PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2
histologis, dan merespon terapi steroid dengan baik2-3. Pankreatitis autoimun
juga dikenal sebagai sclerosing pancreatitis, tumefactive pancreatitis, dan
nonalcoholic destructive pancreatitis tergantung temuan patologis spesifik
dan keberadaan manifestasi ekstrapankreatik.2
3
Selain etiologi-etiologi diatas, pankreatitis kronis juga bisa
disebabkan oleh autoimun atau kombinasi dengan penyakit spesifik
(misalnya penyakit Crohn), fibrosis kistik, tropical, obstruksi ductus
pancreaticus, atau obat-obatan.2-3
4
dan akhirnya nekrosis pankreas. Saat mediator diekskresikan ke dalam
sirkulasi, komplikasi sistemik dapat timbul, seperti bacteremia karena gut
flora yang mengalami translokasi, sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS), efusi pleura, perdarahan gastrointestinal, dan gagal ginjal.5,6
Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) juga dapat terjadi,
mengarah ke terjadinya shock sistemik. Akhirnya, para mediator inflamasi
dapat menjadi begitu banyak terkumpul sehingga menyebabkan
ketidakstabilan hemodinamik dan kematian.4,5
Pada pankreatitis akut, edema parenkim dan nekrosis lemak
peripankreatik terjadi pertama kali, ini dikenal sebagai pankreatitis akut
edema. Ketika nekrosis melibatkan parenkim, disertai dengan perdarahan
dan disfungsi kelenjar, peradangan berkembang menjadi pankreatitis
hemoragik atau necrotizing. Pseudokista dan abses pankreas dapat
disebabkan oleh pankreatitis necrotizing karena enzim dapat dibatasi oleh
jaringan granulasi (pembentukan pseudokista) atau melalui penyemaian
bakteri pada jaringan pankreas atau peripankreatik (pembentukan abses).5
5
2.4 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
2.4.1 Anamnesis 3,4
Secara umum, anamnesis pada pasien pankreatitis adalah
sebagai berikut:
a. Keluhan utama: nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang
diberikan oleh pasien dan nyeri dapat terjadi di epigastrium,
abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah torasika posterior
dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya menetap
dan tidak bersifat kram.
b. Riwayat penyakit sekarang: pertanyaan tentang nyeri, lokasi,
durasi, faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan
makanan, postur, minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi
makanan.
c. Riwayat penyakit lalu: tanyakan kepada pasien apakah pernah
mendapat intervensi pembedahan seperti kolesistektomi, atau
prosedur diagnostik seperti EKCP. Kaji apakah pernah menderita
masalah medis lain yang menyebabkan pankreatitis meliputi :
ulkus peptikum
gagal ginjal
gangguan vaskular
Hipoparatiroidisme
hiperlipidemia
d. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan riwayat keluarga yang
mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit
biliaris.
e. Riwayat psikososial: penggunaan alkohol secara berlebihan adalah
hal yang paling sering menyebabkan pankreatitis akut. (Hudak dan
Gallo, 1996).
6
2.4.2 Pemeriksaan Fisik 2-5
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien pankreatitis secara umum adalah
sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital: terdapat peningkatan temperatur, takikardi, dan
penurunan tekanan darah. Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan
adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,
kolesistitis atau abses intra abdomen.
b. Sistem gastrointestinal: pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar
bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses
peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini
memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini. Pasien
dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat mengalami asites,
ikterik dan teraba massa abdomen.
c. Sistem kardiovaskular: efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam
sirkulasi adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat
menyebabkan hipotensi dan syok.Penurunan perfusi pankreas dapat
menyebabkan penurunan faktor depresan miokardial (MDF). Faktor
depresan miokardial diketahui dapat menurunkan kontraktilitas
jantung.
d. Sistem sirkulasi: resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat
mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat
mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis
bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan
dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan.
e. Sistem respirasi: pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase)
diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang
berhubungan dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia
arterial, atelektasis, efusi pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan
sindroma distress pernafasan akut.
7
f. Sistem metablisme: komplikasi metabolik dari pankreatitis akut
termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan
dengan daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang
meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan disebabkan oleh respon
terhadap stress.
g. Sistem urinari: oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa
menyebabkan gagal ginjal.
h. Sistem neurologi: perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat
berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia
yang disertai syok.
i. Sistem integumen: membran mukosa kering, kulit dingin dan
lembab, sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai
sedang akibat muntah atau sindrom kebocoran kapiler.Perubahan
warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area
periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang
luas.3-4
8
Pemeriksaan radiologi pada pankreatitis umumnya memiliki
gambaran yang berbeda antara pankreatitis akut dan kronis. Pada
pankreatitis akut, dikarenakan sifatnya yang dapat mengancam jiwa,
pemeriksaan radiologi memiliki peranan penting dalam manajemen kasus
tersebut, dimana diperlukan kecepatan serta ketepatan dalam penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan. Pankreatitis akut merupakan suatu proses
inflamasi akut yang terjadi pada pankreas yang juga dapat meliputi jaringan
serta organ yang berdekatan. Pankreatitis akut juga merupakan penyebab
utama yang penting pada keluhan nyeri abdomen akut.6,7
9
untuk mendeteksi udara bebas dalam abdomen, mengindikasikan perforasi
viscus, sebagaimana pada kasus dengan ulkus duodenum yang menimbulkan
perforasi. Pada beberapa kasus, proses inflamasi dapat merusak struktur
peripankreas, menyebabkan tanda berupa “colon cutoff”, “sentinel loop”,
atau ileus.7
Sementara pada pankreatitis kronis, yang dikarakterisasi oleh
kerusakan pankreas yang progresif dan menjurus pada kerusakan fungsi
endokrin serta eksokrin dari pankreas, pemeriksaan foto polos abdomen juga
dapat dilakukan dan justru menghasilkan temuan yang lebih spesifik.
Didapatkannya temuan kalsifikasi baik di dalam maupun di sekitar pankreas
merupakan suatu tanda dari pankreatitis kronis.7
Sekitar 25 – 59% pasien dengan diagnosis pankreatitis kronis,
ditemukan temuan berupa kalsifikasi pankreas. Temuan tersebut merupakan
suatu ciri yang patognomonis pada pankreatitis kronis. Kalsifikasi secara
primer merepresentasikan kalkuli intraduktal, baik pada duktus utama
pankreas maupun cabang-cabang duktus yang lebih kecil. Kalsifikasi berupa
bentukan punktata atau kasar dang dapat memiliki distribusi fokal,
segmental, ataupun difus.6,7
10
Gambar 2.1 Pankreatitis kronis. Foto polos abdomen menunjukkan
distribusi kalsifikasi kasar dari pankreas akibat pankreatitis kalsifikasi
kronis.
Gambar 2.2 Foto polos abdomen pada pankreatitis kronis menunjukan stent
insitu pada ductus biliaris dan kalsifikasi pankreas yang cukup meluas.
11
Gambar 2.3 Pemeriksaan barium traktus gastrointestinal atas menunjukan
tanda 3 terbalik akibat pankreatitis kronis. Karsinoma pankreas juga dapat
menunjukan gambaran serupa.
12
Gambar 2.4 USG pada wanita 74 tahun dengan pankreatitis akut ringan.
Badan pankreas dan ekor menunjukkan gambaran hipoechoic akibat edema
anterior duktus pankreas (panah).
Temuan lain yang dapat tampak pada USG pada pankreatitis kronis
antara lain suatu pseudokista, yang tampak sebagai akumulasi cairan
anechoic bulat atau oval dengan batas tegas. Secara sonografis, pseudokista
dapat dibedakan antara yang terinfeksi dengan yang tidak. Abses pankreas
juga dapat tampak pada pankreatitis akut, dengan penampakan berupa
struktur kista kompleks dengan debris atau pembentukan septa internal, dan
kemungkinan besar dengan gelembung udara echogenik. Suatu
pseudoaneurisma seringkali muncul sebagai massa kistik akan tetapi disertai
aliran arteri turbulent di antara massa. 9
13
Seain itu, Forsmark (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa
temuan pada pemeriksaan USG pada pasien dengan pankreatitis kronis
dapat menentukan stadium dari penyakit tersebut. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1 di mana penentuan stadium penyakit juga dapat ditentukan
dari pemeriksaan CT.
14
Gambar 2.5 Pankreatitis kronis pada wanita 52 tahun dengan nyeri sedang
pada kuadran kiri atas abdomen. Sonogram transversal melewati pankreas
menunjukan pseudokista berukuran 4,37 cm pada ekor pankreas (panah)
15
Duktus pankreas dan common bile duct juga dapat berdilatasi.
Sementara pada stadium akhir penyakit, pankreas menjadi atrofi dan fibrotik
dan mengecil. Perubahan tersebut menghasilkan pankreas yang kecil dan
echogenik dengan tekstur echoid heterogen. Duktus pankreas tetap dilatasi
dan memiliki penampakan seperti manik-manik karena stenosis multipel.
Saat terlihat, dilatasi bilier ada namun ringan.9
16
Pada gambaran CT unenhanced, pankreas menunjukkan area
heterogen dengan densitas yang meningkat (tanda panah), konsisten dengan
adanya darah di regio kepala dan ekor pankreas pada studio ini. Perhatikan
tidak adanya wall around collection, seperti yang terlihat pada pseudokista.9
Pemeriksaan CECT abdomen dan pelvis pada pankreatitis akut dapat
dilakukan menggunakan baik kontras intravena maupun oral. Protokol
pemeriksaan dapat bervariasi, namun yang paling penting adalah untuk
memperoleh gambar potongan - tipis selama puncak perfusi arteri pankreas,
yang biasanya didapatkan dalam 30 – 40 detik setelah kontras iodine
diberikan 3 – 4 mL/detik menggunakan helical CT.9
CECT pada pankreatitis akut direkomendasikan untuk dilakukan
pada situasi-situasi berikut (Romero-Uquhart, 2011):9
Pasien dengan diagnosis klinis yang meragukan.
Pasien dengan hiperamilasemia dan klinis pankreatitis berat, distensi
abdomen, tenderness, demam tinggi, dan leukositosis.
Pasien dengan skor Ranson > 3 atau skor APACHE > 8.
Pasien yang tidak memiliki manifestasi perbaikan klinis yang cepat
dalam 72 jam setelah terapi medis konservatif dimulai.
Pasien dengan perbaikan klinis selama pemberian terapi medis
inisial namun lalu menunjukan perubahan akut pada status klinis,
mengindikasikan adanya perkembangan dari suatu komplikasi.8,9
17
Gambar 2.8 CT pada wanita 67 tahun dengan pankreatitis akut ringan.
Kepala pankreas tampak mengalami penyangatan secara homogeny (panah
panjang) pada pencitraan fase vena porta. Terdapat stranding lemak
retroperitoneal yang ekstensif serta terlihat koleksi cairan akut pada
pararenal space anterior kiri (panah pendek).
18
tambahan, gambar CT dari pankreas tidak terbatasi oleh udara intestinal dan
dapat menggambarkan pankreas secara esensial tiap pasien.9
Temuan CT pada pankreatitis kronis dapat tervisualisasi pada CT
scan meliputi dilatasi duktus primer pankreas, kalsifikasi, perubahan ukuran,
bentuk dan kontur, pseudokista, serta perubahan duktus bilier. Dilatasi
duktus pankreas primer dapat didemonstrasikan, dengan pelebaran dari
duktus melebihi 5 mm pada kepala, dan 2 mm pada corpus dan ekor. CT
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan juga spesifik untuk
menggambarkan kalsifikasi yang dapat berupa kalsifikasi punktata yang
kecil atau kalsifikasi yang kasar dan lebih besar. Terdapatnya pembesaran
fokal berasosiasi dengan kalsifikasi atau dilatasi duktus pada suatu massa
merupakan ciri dari pankreatitis kronis.9,10
19
ekuivalen dengan CT. Sementara itu, MRCP menjadi lebih digunakan secara
luas untuk evaluasi penyakit pankreas dan bilier, dan secara khusus
memiliki gambaran yang bagus untuk duktus pankreas yang berdilatasi.8-9
Pada pankreatitis akut, MRI merupakan suatu alternatif modalitas
pencitraan pilihan. MRI merupakan pilihan terutama jika terdapat
kontraindikasi untuk pemeriksaan CECT, misalnya pada pasien dengan
alergi kontras atau insufisiensi renal.7-9
Perubahan morfologis pada MRI pankreatitis akut serupa dengan
yang didapatkan pada CT. Pankreas dapat mebesar secara fokal (biasanya
pada kepala pankreas) atau difus. Perubahan inflamatoris akut tampak
seperti untaian dari intensitas sinyal rendah pada lemak peripankreas yang
meliputi.9
20
menunjukan kekurangan intensitas sinyal. Gambaran tersebut menjelaskan
bahwa fibrosis pankreas menurunkan kandungan cairan protein pada
pankreas, menghasilkan kekurangan intensitas sinyal pankreas. Fibrosis juga
berasosiasi dengan penurunan vaskular, yang menyebabkan peninggian
gadolinium pankreas.9,12
21
Gambar 2.12 Magnetic resonance cholangiopancreatogram yang
didapatkan 24 jam setelah penempatan stent pada ductus biliaris
menunjukkan drainase bilier yang baik melalui stent tersebut. Perhatikan
striktur pankreas yang terdilatasi dan striktur downstream pada kepala
pankreas (kiri).
22
2.6.2 Terapi non farmakologis
1) Nutrisi pendukung
Pemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk mengistirahatkan
saluran cerna sehingga mengurangi stimulasi terhadap pankreas juga
karena terjadinya malnutrisi. Malnutrisi diakibatkan metabolisme pada
pasien dengan pankreatitis akut berat menyerupai keadaan sepsis, yang
ditandai dengan hiperdinamik, hipermetabolik, dan hiperkatabolik.16
Dalam beberapa tahun lalu pemberian nutrisi yang
direkomendasikan adalah nutrisi parenteral melalui vena sentral. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa pemberian nutrisi per-oral akan
merangsang produksi enzim pankreas sehingga justru akan memperberat
penyakit. Namun seiring dengan penelitian klinis konsep telah berubah,
justru sebaiknya nutrisi diberikan secara enteral.15
Berdasarkan penelitian, pemberian nutrisi parenteral dapat
mengakibatkan:
Atrofi jaringan limfoid usus (GALT/gut associated lymphoid
tissue) yang merupakan sumber utama imunitas mukosa.
Terganggunya fungsi limfosit Sel T dan sel B,
menurunnya aktivitas kemotaksis leukosit dan fungsi
fagositosis sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri
(bacterial overgrowth).
Meningkatnya permeabilitas dinding usus yang dapat
mempermudah terjadinya translokasi bakteri, endotoksin, dan
antigen masuk ke dalam sirkulasi.
Pemberian nutrisi enteral berdasarkan penelitian lebih
menguntungkan karena dapat melindungi fungsi barrier usus dan
menurunkan produksi mediator proinflamasi sehingga risio translokasi
bakterial dan endotoksin menurun.15
Nutrisi enteral diberikan segera setelah dilakukan resusitasi cairan,
dapat diberikan 48 jam pertama bila kondisi sudah stabil, dan tidak ada
kontraindikasi seperti: adanya syok, perdarahan gastrointestinal masif,
obstruksi intestinal, fistula jejunum atau enteroparalisis berat. Ada tiga
23
alternatif pemberian nutrisi enteral pada pankreatitis akut berat, yaitu
melalui nasojejunal tube, gastrostomy/jejunostomy tube, dan jejunostomi
secara bedah Pemberian melalui nasojejunal tube lebih dipilih karena
lebih aman, non-invasif dan lebih mudah dikerjakan dengan bantuan
endoskopi/fluoroskopi.16
24
3) Terapi bedah
Tindakan bedah diindikasikan pada pankreatitis akut berat, yaitu
pankreatitis nekrotik akut terinfeksi. Tujuan tindakan bedah adalah untuk
membersihkan jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan menyisakan
jaringan pankreas yang masih viabel. Tindakan debridement
(necrotomy) merupakan gold standard pada pankreatitis nekrosis akut
terinfeksi dan nekrosis peripankreatik.1 6
25
Morfin parenteral lebih direkomendasikan, tetapi penggunaannya
terkadang harus dihindari karena dapat menyebabkan spasme sfingter
Oddi, meningkatkan serum amilase, dan (jarang) pankreatitis.
Hidromorfon lebih disukai karena memiliki waktu paruh yang lebih
panjang. Belum ada bukti bahwa obat antisekretori dapat mencegah
eksarsebasi nyeri perut.17
Obat-obatan
Sejumlah obat diteliti efikasinya dalam mencegah komplikasi
pankreas diantaranya adalah:
- antagonis H 2, proton pump inhibitor
- protease inhibitor: gabexate, aprotinin
- platelet-activating factor antagonist: lexipafant
- somatostatin dan octreotide: Inhibitor potent sekresi enzim
pankreas dan mengurangi kematian tetapi tidak mengurangi
komplikasi.17
c. Pencegahan infeksi
Salah satu penyebab kematian pada pankreatitis akut berat adalah
karena pankreatitis nekrotik akut. Pankreas yang mengalami nekrosis
dapat bersifat steril atau terinfeksi. Pankreas yang terinfeksi mempunyai
mortalitas lebih tinggi (10–50%) dibandingkan yang steril (10%). Risiko
pankreatitis nekrotika akut terinfeksi tergantung dari luasnya area
nekrosis. Semakin luas nekrosis semakin besar risiko infeksi.16
Penyebab infeksi terbanyak adalah: Escherichia coli (32%),
Enterococcus (25%), Klebsiella (15%), Staphylococcus epidermidis
(15%), Staphylococcus aureus (14%), Pseudomonas (7%) dan Candida
(11%). Infeksi lebih banyak bersifat monomikrobial (66%) dibandingkan
polimikrobial (34%). Invasi bakterial ke jaringan pankreas dapat terjadi
melalui beberapa cara: translokasi bakterial dari colon, refluks cairan bilier
melalui duodenum, penyebaran secara hematogen atau melalui saluran
26
limfatika.15,16
Untuk efektivitas pengobatan antibiotika yang diberika adalah
antibiotika broad spectrum yang dapat menembus barier sehingga
mencapai tempat infeksi, seperti metronidazole, cefotaxime,
piperacillin, mezlocillin,ofloxacin, and ciprofloxacin. Apabila
diberikan secara profilaktik disarankan lama pemberian berkisar
antara 7-14 hari .15
2. Terapi farmakologis
Tetapi pereda nyeri golongan narkotik, masih sering
diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri. Bila penderita terus menerus
merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya dokter
menyuntikan penghambat nyeri ke saraf pankreas sehingga
rangsangannya tidak sampai ke otak. Bila cara ini gagal, mungkin
diperlukan pembedahan. Jika saluran pankreasnya melebar,
pembuatan jalan pintas dari pankreas ke usus halus, akan mengurangi
rasa nyeri pada sekitar 70-80% penderita. Jika salurannya tidak
melebar, sebagian dari pankreas mungkin harus diangkat. Bila kepala
27
pankreas terkena, bagian ini diangkat bersamaan dengan usus dua
belas jari. Pembedahan ini dapat mengurangi nyeri pada 60-80%
penderita.16,17
2.7 KOMPLIKASI
Klasifikasi Atlanta 2012 membagi komplikasi pankreatitis akut
menjadi komplikasi gagal organ dan sistemik serta komplikasi lokal.
Komplikasi Gagal Organ dan Sistemik. Menurut Klasifikasi Atlanta 2012
sistem organ yang harus dinilai sehubungan dengan gagal organ adalah
respirasi, jantung dan ginjal. Zhu, et al melaporkan frekuensi terjadinya
gagal organ pada pasien dengan pankreatitis akut berat yaitu gagal organ
multipel (27%), gagal respirasi (46%), gagal ginjal (16,2%), gagal jantung
(17,6%), gagal hati (18,9%) dan perdarahan saluran cerna (10,8%), dengan
angka mortalitas akibat gagal organ multipel sebesar 45%. Gagal organ
diartikan sebagai nilai skor ≥ 2 untuk satu dari tiga sistem organ
menggunakan sistem skor dari Marshall .13
28
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
7. Price CWR, The colon cut off sign in acute pancreatitis. Med J. Aust
1957; 313.
8. Nurman A. Pankreatitis akut dalam gastroenterologi hepatologi,
penerbit Buku Kedokteran CV Infomedika, Jakarta; 1990; 441-55 .
9. Soetikno, Ristaniah D (2011). Severce acute Pancreatitis. Bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
10. Balthazar E, Ranson JHC, Naidich DP, et al. Acute pancreatitis:
Prognostic value of CT. Radiology 2011; 156: 767–772.
11. Balthazar E, Robinson DL, Meigibow AJ, Ranson JHC. Acute
pancreatitis: value
of CT in establishing prognosis. Radiology 2008; 174: 331–336.
30
12. Balthazar E. Acute pancreatitis: Assessment of severity with clinical
and CT evaluation.
Radiology 2002; 223: 603–613.
13. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging vol ke-2, edisi ke-6.
Churchill Livingstone, 2011 ; 1029 – 60.
14. Meschan I. Stomach, duodenum and pancreas. Dalam Rontgen Sign in
diagnostic imaging, edisi ke-2. Philadelphia. WB Saunders, 2009; 561-
716 .
15. Kollin SA. Surgery of the pancreas a text and atlas. Dalam Diagnostic
proocedures conventional rontgenographic diagnosis. CV Mosby,
2006;11-33
16. Debas H.MD, Treatment of acute pseudocyst dalam Gastrointestinal
surgery, san fransisco, 2009 ; 114
17. Gobal H, Singer MV. Acute pancreatitis. Dalam : Berger HG, Buchler
H, penyunting : Standard of conservative treatment acute pancreatitis.
2010;260-65.
31