BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sakit pinggang disebelah kanan sejak 3 minggu yang lalu
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluh sakit pinggang sebelah kanan yang semakin meningkat sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan menjalar sampai
keperut kanan bagian bawah. Nyeri pinggang ini membuat pasien tidak dapat
melakukan pekerjaannya. Nyeri terasa berkurang jika istirahat atau berbaring.
Awalnya nyeri ini sudah dirasakan pasien sejak 5 tahun yang lalu, namun terasa
sangat sakit sejak 3 minggu yang lalu. Pasien buang air kecil 2-3 kali sehari.
Batuk (-), mual dan muntah (-), tidak ada riwayat buang air kecil sedikit-sedikit,
gangguan BAB (-), tidak ada riwayat buang air kecil berdarah. Tidak ada nyeri
saat buang air kecil. Selain itu, pasien juga banyak minum karena merasa haus
terus. Pasien dirawat dirumah sakit rimbo bujang selama 4 hari, lalu dirujuk
kerumah sakit tebo dan dirawat disana selama 9 hari, terakhir pasien dirujuk ke
RS Mattaher pada tanggal 25 Februari 2014.
2
Kepala:
Mata : Pupil: isokor ka=ki, d: 1,5 mm, refleks cahaya (+/+),
sklera ikterik (-/-), CA(-/-)
Telinga : Bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)
Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Dalam batas normal
Tenggorokan : Hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Tiroid: Dalam Batas Normal
3
Thoraks:
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea mid clavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, irama reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru:
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi
(-), sikatriks (-)
Palpasi : perbandingan gerakan dan stem fremitus sama.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen :
Inspeksi : supel, simetris, tidak ada kelainan
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan (+) pada kuadran kanan atas, hepar teraba dua
jari BAC, lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+)
Punggung:
Inspeksi : simetris ka=ki, tidak ada kelainan kulit
Palpasi : ginjal kanan teraba membesar, nyeri tekan pada pinggang
kanan (+)
Perkusi : nyeri ketok CVA pada pinggang kanan (+)
Ektremitas
Superior :edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), jari tabuh (-)
Inferior :edema (+/+) akral hangat, sianosis (-), jari tabuh (-)
4
Darah Rutin
MCV 83 m3 80-97
Diff count
FAAL HATI
Faal Ginjal
Gula Darah
Gula Darah
Sewaktu 236 mg/dl <200
Ekspertise
Hepar: Bentuk dan ukuran normal, permukaan rata, ekhostruktur parenkim
homogen, sistem bilier dan vaskuler intrahepatik baik, tak tampak nodul/SOL,
V.Cava Inferior tak melebar.
Kantung empedu : besar dan bentuk baik, mukosa licin reguler, tak tampak
batu, CBD tak melebar.
Pankreas : besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, lesi/SOL (-).
Duktus pankreatikus tak melebar
Lien: besar, bentuk baik, ekhostruktur parenkim homogen. Lesi/SOL (-).
Ginjal kanan: bentuk besar, Pelviocalik melebar, korteks menipis tampak
batu
Ginjal kiri: bentuk normal, tampak batu multiple
Vesica urinaria: kosong tak bisa dinilai
Aorta: Besar, bentuk baik, Trombus (-), KGB para aorta tak membesar
1.7 PENATALAKSANAAN:
Medikamentosa
Hydrasi :infus RL
Pemberian insulin
Analgetic: Ketorolac drip
Antibiotik: Ceftriakson
Ranitidine
7
Pembedahan
Setelah kadar gula darah sewaktu pasien normal sebaiknya dilakukan
tindakan bedah terbuka, karena sudah terjadi hidronefrosis grade IV.
1.9 EDUKASI
Minum air yang cukup minimal 2-3 L/hari agar produksi urin lancar agar
fungsi ginjal baik.
Mengatur diet rendah garam, gula, lemak, kolesterol, rendah purin dan
asam urat sebagai faktor pembentuk batu saluran kemih.
Mengontrol kadar gula darah untuk diabetes melitus.
1.10 PROGNOSIS
dubia ad bonam
8
BAB II
PENDAHULUAN
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Disebelah kranial ginjal terdapat kelenjar aak ginjal atau glandula adrenal
atau kelenjar suprarrenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama
ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia gerota. Fasia ini
berfungsi sebagai barrier yang menhambat meluasnya perdarahan dari parenkim
ginjal serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu,
fasia gerota dapat pula berfungsi sebagai barrier dalam menghambat penyebaran
infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Diluar fasia
gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal yang terbungkus oleh peritoneum
posterior. Rongga antara kapsula gerota dan peritoneum ini disebut rongga
pararenal. 1-3
Disebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung yang
tebal serta costa XI dan XII, sedangkan sebelah anterior dilindungi oleh organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, duodenum. Sedangkan
ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejenum dan kolon. 1-3
Pada sisi kiri, terdapat rangkaian sistem vena yang berbeda dengan sebelah
kanan, yakni vena yang merawat gonad (vena spermatika pada lelaki atau ovarika
pada perempuan), lansung bermuara ke vena renalis kiri. Lain halnya dengan sisi
kanan, vena tersebut bermuara secara oblik lansung ke vena kava inferior,
dibawah percabangan vena renalis dengan vena cava. 1,2
Arteri renalis becabang menjadi anterior dan posterior. Cabang posterior
merawat segmen medius dan posterior. Cabang anterior merawat kutub (pole)
atas, bawah dan seleuruh segmen ginjal. Arteri renalis bercabang menjadi arteri
interlobaris yang berjalan di dalam kolumna bertini (diantara piramid), kemudian
membelok membentuk busur mengikuti basis piramida sebagai arteria arkuata,
dan selanjutnya menuju korteks sebagai arteri lobularis. Arteri ini bercabang kecil
menuju glomeruli sebagai arteri afferen, dari glomeruli keluar arteri aferen yang
menuju ke tubulus ginjal. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang
tidak mempunyai anastomosis dengan cabang arteri lain, sehingga jika terdapat
kerusakan pada salah satu cabang arteri ini berakibat timbulnya iskemia/nekrosis
pada daerah yang dilayaninya. Sistem cairan limfe ginjal dialirkan kedlam
limfonodi yang terletak didalam hilus ginjal. Seperti halnya pada sisitem
pembuluh darah dan persarafan, sistem limfatik berada didalam rongga
retroperitoneum. 1,2
3.2 Nefrolitiasis
3.2.1 Definisi Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal (renal
kalkuli). Nefrolitiasis merupakan penumpukan garam mineral berupa kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat dan lain-lain yang terdapat pada di kaliks atau
pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau dikandung kemih. Batu
ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium.2,4
3.2.2 Etiologi
sekali membentuk Kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam
urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah : (1) urine
yang terlalu asam (pH urine <6), (2) volume urine yang jumlahnya sedikit (<2
liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam urat yang
tinggi.2
4. Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin yaitu
kelainan dalam absorbsi sistin dimukosa usus. Demikian batu xanthin
terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase
yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin
menjdai asam urat. Pemakain antasida yang mengandung silikat (magnesium
silikat atau aluminometalsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan timbulnya batu silikat.2
3.2.4 Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis
urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalises (stenosis urethra-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.2 Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3
tahap yang berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi
yang memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam
pembentukan batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk
pengendapan kristal. Semakin besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah
ion-ion tersebut mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan
keadaan undersaturation dan peningkatan kelarutan. Seiring dengan
peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-ion tersebut akan mencapai satu
titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi di atas titik ini disebut
keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai pembentukan endapan.
18
tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut,
atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan
muntah sering menyertai keadaan ini.2
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin
didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit
akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika
disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.
perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto
dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di
tempat batu berada.4 Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu
tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu
dilakukan pielografi retrograd.2,4
c. USG
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
22
adanya batu di ginjal atau di buli-buli yang ditunjukkan dengan echoic shadow.
Hidronefrosis dengan gambaran dilatasi pelvis dan kaliks ginjal.7 USG dapat
mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem kolektivus.4
Derajat hidronefrosis yaitu:
- Derajat 1, dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. kaliks berbentuk
flattening, atau mendatar
- Derajat 2, dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks, kaliks berbentuk
blunting, atau tumpul.
- Derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor, tanpa
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, atau menonjol.
-
Derajat 4, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor serta ada
penipisan korteks kaliks ginjal dan berbentuk ballooning, atau
menggembung.2
Gambar 3.9 USG Abdomen, tampak adanya calculus dengan hiperechoic shadow
pada renal sinistra dan hidronefrosis dengan pelebaran pelvis renalis
2. Pemeriksaan laboratorium
- Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment. Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
- Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea, sensitivity test
-
Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED,
-
Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting untuk
menilai fungsi ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan
foto IVU dan asam urat, Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai
faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain: kalsium,
oksalat, fosfat, maupun asaam urat di dalam darah atau di dalam urin)1
serta untuk menilai risiko pembentukan batu berulang.
3.2.7 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak supaya dapat mendorong keluar batu saluran kemih.2,4
Terapi simptomatis, mengurangi nyeri dengan pemberian anlgetik,
memperlancar aliran urin, dan minum cukup 2-3 liter per hari. Terapi medik
untuk melaritkan dan mengeluarkan batu
a. Batu Kalsium Oksalat:
Suplementasi sitrat sebagai inhitor
Kolestiramin atau terapi lain untuk malabsorbtif lemak
Thiazid bila disertai dengan hiperkalsemia
Allopurinol bila disertai dengan hiperurikosuria
b. Batu Kalsium Fosfat
Thiazid bila disertai dengan hiperkalsemia.
c. MAP
Antibiotik, AHA (Amino Hydrocid Acid) sebagai urease inhibitor
d. Batu Asam Urat
Hidrasi yang cukup, potassium alkali, allopurinol
Mandelamin
Antibiotik untuk eradikasi infeksi
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalu alat yang dimasukkan langsung
kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui urethra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Proses pemechan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan
energi laser. Beberapa tindakan endourologi adalah:
1. PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikelaurkan dengan memecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2. Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan ekuator
ellik
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Memasukkan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
26
3.2.8 Komplikasi
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin
tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu tersebut
menyebabkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat menetap dan batu
berisiko menyebabkan gagal ginjal.5
3.2.9 Prognosis
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan
adanya obstruksi.2
27
3.2.10 Pencegahan
Pencegahan berupa: menghindari dehidrasi dengan minum cukup air 2-3
liter per hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam, rendah purin
untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang
cukup, dan pemberian medikamentosa.1
28
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Nefrolitiasis adalah keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal
(renal kalkuli). Nefrolitiasis merupakan penumpukan garam mineral berupa
kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat dan lain-lain yang terdapat pada di
kaliks atau pelvis. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor instrinsik
dan ekstrinsik. Komposisi batu ginjal yang sering ditemukan adalah kalsium
oksalat, kalsium fosfat, batu asam urat murni dan campuran. Dalam kasus ini,
Tn.Tunggal 56 tahun bekerja sebagai petani didiagnosa Diabetes Melitus dan
Hidronefrosis et causa Nefrolitiasis. Diagnosis ini ditegakkan dari anamnesis,
yaitu adanya keluhan sakit pinggang sebelah kanan yang semakin meningkat.
Nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan menjalar sampai keperut kanan bagian
bawah. Nyeri pinggang ini membuat pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya.
Nyeri terasa berkurang jika istirahat atau berbaring. Awalnya nyeri ini sudah
dirasakan pasien sejak 10 tahun yang lalu, namun terasa sangat sakit sejak 3
minggu yang lalu. Pasien buang air kecil 2-3 kali sehari. Batuk (-), mual dan
muntah (-), tidak ada riwayat buang air kecil sedikit-sedikit, gangguan BAB (-),
tidak ada riwayat buang air kecil berdarah. Tidak ada nyeri saat buang air kecil.
Selain itu, pasien juga banyak minum karena merasa haus terus. Pasien juga
mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri ketok CVA pada pinggang kanan dan pada perabaan ginjal teraba membesar
dan nyeri tekan pada pinggang kanan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat. Selain itu juga didapatkan kadar gula
darah sewaktu yang meningkat. Terapi medikamentosa pada pasien ini yaitu
Hydrasi :infus Ringer Laktat, diberikan analgesik sebagai penghilang rasa nyeri
yaitu golongan NSAID, ketorolac drip, antibiotik Ceftriakson untuk mengatasi
infeksi sebagai penyebab infeksi dan golongan RH2 Bloker Ranitidin untuk
menghilangkan mual dan muntah akibat nyeri kolik serta insulin untuk
menurunkan kadar gula darahnya. Rencana tindakan untuk mengeluarkan batu
yaitu dengan bedah terbuka karena batu sudah berukuran besar. Pada pasien ini
juga harus diedukasi dengan minum air yang cukup minimal 2-3 L/hari agar
29
produksi urin lancar agar fungsi ginjal baik. Mengontrol kadar gula darah untuk
diabetes melitus. Mengatur diet rendah garam, gula, lemak, kolesterol, rendah
purin dan asam urat sebagai faktor pembentuk batu saluran kemih. Prognosis ad
vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada hal yang
mengancam nyawa. Secara ad functionam, prognosis pasien ini adalah bonam.
Pasien ini berisiko terhadap rekurensi pembentukan batu namun kekambuhan
dapat dicegah jika pasien mampu melaksanakan edukasi yang diberikan seperti
minum minimal 2,5 liter per hari, rajin berolahraga dan mengatur dietnya.
30
DAFTAR PUSTAKA