangan abses ini awalnya
merupakan ekstensi infeksi telinga tengah melalui tegmentum atau
tromboflebitis retrograde. Dapat disertai dengan abses ekstradural.10

3. Tromboflebitis Sinus Lateral (Sigmoid)


Inflamasi yang terjadi pada dinding dalam vena sinus lateralis dengan
pembentukan trombus intrasinus. Sinus lateral lokasinya sangat prominen dan
dekat dengan air cell mastoid. Dengan adanya trombus intrasinus, akan
mengakibatkan hipertensi intrakranial. Trombus tersebut dapat bermigrasi ke
vena jugularis interna sehingga mengakibatkan emboli septik dengan sindrom
vena jugularis. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan tes Tobey-Ayre
yaitu dengan cara melakukan pungsi lumbal sambil mengukur tekanannya
dengan manometer, kemudian lakukan kompresi pada vena jugularis dan lihat
apakah ada perubahan tekanan atau tidak, apabila tidak terdapat perubahan

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

tekanan makan tes tersebut positif menunjukkan adanya trombosis sinus


lateralis.6

Gambar 28. Tes Tobey-Ayer

4. Hidrosefalus otitik
Hidrosefalus otitik merupakan peningkatan tekanan intrakranial tanpa
adanya dilatasi ventrikel, meningitis, atau abses intrakranial pada pasien
dengan otitis media akut maupun kronis. Etiologi dari hidrosefalus ini adalah
karena berkurangnya resorpsi CSF oleh granulasi araknoid dikarenakan
trombosis sinus lateralis. Terapi yang dapat dilakukan adalah mastoidektomi
dan debridemen jaringan granulasi ekstradural. Terapi inisialnya yaitu
diberikan manitol, furosemide, atau pungsi lumbal berulang.10

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh
bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun
virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung
sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.
Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria: onset cepat, tanda-
tanda efusi telinga tengah yang dibuktikan dengan memperhatikan tanda
mengembangnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan membran
timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang
keluar dari telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah, kemerahan
pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal(14). Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan
dan inflamasi diperlukan, temuan pada otoskopi menunjukkan adanya peradangan
yang terkait dengan OMA, penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik
dari OMA.
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih
dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari
telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau
kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan
rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi
didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis,
abses otak dan dapat menyebabkan kematian.
Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang
menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OMSK tipe
bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi
kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan


gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas.

3.2. Saran
Harus dapat membedakan antara OMA dan OME, OME terbatas pada
keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani
tanpa radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan
disertai tanda radang disebut OMA. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat
OMSK harus dihindari dengan menegakkan diagnosis secara tepat dan dini,
diikuti dengan penatalaksanaan yang tepat pada penderita OMSK.

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)


lOMoARcPSD|29647980

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015
2. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
3. Ballenger JJ.Otolaryngology: Head and Neck's Surgery. Ed.18 Jilid Satu.
Elsevier. 2018.
4. Newlands, S. et al. Bailey's Head and Neck Surgery, Otolaryngology. Ed. 5 Jilid
satu. Wolters Kluwer, 2014
5. Helmi, et al. Otitis Media Supuratif Kronik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2005.
6. Newlands, S. et al. Bailey's Head and Neck Surgery, Otolaryngology. Ed. 5 Jilid
dua. Wolters Kluwer, 2014
7. Schuenke, M, et. al. Thieme Atlas of Anatomy: Head and Neuroanatomy.
Thieme, 2010.
8. Soepardi, Efiaty Arsyad et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke enam. FKUI. Jakarta; 2015: p 79-80.
9. Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence.
London; January 2017.
10. Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and

Neck Surgery 6th ed. Haryana: Elsevier. 2014

Downloaded by Moh. Akbar R. Alitu (akbaralitu@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai