Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid pada


tulang temporal. Mastoiditis merupakan salah satu komplikasi intratemporal
Otitis Media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Lapisan epitel dari telinga
tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang melekat di
tulang temporal.
Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya
telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul
adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada
telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging
pada satu sisi telinga.
Mastoiditis akut dikaitkan dengan otitis media akut. Pada beberapa
pasien, infeksi menyebar di luar mukosa celah telinga tengah, dan mereka
mengembangkan osteitis dalam sistem sel-udara mastoid atau periosteitis dari
proses mastoid, baik secara langsung oleh erosi tulang melalui korteks atau
secara tidak langsung melalui vena dari mastoid.
Mastoiditis kronis paling sering dikaitkan dengan otitis media supuratif
kronis dan terutama dengan pembentukan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
agregat jinak dari epitel skuamosa yang dapat tumbuh dan mengubah struktur
normal dan fungsi jaringan lunak dan tulang sekitarnya. Proses destruktif ini
dipercepat dengan adanya infeksi aktif oleh sekresi enzim osteolitik oleh jaringan
epitel.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi ( 1 )
Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior
bernama aditus ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran,
setelah terjadi aerasi telinga tengah. Proses ini selesai pada saat seseorang
berumur 10 tahun. Sel udara mastoid terbentuk oleh invasi kantung berlapis
epitel antara spikula tulang baru dan oleh degenerasi dan redifferensiasi ruang
sumsum tulang yang ada. Bagian tulang temporal lainnya, termasuk apeks
petrosus dan akar zygomaticus, mengalami pneumatisasi yang sama. Antrum,
mirip dengan sel-sel udara mastoid, dilapisi dengan epitel respiratorius yang akan
membengkak bila terjadi infeksi. Penyumbatan antrum oleh mukosa yang
mengalami inflamasi memerangkap infeksi di sel udara dengan menghambat
drainase dan menghalangi aerasi kembali dari sisi tengah telinga.
Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah, saluran
nervus fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dan ujung petrosus tulang temporal.
Mastoiditis bisa mengikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu daerah yang
bersebelahan tersebut, menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan
penyakit yang mengancam jiwa.

Gambar 1. Tulang Mastoid

2
2.2 Definisi (2,3)
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi
pada telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke
dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid pada
tulang temporal. Keadaan tersebut terjadi biasanya paling sering disebabkan
komplikasi dari otitis media supuratif akut maupun kronik.
Mastoiditis terbagi menjadi, mastoiditis akut dan mastoiditis kronik.
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif akut,
sedangkan mastoiditis kronik merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
kronik.

2.3 Etiologi ( 1 )
Seperti kebanyakan proses infeksi, pertimbangkan faktor host dan mikroba
saat mengevaluasi mastoiditis. Faktor host termasuk imunologi mukosa, anatomi
tulang temporal, dan kekebalan sistemik. Faktor mikroba termasuk lapisan
pelindung, resistensi antimikroba, dan kemampuan untuk menembus jaringan
atau pembuluh lokal (yaitu, strain invasif). Karena pembersihan mastoid
bergantung pada antrum paten, resolusi tidak mungkin kecuali anatomi isthmus
ini dibuka dengan pembengkakan mukosa, yang jika dapat menciptakan reservoir
untuk infeksi.
Faktor Host ( 1 )
Kebanyakan anak-anak yang mengalami mastoiditis akut lebih muda dari
usia 2 tahun dan memiliki riwayat otitis media. Ini adalah usia di mana sistem
kekebalan tubuh relatif belum matang, terutama yang berkaitan dengan
kemampuannya untuk menanggapi tantangan dari antigen polisakarida.
Faktor anatomi host mungkin memiliki peran. Mastoid berkembang dari
outpouching sempit dari epitympanum posterior (yaitu aditus ad antrum).

3
Pneumatisasi terjadi segera setelah lahir, setelah telinga tengah menjadi aerasi,
dan proses ini selesai pada usia 10 tahun. Sel-sel udara mastoid diciptakan oleh
invasi kantung-kantung epitelium di antara spikula tulang baru dan oleh
degenerasi dan diferensiasi ulang dari ruang-ruang sumsum tulang yang ada.
Daerah lain dari pneumatik tulang temporal yang sama, termasuk apeks
petrosa dan akar zigomatik. Antrum, seperti halnya sel-sel udara mastoid, dilapisi
dengan epitelium pernapasan yang membengkak ketika ada infeksi.
Penyumbatan antrum oleh mukosa yang meradang menjebak proses infeksi
didalam sel-sel udara dengan menghambat drainase dan menghalangi reaerasi
dari sisi telinga tengah.
Infeksi akut yang persisten di dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
penghancuran trabekula tulang pembentuk sel mastoid (disebut dengan istilah
coalescent mastoiditis). Pada dasarnya, mastoiditis koalescent adalah empiema
tulang temporal yang, kecuali jika progreivitasnya dihambat, akan mengalir baik
melalui antrum untuk memberikan resolusi spontan atau menciptakan komplikasi
lebih lanjut dengan mengurasnya ke permukaan mastoid, apeks petrosa, atau
ruang intrakranial. Struktur tulang temporal atau struktur terdekat lainnya, seperti
saraf wajah, labirin, dan sinus vena, dapat terlibat.
Faktor Mikroba ( 1 )

Beberapa pathogen yang dilaporkan dapat menyebabkan mastoiditis adalah


sebagai berkut :

 Streptococcus pneumoniae
 Haemophilus influenzae
 Moraxella catarrhalis
 Staphylococcus aureus
 Pseuodomonas aeruginosa
 Klebsiella
 Escherichia coli
 Proteus

4
 Prevotella
 Fusobacterium
 Porphyromonas
 Bacteroides
 Mycobacterium species

2.4 Patogenesis (4)


Peradangan mukosa cavum timpani pada otitis media supuratif akut maupun
kronik yang sifatnya maligna (atikoantral) atau disebut juga tipe tulang
(kolesteatom) maka dapat menyebabkan komplikasi intra temporal berupa
mastoiditis, karena kolesteatom mampu mendestruksi tulang disekitarnya. Oleh
karena letak dari antrum mastoid pada dinding anteriornya berbatasan dengan
telinga tengah dan aditus ad antrum.
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media yang
paling sering dijumpai. Otitis media, khususnya yang kronik (otitis media
supuratif kronik) adalah infeksi telinga tengah yang ditandai dengan sekret
telinga tengah aktif atau berulang pada telinga tengah yang keluar melalui
perforasi membran timpani yang kronik. OMSK sukar disembuhkan dan
menyebabkan komplikasi yang luas. Umumnya penyebaran bakteri merusak
struktur sekitar telinga dan telinga tengah itu sendiri. Komplikasi intratemporal
yaitu mastoiditis, labirintis, petrositis, paralisis n. facialis; dan ekstratemporal
meliputi komplikasi intrakranial (abses subperiosteal, abses bezold’s) dan
intrakranial (meningitis, abses otak, sinus trombosis).

5
Gambar 2. Mastoiditis akut
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteoitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel
mastoid. Oleh karena itu istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis
coalescent pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan
menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat,
baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan
resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoid secara tidak wajar, apeks
petrosus, atau ruang intrakranial. Tulang temporal lain atau struktur didekatnya
seperti nervus fasiais, labirin, sinus venosus dapat terlibat. Mastoidtis dapat
berlangsung dalam 5 tahapan :
 Tahap 1 : hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
 Tahap 2 : trasudasi dan eksudasi cairan dan atau nanah dalam sel-sel
 Tahap 3 : nekrosis tulang yang disebabkan hilangnya vaskularitas
septa
 Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan
(coalescence) menjadi rongga abses
 Tahap 5 : proses inflamasi berlanjut ke struktur yang berdekatan.

2.5 Manifestasi Klinis(1)


Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis.
Mastoiditis akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan
dengan otitis media akut (AOM) dan sering menyebabkan demam.

6
Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.
 Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada
pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik.
 Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling
konsisten yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan
mastoideus telah terjadi.
 Demam
 Nyeri
o Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya
lebih buruk pada malam hari.
o Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus.
Temuan ini mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.
 Kehilangan pendengaran dapat terjadi.
o Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah
telinga.
o Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang
berulang.
 Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilangan
nafsu makan dan iritabilitas.

2.6 Pemeriksaan Fisik ( 1 )


Temuan pada mastoiditis akut dan kronis termasuk penebalan periosteal,
abses subperiosteal, otitis media, dan tonjolan nipplelike (seperti puting) dari
membran timpani pusat. Menentukan adanya penebalan periosteal memerlukan
perbandingan dengan bagian telinga yang lain. Perubahan posisi dari daun telinga
ke arah bawah dan ke luar (terutama pada anak-anak <2 tahun) atau ke atas dan
ke luar (pada anak-anak <2 tahun) dapat ditemukan. Abses subperiosteal
merubah posisi aurikel ke lateral dan melenyapkan lipatan kulit postauricular.
Jika lipatan tetap ada, proses ini terjadi di lateral periosteum. Otitis media terlihat
pada pemeriksaan dengan otoskop.

7
Tonjolan nipplelike dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya
disertai rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi)
dapat terjadi pada pasien dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten.
Kondisi ini dapat menyebabkan demam, sakit telinga, dan komplikasi lain

Tanda-tanda mastoiditis akut adalah sebagai berikut:


o Bulging membran timpani yang erythematous
o Eritema, tenderness, dan edema di atas area mastoid
o Fluktuasi postauricular
o Tonjolan dari aurikula
o Pengenduran dinding kanalis posterosuperior
o Demam (terutama pada anak-anak <2 tahun)
o Otalgia dan nyeri retroauricular (terutama pada anak-anak <2 tahun)

Temuan pada mastoiditis kronis mungkin konsisten dengan komplikasi


ekstensi ke luar prosesus mastoideus dan periosteum yang mengelilinginya atau
dengan komplikasi lain intratemporal seperti lumpuh wajah.

Tanda-tanda meliputi:
o Membran timpani terinfeksi atau normal
o Demam berulang atau persisten
o Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mastoideus

Pemeriksaan neurologis umumnya menghasilkan temuan nonfocal. Namun,


keterlibatan saraf kranialis dapat terjadi pada penyakit lanjut.

Tanda-tanda meliputi:
o Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)
o Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)
o Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal.
o

8
2.7 Diagnosis (5,6)
Penegakan diagnosis otitis media ini didasarkan atas pemeriksaan klinis
(anamnesis dan pemeriksaan otologik) serta untuk mengetahui ada tidaknya
komplikasi melalui pemeriksaan radiologik (foto polos, CT scan, dan MRI
mastoid). Imaging yang terbaik untuk menilai penyakit kronik telinga tengah dan
tulang temporal (mastoid) termasuk kolesteatom adalah CT scan karena
memperlihatkan destruksi tulang.
Radiologi konvensional os temporal masih banyak digunakan di daerah ataum
tempat dimana tidak terdapat CT scan dan MRI. Radiografi konvensional
digunakan dalam skrinning tulang temporal dan menentukan status pneumatisasi
dari mastoid dan petrous piramid. Metode ini memungkinkan digunakan untuk
lesi besar yang meluas ke tulang temporal. Proyeksi standar os temporal meliputi
proyeksi Schuller, Runstrom, Stenvers, transorbital, submentovertikal, Law,
Mayer, Towne, Chausse III. Semua proyeksi tersebut dulu masi digunakan
namun saat ini yang terbanyak digunakan untuk kepentingan klinik adalah lateral
atau Schuller dan obliq atau Stenvers.
Diagnosa mastoiditis akut dimulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa biasa ditegakkan berdasarkan kondisi klinis tanpa pemeriksaan
radiologis. Foto polos akan menunjukkan perselubungan pada mastoid atau
koalesen pada air cells mastoid (rusaknya struktur septum tulang yang tipis
akibat peningkatan tekanan dan iskemia). Perselubungan pada mastoid bukanlah
suatu tanda patognomonis untuk mastoiditis, karena gambaran ini juga
ditemukan pada 50% penderita dengan OMA tanpa komplikasi. Meskipun
gambaran koalesen pada mastoid pada pemeriksaan radiologi memiliki nilai
diagnostik, gambaran ini hanya ditemukan pada sejumlah kecil penderita.
Bahkan pada beberapa kasus, dilaporkan gambaran radiolodi normal pada
penderita mastoiditis akut dan mastoiditis dengan komplikasi.

9
2.8 Gambaran Radiologi, CT-Scan dan MRI Mastoid (7)
Tulang temporal merupakan bagian paling kompleks dari keseluruhan struktur
tubuh kita. Pemeriksaan gangguan pada tulang temporal secara konvensional
masih berlaku di seluruh dunia. CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu
metode pencitraan radiologi untuk sebagian besar penyakit pada telinga dan bila
ada kerusakan pada tulang temporal. Pada penyakit pengikisan tulang, seperti
otitis media kronik dengan kolesteatom, CT dengan pengaturan jendela tertentu
akan memberikan sumber informasi yang akurat. CT dengan penggunaan cairan
kontras yang disuntikan pada vena telah digunakan secara terus menerus pada
pemeriksaan cerebellopontine angle masses. Peralatan pencitraan lain untuk
tulang temporal ini meliputi superlatif angiography.
A. Gambaran Radiologi

10
Gambar 3. Gambar Radiologi Tengkorak
Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat
serta dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar
untuk menilai tulang temporal, yaitu:
1. Posisi Schuller (8)
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi
foto dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar X ditujukan dengan sudut 30° cephalo-caudad.
Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi
dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar
tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan sinus
lateralis.
Posisi Pasien (9)
 Pasien diposisikan prone.
 Berikan tanda letak Mastoid yang akan diperiksa pada 2,5 cm posterior dari
MA sebagai CP

11
 Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :
o MSP kepala sejajar dengan bidang film
o IPL tegak lurus dengan bidang film
o IOML sejajar dengan bidang film
 Pastikan tidak terjadi pergerakan kepala dengan melakukan fiksasi
 Letakkan CP agar terproyeksi dipertengahan film, pada daerah 2,5 cm
posterior MAE.
 Central Ray diarahkanmenyudut 25° caudally menembus pertengahan film.

Gambar 4. Posisi pasien pada teknik Schuller

Kriteria Gambaran (9)


Tampak bagian os mastoid dan sebagian os petrosum dipertengahan film
Mastoid air cells tampak di bagian posterior petrous ridge
TMJ tampak di bagian anterior petrous ridge
Bagian mastoid danpetrossum yang tidakdiperiksaterproyeksi di bagian
inferior
Tampak marker R/L di tepi film.

12
Gambar 5. Posisi Schuller

13
2. Posisi Owen (8)
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi
dibuat dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah
diputar 30° menjauhi film dan berkas cahaya sinar X ditujukan dengan sudut
30°-40° cephalocaudad. Umumnya posisi Owen dibuat untuk memperlihatkan
kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagian-bagian tulang
pendengaran dan sel udara mastoid.

Gambar 6. Posisi Owen

3. Posisi Chausse III ( 8)


Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga
tengah. Proyeksi dibuat dengan dengan oksiput terletak di atas meja
pemeriksaan, dagu ditekuk ke arah dada lalu kepala diputar 10°-15° ke arah
sisi berlawanan dari telinga yang akan diperiksa.
Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral
mastoid. Posisi Chausse III ini merupakan posisi radiologik konvensional
yang paling baik untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk
pemeriksaan otitis kronik dan kolesteatoma.

14
Gambar 7 . Posisi Chausse III

Pembuatan foto radiologik untuk mastoiditis akut biasanya dipakai posisi


Schuller atau Owen, sedangkan posisi Chausse III dipakai untuk melihat
ruang telinga tengah. Dengan posisi-posisi ini dapat dilihat dengan jelas
perselubungan sel udara mastoid, destruksi trabekulae atau erosi sinus plate.
Gambaran radiologik mastoiditis akut bergantung pada lamanya proses
inflamasi dan proses pneumatisasi tulang temporal.
Biasanya mastoid akut tak terjadi pada mastoid yang acellulair. Gambaran
dini mastoiditis akut adalah berupa perselubungan ruang telinga tengah dan
sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus berlangsung akan terjadi
perselubungan yang difus pada kedua daerah tersebut. Pada masa permulaan
infeksi biasanya struktur trabekulae dan sel udara mastoid masih utuh, tetapi
kadang-kadang dengan adanya edema mukosa dan penumpukan cairan
seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan trabekulasi sel udara
mastoid. Bersamaan dengan progresivitas infeksi, maka akan terjadi
demineralisasi diikuti dengan destruksi trabekulae dimana pada proses
mastoid yang hebat akan terjadi penyebaran ke arah posterior menyebabkan
tromboflebitis pada sinus lateralis.

15
Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau
media, maka pemeriksaan computerized tomography (CT) merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut di mana pada pemeriksaan
CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi intrakranial.
Akut otitis media & mastoiditis :
 Hilangnya radiolusen dari tuba eustachi dan meatus acusticus media
 Gambaran radioopak antrum mastoid dgn perkaburan batas luar dinding
mastoid.

Gambar 8. Mastoiditis akut. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan agak


difus serta sedikit destruksi trabekulasi bagian superior.

Gambaran radiologik pada mastoditis kronik terdiri atas perselubungan


yang tidak homogen pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta
perubahan yang bervariasi pada struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi
pada mastoid akan menyebabkan penebalan struktur trabekulasi diikuti
demineralisasi trabekulae, pada saat ini yang tampak pada foto adalah
perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara yang berkurang serta
struktur trabekulae yang tersisa tampak menebal.

16
Jika proses inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel
udara mastoid dan biasanya mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang
lumen antrum mastoidikum dan sisa sel udara mastoid akan terisi jaringan
granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai perselubungan.

Gambar 9. Mastoiditis kronik. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan tidak


homogen serta adanya penebalan trabekulasi.

Kronik :
Sclerosis dari mastoid air cell
Merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn sclerosis dari mastoid
(sulit membedakan dengan cholesteatoma ) . Abscess dinding batas tegas
Dapat menyebabkan extradural & intra cerebral sepsis
Komplikasi yang serius ialah Cholesteatoma.

17
Tabel 1. Deskripsi pada pemeriksaan radiologik mastoid

Observation Description
Pneumatic  Air cells cover mastoid
 Air cells seen beyond dural and sinus plates
Moderate  Air cells cover mastoid
 Air cells not seen beyond dural and sinus plates
Sclerotic  Absence of air cells
 Whole antrum appears small in size
 Marked radiopacity
 Can be seen in individuals sufferingg from chronic otitis
media as well as in normal individuals
Radiolucent mastoid  Single radiolucent shadow is seen. It can be present in
sclerotic as well as normal mastoid
 Differential diagnosis:
 Cholesteatoma
 Operated mastoidectomy
 Large antral cell
 Large peri-antral cell
 Malignancy
 Chronic mastoiditis with granulations
 Eosinophilic granuloma
 Tuberculosis
 Multiple myeloma
 Skull metastases from kidney, bronchus, breast etc.

18
B. Gambaran CT-Scan mastoiditis (1)
Computed Tomograpghy (CT) dapat berperan dalam penegakan diagnosa
mastoidtis, terutama jika terjadi komplikasi intrakranial atau pada pasien yang
diduga menderita mastoiditis terselubung. Gambaran yang dapat ditemui pada
CT-scan antara lain :
1. Rusak atau kaburnya outline mastoid
2. Berkurang atau menghilangnya ketajaman septum tulang yang semakin
memperluas air cells. Terkadang lesi litik pada tulang temporal dan abses
jaringan lunak juga dapat terlihat.perselubungan di daerah yang secara
normal mengalami pneumatisasi (yang juga terlihat pada OMA tanpa
komplikasi) tidak memiliki nilai diagnostik. Gambaran destruksi tulang
akan tampak secara radiograf bila demineralisasi tulang mencapai 30-
50%.
Jika pada CT scan hanya nampak perselubungan, maka bone scan dengan
technetium 99 akan sangat bermanfaat karena metode ini sensitif terhadap
perubahan osteolitik. Menggunakan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara
dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi
oleh udara) dan melebar. Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah
fossa kranii posterior atau media maka pemeriksaan CT Scan merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut yakni dapat ditemuinnya
defek tulang dengan lesi intrakranial.
CT Scan pada tulang temporal merupakan standar pada pemeriksaan
mastoiditis. Sensitivitas CT scan pada mastoiditis adalah 87-100%. CT scan
menggambarkan dimanapun di intrakranial Komplikasi atau perluasan. Bukti
dari mastoiditis adalah gambaran destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman
sel udara mastoid.
Plain radiografi kurang dapat dipercaya dan penemuan gejala klini sering
terlambat. Pada daerah yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi
menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute
mastoiditis. Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat menegakkan

19
diagnosis namnu kurang sensitif dalam membedakan staging dari penyakit
dan tidak bisa membedakan detail-detailnya.
Temuan lainnya yang digunakan untuk membedakan acute otitis media dan
acute mastoiditis tanpa osteoitis dan chronic mastoiditis :
 Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan
telinga tengah. Ini disebabkan oleh inflamasi pembengkakan mukosa dan
terkumpulnya cairan.
 Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena
demineralisasi, atrofi, atau nekrosis dari tulang septa.
 Kekaburan atau distorsi dari mastoid, kemungkinan dengan defek yang
tampak dari segmen atau korteks mastoid
 Peningkatan dari pembentukan area abses
 Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa kranial posterior
 Aktivitas osteoblastik pada mastoiditis kronik

Gambar 10. CT scan mastoiditis akut

Pada otitis media kronik maupun kolesteatom sering ditemukan


pneumatisasi yang buruk pada mastoid. Hal penting yang dapat digunakan
untuk membedakannya adalah kondisi erosi tulang. Erosi tulang pada dinding
lateral epitimpanium dan ossicular sering ditemukan pada kolesteatoma

20
(75%). Erosi juga dapat ditemukan pada passien otitis media kronik, namun
hanya 10%nya. Displacement dari ossicular chain dapat ditemukan pada
cholestetoma, namun tidak pada otitis media kronik. Pada otitis media kronik
ditemukan penebalan lapisan mukosa.

Gambar 11. axial CT menggambarkan kuantitas tulang pada telinga kanan yang
terbatas

Gambar 12. Mastoiditis akut

21
Gambar 13. Mastoiditis dengan sigmoid sinus trombosis

Gambar 14. Kiri : Gambaran CT scan mastoid laki laki dengan pneumatisasi normal pada
mastoid dengan aerasi sel. Kanan : gambaran sklerotik total mastoid. Tidak tampak air cells.

22
Gambar 15. Gambaran CT scan laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan retraksi membran dan
otorea telinga kiri. Gambaran CT scan memperlihatkan gambaran erosi dari proces incus dan
stapedius. Semua temuan ini mengarahkan ke colesteatoma, namun pada saat opertatif
temuannya adalah mastoiditis kronik, tidak didapatkan kolesteatom. Pasien dengan mastoidtis
kronik sejumlah kecil memperlihatkan erosi tulang .

Gambar 16. Potongan CT scan koronal dari pasien mastoiditis kronik pada gambar 9, tampak
blunt scutum (ditunjukkan dengan panah)

23
Gambar 17. Axial (a) dan coronal (b) CT scan mastoid. Pada mastoid kanan nampak air cells
dengan aerasi baik dan septa penulangan dapat terlihat dengan jelas dibandingkan dengan
mastoid kiri yang tamapak opasitas. Pada mastoid kiri terlihat hilangnya septa dari tulang
mastoid dan juga erosi pada dinding kortikal ke dalam fossa krania media. Didapati pula soft
tissue swelling sepanjang prosesus mastoideus.

Gambar 18. Axial (a) soft tissue window dan axial (b) bone window dari kepala. Sejumlah cairan
dengan peningkatan densitas terlihat di kanan mastoid, menandakan abses subperiosteal. Pada
bone window didapatkan opasitas dari air cells bilateral sering dijumpai pada anak-anak.
Tampak resopsi septa tulang pada kanan dkorteks luar mastoid. Tulang mengalami erosi dan
membentuk abses superficial.

24
Gambar 19. CT scan kepala dan leher dengan penambahan kontras memberikan gambaran
sebuah abses Bezold’s luas diantara jaringan lunak di bagian leher dekat sternocleidomastoid.
Abses ini terbentuk dari mastoiditis akut yang mengalam erosi pada mastoid tip.

Gambar 20. CT scan dengan penambahan kontras pada pasien anak laki-laki yang diduga
mastoiditis. Hasil temuan mastoiditis dan trombosis sinus venosus dural.

Gambar 21. CT scan kontras dengan potongan anak laki-laki dengan mastoiditis kanan.
Tampak tulang temporal kanan sebuah fokus dari abnormal enhancement dengan sedikit low
attenuation consistent dan edema.

25
Gambar 22. CT scan laki-laki dengan mastoiditis kanandan delirium. Sebuah low attenution area
terlihat pada kanan lobus temporal mengandung a fleck gas(a). Potongan MRI setinggi axial T2
dilakukan 3 hari kemudian menemukan bahwa abses gas-containing pada lobus temporal
kanan yang berhubungan dengan air cells mastoid, tampak lebih besar dan meluas ke temporal
horn dari ventrikel lateral kanan.gas telah digantikan dengan cairan CSF dari ventrikel, CSF
mengalir dari ventrikel ke mastoid melalui abses (b). MRI potongan coronal setinggi T1
memberikan gambaran abses yang mengandung gas. CSF pada ventrikel lateral hampir
digantikan oleha gas. Pasien ini immunocompromised dan sedikit respon terhadap infeksi. Hal
ini mungkin menjelaskan mengapa kurangnya subependymal enhancement (c).

C. Gambaran MRI Mastoiditis (1)


Magnetic Resonance Imaging (MRI) sering digunakan pada pasien dengan
gejala klinis atau penemuan CT mengarah ke komplikasi intrakranial. MRI
tidak rutin digunakan untuk evaluasi mastoid.
MRI adalah standar untuk mengevaluasi jaringan lunak yang
berdampingan, lebih spesifik, intracranial struktur dan untuk medeteksi cairan
yang terkumpul ekstra axial dan yang berhubungan dengan masalah vaskular.
MRI membantu dalam merencanakan pengobatan operasi yang efektif.
MRI lebih sensitif dari radiografi konvensional, tetapi kurang sensitif
dinadingkan dengan CT scan resolusi tinggi karena keterbatasan MRI dalam
mengambbarkan tulang.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dianjurkan dengan kecurigaan
trombosis vaskular sebagai salah satu komplikasi dari mastoiditis. Lateral
venous sinus trombosis sering dikaitkan dengan mastoiditis. Namun pda
beberapa kasus lateral sinus trombosis ipsilateral, tidak didapatkan
mastoiditis. Sebuah penelitian pada Auckland Hospital melaporkan dari 23
kasus lateral sinus trombosis, kelainan ini tidak ditemukan adanya hubungan
klinis antara lateral sinus trombosis dengan mastoiditis (p<0.001)5.

26
Gambar 23. nampak sebuah abses perisinus epidural pada MRI anak dengan
mastoiditis akut yang tidak terlihat pada CT scan.

27
BAB III
KESIMPULAN

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah
ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Pembuatan foto
radiologik untuk mastoiditis akut bisa menggunakan beberapa posisi, diantaranya posisi
Schuller atau Owen, dan posisi Chausse III.
Pada akut otitis media & mastoiditis akan ditemukan hilangnya radiolusen
dari tuba eustachi dan meatus acusticus media, gambaran radioopak antrum mastoid
dgn perkaburan batas luar dinding mastoid. Sedangkan pada proses kronik ditemukan
sclerosis dari mastoid air cell, merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn
sclerosis dari mastoid ( sulit membedakan dengan cholesteatoma ), abscess dinding
batas tegas, dapat menyebabkan extradural& intra cerebral sepsis. Komplikasi yang
serius diantaranya kolesteatom.
Radiologi CT Scan mampu menggambarkan dimanapun di intracranial
adanya suspek komplikasi atau perluasan. Bukti dari mastoiditis adalah
menggambarkan destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel udara mastoid.
Pemeriksaan MRI tidak rutin digunakan untuk evaluasi mastoid. Pemeriksaan
MRI adalah standar untuk mengevaluasi jaringan lunak yang berdampingan, lebih
spesifik, struktur intracranial dan untuk mendeteksi cairan yang terkumpul pada extra
axial serta mendeteksi kelainan yang berhubungan dengan masalah vascular.
Pemeriksaan MRI dapat membantu dalam merencanakan pengobatan operasi yang
efektif.

28

Anda mungkin juga menyukai