REFERAT
Disusun Oleh:
Zulfikar Caesar Narendra
1102014294
Pembimbing :
dr. Erlina Julianti, Sp.THT-KL
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakat pada stapes. Stapes
terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk
dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga
tengah.5
Otitis Media
Risiko
Tipe aman, Tipe bahaya
rendah,
Ri siko tinggi
2.4 Epidemiologi
Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba
eustachius yang lebar dan pendek. Di Amerika Serikat, 70% anak telah
mengalami OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian
otitis media akut adalah pada anak berusia 3-18 bulan.1
Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih
disebut dengan istilah "cenderung otitis". Suatu penelitian oleh Howie
menunjukkan bahwa suatu episode infeksi S. pneumoniae dalam tahun pertama
kehidupan telah dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis media
akut berulang. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan anak wanita. Insidens kondisi alergi tidak meningkat pada anak-
anak ini. Delapan serotipe S. pneumoniae bertanggung jawab lebih atas lebih dari
75% episode otitis media akut.1
2.5 Etiologi
Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu,
kadang-kadang ditemukan juga Hemophylus influenza, Escherichia coli dan
Pseudomonas aurugenosa. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur.1
Berikut ini adalah faktor risiko yang mempengaruhi otitis media:
• Prematuritas & Berat Lahir Rendah
• Usia muda
• Riwayat Keluarga
• Abnormalitas Kraniofasial
• Penyakit Neuromuskular
• Alergi
• Status sosioekonomi rendah
• Paparan tembakau & polutan
• Posisi tidur telentang
• Tidak mendapatkan ASI
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor predisposisi dari terjadinya otitis
media akut. Apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba eustachius
merupakan predisposisi terjadinya infeksi telinga tengah. Hal-hal tersebut seperti8:
• Serangan ISPA berulang
• Infeksi tonsil dan adenoid
• Rinitis dan sinusitis kronik
• Alergi
• Tumor nasofaring, mengorek hidung
• Palatoschisis
2.6 Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. 1 Sebagai
pelengkap mekanisme pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler subepitel
yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral, leukosit PMN dan sel
fagosit lainnya.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan.4
Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan
kondisi inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi
pada nasofaring meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis
dan inflamasi. Hal tersebut mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga
tengah. Keadaan stasis mendukung terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam
ruang telinga tengah. Respon yang terjadi berupa reaksi inflamasi akut seperti
vasodilatasi, eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi imunologis lokal di
dalam telinga tengah.4
Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus
melekat pada lapisan mukosa. Infeksi virus yang menyerang dan merusak
permukaan mukosa traktus respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh
patogen di daerah nasofaring, tuba eustachius, dan ruang telinga tengah.4
dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-
tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak
memegang telinganya yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas
4 stadium: (1) stadium oklusi (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4)
stadium perforasi, (5) dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada
gambaran membran timpani yang diamati melalui meatus akustikus eksternus
(MAE).1
1. Stadium Oklusi
Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.1
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sulit terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada telinga tengah dan hancurnya epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol/bombans (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan
ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada
vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di
tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
MAE. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak
mudah menutup kembali.1
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE. Anak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.
4. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.1
- Gangguan pendengaran
2. Hiperemis - Otalgia -Membran timpani:
- Gangguan pendengaran Hiperemis, tampak
- edema
3. Supurasi - Otalgia hebat - Membran timpani:
- Gangguan pendengaran Bombans dan
- Febris, batuk, pilek hiperemia
- Pada bayi dan anak - Belum ada sekret di
kadang disertai dengan: MAE
gelisah, rewel, kejang,
gastroenteritis
- Belum terjadi otorea
4. Perforasi - Otorea, mukopurulen - Membran timpani:
- Otalgia dan febris Perforasi, sentral, kecil
mereda di kuadran antero-
- Gangguan pendengaran inferior
- Masih ada batuk dan - Sekret: mukopurulen
pilek kadang tampak pulsasi
- Warna membran
timpani hiperemia
5. Resolusi Gejala-gejala pada - Membran timpani:
stadium sebelumnya Sudah pulih menjadi
sudah banyak mereda normal kembali
Kadang masih ada gejala - Masih dijumpai lubang
sisa: perforasi
Tinitus dan gangguan - Tidak dijumpai sekret
pendengaran lagi
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium
oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam alrutan fisiologis untuk yang berumur di atas 12 tahun dan
orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan
apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.1
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan
dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-
10 hari.1
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari
3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan,
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).1
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
Kematian yang disebabkan oleh OMA sangat jarang di era modern ini.
Dengan terapi antibiotik yang efektif, tanda sistemik seperti demam dan letargis
akan menghilang bersamaan dengan hilangnya nyeri dalam waktu 48 jam. Dan
biasanya tuli pendengaran konduktif juga akan membaik. Efusi telinga tengah dan
tuli pendengaran konduktif dapat menetap selama periode terapi, dengan
perkiraan 70% anak akan mengalami efusi telinga tengah dalam waktu 14 hari,
50% dalam satu bulan, 20% dalam 2 bulan, dan 10% setelah 3 bulan.2
2.12 Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul.5 Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau
berupa nanah.
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi
peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak
intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung
lebih dari 2 bulan.
Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani
atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada
anterior, posterior, inferior atau subtotal. OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan patologis yang ireversibel.2,4
2.13 Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi
yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi
OMSK pada negara yang sedang berkembang.2
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam
hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan
beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair,
60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia.5
2.14 Etiologi
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran
bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui
tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus
auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, Proteus
sp., dan B. coli. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans
(Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).8
2.15 Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media, OM).2
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.2
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.2
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran
timpani menetap pada OMSK1,2 :
• Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
• Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
• Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
2. Tipe atikoantral
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna
putih, terdiri dari lapisan epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan
keratin yang terjebak di rongga timpanomastoid.5
2.17 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan bila ditemukan perforasi membran timpani
dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari 2 bulan. Sebaiknya
diagnosis OMSK disertai dengan keterangan jenis dan derajat ketulian. OMSK
yang terbatas di telinga tengah hanya menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat
tuli campur dapat menandakan komplikasi ke labirin, dapat juga akibat
penggunaan obat topikal yang ototoksik.5
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang.11
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.11
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,
karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga
dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.
Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.11
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan
tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi
faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses
infeksi yang terdapat ditelinga. 11
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi,
dimana pengobatan dapat dibagi atas11 :
1. Konservatif
2. Operasi
Sejak awal harus dibedakan OMSK yang harus mendapat terapi operatif
untuk menghindarkan penundaan tindakan operasi karena progresivitas
penyakitnya. Infeksi pada tipe atikoantral terlalu dalam sehingga antibiotik tidak
dapat mencapainya. OMSK yang disertai peradangan mukosa difus, karena diikuti
dengan osteitis dan pembentukan jaringan granulasi di kavum timpani dan rongga
mastoid umumnya sukar diatasi dengan medikamentosa saja, begitu juga OMSK
dengan komplikasi intratemporal atau intrakranial.5
2.18.1 OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.11
Selain itu dapat dilakukan epitelialisasi tepi perforasi dengan cara melukai
pinggir perforasi secara tajam atau dengan mengoleskan zat kaustik seperti nitras
argenti 25%, asam trichlor asetat 12%, alkohol absolut, dll.
Bila ada perforasi menetap dan fasilitas memungkinkan sebaiknya
dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah
infeksi berulang serta gangguan pendengaran.5
Komplikasi Intratemporal
1. Mastoiditis
Mastoiditis merupakan salah satu komplikasi OMSK yang paling sering.
Mastoid dipenuhi oleh sistem air cell yang berfungsi untuk mengatur tekanan
telinga dan melindungi tulang temporal dari trauma. Proses inflamasi pada
telinga tengah dapat menyebabkan inflamasi pada mastoid, ditandai dengan
adanya kumpulan cairan purulen pada mastoid.6 Mastoiditis dibagi menjadi
akut, kronis, dan koalesens.
Mastoiditis akut ditandai dengan adanya nyeri postaurikular, eritema,
pembengkakan, serta protrusi aurikula. Mastoiditis akut biasanya timbul 2-6
hari sejak onset OMA dan timbul karena pengobatan antibiotik yang tidak
adekuat.6
Apabila mastoiditis akut tidak ditangani dengan benar, maka dapat timbul
komplikasi lebih lanjut yaitu abses subperiosteal. Abses tersebut merupakan
kumpulan materi purulen yang berada dibawah lapisan periosteum.6 Pada
anak-anak abses tersebut terbentuk pada segitiga McEwen.
Gambar 21. Abses zigomatikum, tampak edema dan pus pada orbita sinistra
3. Labirintitis
Labirintitis atau bisa disebut neuritis vestibular adalah peradangan pada
telinga dalam atau sistem vestibulokoklearis. Secara umum dibagi menjadi
tiga yaitu; sirkumsrip, serosa/toksik, dan supuratif.
Labirintitis sirkumskrip atau Fistula labirintin merupakan pembukaan
abnormal pada interior labirin sebagai akibat dari kolesteatoma yang
mendestruksi jaringan sekitar termasuk daerah telinga dalam. Pada fistula ini
tidak terdapat perpindahan cairan perilimfe karena matrix dari kolesteatoma
menutupi fistula tersebut. Fistula labirintin karena kolesteatoma biasanya
melibatkan kanalis semisirkularis horizontal, namun bisa juga kanal lain,
vestibulum, koklea, dan kanalis auditorius internus.6
Fistula labirintin biasanya asimptomatik dan hanya dapat didiagnosis
dengan melakukan pemeriksaan CT-scan atau saat operasi. Gejala yang timbul
dapat berupa vertigo saat melakukan manuver valsava atau vertigo yang
dipicu oleh perubahan posisi dan pergerakan. Fenomena Tullio juga dapat
timbul dimana vertigo muncul saat ada stimulus suara.6
Diagnosis fistula labirintin dapat ditegakkan dengan menggunakan tes
fistula yang mana dapat dilakukan dengan dua cara;
• Tekanan pada tragus
• Spekulum siegel
Gambar 22. Klasifikasi dari Fistula Labirintin sebagai akibat dari kolesteatoma
Labirintis serosa terjadi karena perubahan kondisi cairan jaringan telinga
dalam yang disebabkan karena toksin bakteri. Toksin bakteri ini masuk ke
telinga dalam melalui fistula labirintin atau fenestra vestibuli. 6 Gejala yang
dapat timbul berupa vertigo berat dengan nistagmus horizontal, muntah, dan
gangguan pendengaran (tipe campuran). Tatalaksana dapat berupa pemberian
antibiotik dan steroid. Untuk meredakan gejala, pasien diharuskan untuk bed
rest dengan posisi telinga yang sakit diatas. Pemberian sedatif labirintin
seperti prochlorperazine dan dimenhidrinat juga dapat meringankan gejala
vertigo.10 Hidrops endolimfatik dapat terjadi pada labirintitis tipe ini.
Labirintis tipe supuratif terjadi karena invasi bakteri secara langsung ke
telinga dalam karena proses supurasi pada telinga tengah. 6 Proses akut ini
menyebabkan destruksi komponen telinga dalam sehingga kerusakannya
bersifat permanen.10 Gejalanya yaitu vertigo berat dan tuli sensorineural.
4. Petrositis
Petrositis merupakan infeksi pada bagian apex petrosa os temporalis yang
disebabkan karena penyebaran infeksi dari mastoid atau dari telinga tengah.
Gambaran patologisnya ditandai dengan pneumatisasi, tulang diploik,
skelerotik. Pada jaringan lunaknya terdapat adanya jaringan granulasi dan
purulensi. Petrositis dapat berlanjut menjadi komplikasi lainnya yaitu
tromboflebitis sinus kavernosus.
Gejala pada petrositis sangat khas, disebut juga dengan sindrom Gradenigo
yang terdiri dari trias sebagai berikut; nyeri retroorbita, otorea, paralisis nervus
abdusens. Gejala lainnya yang dapat timbul antara lain vertigo, paralisis
nervus fasialis, dan tuli sensorineural (karena keterlibatan nervus fasialis dan
nervus statoakustikus).
Gambar 25. Gambaran diplopia pada pasien dengan paresis nervus 6 sinistra
Komplikasi Intrakranial
1. Meningitis
Gejala berupa nyeri kepala hebat, demam tinggi, fotofobia, dan perubahan
kesadaran. Kaku kuduk dan gejala-gejala neurologisnya lain juga dapat
timbul. Pada meningitis karena komplikasi OMSK, harus dicari rute
infeksinya dan organisme yang berperan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
menggunakan lumbal pungsi dan CT-Scan kepala kontras.
2. Abses Intrakranial
4. Hidrosefalus otitik
Hidrosefalus otitik merupakan peningkatan tekanan intrakranial tanpa
adanya dilatasi ventrikel, meningitis, atau abses intrakranial pada pasien
dengan otitis media akut maupun kronis. Etiologi dari hidrosefalus ini adalah
karena berkurangnya resorpsi CSF oleh granulasi araknoid dikarenakan
trombosis sinus lateralis. Terapi yang dapat dilakukan adalah mastoidektomi
dan debridemen jaringan granulasi ekstradural. Terapi inisialnya yaitu
diberikan manitol, furosemide, atau pungsi lumbal berulang.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh
bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun
virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung
sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.
Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria: onset cepat, tanda-
tanda efusi telinga tengah yang dibuktikan dengan memperhatikan tanda
mengembangnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan membran
timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang
keluar dari telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah, kemerahan
pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal(14). Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan
dan inflamasi diperlukan, temuan pada otoskopi menunjukkan adanya peradangan
yang terkait dengan OMA, penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik
dari OMA.
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih
dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari
telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau
kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan
rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi
didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis,
abses otak dan dapat menyebabkan kematian.
Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang
menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OMSK tipe
bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi
kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi
3.2. Saran
Harus dapat membedakan antara OMA dan OME, OME terbatas pada
keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani
tanpa radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan
disertai tanda radang disebut OMA. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat
OMSK harus dihindari dengan menegakkan diagnosis secara tepat dan dini,
diikuti dengan penatalaksanaan yang tepat pada penderita OMSK.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015
2. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
3. Ballenger JJ.Otolaryngology: Head and Neck's Surgery. Ed.18 Jilid Satu.
Elsevier. 2018.
4. Newlands, S. et al. Bailey's Head and Neck Surgery, Otolaryngology. Ed. 5 Jilid
satu. Wolters Kluwer, 2014
5. Helmi, et al. Otitis Media Supuratif Kronik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2005.
6. Newlands, S. et al. Bailey's Head and Neck Surgery, Otolaryngology. Ed. 5 Jilid
dua. Wolters Kluwer, 2014
7. Schuenke, M, et. al. Thieme Atlas of Anatomy: Head and Neuroanatomy.
Thieme, 2010.
8. Soepardi, Efiaty Arsyad et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke enam. FKUI. Jakarta; 2015: p 79-80.
9. Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence.
London; January 2017.
10. Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and