PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi ( 1 )
Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior
bernama aditus ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran,
setelah terjadi aerasi telinga tengah. Proses ini selesai pada saat seseorang
berumur 10 tahun. Sel udara mastoid terbentuk oleh invasi kantung berlapis
epitel antara spikula tulang baru dan oleh degenerasi dan redifferensiasi ruang
sumsum tulang yang ada. Bagian tulang temporal lainnya, termasuk apeks
petrosus dan akar zygomaticus, mengalami pneumatisasi yang sama. Antrum,
mirip dengan sel-sel udara mastoid, dilapisi dengan epitel respiratorius yang akan
membengkak bila terjadi infeksi. Penyumbatan antrum oleh mukosa yang
mengalami inflamasi memerangkap infeksi di sel udara dengan menghambat
drainase dan menghalangi aerasi kembali dari sisi tengah telinga.
Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah, saluran
nervus fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dan ujung petrosus tulang temporal.
Mastoiditis bisa mengikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu daerah yang
bersebelahan tersebut, menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan
penyakit yang mengancam jiwa.
2
2.2 Definisi (2,3)
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi
pada telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke
dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid pada
tulang temporal. Keadaan tersebut terjadi biasanya paling sering disebabkan
komplikasi dari otitis media supuratif akut maupun kronik.
Mastoiditis terbagi menjadi, mastoiditis akut dan mastoiditis kronik.
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif akut,
sedangkan mastoiditis kronik merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
kronik.
2.3 Etiologi ( 1 )
Seperti kebanyakan proses infeksi, pertimbangkan faktor host dan mikroba
saat mengevaluasi mastoiditis. Faktor host termasuk imunologi mukosa, anatomi
tulang temporal, dan kekebalan sistemik. Faktor mikroba termasuk lapisan
pelindung, resistensi antimikroba, dan kemampuan untuk menembus jaringan
atau pembuluh lokal (yaitu, strain invasif). Karena pembersihan mastoid
bergantung pada antrum paten, resolusi tidak mungkin kecuali anatomi isthmus
ini dibuka dengan pembengkakan mukosa, yang jika dapat menciptakan reservoir
untuk infeksi.
Faktor Host ( 1 )
Kebanyakan anak-anak yang mengalami mastoiditis akut lebih muda dari
usia 2 tahun dan memiliki riwayat otitis media. Ini adalah usia di mana sistem
kekebalan tubuh relatif belum matang, terutama yang berkaitan dengan
kemampuannya untuk menanggapi tantangan dari antigen polisakarida.
Faktor anatomi host mungkin memiliki peran. Mastoid berkembang dari
outpouching sempit dari epitympanum posterior (yaitu aditus ad antrum).
3
Pneumatisasi terjadi segera setelah lahir, setelah telinga tengah menjadi aerasi,
dan proses ini selesai pada usia 10 tahun. Sel-sel udara mastoid diciptakan oleh
invasi kantung-kantung epitelium di antara spikula tulang baru dan oleh
degenerasi dan diferensiasi ulang dari ruang-ruang sumsum tulang yang ada.
Daerah lain dari pneumatik tulang temporal yang sama, termasuk apeks
petrosa dan akar zigomatik. Antrum, seperti halnya sel-sel udara mastoid, dilapisi
dengan epitelium pernapasan yang membengkak ketika ada infeksi.
Penyumbatan antrum oleh mukosa yang meradang menjebak proses infeksi
didalam sel-sel udara dengan menghambat drainase dan menghalangi reaerasi
dari sisi telinga tengah.
Infeksi akut yang persisten di dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
penghancuran trabekula tulang pembentuk sel mastoid (disebut dengan istilah
coalescent mastoiditis). Pada dasarnya, mastoiditis koalescent adalah empiema
tulang temporal yang, kecuali jika progreivitasnya dihambat, akan mengalir baik
melalui antrum untuk memberikan resolusi spontan atau menciptakan komplikasi
lebih lanjut dengan mengurasnya ke permukaan mastoid, apeks petrosa, atau
ruang intrakranial. Struktur tulang temporal atau struktur terdekat lainnya, seperti
saraf wajah, labirin, dan sinus vena, dapat terlibat.
Faktor Mikroba ( 1 )
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Pseuodomonas aeruginosa
Klebsiella
Escherichia coli
Proteus
4
Prevotella
Fusobacterium
Porphyromonas
Bacteroides
Mycobacterium species
5
Gambar 2. Mastoiditis akut
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteoitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel
mastoid. Oleh karena itu istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis
coalescent pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan
menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat,
baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan
resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoid secara tidak wajar, apeks
petrosus, atau ruang intrakranial. Tulang temporal lain atau struktur didekatnya
seperti nervus fasiais, labirin, sinus venosus dapat terlibat. Mastoidtis dapat
berlangsung dalam 5 tahapan :
Tahap 1 : hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
Tahap 2 : trasudasi dan eksudasi cairan dan atau nanah dalam sel-sel
Tahap 3 : nekrosis tulang yang disebabkan hilangnya vaskularitas
septa
Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan
(coalescence) menjadi rongga abses
Tahap 5 : proses inflamasi berlanjut ke struktur yang berdekatan.
6
Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.
Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada
pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik.
Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling
konsisten yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan
mastoideus telah terjadi.
Demam
Nyeri
o Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya
lebih buruk pada malam hari.
o Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus.
Temuan ini mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.
Kehilangan pendengaran dapat terjadi.
o Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah
telinga.
o Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang
berulang.
Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilangan
nafsu makan dan iritabilitas.
7
Tonjolan nipplelike dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya
disertai rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi)
dapat terjadi pada pasien dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten.
Kondisi ini dapat menyebabkan demam, sakit telinga, dan komplikasi lain
Tanda-tanda meliputi:
o Membran timpani terinfeksi atau normal
o Demam berulang atau persisten
o Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mastoideus
Tanda-tanda meliputi:
o Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)
o Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)
o Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal.
o
8
2.7 Diagnosis (5,6)
Penegakan diagnosis otitis media ini didasarkan atas pemeriksaan klinis
(anamnesis dan pemeriksaan otologik) serta untuk mengetahui ada tidaknya
komplikasi melalui pemeriksaan radiologik (foto polos, CT scan, dan MRI
mastoid). Imaging yang terbaik untuk menilai penyakit kronik telinga tengah dan
tulang temporal (mastoid) termasuk kolesteatom adalah CT scan karena
memperlihatkan destruksi tulang.
Radiologi konvensional os temporal masih banyak digunakan di daerah ataum
tempat dimana tidak terdapat CT scan dan MRI. Radiografi konvensional
digunakan dalam skrinning tulang temporal dan menentukan status pneumatisasi
dari mastoid dan petrous piramid. Metode ini memungkinkan digunakan untuk
lesi besar yang meluas ke tulang temporal. Proyeksi standar os temporal meliputi
proyeksi Schuller, Runstrom, Stenvers, transorbital, submentovertikal, Law,
Mayer, Towne, Chausse III. Semua proyeksi tersebut dulu masi digunakan
namun saat ini yang terbanyak digunakan untuk kepentingan klinik adalah lateral
atau Schuller dan obliq atau Stenvers.
Diagnosa mastoiditis akut dimulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa biasa ditegakkan berdasarkan kondisi klinis tanpa pemeriksaan
radiologis. Foto polos akan menunjukkan perselubungan pada mastoid atau
koalesen pada air cells mastoid (rusaknya struktur septum tulang yang tipis
akibat peningkatan tekanan dan iskemia). Perselubungan pada mastoid bukanlah
suatu tanda patognomonis untuk mastoiditis, karena gambaran ini juga
ditemukan pada 50% penderita dengan OMA tanpa komplikasi. Meskipun
gambaran koalesen pada mastoid pada pemeriksaan radiologi memiliki nilai
diagnostik, gambaran ini hanya ditemukan pada sejumlah kecil penderita.
Bahkan pada beberapa kasus, dilaporkan gambaran radiolodi normal pada
penderita mastoiditis akut dan mastoiditis dengan komplikasi.
9
2.8 Gambaran Radiologi, CT-Scan dan MRI Mastoid (7)
Tulang temporal merupakan bagian paling kompleks dari keseluruhan struktur
tubuh kita. Pemeriksaan gangguan pada tulang temporal secara konvensional
masih berlaku di seluruh dunia. CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu
metode pencitraan radiologi untuk sebagian besar penyakit pada telinga dan bila
ada kerusakan pada tulang temporal. Pada penyakit pengikisan tulang, seperti
otitis media kronik dengan kolesteatom, CT dengan pengaturan jendela tertentu
akan memberikan sumber informasi yang akurat. CT dengan penggunaan cairan
kontras yang disuntikan pada vena telah digunakan secara terus menerus pada
pemeriksaan cerebellopontine angle masses. Peralatan pencitraan lain untuk
tulang temporal ini meliputi superlatif angiography.
A. Gambaran Radiologi
10
Gambar 3. Gambar Radiologi Tengkorak
Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat
serta dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar
untuk menilai tulang temporal, yaitu:
1. Posisi Schuller (8)
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi
foto dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar X ditujukan dengan sudut 30° cephalo-caudad.
Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi
dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar
tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan sinus
lateralis.
Posisi Pasien (9)
Pasien diposisikan prone.
Berikan tanda letak Mastoid yang akan diperiksa pada 2,5 cm posterior dari
MA sebagai CP
11
Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :
o MSP kepala sejajar dengan bidang film
o IPL tegak lurus dengan bidang film
o IOML sejajar dengan bidang film
Pastikan tidak terjadi pergerakan kepala dengan melakukan fiksasi
Letakkan CP agar terproyeksi dipertengahan film, pada daerah 2,5 cm
posterior MAE.
Central Ray diarahkanmenyudut 25° caudally menembus pertengahan film.
12
Gambar 5. Posisi Schuller
13
2. Posisi Owen (8)
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi
dibuat dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah
diputar 30° menjauhi film dan berkas cahaya sinar X ditujukan dengan sudut
30°-40° cephalocaudad. Umumnya posisi Owen dibuat untuk memperlihatkan
kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagian-bagian tulang
pendengaran dan sel udara mastoid.
14
Gambar 7 . Posisi Chausse III
15
Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau
media, maka pemeriksaan computerized tomography (CT) merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut di mana pada pemeriksaan
CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi intrakranial.
Akut otitis media & mastoiditis :
Hilangnya radiolusen dari tuba eustachi dan meatus acusticus media
Gambaran radioopak antrum mastoid dgn perkaburan batas luar dinding
mastoid.
16
Jika proses inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel
udara mastoid dan biasanya mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang
lumen antrum mastoidikum dan sisa sel udara mastoid akan terisi jaringan
granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai perselubungan.
Kronik :
Sclerosis dari mastoid air cell
Merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn sclerosis dari mastoid
(sulit membedakan dengan cholesteatoma ) . Abscess dinding batas tegas
Dapat menyebabkan extradural & intra cerebral sepsis
Komplikasi yang serius ialah Cholesteatoma.
17
Tabel 1. Deskripsi pada pemeriksaan radiologik mastoid
Observation Description
Pneumatic Air cells cover mastoid
Air cells seen beyond dural and sinus plates
Moderate Air cells cover mastoid
Air cells not seen beyond dural and sinus plates
Sclerotic Absence of air cells
Whole antrum appears small in size
Marked radiopacity
Can be seen in individuals sufferingg from chronic otitis
media as well as in normal individuals
Radiolucent mastoid Single radiolucent shadow is seen. It can be present in
sclerotic as well as normal mastoid
Differential diagnosis:
Cholesteatoma
Operated mastoidectomy
Large antral cell
Large peri-antral cell
Malignancy
Chronic mastoiditis with granulations
Eosinophilic granuloma
Tuberculosis
Multiple myeloma
Skull metastases from kidney, bronchus, breast etc.
18
B. Gambaran CT-Scan mastoiditis (1)
Computed Tomograpghy (CT) dapat berperan dalam penegakan diagnosa
mastoidtis, terutama jika terjadi komplikasi intrakranial atau pada pasien yang
diduga menderita mastoiditis terselubung. Gambaran yang dapat ditemui pada
CT-scan antara lain :
1. Rusak atau kaburnya outline mastoid
2. Berkurang atau menghilangnya ketajaman septum tulang yang semakin
memperluas air cells. Terkadang lesi litik pada tulang temporal dan abses
jaringan lunak juga dapat terlihat.perselubungan di daerah yang secara
normal mengalami pneumatisasi (yang juga terlihat pada OMA tanpa
komplikasi) tidak memiliki nilai diagnostik. Gambaran destruksi tulang
akan tampak secara radiograf bila demineralisasi tulang mencapai 30-
50%.
Jika pada CT scan hanya nampak perselubungan, maka bone scan dengan
technetium 99 akan sangat bermanfaat karena metode ini sensitif terhadap
perubahan osteolitik. Menggunakan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara
dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi
oleh udara) dan melebar. Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah
fossa kranii posterior atau media maka pemeriksaan CT Scan merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut yakni dapat ditemuinnya
defek tulang dengan lesi intrakranial.
CT Scan pada tulang temporal merupakan standar pada pemeriksaan
mastoiditis. Sensitivitas CT scan pada mastoiditis adalah 87-100%. CT scan
menggambarkan dimanapun di intrakranial Komplikasi atau perluasan. Bukti
dari mastoiditis adalah gambaran destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman
sel udara mastoid.
Plain radiografi kurang dapat dipercaya dan penemuan gejala klini sering
terlambat. Pada daerah yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi
menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute
mastoiditis. Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat menegakkan
19
diagnosis namnu kurang sensitif dalam membedakan staging dari penyakit
dan tidak bisa membedakan detail-detailnya.
Temuan lainnya yang digunakan untuk membedakan acute otitis media dan
acute mastoiditis tanpa osteoitis dan chronic mastoiditis :
Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan
telinga tengah. Ini disebabkan oleh inflamasi pembengkakan mukosa dan
terkumpulnya cairan.
Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena
demineralisasi, atrofi, atau nekrosis dari tulang septa.
Kekaburan atau distorsi dari mastoid, kemungkinan dengan defek yang
tampak dari segmen atau korteks mastoid
Peningkatan dari pembentukan area abses
Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa kranial posterior
Aktivitas osteoblastik pada mastoiditis kronik
20
(75%). Erosi juga dapat ditemukan pada passien otitis media kronik, namun
hanya 10%nya. Displacement dari ossicular chain dapat ditemukan pada
cholestetoma, namun tidak pada otitis media kronik. Pada otitis media kronik
ditemukan penebalan lapisan mukosa.
Gambar 11. axial CT menggambarkan kuantitas tulang pada telinga kanan yang
terbatas
21
Gambar 13. Mastoiditis dengan sigmoid sinus trombosis
Gambar 14. Kiri : Gambaran CT scan mastoid laki laki dengan pneumatisasi normal pada
mastoid dengan aerasi sel. Kanan : gambaran sklerotik total mastoid. Tidak tampak air cells.
22
Gambar 15. Gambaran CT scan laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan retraksi membran dan
otorea telinga kiri. Gambaran CT scan memperlihatkan gambaran erosi dari proces incus dan
stapedius. Semua temuan ini mengarahkan ke colesteatoma, namun pada saat opertatif
temuannya adalah mastoiditis kronik, tidak didapatkan kolesteatom. Pasien dengan mastoidtis
kronik sejumlah kecil memperlihatkan erosi tulang .
Gambar 16. Potongan CT scan koronal dari pasien mastoiditis kronik pada gambar 9, tampak
blunt scutum (ditunjukkan dengan panah)
23
Gambar 17. Axial (a) dan coronal (b) CT scan mastoid. Pada mastoid kanan nampak air cells
dengan aerasi baik dan septa penulangan dapat terlihat dengan jelas dibandingkan dengan
mastoid kiri yang tamapak opasitas. Pada mastoid kiri terlihat hilangnya septa dari tulang
mastoid dan juga erosi pada dinding kortikal ke dalam fossa krania media. Didapati pula soft
tissue swelling sepanjang prosesus mastoideus.
Gambar 18. Axial (a) soft tissue window dan axial (b) bone window dari kepala. Sejumlah cairan
dengan peningkatan densitas terlihat di kanan mastoid, menandakan abses subperiosteal. Pada
bone window didapatkan opasitas dari air cells bilateral sering dijumpai pada anak-anak.
Tampak resopsi septa tulang pada kanan dkorteks luar mastoid. Tulang mengalami erosi dan
membentuk abses superficial.
24
Gambar 19. CT scan kepala dan leher dengan penambahan kontras memberikan gambaran
sebuah abses Bezold’s luas diantara jaringan lunak di bagian leher dekat sternocleidomastoid.
Abses ini terbentuk dari mastoiditis akut yang mengalam erosi pada mastoid tip.
Gambar 20. CT scan dengan penambahan kontras pada pasien anak laki-laki yang diduga
mastoiditis. Hasil temuan mastoiditis dan trombosis sinus venosus dural.
Gambar 21. CT scan kontras dengan potongan anak laki-laki dengan mastoiditis kanan.
Tampak tulang temporal kanan sebuah fokus dari abnormal enhancement dengan sedikit low
attenuation consistent dan edema.
25
Gambar 22. CT scan laki-laki dengan mastoiditis kanandan delirium. Sebuah low attenution area
terlihat pada kanan lobus temporal mengandung a fleck gas(a). Potongan MRI setinggi axial T2
dilakukan 3 hari kemudian menemukan bahwa abses gas-containing pada lobus temporal
kanan yang berhubungan dengan air cells mastoid, tampak lebih besar dan meluas ke temporal
horn dari ventrikel lateral kanan.gas telah digantikan dengan cairan CSF dari ventrikel, CSF
mengalir dari ventrikel ke mastoid melalui abses (b). MRI potongan coronal setinggi T1
memberikan gambaran abses yang mengandung gas. CSF pada ventrikel lateral hampir
digantikan oleha gas. Pasien ini immunocompromised dan sedikit respon terhadap infeksi. Hal
ini mungkin menjelaskan mengapa kurangnya subependymal enhancement (c).
26
Gambar 23. nampak sebuah abses perisinus epidural pada MRI anak dengan
mastoiditis akut yang tidak terlihat pada CT scan.
27
BAB III
KESIMPULAN
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah
ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Pembuatan foto
radiologik untuk mastoiditis akut bisa menggunakan beberapa posisi, diantaranya posisi
Schuller atau Owen, dan posisi Chausse III.
Pada akut otitis media & mastoiditis akan ditemukan hilangnya radiolusen
dari tuba eustachi dan meatus acusticus media, gambaran radioopak antrum mastoid
dgn perkaburan batas luar dinding mastoid. Sedangkan pada proses kronik ditemukan
sclerosis dari mastoid air cell, merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn
sclerosis dari mastoid ( sulit membedakan dengan cholesteatoma ), abscess dinding
batas tegas, dapat menyebabkan extradural& intra cerebral sepsis. Komplikasi yang
serius diantaranya kolesteatom.
Radiologi CT Scan mampu menggambarkan dimanapun di intracranial
adanya suspek komplikasi atau perluasan. Bukti dari mastoiditis adalah
menggambarkan destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel udara mastoid.
Pemeriksaan MRI tidak rutin digunakan untuk evaluasi mastoid. Pemeriksaan
MRI adalah standar untuk mengevaluasi jaringan lunak yang berdampingan, lebih
spesifik, struktur intracranial dan untuk mendeteksi cairan yang terkumpul pada extra
axial serta mendeteksi kelainan yang berhubungan dengan masalah vascular.
Pemeriksaan MRI dapat membantu dalam merencanakan pengobatan operasi yang
efektif.
28