Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalahsegala proses
peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah
inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak
diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama.Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal. ( Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,menimbulkan
peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis).
(Parakrama, 2006)

B. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang
dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta
bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media
akut yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella
catarrhalis,streptococcus groupA dan staphylococcus aureus ,streptococcus
aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak
adalah streptococcus pnemonieae.
C. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani
dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan
nanah menggumpal disel-sel udara mastoid Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan
pembentukan kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam
(epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran
timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha
sebaseur. Kantung dapat melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak
ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisisnervus fasialis.
Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi
telinga dalam) dan absesotak . Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media
supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid
melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak
(benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke
dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat
terjadi meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta
mungkin juga terjadi hidrosefalus Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien
imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya.
Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab
yang lazim adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus
hemlytiens, pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus, streptococcusviridans.

D. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang
masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul
atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga
tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika
demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada
infeksi mastoid lebih besar.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy
cairan, bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan
anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining.Jika selaput anak telinga yang
sudah berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase
cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan
bukan eksternal kanal. Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat
membantu memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya
dikumpulkan untuk kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus
pilihan terapi.
a. Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.
b. Darah budaya harus diperoleh.
c. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi.
d. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan
proses diduga.
2. CT Scan dan MRI Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda
mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid.
Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau
komplikasi yang dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan
kekaburan atau kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya
ketajaman dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan
menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah
membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.
Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di
belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain
radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan
kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi
untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari
penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar. Temuan
berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis akut
mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
a. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir.
Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan
cairan.
b. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization,
atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa
c. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat
dari tegmen atau mastoid bozonty
d. Peningkatan bidang formasi abscess
e. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung dgn
tengkorak
f. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis
g. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan
yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan
untuk mengevaluasi mastoid.
h. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya
struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan
vascular yang terkait masalah.
i. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.
3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan,
diikuti dengan terapi antibiotik.
4. Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.
Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang secara khusus dan sedotan
perangkap memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum
tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu.
5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali, aspirate cairan
dari anterior setengah dari selaput anak telinga.
6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika intracranial perpanjangan
dari infeksi diduga.
a. Pemeriksaan Darah
b. Foto Mastoid
c. Kultur Bakteri Telinga
d. MRI dan CT Scan untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid
e. Radiologi
f. Tympanocintesis & myringotomi
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan
supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2. Pembedahan
a) Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah,
dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease dari
tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan
memulihkan pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan
rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilamana
mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu
pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi
(osikula homolog, kartilago dan aloplastik).
b) Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi
adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang
kering dan aman.
b. Penatalaksanaan keperawatan
pada klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Perawatan Pre-operasi Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang
dijatwalkan untuk menjalani tympanoplasty.
2. Perawat post operasi Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze)
sepertilodoform gauze (naugauze) dimalut dalam kanal audiotori.
3. Terapi konservatif Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta
membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktek.
4. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan
steroid.

G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi
gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem
saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan
arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
A. Anamnesa
1) Identitas Klien
Nama : Nama Lengkap Klien
Umur : Rata-rata usia yang terkena penyakit mastoiditis antara 6-13 bulan.
Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa terkena penyakit mastoiditis.
2) Keluhan utama : Rasa nyeri di telinga.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik
nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau
dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
5) Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid

c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah ke auditory canal

d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

6) Pola Fungsi Kesehatan


o Pola istirahat dan tidur: Nyeri yang diderita klien dapat mengakibatkan pola istirahat dan tidurnya
terganggu.
o Pola aktivitas: Nyeri yang dialami klien dapat membatasi gerak.
7) Pemeriksaan Penunjang
a. Periksa Darah
b. Foto Mastoid

c. Kultur Bakteri Telinga

d. Laboratorium: Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan.
Specimen tersebut harus dikirim untuk kultur kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram
staining, dan asam-cepat staining.

e. CT Scan dan MRI: untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

f. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti dengan


terapi antibiotik.

g. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.

8) Review Of System pada klien Mastoiditis


o B1 Breath :-

o B2 Blood : sekresi nanah

o B3 Brain : pusing

o B4 Bladder :-

o B5 Bowel : mual

o B6 Bone : nyeri pada tulang mastoid

B. Analisa Data
1. Data Subyektif
Tanda dan gejala utama infeksi telinga adalah nyeri dan hilangnya pendengaran. Data harus
disertai pernyataan mulai serangan, lamanya, tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya
tekanan kepada kulit dinding yang sangat sensitif dan kepada membrane timpany oleh cairan
getah radang yang membentuk di dalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan
di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara hal ini menyebabkan pendengaran
berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
2. Data Obyektif
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi
pada telinga luar menimbulkan nyeri. Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga,
karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membrane saluran
timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat keabu-abuan. Untuk
visualisasi telinga luar dan gendang telingadigunakan otoskop, bagian yang masuk ke telinga
disebut spekulum (corong) dan dengan ini gendang telingadapat terlihat. Untuk pengkajian yang
lebih cermat dapat dipakai kaca pembesar. (Long, 1996).
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri teratasi
Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri turun
c. Wajah pasien tampak rileks
No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, Mengetahui ketidakefektifan intervensi
intensitas
2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan Mengalihkan perhatian pasien terhadap


ciptakan lingkungan yang nyeri dan mengurangi nyeri
tenang
4 Bersihkan pus dengan cara Mencegah infeksi berlebih
irigasi telinga
5 Ajarkan tekhnik pembersihan Memberi informasi kepaada keluarga
telinga dengan irigasi dan klien dalam mengurangi infeksi
berlebih.
5 Kolaborasi pemberian Dapat mengurangi nyeri, membunuh
analgesik, antibiotika, dan anti kuman dan mengurangi peradangan
inflamasi sesuai indikasi sehingga mempercepat penyembuhan

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tubuh dapat normal (360-370C)
Kriteria Hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)
b. Kulit tidak teraba hangat
c. Wajah tidak tampak merah
d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional
1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien
3. Ajarkan kompres hangat dan Untuk menurunkan panas tubuh dan
banyak minum mengganti cairan tubuh yang hilang
4. Kolaborasi dengan pemberian Untuk menurunkan panas
antipiretik

3. Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mendengar dengan baik
Kriteria Hasil : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum
b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat
No Intervensi Rasional
1. Kaji tentang ketajaman Menentukan seberapa baik tingkat
pendengaran pendengaran klien
2. Diskusikan tipe alat bantu Untuk menjamin keuntungan maksimal
dengar dan perawatannya yang
tepat
3. Bantu pasien berfokus pada Untuk memaksimalkan pendengaran
semua bunyi di lingkungan dan
membicarakannya hal tersebut

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko infeksi dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum Mengetahui keadaan umum pasien
pasien selama 24 jam
2. Anjurkan pentingnya cuci Mencegah penularan penyakit
tangan
3. Ajarkan prosedur mencuci Mencegah infeksi berlanjut
telinga luar
4. Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman, sehingga
profilaksis tidak menularkan penyakit terus-menerus

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil : pasien tidak mengalami cidera fisik
No Intervensi Rasional
1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan penedengaran tidak
meluas
2. Meminimalkan tingkat Berhubungan dengan kehilangan
kebisingan di unit perawatan pendengaran
intensif
3. Lakukan upaya keamanan
seperti ambulasi terbimbing Untuk mencegah pasien jatuh akibat
4. Kolaborasi dengan pemberian gangguan keseimbangan
obat antiemetika Mengurangi nyeri kepala sehingga
Antiemetika terhindar dari jatuh

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping.
b. Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional
1. Informasikan pasien tentang Kembangkan rasa percaya/ hubungan,
peran advokat perawat intra turunkan rasa takut akan kehilangan
operasi kontrol pada lingkungan yang asing
2. Identifikasi tingkat rasa takut Rasa takut yang berlebihan/ terus-
yang mengharuskan dilakukan menerus akan mengakibatkan reaksi
penundaan prosedur stress yang berlebihan, risiko potensial
pembedahan dari pembalikan reaksi terhadap
prosedur/ zat-zat anestesi
3. Cegah pemajan tubuh yang Pasien akan memperhatikan masalah
tidak diperlukan selama kehilangan harga diri dan
pemindahan ataupun pada ketidakmampuan untuk melatih kontrol
tulang operasi
4. Berikan petunjuk/ penjelasan Ketidakseimbangan dari proses
yang sederhana pada pasien pemikiran akan membuat pasien
yang tenang menemui kesulitan untuk memahami
petunjuk-petunjuk yang panjang dan
berbelit-belit
5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan
meningkatkan ansietas
6. Berikan obat sesuai petunjuk, Untuk meningkatkan tidur malam hari
misal; zat-zat sedatif, hipnotis sebelum pembedahan; meningkatkan
kemampuan koping
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT MASTOIDITIS

DI SUSUN OLEH

DADANG SURONO

201601009

CI LAHAN
CI INSTITUSI

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU PRODI SI


KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai