Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Fitri Syawalia Anzali 112021235

Pembimbing :
FRAKTUR OS NASAL
dr. Asnominanda, Sp. THT-KL
ANATOMI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
PATOFISIOL
OGI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar daripada yang diabsorpsinya. Fraktur
tulang hidung adalah setiap retakan atau patah
yang terjadi pada bagian tulang di organ hidung

Tipe dan tingkat keparahan fraktur os nasal


tergantung pada kekuatan, arah, jenis, dan
mekanisme trauma.
TIPE TRAUMA
Trauma Trauma Trauma
lateral anterior inferior
01 ●


Fraktur depresi
ipsilateral
Deformitas dorsum
02 ●

Fraktur apeks nasi
Dorsum nasi menjadi 03 ● Pola fraktur
yang lebih
rata dan melebar kompleks
nasi bentuk C atau S (saddle nose) disertai fraktur
● Fraktur dinding medial ● Deformitas septum dan dislokasi
os maksila dan ● Open book fracture septum
deformitas septum (septum kolaps dan os
● Fraktur greenstick nasal melebar)
(anak)
KLASIFIKASI
Type I
Injury restricted Type III
to soft tissue Simple, displaced fracture

Type IIa Type IV


Simple, unilateral
Closed comminuted
nondisplaced
fracture
fracture
Type V
Type IIb Open comminuted
Simple, bilateral fracture/ complicated
nondisplaced fracture
fracture
EPIDEMIOLOGI
● Fraktur yang paling sering
terjadi pada fraktur kepala leher
(40%) → 50% tidak tertangani
dengan baik/ terlambat
● Urutan ke-3 dari seluruh fraktur
tubuh manusia
● Laki-laki > wanita, tertinggi
pada usia 15-30 tahun
GEJALA KLINIS - KELUHAN
UTAMA
●Nyeri pada hidung
●Epistaksis
●Memar pada hidung atau dibawah kelopak mata (black
eye)
●Pembengkakan pada hidung atau muka
●Deformitas hidung
●Depresi atau pergeseran tulang-tulang hidung
●Terasa lembut saat menyentuh hidung
●Krepitasi saat palpasi hidung
DIAGNOSIS PEMERIKSAAN
FISIK
Pastikan tanda-tanda
ANAMNESIS kegawatdaruratan sudah tidak ada!

● Riwayat trauma (benda, ● Paling baik dilakukan sebelum


kekuatan, lokasi) ada edema (2-3 jam setelah
● Kronologis trauma trauma)
(kecelakaan, perkelahian, ● Inspeksi dan palpasi secara
terjatuh) hati-hati!
● Kapan terjadi trauma (u/
prosedur tatalaksana)
● Riwayat penyakit dahulu
(fraktur sebelumnya, konsumsi
alkohol, obat pengencer darah)
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN
FISIK

●Inspeksi
u/ melihat laserasi mukosa nasal, kartilago atau tulang yang terekspos, edema dan
deformitas hidung, perubahan patologis warna kulit, posisi septum nasi dan
hematoma septum, kesimetrisan dan gerakan bola mata.
●Palpasi
u/ mencari iregularitas tulang, mati rasa, dan pergerakan fragmen fraktur atau
krepitasi.
●Pemeriksaan intranasal (endoskopi/ rinoskopi anterior)
u/ melihat cavum nasi dari segala sudut
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN
PENUNJANG
●Foto polos
Tidak direkomendasikan - ambigu antara garis sutura normal dan garis
fraktur, tidak dapat mendeteksi cedera tulang rawan (sering pada anak)
●CT Scan
Sensitifitas dan spesifitas lebih besar, biaya mahal, efek samping
radiasi tinggi, peran tidak begitu besar dalam tatalaksana fraktur os
nasal.
Hanya dilakukan jika ada kecurigaan fraktur maksilofasial
● Potongan koronal dan aksial untuk midfacial, orbital, sinus
frontalis
● CT Scan 3D untuk cedera yang lebih luas melibatkan
nasoorbitoetmoid (u/ lihat lokasi fraktur dan pergeseran fragmen
fraktur)
TATALAKSANA
Tujuan dari penatalaksanaan fraktur os nasal adalah
mengembalikan fragmen fraktur kembali ke posisi
anatomis semaksimal mungkin dan menghindari
komplikasi jangka panjang sehingga dapat mengembalikan patensi
jalan napas, integritas katup nasal, penampilan memuaskan, septum pada garis
tengah, mencegah komplikasi pasca operasi seperti stenosis, perforasi septum,
retraksi kolumela, dan deformitas penala atau persistent.
TATALAKSANA

1. Mengontrol perdarahan bila terjadi epistaksis


2. Laserasi atau luka terbuka harus dibersihkan
dan dilakukan debridement atau bila perlu
dilakukan penjahitan
3. Bila pada saat evaluasi tidak ditemukan
deformitas sebaiknya tidak dilakukan
manipulasi terlalu jauh dan tidak perlu di
gips. Sebaliknya bila ditemukan deformitas
maka reposisi harus segera dilakukan
TATALAKSANA -
REPOSISI NASAL
Pada anak atau orang tua perlu mendapat perhatian khusus
● Pada orang tua tulang hidung cenderung lebih rapuh, lebih pendek, dan
proses penyembuhannya memakan waktu lebih lama → perlu ditekankan
kepada penderita usia tua akan hasil akhir yang dicapai dan sering
penanganan hanya berupa konservatif.
● Rinoplasti pada penderita anak harus dikerjakan dengan penuh ketelitian
mengingat variasi anatomi pada anak berbeda dengan dewasa.
● Harus dihindari kerusakan pada daerah pusat pertumbuhan nasal
(septum nasi dan maksila anterior) karena dapat menyebabkan
deformitas wajah.
● Pembedahan septum pada anak dilakukan setelah anak tersebut berusia
13-14 tahun karena dianggap pada usia tersebut pertumbuhan septum
sudah lengkap
TATALAKSANA -
REPOSISI NASAL
● Waktu terbaik reposisi = 1-3 jam pertama setelah cedera
● Pada penderita fraktur os nasal tanpa komplikasi yang kooperatif
dan datang saat awal cedera dapat segera dilakukan reposisi
tertutup
● Namun pada apabila penderita datang setelah timbul edema maka
pemeriksaan dan reposisi ditunda dulu.
 (sementara) analgesik dan berobat jalan sambil diinstruksikan agar
beristirahat, kompres es dan menjaga elevasi kepala → 3-5 hari
follow up → edema berkurang → reposisi
 Reposisi tertutup harus dilakukan 5-10 hari setelah cedera sebelum
terbentuk kalus. Reposisi nasal 2-3 minggu setelah cedera menjadi
lebih sulit lagi karena deformitas menjadi permanen.
TATALAKSANA -
HEMATOMA
● SEPTUM
Harus segera ditangani
Dilakukan aspirasi atau insisi pada bagian dasar hematom
dengan bantuan lokal anestesi
● Evakuasi bekuan darah, untuk mencegah re-akumulasi
kembali darah, dapat dilakukan pemasangan drain steril pada
tempat hematoma
● Antibiotik profilaksis dapat diberikan untuk mencegah
terjadinya abses septum
● Tampon anterior dapat juga diaplikasikan pada kedua sisi
septum untuk menyangga dan memberikan tekanan pada
septum
● Pasien diberikan pengertian akan kemungkinan terjadi
deformitas saddle nose yang disebabkan oleh karena
nekrosis septum
TATALAKSANA -
REPOSISI

TERTUTUP
Pada umumnya fraktur os nasal baik itu fraktur depresi atau
deviasi septum dapat direposisi dengan reposisi tertutup
● Dapat dikerjakan dalam waktu 3 jam pertama setelah cedera
sebelum timbul edema atau antara 3-10 hari sesudah edema
berkurang dan sebelum terbentuk kalus
● Reposisi tertutup menggunakan beberapa instrumen
sederhana terdiri dari elevator Boies, forcep Walsham dan
forcep Asch yang dapat digunakan untuk fraktur depresi
septum dan os nasal
● Setelah dilakukan reposisi nasal, dilakukan fiksasi dengan
penggunaan gips sebagai fiksasi eksterna dan tampon
antibiotik sebagai fiksasi interna. Gips dipertahankan selama
7-14 hari sedangkan tampon antibiotik dipertahankan selama
3-7 hari. Sementara itu penderita dapat diberikan antibiotik
dan analgetik oral, pasien dapat rawat jalan.
TATALAKSANA -
REPOSISI TERBUKA
● Reposisi terbuka untuk fraktur os nasal sederhana jarang dilakukan
● Hanya dilakukan apabila reposisi tertutup mengalami
kegagalan atau terjadi reposisi yang tidak sempurna
● Teknik endonasal rinoplasti memberikan hasil kosmetik yang
memuaskan karena memungkinkan untuk dapat langsung
melakukan manipulasi fragmen fraktur dengan minimal invasif
● Tampon intranasal jarang diperlukan. Diberikan antibiotik selama
minimal 5 hari
● Cedera septum mungkin diperlukan pemasangan gips
● Cangkok tulang mungkin diperlukan pada kasus fraktur komunitif
yang berat
● Kompres dingin dianjurkan selama 24 jam sampai 48 jam untuk
mengurangi timbulnya edema
PROGNOS
IS
Secara umum prognosis fraktur
os nasal sederhana tanpa
komplikasi adalah baik dan
dapat sembuh dalam waktu 2
sampai 3 minggu dengan
memberikan hasil kosmetik dan
fungsi hidung yang cukup baik.
Emergensi pada fraktur os nasal antara lain
perdarahan hebat, sumbatan hidung pada pasien
neonatus, hematoma septum pada pasien anak,
rinorea CSF, dan gangguan penglihatan.

KOMPLIKASI
KOMPLIKASI

Komplikasi Segera Komplikasi Lambat


● Cedera pada ligamen ● Gangguan pertumbuhan
kantus medius (terutama pada anak) →
● Cedera duktus lakrimalis deformitas hidung
● Nyeri hidung ● Perforasi dan nekrosis
● Hematoma septum → septum saddle nose
deformitas saddle nose ● Kontraktur karena jaringan
● Fraktur lamina kribriformis parut dan nyeri hidung
→ rinorea CSF dan yang terus menerus
anosmia
● Epistaksis persisten
● Obstruksi jalan napas
KESIMPULAN
Fraktur os nasal adalah fraktur yang paling sering terjadi pada daerah kepala-leher dan
menempati posisi ketiga fraktur yang terjadi pada seluruh tubuh. Diagnosis fraktur os nasal
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sedangkan pemeriksaan radiologi masih menjadi
perdebatan atau tidak dianjurkan kecuali fraktur melibatkan daerah maksilofasial. Tanda dan
gejala fraktur os nasal antara lain deformitas, epistaksis, edema, perlunakan, krepitasi, dan
obstruksi hidung. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat akan menghindari
terjadinya komplikasi jangka panjang yaitu terjadinya kecacatan kosmetik dan gangguan
fungsi hidung. Adanya hematoma septum harus segera dideteksi dan diatasi karena untuk
mencegah terjadinya nekrosis septum sehingga dapat mengakibatkan deformitas saddle nose.
Banyak kasus fraktur os nasal dapat ditangani dengan pendekatan reposisi tertutup.
Namun pada fraktur yang lebih kompleks dengan deviasi hidung lebih dari setengah lebar nasal
bridge sering memerlukan pendekatan reposisi terbuka. Penanganan dan rekonstruksi fraktur os
nasal dengan keterlambatan penanganan adalah prosedur yang sulit dilakukan dan mungkin
hanya bisa dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman. Oleh karena itu penanganan
fraktur os nasal secara dini dan tepat adalah lebih penting.
Daftar Pustaka
1. Klinginsmith M, Katrib Z. Nasal septal fracture. StatPearls Publishing; 2022.
2. Yusmawan W, Haryono A. Serial kasus penatalaksanaan fraktur os nasal. Media Medika
Muda. 2016;1(3):209- 16
3. Sniegel JH. Nasal trauma. In: Lalwani AK, ed. Current diagnosis & treatment
otolaryngology head and neck surgery. Ed 3. New York: The McGraw-Hill; 2011. hal 265-
78.
4. Huriyati E, Fitria H. Penatalaksanaan fraktur os nasal lama dengan komplikasi saddle
nose. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012;1:1-8.
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2007. hal 119-22.
6. Narayan D. Nasal fracture surgery. Trauma resource center 2012;4:1-5.
7. Kelley BP, Downey CR, Stal S. Evaluation and reduction of nasal trauma. In: Hollier
LH,ed. Facial trauma. New York: Thieme Medical Publisher Inc; 2010.p.339-47.

THANKY
8. Thiagarajan B, Ulaganathan V. Fracture nasal bones. Otolaryngology online journal 2013;
3: 1-15.

OU!

Anda mungkin juga menyukai