PENDAHULUAN
pada gastrointestinal. GIST diduga berasal dari sel Cajal yang merupakan jaringan
mesodermal. Di masa lalu, tumor ini yang dianggap memiliki unsur otot polos pada lamina
leiomyoma, leiomyoblastoma dan leiomyosarcoma. Istilah ini pertama kali diajukan oleh
Mazur dan Clark, pada tahun 1983, untuk mendeskripsikan kelompok heterogen neoplasma
non-epitel pada gastrointestinal. Pada tahun 1998, Hirota melaporkan bahwa terdapat
mutasi c-kit pada GIST yang memainkan peranan penting dalam patogenesisnya.1,2
GIST diduga berasal dari intersisial sel cajal (ICC) yang dalam keadaan normal
merupakan bagian dari sistem saraf otonom pada usus. ICC merupakan pacemaker pada
usus yang berfungsi untuk mengatur motilitas dan peristaltik. Pada ICC ini, terdapat gen c-
kit yang meng-kode reseptor transmembran pada growth factor (stem-cell factor). Mutasi
gen c-kit terjadi pada bagian intraseluler yang berfungsi sebagai tyrosin kinase untuk
mengaktivasi berbagai enzim. Mutasi ini menyebabkan fungsi c-kit tidak tergantung pada
aktivasi stem cell factor sehingga terjadi pembelahan sel yang sangat cepat.1
GITS dapat terjadi pada seluruh bagian dari saluran pencernaan, namun yang paling
sering dijumpai yaitu pada lambung (60-70%), usus halus (20-30%), sedangkan pada kolon,
rektum, apendix dan esofagus jarang dijumpai (<10%). Di USA, insidensi GITS meningkat
dari 300-500 kasus tiap tahunnya hingga 5000-6000 kasus. Berdasarkan literatur, insidensi
1
GITS pada laki-laki dan wanita sama dan paling sering muncul pada usia 50-70 tahun.
GITS sangat jarang terdeteksi sehingga hanya mewakili 1% dari seluruh tumor primer yang
terdapat pada gastrointestinal. Kebanyakan pasien dengan GITS tidak menunjukan gejala.
Gejala seperti adanya massa abdomen, nyeri perut atau perdarahan muncul pada stadium
lanjut. Sekitar 10-30%, GITS ditemukan secara kebetulan pada laparatomi, pemeriksaan