Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

OTITIS MEDIA EFUSI

I. DEFINISI
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis
media musinosa, otitis media efusi/OME, otitis media mucoid). (2)
Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
(2)
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa
akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret
di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan antara
otitis media serosa akut dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret.
Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan
disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuknya secara
bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama (Blakleyp).
(2)

II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi telinga tengah merupakan diagnosa utama yang paling sering dijumpai pada anak-
anak usia kurang dari 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.(3)
Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis
media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau
lebih. (4)
Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia 10 tahun.
Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.(4)
Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali.
30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari dan 10% lainnya menjadi

1
OME setelah 90 hari, sedikitnya 3,84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1,28 juta kasus
menetap setelah 3 bulan. (3)
Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME
berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak
usia prasekolah, sekitar 28-38%. (5,1)
Otitis media serosa kronis lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media
serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang
dewasa tanpa penyebab yang jelas harus dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
(2)

III. ETIOLOGI

Otitis media serosa dapat terjadi akibat kondisi-kondisi yang berhubungan dengan
pembukaan dan penutupan tuba eustachius yang sifatnya periodik.
Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, akibat infeksi atau alergi, atau dapat
dapat juga disebabkan akibat blokade tuba (misalnya pada adenoid dan barotrauma)
Tuba eustachia immature merupakan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
terjadinya timbunan cairan di telinga tengah. Ukuran tuba eustachius pada anak dan dewasa
berlainan dalam hal ukuran. Beberapa anak mewarisi tuba eustachius yang kecil dari kedua orang
tuanya, hal inilah yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya tendensi atau
kecenderungan infeksi telinga tengah dalam keluarga. Selain itu, otitis media serosa juga lebih
sering terjadi pada anak dengan ”cleft palatal” (terdapatnya celah pada daerah palatum). Hal ini
desebabkan karena otot-otot ini tumbuh tidak sempurna pada anak dengan ”cleft palate”
Membrana mukosa dari telinga tengah dan tuba eustachius berhubungan dengan
membran mukosa pada hidung, sinus, dan tenggorokan. Infeksi pada area-area ini menyebabkan
pembengkakan membrana mukosa yang mana dapat mengakibatkan blokade dari tuba
eustachius. Sedangkan reaksi alergi pada hidung dan tenggorokan juga menyebabkan
pembengkakan membrana mukosa dan memblokir tuba eustachius. Reaksi alergi ini sifatnya bisa
akut, seperti pada hay fever tipe reaksi ataupun bersifat kronis seperti pada berbagai jenis
sinusitis kronis. Adenoid dapat menyebabkan otitis media serosa apabila adenoid ini terletak di
daerah nasofaring, yaitu area disekeliling dan diantara pintu tuba eustachius. Ketika membesar,
adenoid dapat memblokir pembukaan tuba eustachius. (Steward, D, 2008). Kegagalan fungsi

2
tuba eustachi dapat pula disebabkan oleh rinitis kronik, sinusitis, tonsilitis kronik, dan tumor
nasofaring. (6)

Selain itu, otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis
media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. (2) Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada
OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyebuhkan secara sempurna sehingga
akan menyisakan infeksi dengan grade rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa untuk
menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan mukus juga bertambah. (6)

IV. KLASIFIKASI (2)


Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:
 Otitis media serosa akut:
 Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
 Pada otitis media serosa akut, sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri pada telinga.
 Otitis media serosa kronis:
 Pada keadaan kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri
dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

V. PATOFISIOLOGI

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan mengeluarkan
sekret, yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke nasofaring melalui tuba eustachius.
Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret
yang optimal, atau kedua-duanya dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga
tengah. (6)
Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :
a. Kegagalan fungsi tuba eustachi
Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah dan
juga tidak dapat mengalirkan cairan.
b. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah
Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan peningkatan
jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa. (5)

3
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir
dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbadaan

4
tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah
timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan disini adalah terganggunya
fungsi tuba eustachius (2).
Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang telah
terakumulasi dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap menetap walau infeksi
mulai mengalami penyembuhan. Selain itu, otitis media serosa dapat pula terjadi tanpa didahului
oleh infeksi, dan dapat terjadi akibat penyakit gastroesophagal reflux atau hambatan tuba
eustachius oleh karena infeksi atau adenoid yang membesar. Otitis media serosa sering sekali
terjadi pada anak-anak dengan usia antara 3 bulan sampai 3 tahun (7).
Seringkali mengikuti infeksi traktus respiratorius bagian atas adalah otitis media serosa.
Sekresi dan inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatif dari tuba eustachius. Normalnya, mukosa
telinga tengah mengabsorbpsi udara di dalam telinga tengah. Apabila udara dalam telinga tengah
tidak diganti akibat obstruksi relatif dari tuba eustachius, maka akibatnya terjadi tekanan negatif
dalam telinga tengah dan menyebabkan suatu efusi yang serius. Efusi pada telinga tengah ini
menjadi suatu media pertumbuhan mikroba dan dengan adanya ISPA dapat terjadi penyebaran
virus-virus dan atau bakteria dari saluran nafas bagian atas ke telinga bagian tengah (8).
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk
membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya
tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah,
sehingga cairan keuar dari pembuluh kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai ruptur
pembuluh darah sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Saat lahir, tuba Eustahius berada pada bidang paralel dengan dasar tengkorak, sekitar 10
derajat dari bidang horizontal dan memiliki lumen yang pendek dan sempit. Seiring dengan
pertambahan usia, terutama saat mencapai usia 7 tahun, lumen tuba eustachius menjadi lebih
lebar, panjang, dan membentuk sudut 45 derajat terhadap bidang horizontal telinga. Dengan
struktur yang demikian, pada anak usia < 7 tahun, sekresi dari nasofaring lebioh mudah
mencapai telinga tengahdan membawa kuma patogen ke telinga tengah. Selain itu terdapat faktor
resiko pada anak, baik dari struktur anatomi (adanya anomali kraniofasial, Sindrom Down, Cleft
Palate, Hipertrofi Adenoid, GERD), fungsional (Serebral Palsy, Sindrom Down,
Imunodefisiensi), maupun dari faktor lingkungannya (Bottle feeding, Menyandarkan botol di

5
mulut pada posisi tengadah (supine position), Perokok pasif, Status ekonomi
rendah). (5,6,1)

VI. MANIFESTASI KLINIS

Otitis Media Serosa Akut

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.
Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar
lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa
seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit
nyeri di dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul
tekanan negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk, tekanan negatif ini perlahan-
lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret ada
virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.
Pada otoskopi tampak membrana timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau
permukaan cairan dalam cavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala. (2).
Bakley, B. W (2005) menuliskan bahwa meskipun otitis media serosa seringkali muncul
tanpa nyeri, cairan yang terkumpul dalam telinga tengah dapat mengurangi pendengaran,
pemahaman pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa, belajar serta gangguan tingkah laku.
Apalagi bila otitis media serosa sering kali terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan anak, otitis
media serosa terjadi secara asimptimatis terutama pada anak-anak dibawah 2 tahun. Karena
anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya pendengaran
akibat cairan di telinga tengah dapat menyebabkan keterlambatan bicara. Anak-anak mulai
belajar mengucapkan kata pada usia 18 bulan. Apabila kejadian ini berulang selama berbulan-
bulan pada tahun-tahun belajar bicara, maka terjadi ”misspronounciation” atau kesalahan
pelafalan yang berat yang akan membutuhkan terapi bicara (9).
Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan biasanya
bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Merupakan penyebab tersering gangguan pendengaran
pada usia sekolah. Keterlambatan berbahasa dapat terjadi jika keadaan ini berlangsung lama.
6
Anak-anak jarang mengemukakan bahwa mereka mempunya kesulitan dalam pendengaran. Guru
dapat mengatakan bahwa anak-anak ini kurang perhatiannya terhadap pelajaran. Umumnya
orang dewasa dapat menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya secara lebih dramatis, dapat
berupa perasaan ”tersumbat” dalam telinganya dan menurunnya ketajaman pendengaran. Mereka
dapat merasakan adanya perbaikan pendengaran dengan perubahan posisi kepala. Akibat gerakan
cairan dalam telinga tengah dapat terjadi tinitus, tapi pusing jarang menjadi masalah (1).
Pada pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga`pada penilaian
dengan otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat di liang telinga, diberikan
tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam timpanum, maka udara itu akan tertekan
sehingga membrana timpani akan terdorong kedalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar
pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lambat atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau
mukoid. Pada otitis media serosa, membrana timpani tampak berwarna kekuningan, sedangkan
pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan
berwarna kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung otitis media serosa dapat tampak
lewat membrana timpani yang semitransparan (1).

Otitis Media Serosa Kronik

Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-45 dB), oleh karena
adanya sekret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini sering
diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji pendengaran.
(2)

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau
keabu-abuan. (2)

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sendiri yang kerap tidak
bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media. Dengan absennya gejala seperti
nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh orang
tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.(3)

7
Oleh karena itu diperlukan anamnesa yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang
dirasakan dan riwayat penyakit pasien, misalnya :
 Telinga seperti tertutup/ rasa penuh?
 Tinitus frekuensi rendah?
 Pendengaran berkurang, diplakusis?
 Otofoni?
 Nyeri ? (Bila ada, deskripsikan kwantitas dan kwalitasnya)
 Riwayat alergi?
 Riwayat infeksi saluran napas atas?
 Riwayat keluarga?
 Aktivitas akhir-akhir ini? (3)
Dari anamnesa, selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan fisik untuk memperkuat diagnosa
kerja. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :
 Nyeri tarik ?
 Nyeri tekan tragus ?
 Inspeksi kondisi liang telinga luar
Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara lain:
Otoscope
Pemeriksaan otoskop bertujuan untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan
jelas. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,
perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta
cairan di liang telinga.(5,1,4)
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:
 Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), dan opaque yang
ditandai dengan hilangnya refleks cahaya
 Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.
 Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol dan Processus
longus tertarik medial dari membran timpani.
 Adanya level udara-cairan (air fluid level) (5,3)
Pneumatic otoscope

8
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama
sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.(1,4)
Pemeriksaan Tuba
Untuk menilai ada tidaknya oklusi tuba, bisa dilakukan pemeriksaan tuba misalnya
dengan manuver Valsava, pulitzer balik.
Tes Pendengaran dengan Garpu Tala
Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya penurunan
pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien dilakukan tes Rinne,
Weber, dan Swabach. Pada otitis media didapatkan gambaran tuli konduktif

(2)
Impedance audiometry (tympanometry)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem
membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.
Timpanogram tipe A merupakan gambaran dimana tekanan telinga tengah kurang lebih
sama dengan tekanan atmosfer (contoh: gambaran normal), timpanogram tipe B adalah
gambaran datar tanpa compliance (contoh: adanya efusi di telinga tengah), timpanogram
tipe C (contoh: adanya tekanan negatif pada telinga tengah). Pada otitis media efusi,
biasanya didapatkan timpanogram tipe B (5,4)

9
Pure tone Audiometry
Selain dengan Garpu Tala, penilaian gangguan pendengaran bisa dilakukana dengan
Audiometri Nada Murni. Tuli konduktif umumnya berkisar antara derajat ringan hingga
sedang.(5,3)

10
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : A / Laki-laki / 5 Tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : -
c. Alamat : Kuranji,Korong Gadang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan :-
b. Jumlah Anak :-
c. Status Ekonomi Keluarga : kurang, penghasilan Rp. 1.500.000,-/bulan
d. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen, terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi
- Lantai rumah dari semen dan tidak bersih, ventilasi dan sirkulasi udara kurang
- Listrik ada.
- Sumber air minum dari sumur.
- BAB di WC di kamar mandi yang seadanya
- Perkarangan kecil dan tidak bersih
- Sampah dikumpulkan di rumah dan dibakar, kadang-kadang ditumpuk dibelakang
rumah
Kesan : higine dan sanitasi kurang

e. Kondisi Lingkungan Keluarga


- Pasien tinggal dengan kedua orang tua beserta satu orang adik perempuan

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Hubungan di dalam keluarga baik

4. Keluhan Utama
Nyeri di telinga kanan sejak satu hari yang lalu

5. Riwayat Penyakit Sekarang


 Nyeri pada telinga kanan sejak 1 hari yang lalu
 Telinga kanan berdenging sejak 1 hari yang lalu
 Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
 Keluar ingus dari hidung sejak 3 hari yang lalu, awalnya ingus kental berwarna putih,
sejak 1 hari yang lalu sudah menjadi kuning.

11
 Hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu
 Riwayat sering bersin bersin pada pagi hari tidak ada
 Demam sejak 3 hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak hilang timbul, tidak menggigil,
dan tidak berkeringat.

6. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat nyeri pada telinga sebelumnya
Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya
Adik Pasien yang berumur 2 tahun sedang menderita batuk dan pilek

7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 98 x/ menit
Nafas : 28x/menit
TD : tidak diperiksa
Suhu : 37,8 0C
BB : 14,3 Kg

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik


Kulit : Turgor kulit baik

Dada: Paru : Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba pada LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : pada LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur,bising (-)

12
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : Reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem -/-

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun telinga
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)
Sempit
Dinding liang telinga
Hiperemi Tidak Tidak
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Ada / Tidak Ada Ada
Bau Tidak Tidak
Serumen
Warna Kuning Kuning
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Membran timpani
Warna Putih Putih Mutiara
Reflek cahaya + menurun +
Bulging Sulit dinilai Sulit Dinilai

13
Utuh Retraksi Sulit dinilai Sulit dinilai
Atrofi - -
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - -
Gambar

Tanda radang Tidak ada Tidak ada


Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Mastoid
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne
Schwabach
Tes garpu tala (tidak
dilakukan/keterbatasan Weber
alat Kesimpulan

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra


Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Hidung luar
Radang Tidak ada Tidak ada

14
Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus paranasal

Pemeriksaan Dekstra Sinistra


Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang (N)
Sempit
Cavum nasi
Lapang
Lokasi Sukar dinilai Sukar dinilai
Jenis Purulen purulen
Sekret
Jumlah Sedang sedang
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Konka inferior Ukuran
Warna
(tidak dilakukan
karena Permukaan

keterbatasan alat) Edema

Konka media Ukuran


Warna
Permukaan
Edema

15
Cukup
lurus/deviasi
Permukaan
Warna
Septum Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna

Massa Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor
Gambar

Rinoskopi Posterior (tidak dilakukan)


Orofaring dan mulut (tidak dilakukan)
Laringiskopi Indirek (tidak dilakukan)

Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher

Inspeksi : tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening leher

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening leher

16
8. Pemeriksaan laboratorium: anjuran:
 Pemeriksaan darah rutin

9. Diagnosis Kerja
OME
Rinosinusitis Akut
10. Diagnosa Banding
OMA
11. Manajemen
Preventif
 Jaga kesehatan anak, makan makanan yang sehat dan bergizi.
 Perbaiki sirkulasi udara di rumah
 Segera bawa anak ke pusat pelayanan kesehatan jika menderita infeksi saluran
pernafasan.
 Jaga kebersihan telinga anak.

Promotif

Menjelaskan kepada orangtua pasien tentang penyakitnya, gejala, penyebab, dampak dan
penatalaksanaanya.

Kuratif

 Amoxicillin 3 x 1/3 tab


 Efedrin HCL 3 x ½ tab
 Paracetamol syr 3 x 1 ½ cth

Rehabilitatif

 Makan makanan sehat dan bergizi

12. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanam : bonam

17
Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Kuranji

Dokter : Rully

Tanggal : 5 Desember 2013

R/ Amoxicillin tab 500 mg No. V

S3dd tab 1/3

R/ Paracetamol syr fls No I

S3dd cth 1 ½

R/ Efedrin HCL tab No. V

S 3 dd tab ½

Pro : A

Umur : 5 Tahun

Alamat :Kuranji

18

Anda mungkin juga menyukai