Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


MASTOIDITIS

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ners

Disusun Oleh:
ASMITA NUR’ANI
20170305019

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2017
A. Definisi

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi


pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalah segala proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu
infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.
(Brunner dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus


(tulang yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama.
Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan
komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah
sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara yang melekat ditulang
temporal.

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari


kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang
dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan
mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang
(osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya
mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum.

B. Etiologi Penyebab dan Faktor Predisposisi

Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah,
bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang
didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan Streptococcus
aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini.

Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti


masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang
kemudian dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan
telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat
infeksi traktus respiratorius.

Beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah


faktor tubuh penderita (imunitas) dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat
dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua
tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti
bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.

C. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan
lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-
pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya
pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks
mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam
telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa
pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan
penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka
kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam
telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
D. Patofisiologi

Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang


tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis
media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.

Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma


yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan
luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral
membentuk kantung luar yang akan berisikulit yang telah rusak dan baha
sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid.
Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan
paralisis nervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau
gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak .

Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik,


peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui
saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi2 macam, yaitu bentuk
jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan
berlanjut ke dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi
meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta
mungkin juga terjadi hidrosefalus.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka


yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini
berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab
yang lazim adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu
streptococcus hemlytiens, pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus,
strepto coccus viridans.
E. Pathway

Kuman aerob

Gram negative : proteus,


Gram positif : pseudomonas spp Bakterioides spp
S pyogenes dan E colli,
S. aureus kuman anaerob

Timbul Infeksi pada telinga

Rinogen dari penyakit


Eksogen infeksi dari Endogen
ronggga hidung dan
luar melalui perforosi alergi,DM, TBC
sekitarnya
membrane tympani paru

Peradangan pada Mastoid

Mastoiditis

Nyeri Timbul suara Kemerahan pada Keluarnya push


denging mastoid

Gangguan rasa
nyaman Nyeri Cemas Hiperemi Push

Kerusakan
Gangguan jaringan/dikontinuitas Otolitis
pendengaran
jaringan

Penurunan harga
Gangguan
diri
Komunikasi
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain :
a. Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau
menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
b. Pembedahan
1) Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran
ditelinga tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica
melindungi finestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari
tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan
pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan
rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya adalah
untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran
(timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik
timpanoplasti yang berbeda yaitu pencangkokan (kulit, fasia,
membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog,
kartilago dan aloplastik).
2) Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan
mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi,
menciptakan telinga yang kering dan aman.

2. Penatalaksanaan keparawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain :
a. Perawatan Pre-operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan
untuk menjalani tympanoplasty.
b. Perawat post operasi
Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti
lodoform gauze (nauga-uze) dimalut dalam kanal audiotori.
c. Terapi konservatif
Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta
membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat
praktek.
d. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik
dan steroid.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2. Foto Mastoid
3. Kultur Bakteri Telinga
4. MRI
5. CT Scant
6. Radiologi
7. Tympanocintesis & myringotomi

H. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no RM,
diagnosa medis dan alamat.
b. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh nyeri pada telinga bagian belakang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa
penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara
mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga,
timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya karena adanya otitis media kronik karena adanya episode
berulang.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat :
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid
c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

I. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan
3. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan
pendengaran
4. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran
5. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
J. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Hipertermi Setelah - Suhu tubuh dalam 1. Pantau input dan 1. Untuk mengetahui balance
dilakukan rentang normal output cairan pasien
berhubungan
tindakan (360-370C) 2. Ukur suhu tiap 4-8 2. Untuk mengetahui
dengan proses keperawatan jam
- Kulit tidak teraba perkembangan klien
selama 3x24 jam 3. Ajarkan kompres
inflamasi hangat 3. Untuk menurunkan panas
suhu tubuh hangat dan banyak
- Wajah tidak minum tubuh dan mengganti cairan
dapat normal tampak merah tubuh yang hilang
4. Kolaborasi dengan
(360-370C)
- Tidak terjadi pemberian antipiretik 4. Untuk menurunkan panas
dehidrasi
2. Nyeri Setelah - Pasien 1. Kaji ulang skala 1. Mengetahui ketidakefektifan
berhubungan dilakukan mengatakan nyeri nyeri, lokasi, intervensi
dengan trauma tindakan berkurang intensitas 2. Mengurangi nyeri
pembedahan 2. Berikan posisi yang 3. Mengalihkan perhatian
keperawatan - Skala nyeri turun
nyaman pasien terhadap nyeri dan
selama 3x24 jam - Wajah pasien mengurangi nyeri
nyeri teratasi tampak rileks 3. Ajarkan teknik
4. Dapat mengurangi nyeri,
relaksasi dan
membunuh kuman dan
ciptakan lingkungan mengurangi peradangan
yang tenang sehingga mempercepat
4. Kolaborasi penyembuhan
pemberian analgesik,
antibiotika, dan anti
inflamasi sesuai
indikasi
3. Perubahan Setelah - Pasien 1. Kaji tentang 1. Menentukan seberapa baik
persepsi/ dilakukan mengalami ketajaman tingkat pendengaran klien
sensori tindakan potensial pendengaran 2. Untuk menjamin keuntungan
auditoris keperawatan pendengaran 2. Diskusikan tipe alat maksimal
berhubungan selama 3x24 maksimum bantu dengar dan 3. Untuk memaksimalkan
dengan jam pasien - Pasien perawatannya yang pendengaran
kerusakan mampu menggunakan tepat
pendengaran
mendengar alat bantu dengar 3. Bantu pasien
dengan baik dengan tepat berfokus pada semua
bunyi di lingkungan
dan
membicarakannya
hal tersebut
4. Risiko cidera Setelah Tidak mengalami 1. Cegah infeksi telinga 1. Agar kerusakan pendengaran
berhubungan dilakukan cidera fisik tengah tidak meluas
dengan tindakan 2. Meminimalkan 2. berhubungan dengan
penurunan keperawatan tingkat kebisingan di kehilangan pendengaran
kesadaran selama 3x24 jam unit perawatan 3. Untuk mencegah pasien jatuh
tidak terjadi intensif akibat vertigo/ gangguan
cidera 3. Lakukan upaya keseimbangan
keamanan seperti
ambulasi terbimbing
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi nyeri kepala
pemberian obat sehingga terhindar dari jatuh
antiemetika dan
outivertigo sesuai
indikasi, misalnya
antihistamin
5. Risiko infeksi Setelah Pasien tidak 1. Observasi keadaan 1. Mengetahui keadaan umum
berhubungan dilakukan menunjukkan umum pasien selama pasien
dengan tindakan tanda-tanda infeksi 24 jam 2. Mencegah penularan
kerusakan keperawatan 2. Anjurkan pentingnya penyakit
jaringan selama 3x24 cuci tangan dan 3. Mencegah infeksi
jam risiko mencuci telinga luar 4. Agar dapat membunuh
infeksi dapat 3. Lakukan perawatan kuman, sehingga tidak
hilang atau graft menularkan penyakit terus-
teratasi 4. Kolaborasi menerus
pemberian antibiotik
profilaksis
DAFTAR PUSTAKA

Suddarth, Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Francis, Mary moorhouse, dkk. 1996. Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

https://id.scribd.com/document/337154240/LP-Askep-Mastoiditis-doc

https://id.scribd.com/document/337154240/LP-Askep-Mastoiditis-doc

https://id.scribd.com/document/233428337/Mastoiditis

Anda mungkin juga menyukai