Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1
Beberapa ahli mencoba membuat pembagian dan klasifikasi otitis media.
Namun untuk lebih praktis, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
otitis media non supuratif. Masing-masing pembagian ini memiliki bentuk
akut dan kronis.1
Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronik, yaitu otitis
media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif
kronis (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis
media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media supuratif kronis.
Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa
atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.1
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh
terganggu.Sumbatan

tuba

eustachius

merupakan

faktor

penyebab

utama.Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuma ke


dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan.1

II. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi Telinga


Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian, telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.Telinga tengah dan telinga luar

berkembang dari alat brankhial.Telinga dalam seluruhnya berasal dari


plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapatmengalami kelainan
kongenital sementara bagia lain berkembang normal.2
2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar atau daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan
yang dibungkus kulit.3
Daun telinga
Daun telinga mempunyai struktur 3 lapis.Pada kerangka pusat terdiri

a.

dari tulang rawan elastis dikelilingi lapisan kulit pada kedua sisi.
Terdapat jaringan subkutan yag minimal antara kulit dan pericondrium
tersebut.3
b. Saluran pendengaran luar
Saluran pendengaran luar terdiri dari bagian tulang rawan lateral dan
sebagian tulang medial. Setiap bagian dari saluran pendengaran sekitar
setengah dari panjang saluran pendengaran.Tragus membentuk saluran
tulang rawan anterior.Didepannya terletak kelenjar parotis.Pada bagian
anterior dan inferior dari tulang rawan saluran telinga, ada fenestrasi
kecil melalui tulang rawan yang disebut celah santorini.Infeksi saluran
telinga dapat menyebar ke kelenjar parotis melalui celah ini dan dapat
menyebabkan osteomyelitis.Bagian timpani dari tulang temporal
membentuk sebagian besar dari tulang saluran telinga.Dari anterior ke
tulang saluran adalah sendi temporomandibular.Kulit dari saluran telinga
lebih tebal pada saluran tulang rawan dan mengandung kelenjar yang
mengeluarkan cerumen.Kulit pada tulang saluran telinga lebih tipis dan
tetap ke periosteum. Ada serumen disekresi dalam tulang saluran
telinga.3
c. Membran timpani

Gambar 2. Telinga Luar


2.1.2 Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari:
a. Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga. Bayangan penonjolan bagian bawah
maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Di bawah umbo tampak
refleks cahaya (cone of light). Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam
serabut, sirkuler dan radial yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya.4
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu:
1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga
2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani
3.Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum
dan mukosum

Gambar 3: Bagian-bagian membran timpani

Secara anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian:


1. Pars flasida atau membran Shrapnell
Letaknya di bagian atas, lebih tipis dari pars tensa, berlapis 2 yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan dalam dilapisi oleh
sel kubus bersilia.4
2. Pars tensa/membran propria
Merupakan bagian terbesar dari membran. Mempunyai satu lapis
lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam.4
b. Kavum timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior
atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani
mempunyai 6 dinding yaitu: bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding
medial, dinding anterior, dinding posterior.4

1. Atap kavum timpani.


Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani.
Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fossa kranial dan lobus
temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh parspetrosa tulang
temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.
Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis atau ada kalanya tidak ada
tulang sama sekali (dehisensi).4
2. Lantai kavum timpani
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari
bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum
timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.4
3. Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini
juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada
mesotimpanum menonjol ke arah kavum timpani yang disebut promontorium

tonjolan ini oleh karena di dalamnya terdapat koklea. Di dalam promontorium


terdapat beberapa saluran-saluran yang berisi saraf-saraf yang membentuk
pleksus timpanikus. Di belakang dan atas promontorium terdapat fenestra
vestibuli atau foramen ovale (oval windows). Di atas fenestra vestibuli
sebagai tempat jalannya nervus fasialis. Kanalis ini di dalam kavum timpani
tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali (dehisensi).4
4. Dinding posterior
Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran disebut aditus,
yang menghubungkan kavum timpani dengan atrum mastoid melalui
epitimpanum. Di bawah aditus terdapat lekukan kecil yang disebut fossa
inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus brevis dari inkus dan melekat
pada serat-serat ligamen.4
5. Dinding anterior
Dinding anterior kavum timpani agak sempit, tempat bertemunya dinding
medial dan dinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah adalah
lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang tipis
menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum
berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior
dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis ke pleksus
timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis internal.
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.4
6. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran.
Bagian tulang berada di atas dan bawah membran timpani.4
c. Prosesus mastoideus
Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :
1. Malleus (hammer / martil).
Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang
pendengaran dan terletak paling lateral. Panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0
mm. Manubrium terdapat di dalam membran timpani, bertindak sebagai
tempat perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari

maleus dan membran Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan


oleh ligamentum maleus anterior yang melekat ke tegmen dan juga oleh
ligamentum lateral yang terdapat diantara basis prosesus brevis dan pinggir
lekuk Rivinus.4
2. Inkus
Inkus terdiri dari badan inkus dan 2 kaki yaitu prosesus brevis dan
prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut
100o. Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju
antrum, prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke
bawah. Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi
terhadap gerakan membran timpani melalui suatu aksis yang merupakan
suatu garis antara ligamentum maleus anterior dan ligamentum inkus pada
ujung

prosesus

brevis.

Gerakan-gerakan

tersebut

tetap

dipelihara

berkesinambungan oleh inkudomaleus. Gerakan rotasi tersebut diubah


menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui sendi inkudostapedius.4
3. Stapes
Merupakan tulang pendengaran yang teringan, beratnya hanya 2,5 mg,
tingginya 4-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan
posterior serta foot plate, yang melekat pada foramen ovale dengan perantara
ligamentum anulare.4

Gambar 4. Tulang-tulang Pendengaran


d.

Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani,
merupakan

saluran

yang

menghubungkan

kavum

timpani

dengan

nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke

bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan
adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu bagian tulang terdapat pada
bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan terdapat
pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).4
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum
timpani, dan bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian
tulang rawan ini berjalan ke arah posterior, superior dan medial sepanjang
2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan
bagian tulang atau timpani. Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang
sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian
tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. 4

2.1.3

Telinga Dalam
Terdiri dari :
a. Labirin osseus : koklea atau rumah siput,yang berupa setengah lingkaran
b. Labirin membranaseus, yang terdiri dari :
1. Labirin vestibuler,yang terdiri dari saculus,utrikulus dan 3 buah kanalis
semisirkularis
2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi perilimfe), skala
media (berisi endolimfe dan terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk
organ korti) dan skala tympani (berisi perilimfe)
3. Saccus dan ductus endolimfaticus4

Gambar 5. Telinga dalam


III.

FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses pendengaran dimulai dari dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplikasi ini akan diteruksan ke stapes yang menggerakkan tingkap
lonong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan defleksi
stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menyebabkan depolarisasi sel
rambut sehingga melepaskan neotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1

IV.

DEFINISI
Otitis media supuratif akut adalah infeksi bakteri pyogenic dari telinga
tengah. OMSA adalah gangguan umum yang terjadi pada semua usia dan
khususnya pada anak-anak.5

Gambar 6. Otitis media


V.

ETIOLOGI
Bakteri yang seringkali ditemukan sebagai penyebab otitis media supuratif
akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae dan
Streptococcus beta hemoliticus. Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur. Haemophillus
influenzae merupakan kuman patogen yang sering ditemukan pada anak usia
di bawah 5 tahun meskipun juga merupakan pathogen pada orang dewasa.
Penyebab lain juga pernah ditemukan antara lain.2
VI.

PATOFISIOLOGI
Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5
stadium berdasarkan gambaran membran timpani yang diamati melalui liang
telinga luar.1
A.

Stadium Oklusi Tuba Eustachius.


Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
membrantimpani akibat terjadinya tekanan negative dalam telinga tengah,
akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa
hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut ke
mukosa tuba eustachius.1

B. Stadium Hiperemis.
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrantimpani atau seluruh membrantimpani tampak hiperemis serta

edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serousa sehingga masih sukar terlihat.1
C.

Stadium Supurasi (Bombans).


Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani,
menyebabkan membrantimpani menonjol (bulging) kearah liang telinga
luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan
nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini pada
membrantimpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur.1

D. Stadium Perforasi.
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau
virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrantimpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, akibatnya
nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu disebabkan oleh
tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous,
ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrantimpani.1
E. Stadium Resolusi
Bila membrantimpani tetap utuh, maka keadaan membrantimpani
berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan
virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya
gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi.1
VII.

FAKTOR RESIKO
Sebagian besar penyebab OMSA terkait dengan tuba eustachia. Faktorfaktor resiko adalah anak lai-laki, botol susu, alergi, status sosial ekonomi yag
bururk, adanya orang yang merokok di sekitar, infeksi virus di rumah dan

tempat penitipan anak, keturunan dan faktor genetik. Dengan kondisi seperti:
bibir sumbing, imunitas yang kurang, kista fibrosis, downs syndrome.5

Gambar 7. Perbandingan Tuba Eustachius Pada Anak dan Dewasa


VIII. GEJALA KLINIS
Perjalanan penyakit ini biasanya dibagi menjadi lima stadium, yang
dimulai dari stadium oklusi tuba eustachia, stadium hiperemis (pre-supuratif),
stadium supuratif, stadium perforasi, dan stadium resolusi.5
Sebagian besar anak-anak memiliki riwayat sebelumnya (dingin dan
batuk) dari infeksi saluran pernapasan atas. Bayi menjadi rewel, tidur tidak
tenang, dan sering merasa tertarik pada telinga yag terkena dan demam adalah
dampak awal dari OMSA.5
Gejala yang timbul berdasarkan 5 stadium pada perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu:5
1. Stadium Oklusi :
Edema dan hiperemis pada nasoparing dan tuba eustacia menyumbat tuba
eustacia, yang menyebabkan penyerapan udara dan tekanan negatif pada telinga
tengah.Beberapa efusi telinga tengah dapat terjadi tetapi gejala tidak jelas.5
a. Gejala

1. Tuli ringan
2. Telinga terasa penuh dan sakit telinga
3. Tidak ada demam.
b. Tanda
1. Retraksi pada membran timpani: termasuk temuan yag relative pendek
dan posisi yang lebih horizontal dari maleus, proses lateral yang
menonjol dari maleus dan hilangnya refleks cahaya.
2. Gangguan pendengaran konduktif.5

Gambar 8.Membran timpani stadium oklusi.


2. Stadium Hiperemis :
Pada stadium oklusi tuba berkepanjagan merupakan invasi
organisme piogenik ke telinga tengah dan menyebabkan hiperemis pada
mukosa.Terjadi inflamasi eksudat yang muncul pada telinga tengah.5
a. Gejala
1. Ditandai nyeri telinga berdenyut, yang dapat terjadi pada anak yang
tidur di malam hari.
2. Demam tinggi dan gelisah.
3. Bunyi pada telinga
4. Pendengaran menurun karena sakit pada telinga
b. Tanda
1. Pada pars tensa padat dan menonjol keluar. Dan hilagnya refleks
cahaya.
2. Pada pars flaccida padat dan merah.
3. Tes garpu tala menunjukkan tuli konduktif.5

Gambar 9.Membran timpani hiperemis.


3. Stadium Supurasi :
Pembentukan nanah di telinga tengah dan dalam
mastoid.Membrane timpani mulai menggembung.
a. Gejala
1. Terjadi eksudat nyeri pada telinga.
2. Tuli yang meningkat.
3. Gejala konstitusional karena penyerapan

racun

sel

udara

termasuk

meningkatnya demam, yang dapat disertai dengan muntah, diare


dan bahkan konklusi.
b. Tanda
1. Membrane timpani tampak merah dan menonjol ke titik pecah
dengan hilangnya landmark.
2. Malleus tidak nampak oleh karena bengkak dan menonjolnya
membrane timpani.
3. Tampak warna kuning pada membrane timpani dimana pecahnya
sudah semakin dekat(riak seperti tonjolan).5

Gambar 10.Gambar membran timpani bulging dan pus purulen.


4. Stadium Perforasi :
Membran timpani pecah (karena tekanan nekrosis) dan menghasilkan
cairan dalam telinga dan penurunan dari gejala-gejala lain. Proses
inflamasi mulai selesai.5
a. Gejala

1. Cairan dalam telinga : telinga keluar darah atau cairan


(serosanguinus) kemudian menjadi mukopurulen.
2. Nyeri telinga dan demam sudah tidak ada.
b. Tanda
1. Saluran pendengaran eksternal penuh dengan darah atau
mukopurulen, yang mungkin terasa berdenyut (tanda mercusuar:
nanah keluar di bawah tekanan dan dengan dilatasi arteri).
2. Perforasi pars tensa biasanya dalam kuadran anteroinferior.5

Gambar 11.Gambar Membran timpani perforasi.

5. Stadium Resolusi :
Pada sebagian anak-anak adalah membatasi diri dan merespon dengan
baik terhadap pengobatan medis.Jika virulensi organisme yang tinggi dan
ketahanan anak, infeksi dapat menyebar di luar ruang telinga tengah.
Komplikasi terjadi pada minggu kedua dan tanda dan gejala muncul
kembali.5
IX.

DIAGNOSA
Anak yag lebih besar dan orang dewasa akan mengeluh tentang rasa penuh
dan tidak enak dalam telinga, yang cepat menghebat menjadi nyeri. Kadangkadang dapat menceritakan adanya rasa berdenyut di dalam telinga, sedang
telinga luar tidak nyeri bila disentuh. Disamping pendengaran menurun,
penderita mendengar bunyi gemuruh atau tinnitus dengan nada rendah.6

Tes fungsi pendengaran menunjukkan tuli konduktif.Bila ada ottorhoe,


hendaknya diperhatikan jenis eksudatnya.Eksudat serosanguinolent dapat
berasal dari otitis media akut atau dari miringitis bullosa. Eksudat
mukopurulen khas berasal dari otitis media, karena mucus berasal dari
mukosa rongga gendang.6
Dapat dilakukan otoskopi untuk menegakkan diagnosis.6
X. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan
pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan
pengobatan pada otitis media adalah untuk mengobati gejala, memperbaiki
fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan
memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik serta menghindari komplikasi
intrakranial dan ekstrakranial yang mungkin terjadi.1
Pada stadium oklusi, tujuanterapi dikhususkan untuk membuka kembali
tuba eustachius. Diberikan obat teteshidung HCI efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik untuk anak <I2 thn dan HClefedrin l% dalam larutan fisiologik
untuk anak yang berumur >12 thn ataudewasa. selain itu, sumber infeksi juga
harus diobati dengan memberikanantibiotik.1
Pada stadium hiperemis, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus sebaiknya
dilakukanmiringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau
eritromisin. Jikaterdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavunalat atausefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar
konsentrasinyaadekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7
hari. Pada anakdiberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40
rng/KgBB/hari ataueritromisin 4x40 mg/kgBB/hari. pengobatan stadium
supurasi selain antibiotik. pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi
bila membran timpani masih utuh. Selain itu analgesik juga perlu diberikan
agar nyeri dapat berkurang.1

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O23% selama 3-5
hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi
menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.1
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak
terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosa telingah tengah. Pada keadaan demikian,
antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.1
Terapi Bedah
1. Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk
drainase

cairan

dari

telinga

tengah

atau

untuk

mengambil

biakan.Prosedur ini dilakukan di bawah mikroskop operasi dengan


anestesi lokal atau umum. Dibuat suatu insisi lurus melengkung 2 mm
dari tepi membrane timpani, dimulai dari bawah dan dilanjutka ke atas
depan atau belakang. Insisi dibuat pada kuadran anteroinferior atau
posteroinferior untuk menghindari trauma pada rangkaian osikula.Secara
teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran posteroinferior, da
daerah ini kurang peka.Pisau tidak boleh dimasukkan lebih dari 2 mm
guna mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang dapat
menimbulka nyeri dan pendarahan.Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah
atau tonjolan vena jugularis ke dalam basis telinga tengah.Terputusnya
rangkaian osikula dapat dihindari dengan melakukan insisi pada kaudran
inferior. Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisi haya
melalui membrane timpani da membatasi kedalaman insisi.2

Gambar 12.Miringotomi (insisi radial).


XI.

KOMPLIKASI
Sebelum ada antibiotik, OMSA dapat menimbulkan abses sub-periosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis, dan abses otak).1

XII.

PROGNOSIS
Prognosis OMSA tergantung dari faktor-faktor eksterna dan interna. Faktor
eksterna antara lain adalah resistensi kuman, yag dapat disebabkan karena
pengobatan yag tidak adekuat, antibiotic yag tidak cocok, atau dosis yang
terlampaui rendah, atau jagka waktu pemberian terlampaui pendek, atau
pemberian yang tidak kontinyu. Faktor interna terutama ialah pertahanan
umum tubuh terhadap infeksi.6

DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2007

2. Adams L George, Boies R Lawrence, Higler A Peter. BOIES: Buku Ajar


Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
1997
3. Lalwani K. Anil, editor. Otitis Media. Current Diagnosis and Treatment:
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Second Edition. New York: Mc
Graw Hill, 2007
4. Maqbool, M. Otitis Media Supurative Acute. In: textbook of Ear, Nose and
Throath Disease. Elevent edition. Ew Delhi. 2007.
5. Bansal, M. Otitis Media Acute. In: Disease of Ear, ose and Throat. First
edition. London. 2013
6. Sedjawidada, R. Diktat kuliah THT. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
7.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT
APRIL 2015

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

OLEH :
Ablisar Samad
(110 207 092)
Rani Oktaviani Utina
( 110 209 0138 )
PEMBIMBING :
dr. Ade Rahmy Sp.THT-KL, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini mengatakan bahwa:
Nama

: Rani Oktaviani Utina (110 209 0138)

Nama

: Ablisar Samad (110 207 092)

Universitas

: Universitas Muslim Indonesia

Judul referat

: Otitis Media Supuratif Akut

Telah menyelesaikan Referat berjudul Otitis Media Supuratif Akut dalam rangka
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.

Makassar,
Dokter Muda

Dokter Muda

Ablisar Samad

Rani Oktaviani Utina

April 2015

Supervisor Pembimbing

dr. Ade Rahmy Sp.THT-KL, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai