Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’ Mastoiditis ‘’

OLEH:

RIRIN SAPITRI
DARLIA AN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI POLEWALI


TAHUN AKADEMIK 2018-2019
MASTOIDITIS

A. Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi
pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalahsegala proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu
infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner
dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus
(tulang yang menonjol dibelakang telinga) yang berlangsung cukup lama.
Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan
komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah
sambungan dari lapisan epitel sel – sel mastoid udara yang melekat ditulang
temporal. ( Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,
menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis). (Parakrama, 2006)

B. Anatomi fisiologis
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah
dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang
pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester
pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk
sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas. Secara embriologi telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial
pertama dan kedua, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga
suaru bagian dapat mengalami kelainan, sementara bagian lain berkembang
normal. Pada kebanyakan kasus telinga luar dan tengah mengalami kelainan
kongenital bersama-sama, sedangkan koklea berkembang normal. Hal ini
memungkinkan rehabilitasi pendengaran pada kebanyakan kelainan telinga
kongenital.
1. Telinga bagian luar (Auris Eksterna)
a. Aurikula (Daun Telinga)
Menampang gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam
telinga.
b. Meatus Akustikus Eksterna
Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani, panjangnya ± 2,5
cm terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan
sekret – sekre berbentuk serum.
c. Membrane Timpani
Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga
yang disebut membrane timpani
2. Telinga Bagian Tengah (Auris Media)
a. Cavum Timpani
Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran
yang terdiri dari malius, inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam
membrane timpani dan bagian dasar tulang Stapes membuka pada
fenestra ovalise.
b. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian samping
dari cavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa merupakan
lanjutan dari lapisan mukosa cavum timpani, rongga ini berhubungan
dengan beberapa rongga kecil yang disebul sellula mastoid yang terdapat
dibelakang bawah antrum didalam tulang temporalis dan andanya
hubungan ini dapat mengakibatkan menjalarnya proses radang.
c. Tuba Auditiva Eaustaki
Saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring ke bawah
agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.
3. Telinga bagian dalam (Auris Interna)
Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan dinamakan perilimfe.
a. Vestibulum
Bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra
ovale dan venestra rotundum dan pada bagian belakang atas menerima
muara canalis seminisirkularis
b. Cochlea
Berbentuk seperti rumah siput, pada cochlea ini ada 3 pintu yang
menghubungkan cochlea dengan vestibullum, cavum timpani dan canalis
cochlearis.
c. Labirintus Membranosus
1. Utrichulus
Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada
tempatnya oleh jaringan ikat, disini terdapat saraf (nervus akustikus)
pada bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong disebut
makula akustica utricula
2. Sachulus
3. Duktus Semi Sirkularis
4. Duktus Cochlearis

C. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus /
pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga
seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan
bersarang yang dapat menyebabkan infeksi . Menyebarnya infeksi dari
telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara
mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut
yang di deritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme
penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella
catarrhalis, streptococcus group-A dan staphylococcus aureus,
streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita
mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.
D. Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
1. Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari
otitis media akut suppurative.
2. Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan
penyakit telinga kronis.
3. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian
mastoid.
4. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi
di organ tubuh yang lain.

E. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya di awali dengan otitis media yang tidak
ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma
yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar
membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk
kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur.
Kantung dapat melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak di
tangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisisnervus
fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan
keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik,
peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui
saluran aditus adantrum. Mastoiditis di bagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak
(benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan
berlanjut ke dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi
meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta
mungkin juga terjadi hidrosefalus.
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka
yang menelantarkan otitis media akut yang di deritanya. Penyakit ini berkaitan
dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim
adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus
hemlytiens, pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus,
streptococcusviridans.

f. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien
yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran
dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid
akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga
yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi
telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan
penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka
kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi
gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung
sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan
otak

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
a. Pemberian antibiotik sistemik
b. Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau
menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
c. Pembedahan
1. Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga
tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra
cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan congkok
membran timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan
tujuan skundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki
pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai
teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu pencangkokan (kulit, fasia,
membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog,
kartilago dan aloplastik).
2. Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan
mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi,
menciptakan telinga yang kering dan aman.

2. Penatalaksanaan keparawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:
a. Perawatan Pre-operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk
menjalani tympanoplasty.
b. Perawat post operasi
Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) sepertilodoform
gauze (nauga-uze) dimalut dalam kanal audiotori.
c. Terapi konservatif
Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta
membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat
praktek.
d. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik
dan steroid.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2. Foto Mastoid
3. Kultur Bakteri Telinga
4. MRI
5. CT Scant
6. Radiologi
7. Tympanocintesis & myringotomi

J. Pengkajian keperawatan
pengkajian yang dilakukan antara lain:
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang engan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa
penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid.
Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di
telinga dan demam hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid
c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

K. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:
1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan
pendengaran.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori auditoris.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Kesimpulan
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan
peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis)
Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian
tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis
kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak
(benigna) dan bentuk ganas (maligna)
Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati
secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel
udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik

Saran
Penulis menghimbau kepada semua pembaca pada umumnya dan
mahasiswa S1 keperawatan stikes biges pada khususnya agar selalu menjaga
kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena
otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada prosesus
mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC

Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Jakarta: EGC

Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

http://ndrie-askep.blogspot.com/2009/08/askep-mastoiditis.html

Anda mungkin juga menyukai