Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Disusun Oleh:

Fitri Syawalia Anzali 112021235

Pembimbing:

dr. Asnominanda, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
KRISTEN KRIDA WACANA
RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 15 MEI 2023 - 17 JULI 2023
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi
atas otitis media supuratif dan otitis media non-supuratif. Masing-masing
mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua
tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.1
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen,
tipe sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid,
OMSK tipe ganas). OMSK tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya
sentral, biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan
kelainan di kavum timpani.1 Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa karena
proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut
juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. OMSK tipe
jinak dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat sekret
yang masih keluar dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang pada
pemeriksaan telinga akan dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat disertai gejala lainnya seperti vertigo, tinitus, atau suatu
rasa penuh dalam telinga. Sedangkan OMSK tipe ganas dapat menimbulkan
komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat
fatal.2
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.
Proses infeksi pada OMSK sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme
aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini.

2
Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas
aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.1

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga
Anatomi Telinga Tengah dan Fungsi Pendengeran

Telinga adalah indera pendengeran. Pendengaran merupakan indera


mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya
berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengeran kesusunan saraf pusat.1
Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.

(Gambar 1. Anatomi Telinga)

4
Telinga tengah terdiri dari: membran timpani, kavum timpani, prosesus
mastoideus, dan tuba eustachius.1

(Gambar 2. Penampang Telinga Tengah)


1. Membran Timpani
Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak oblig di liang telinga,
membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membrane timpani rata-
rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior-inferior ke superior posterior.
Membran timpani dibagi menjadi 2 bagian, pars flaksida, yang merupakan bagian
atas dan pars tensa yang merupakan bagian bawah. 1 Membrane timpani terdiri atas 3
lapis: lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit
terusan dari kulit yang melapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan
jaringan ikat yang terdiri atas 2 lapis dan lapisan sirkuler yang serat-seratnya lebih
padat di lingkaran luar dan makin jarang ke arah sentral. 1
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah
yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani
kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

5
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. 2 Didalam telinga
tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu,
maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat
pada inkus, dan inkus melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong
yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.2

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan
bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran
timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan
nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus
glossofaringeal. 3
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang
dari arteri aurikula posterior. 2

6
(Gambar 3. Membran Timpani)

2. Cavum Timpani
Cavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior
atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Cavum timpani
mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial,
anterior, dan posterior. Cavum timpani terdiri dari: 2
a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil),
inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan
otot stapedius (muskulus stapedius)
c. Saraf korda timpani
d. Saraf pleksus timpanikus

Batas cavum timpani;


Atas : tegmen timpani
Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid
Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal
Anterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani
Medial : dinding labirin
Lateral : membrana timpani
Cavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan
stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio
dan dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut
menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara
dapat ditransmisikan ke telinga dalam.2
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral.
Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum,

7
manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei
yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus
terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. 2 Sudut antara krus brevis dan
krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat
processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum,
krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius
tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal.

Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu: 2


• M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan
berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke
lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk
menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi
lebih tegang.
• M.stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi
oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap
foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.

3. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan cavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga
tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2
bagian yaitu : 2

a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian)
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian)

8
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan udara didalam cavum timpani dengan tekanan udara
luar, drenase sekret dari cavum timpani ke nasofaring dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke cavum timpani.

(Gambar. 4 Tuba Eustachius)


2. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
2.1. Definisi OMSK
Otitis media supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea)
tersebut lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.1
2.2. Epidemiologi
Beberapa studi menyatakan insiden OMSK terjadi pada 39 dari 100rb kasus
pada anak-anak dan remaja 15 tahun kebawah. Di Inggris OMSK terjadi pada
populasi 0,9% anak-anak dan 0,5% orang dewasa. Di Indonesia, menurut Depkes
prevalensi OMSK sekitar 3,1% dan kebanyakan penderitanya adalah laki-laki.
2.3. Klasifikasi Otitis Media Supuratif KronisOtitis media supuratif
kronis dibagi menjadi 2 tipe, tipe jinak dan tipe bahaya. 1 Nama lain dari tipe
jinak (benigna) adalah tipe tubotimpanik karena biasanya didahului dengan
gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani; disebut
juga tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa
telinga tengah, disebut juga tipe aman karena jarang menyebabkan komplikasi

9
yang berbahaya. Nama lain dari dari tipe bahaya adalah tipe atikoantral karena
proses biasanya dimulai di daerah itu; disebut juga tipe tulang karena penyakit
menyebabkan erosi tulang.1

(Gambar 5. OMSK Tipe Benigna)

10
(Gambar 6. OMSK Tipe Bahaya)
2.4. Patogenesis
2.4.1. OMSK Benigna

11
Oleh karena proses patologi telinga tengah pada tipe ini didahului oleh
kelainan fungsi tuba, maka disebut juga sebagai penyakit tubotimpani.
Terjadinya otitis media supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis
media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. 1 Terjadinya otitis
media disebabkan multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gagguan
fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi. Anak lebih
mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang berbeda
dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga bila terjadi infeksi saluran napas atas maka otitis media merupakan
komplikasi yang sering terjadi. Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba

eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga


tengah melalui perforasi membrane timpani. Maka terjadilah proses inflamasi. 1

(Gambar 7. Anatomi Tuba Eustachius anak dan dewasa)

Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga


tengah akan terpapar ke dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
berulang setiap waktu. Bila tidak terjadinya infeksi maka mukosa telinga tengah

12
tampak tipis dan pucat.1 Melakukan kegiatan berenang, lalu kemasukan benda
asing yang tidak steril ke liang telinga atau oleh karena adanya fokus infeksi di
saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang
ditandai dengan sekresi yang mukoid atau mukopurulen, dan pulsasi di dekat
tuba Eustachius.
2.4.2. OMSK Tipe Bahaya
OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma. Disebut
juga tipe bahaya karena sering menimbulkan komplikasi berbahaya.1
2.5. Kolesteatoma dan Granulasi Kolesterol
Kolesteatoma adalah epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan
keratin yang terjebak di dalam rongga timpanomastoid. Kolesteatoma mengerosi
tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh penumpukan debris keratin,
maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas. 1 Reabsropsi tulang dapat
menyebabkan destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin, pemaparan
n.fasial, dura serta silus lateral. Karena perjalanan penyakitnya itu OMSK dengan
kolesteatoma disebut OMSK tipe bahaya, karena merusak tulang disebut OMSK
tipe tulang, karena perluasan kolesteatoma yang merusak epitel skuamosa disebut
juga tipe skuamosa. Tidak ada terapi medikamentosa untuk kolesteatoma, untuk
eradikasinya memerlukan pembersihan.
Granuloma kolesterol adalah lesi kistik berdinding tipis kuning kecoklatan
yang berisi kumpulan kristal kolesterol di dalam cairan berwarna coklat
kehitaman yang timbul sebagai reaksi terhadap benda asing di dalam sel mastoid
akibat disfungsi tuba.1
2.6. Kuman Penyebab OMSK
Kuman gram negatif dan gram positif aerob dan anaerob berperan pada
OMSK dengan insiden yang berbeda-beda. Pseudomonas aeruginosa merupakan
kuman tersering ditemukan pada biakan sekret OMSK tanpa kolesteatoma. 1
Kuman yang ditemukan pada OMSK dengan kolesteatoma dari data yang
bisa dikumpulkan dari rekam medic pasien-pasien yang menjalani mastoidektomi

13
radikal di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari januari 1993 sampai 1996 didapat
kuman yang paling sering ditemukan adalah Proteus mirabilis sebanyak 58,5%,
sedangkan Pseudomonas ditemukan pada 31,5% telinga.1 Beberapa kuman lain
yang harus diperhatikam karena sifat-sifat khususnya adalah Staphilococcus
aureus yang telah resistensi terhadap ampisilin/amoksisilin, Staphilococcus
epidermidis dan Klebseila pneuomonia yang sudah 100% resistensi terhadap
penisilin alam maupun ampisilin/amoksisilin.1

2.7. Diagnosis OMSK


Diagnosis tepat memerlukan beberapa alat pemeriksaan antara lain lampu
kepala yang cukup baik, corong telinga, alat pebersih secret telinga, alat
penghisap secret, otoskop atau mikroskop/endoskop.1 Sekret telinga dibersihkan
dengan alat pembersih secret atau alat penghisap secret. Selanjutnya digunakan
otoskop untuk melihat lebih jelas lokasi perforasi, kondisi sisa membrane timpani
dan kavum timpani.
Diagnosis OMSK ditegakkan bila ditemukan perforasi membrane timpani
dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari 2 bulan. 2 Sebaiknya
diagnosis OMSK disertai dengan keterangan jenis dan derajat ketulian. OMSK
yang terbatas di telinga tengah hanya menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat
tuli campuran dapat menandakan komplikasi ke labirin, dapat juga akibat
penggunaan obat topical yang ototoksik.
Tanda OMSK tipe bahaya harus dikenali, perforasinya di atik atau marginal
atau total. Mukosa di sekitar perforasi diganti oleh epitel berlapis gepeng. Debris
kolesteatoma dapat ditemukan di sekitar perforasi,terutama di daerah atik. 1 Pada
OMSK dengan kolesteeatoma yang terinfeksi, otore berbau khas, tetapi pada
yang tidak terinfeksi bisa kering. Sering tertadap jaringan granulasi yang
biasanya menandakan telah terpaparnya tulang. Fistel retro-aurikular hampir
selalu akibat kolesteatoma terinfeksi yang terlantar. Peeriksaan pencitraan
dengan foto polos atau CT scan menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma.

14
Pemeriksaan Penunjang OMSK
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:2
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
 Normal : -10 dB sampai 26 dB
 Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
 Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
 Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
 Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
 Tuli total : lebih dari 90 dB.
Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto
ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen3.

15
(Gambar 8. Proyeksi Schuller)
2. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur3.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang
sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat2,3

16
(Gambar . Proyeksi Stenver)
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau
CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom3.
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA
Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang
dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes sp1,2.
2.8. Penatalaksanaan OMSK
Sejak awal harus dibedakan OMSK yang sebaiknya mendapat terapi operatif
untuk menghindari penundaan tindakan operasi pada pasien yang penyakitnya
memang secara medik tak dapat sembuh sejak onsetnya dank arena tendensi
progresifitas penyakitnya. Secara umum, infeksi yang mengenai daerah atik dan
antrum (penyakit atiko anrtal) biasanya terlalu dalam di telinga untuk dapat
dicapai oleh antibiotik.1 Kolesteatoma berpotensi endestruksi tulang dan
memungkinkan penyebaran infeksi memerlukan operasi. OMSK yang disertai
peradangan mukosa difus, karena diikuti dengan osteitis dan pembentukan
jaringan granulasi di kavum timpani dan rongga mastoid umumnya sukar sekali
diatasi dengan medikamentosa saja. OMSK dengan tanda komplikasi
intratemporal atau intracranial harus direncanakan secepatnya mendapat
mastoidektomi. Pasien dengan otore dari perforasi sentral dapat diobati dulu
dengan medikamentosa untuk mengontrol infeksi dan menghentikan otore
sebagai tujuan jangka pendek.1 Tujuan jangka panjang adalah usaha menutup
perforasi membrane timpani dan memperbaiki pendengaran baik secara
konservatif maupun operatif.

17
Setiap pasien dengan otore kronis harus mendapat pemeriksaan otoskopi
dengan teliti dan dibersihkan liang telinganya. Bila terdapat perforasi membrane
timpani ditegakkan diagnosis OMSK. Kemudian ditentukan keberadaan tanda-
tanda komplikasi yang memerlukan pengobatan atau tindakan pengobatan segera.
Bila tidak ada komplikasi, ditentukan tipe OMSK, tipe benigna atau tipe bahaya.
Fase OMSK, fase tenang bila tidak ditemukan sekresi aktif dari telinga tengah.
Fase aktif bila ditemukan sekresi aktif dari telinga tengah.4

2.8.1. OMSK Benigna


OMSK benigna dibagi menjadi fase tenang dan aktif. Fase tenang jika
OMSK tersebut adalah OMSK tipe mukosa dalam keadaan kering. Pada keadaan
ini dapat diusahakan epitelisasi tepi perforasi melalui tindakan poliklinik dengan
melukai pinggir perforasi secara tajam atau dengan mengoleskan zat kaustik
seperti nitras argenti 25%, asam trichor asetat 12%, alkohol absolute dll. Hasil
pengobatan yang memuaskan tercapai apabila membrane timpani menutup dan
tidak didapati tuli konduktif.1
2.8.2. OMSK Bahaya
OMSK tipe bahaya bersifat progresif, kolesteatomnya yang semakin luas
akan mendestruksi tulang yang dilaluinya. Infeksi sekunder akan menyebabkan
keadaan septic lokal dan menyebabkan apa yang disebut nekrosis septic di
jaringan lunak yang mengancam akan terjadinya komplikasi. Pengobatan satu-
satunya adalah tindakan operasi untuk eradikasi kolesteatoma. 1 Pengobatan
konservatif dengan pembersihan lokal memlui liang telinga pada
kolesteatomanya tidak mungkin menjalani operasi dengan baik dalam anestesi
lokal ataupun anestesi umum. Pengobatan pencegahan perluasan kolesteatoma
dengan pemasangan pipa ventilasi untuk retraksi ringan, operatif bila meluas.1

18
Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat
terbatas di atik.1 Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secara total dengan
tindakan di atas, dapat dipilih berbagai variasi teknik eradikasi kolesteatoma
yang diikuti tindakan rekontruksi fungsi pendengaran pada saat yang sama,
misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanplast) atau
mastoidektomi buka – tutup (osteolastic epitympanotom, open and close method
typanoplasty) dan sebagainya.1

2.8.3. Penatalaksanaan Pasien OMSK dengan Komplikasi.


Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi
menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
menyebabkan kematian.1 Terjadinya komplikasi tergantung pada kelainan
patologik penyebab otorea. Umumnya komplikasi terjadi pada pasien OMSK tipe
bahaya, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman
virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan komplikasi
intracranial.1 Komplikasi intra temporal yaitu abses subperiosteal, labirinitis,
paresis facial, petrositis, dan komplikasi intracranial yaitu abses ekstra dura,
abses perisinus, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak dan
meningitis optikus..
Pasien OMSK dengan komplikasi intracranial ataupun intratemporal harus
segera dirawat dan rujuk ke dokter spesialis saraf atau spesialis anak. Antibiotic
dosis tinggi yang dapat menembus sawar darah otak diberikan secara intravena
selama 7 – 15 hari dan periksa mikrobiologi secret telinga. Tergantung dari
kondisi pasien dapat dilakukan drenase materi purulen secara mastoidektomi
dalam anestesi lokal ataupun umum yang dapat pula disertai tindakan operasi.

Pemberian antibiotik topikal

19
Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan
biasanya ada gangguan vaskularisasi ditelinga tengah sehingga antibiotika oral
sulit mencapai sasaran optimal. Cara pemilihan antibiotika yang paling baik
adalah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.3
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk tetes
telinga dan mengandung antibiotika tunggal atau kombinasi, jika perlu
ditambahkan kortikosteroid untuk mengatasi manifestasi alergi lokal. Obat tetes
yang dijual di pasaran saat ini banyak mengandung antibiotika yang bersifat
ototoksik. Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1-2
minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.

Antibiotika yang sering digunakan untuk OMSK adalah: 3


1. Kloramfenikol
Losin et. al (1983) melakukan penelitian pada 30 penderita OMSK jinak aktif
mendapatkan bahwa sensistifitas kloramfenikol terhadap masing-masing
kuman adalah sebagai berikut: Bacteroides sp. (90%), Proteus sp. (73,33%),
Bacillus sp. (62,23%), Staphylococcus sp. (60%), dan Pseudomonas sp.
(14,23%).
2. Polimiksin B atau Polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas,
E.coli,Klebsiella, dan Enterobakter tetapi tidak efektif (resisten) terhadap
kuman Gram positif seperti Proteus dan B. Fragilis dan toksik terhadap ginjal
dan susunan saraf.
3. Gentamisin
Gentamisisn adalah antibiotika derivat aminoflikosida dengan spektrum yang
luas dan aktif untuk melawan organisme Gram positif dan negatif. Saah satu
bahaya dari pemberian gentamisin tetes telinga adalah kemungkinan

20
terjadinya kerusakan telinga dalam. Telah diketahui bahwa pemberian
gentamisin secara sistemik akan menyebabkan efek ototoksik.
4. Ofloksasin
Ofloksasin mempunyai aktifitas yang kuat untuk bakteri Gram negatif dan
positif dan bekerja dengan cara menghambat enzim DNA gyrase. Pada
OMSK dengan perforasi membrana timpani, konsentrasi tinggi ofloksasin
telah ditemukan 30 menit setelah pemberian solutio ofloksasin 0,3%.
Berdasarkan penelitian, pemakain tetes siprofloksasin lebih berhasil dan lebih
murah dibandingkan tetes kloramfenikol, dan tidak dijumpai efek ototoksik.
Keuntungan lainnya ofloksasin dapat diberikan secara tunggal tanpa antibiotik
oral.

Antibiotik oral
Secara oral, dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya
telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin-asam klavulanat.
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan
sekret.2
Terapi antibiotika sistemik yang dianjurkan pada OMSK adalah:
1. Pseudomonas: aminogliosida + karbenisilin
2. P. Mirabilis: ampisilin atau sefalosporin
3. P.morganii, P.vulgaris : aminoglikosida +karbenisilin
4. Klebsiella: sefalosporin atau aminoglikosida
5. E.coli: ampisilin atau sefalosporin
6. S.aureus antis-stafilikokus: penisiln, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
7. Streptokokus: penisilin, sefalosforin, ertiromisin, sminoglikosida
8. B. Fragilis: klindamisin.

21
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob.
Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif dosis 400 mg 3 kali sehari,
selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu. Antibiotika
golongan kuinolon tidak dianjurkan untuk anak berusia dibawah 16 tahun.2
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti yang
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegab terjadinya komplikasi serta memperbaiki
pendengaran.
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan sekret yang
banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid.2 Dianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat
asam dan merupakan media yang burukuntuk tumbuhnya kuman. Selain itu
dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika
topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi
sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan
patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat
pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka
tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak
lebih dari 1minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan
berdasarkan kulturkuman penyebab dan uji resistensi.
Jenis pembedahan OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis baik tipe aman atau bahaya, antara lain:3

1. Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy).


Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan

22
ruangan mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi
tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteotoma yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum tympani dibersihkan dari semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi
pendengaran tidak di perbaiki.
Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus dating dengan teratur untuk control, supaya tidak
terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.Modifikasi operasi ini ialah
dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatoplast yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus telinga luar menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti
Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik didalam
telinga tengah dan diikuti rekontruksi system konduksi suara pada telinga
tengah.Timpanoplasti diajukan pertama kali oleh Wullstein tahun 1953 yang
kemudian membagi timpanoplasti menjadi V tipe pada tahun 1956. Tujuan
dari timpanoplasti itu sendiri ialah mengembalikan fungsi telinga tengah ,
mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran. Tujuan lainnya
membersihkan semua jaringan patolgis dimana anatomi dari meatus eksternus
termasuk sulkus timpani utuh. Kavum mastoid dibuka untuk menghindari
system aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh dengan membersihkan
penyumbatan antara kavum tympani, antrum, dan system sel mastoid.

23
Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bias ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa.
Pada operasi ini selain rekontruksi membrane tympani sering kali harus
dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi
dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau
tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.
Tipe-tipe Timpanoplasti
Tipe I
Disebut juga miringoplasti. Operasi ini merupakan timpanoplasti yang paling
ringan, dengan melakukan rekontruksi hanya pada membrane tympani dan
cangkokan bersandar pada maleus.
Indikasioperasi ini dilakukan padaOMSK tipe aman yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi yang menetap.
Pada tipe I ini seharusnya dapat memulihkan pendengaran konduktifsampai
normal atau hamper normal.
Tipe II sampai tipe V dilakukan rekontruksi membrane timpani dan rekontruksi
tulang pendengaran.

24
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan tekni operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang
luas.

25
Tujuan operasi untuk menyembuhkanmenyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal
(tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan
rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini
pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering
terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut 5 :

26
(Bagan 1. Algoritma Pengobatan OMSK)
2.9. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi didapatkan pada
pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi
akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan

27
komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. Klasifikasi
sebagai berikut: 4
- Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang
pendengaran dan paralisis nervus fasial.
- Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
- Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan
petrositis.
- Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan
hidrosefalus otitis

28
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih
dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar
dari telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer
atau kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak
memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya
komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis,
meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian.
Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan
patologi yang menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada
pasien OMSK tipe bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan
komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika
mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat
itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi
kurang jelas.

4.2. Saran
Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari dengan
menegakkan diagnosis secara tepat dan dini, diikuti dengan penatalaksanaan
yang tepat pada penderita OMSK.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Otitis Media Supuratif Kronik. Tahun 2007. Penerbit: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.
2. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher
Edisi Ke-7, Cetakan kelima. Tahun 2016. Penerbit: Badan Penerbit FKUI
3. Disease of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 6 th edition. Oleh PL
dhingra & Shruti Dhingra. Tahun 2014. Penerbit: Elsevier
4. Buku Ajar Penyakit THT BOIES Edisi 6 Tahun 2014. Penerbit: EGC
5. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia
Kedokteran 163/vol.35 no.4/ Juli–Agustus 2008.

30

Anda mungkin juga menyukai