Anda di halaman 1dari 26

STASE ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN VOMITUS, FEBRIS DI RUANG


IBNU SINA RS PKU MUHAMADIAYAH KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Rista Dwi Ayu
203203083

PROGRAM STUDI PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
TINJAUAN TEORI

A. Vomitus
1. Definisi
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medulla oblongata otak.Muntah adalah pengeluaran isi
lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-
otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah
pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan
kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung
kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni
spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus
dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat
2. Etiologi
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi
diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat
berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang
lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih
sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur. "toleransi makanan, perilaku menolak makanan
dengan atau tanpa mutah sering merupakan gejala dari penyakit jantung,
ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor.
a. Penyebab muntah bisa karena Penyakit infeksi atau radang di saluran
pencernaan atau di pusat keseimbangan
b. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan
metabolisme karbohidrat galaktosemia dan sebagainya. kelainan
metabolisme asam amino(asam organic &misalnya gangguan siklus
urea dan fenilketonuria).
c. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada
struktur (misalnya hidrosefalus) adanya infeksi (misalnya meningitis
dan ensefalitis) maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf
oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya)
d. Masalah sensitifitas
e. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
3. Manifestasi
Tanda dan gejala vomiting atau Muntah antara lain
a. Keringat dingin
b. Suhu tubuh yang meningkat
c. Mual
d. Nyeri perut
e. Akral teraba dingin
f. Wajah pucat
g. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
h. Pengeluaran saliva yang meningkat
i. Bisa disertai dengan pusing
4. patofisiologi
Impuls- impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus
dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum
dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau
kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan
yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot
perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan
akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak
selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas
spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya
inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya
dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan
bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan
mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
5. pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Darah lengkap
c. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami
dehidrasi.
d. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
e. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
f. Ultrasonografi
g. Foto polos abdomen
h. Barium meal
i. Barium enema
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah
cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau suspek obstuksi
intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan
makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang
dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan
konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi.
Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi
dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran
gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic
pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan
peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik
dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan
(motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,
muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran
gastrointestinal
7. Komplikasi
a. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi dan alkaliosis.
b. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis. Ketosis
akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan
(shock)
c. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding
perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum,
aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan
timbul pendarahan
B. Febris
1. Definisi
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar
demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma), infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis,
meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis. Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic
(Nurarif, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya:
a. Suhu lingkungan.
b. adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media
f. Imunisasi
3. Fatofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi
berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini
berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam
ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri,
dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen
leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke
hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan
temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga memiliki
kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun zat
yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian
hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan
elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini
mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami
gangguan.
4. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septic.
c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam
dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia
5. Manifestasi
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
6. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
c. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
d. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
e. Anemia hemolitik
f. Pneumoni, empyema dan pleuritis
g. Hepatitis, koleolitis
7. Penatalaksanaan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam
pada anak Kania dalam Wardiyah, (2016)
a. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan
yaitu memberikan antipiretik berupa:
1) Paracetamol Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat
pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15 mg/Kg
2) Ibuprofen Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua
pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat
diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
b. Tindakan non farmakologis Tindakan non farmakologis terhadap
penurunan panas yang dapat dilakukan seperti
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu
tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu
tubuh.
8. Pengkajian askep
Pengkajian meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, pangkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak
hospitalisasi).
a. Biodata,
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang,
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Pemeriksaan Fisik
9. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b/d absorbsi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d hipovolemia.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
10. Intervensi
Diharapkan Intervensi dari masing-masing diagnosa yang muncul dapat
teratasi.
11. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah direncanakan.
12. Evaluasi
Evaluasi diharapkan sesuai dengan kriteria hasil dengan SOAP
Daftar Pustaka

Nurarif, A & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda. Yogyakarta: Mediaction
Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogjakarta: Arr-Ruzz
Media
NANDA International.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2017 – 2020.
Jakarta: EGC
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45.
FORMAT PENGKAJIAN DATA (DI BANGSAL IBNU SINA)
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Rista Dwi Ayu


Tempat Praktek : RS PKU MUHAMADIYAH KOTA
Tanggal Praktek : 19 April

I. PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : 30 Mei 2021. Oleh :


Jam : 13.30 Sumber data : Orang tua dan RM

A. IDENTITAS
1. Pasien (Diisi lengkap)
Nama : An.S
Umur : 4 thn 8 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/Kebangsaan : Indonesia
Tgl. Masuk RS : 29 Mei 2021
Tgl. Pengkajian : 30 Mei 2021
Diagnosa Medis : Vomitus, febris
No. CM : 00xxx
Alamat : karanganyar RT 17

2. Penanggung Jawab (Diisi lengkap)


Nama : Ny.
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : karanganyar RT 17
Hub. dgn Pasien : ibu kandung

Keadaan Umum : sakit sedang


Kesadaran : composmetis
Alergi : tidak
Berat Badan :14 .kg Tinggi Badan : -
Tanda-Tanda Vital : Suhu: 38,3 Nadi 89.x/mnt
Respirasi 19.x/menit TD :120/80 mmHg

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan utama
(ibu pasien mengatakan anaknya demam hilang timbul sudah 3 hari
muntah 2 hari yang lalu
 Lama Keluhan (sejak kemarin

 Faktor pencetus
Tidak terkaji

 Sifat serangan (kronis atau akut)


Tiba tiba

 Pengobatan yang telah diperoleh


Injeksi ondansen 4mg, paracetamo 125 ml

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


 Penyakit yang pernah dialami :
a) Kanak kanak : ibu pasien mengatakan sebelumnya anak
memiliki pnyakit yang serupa
b) Kecelakaan . tidak pernah
c) Pernah dirawat: pernah di RS Pratama
d) Operasi : tidak pernah
 Alergi makanan: tidak ada
 Alergi obat : tidak ada
 Obat obatan : tidak ada

2. Riwayat Immunisasi (Sesuaikan dengan usia anak

Hepatitis B : I ( 0 bln )

Polio : I (2bln)

BCG : I (3bln)
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan (menggunakan instrumen
Denver)
 Pemeriksaan antropometri (BB, TB, LK)
BB 14kg, TB: cm LK:

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien kakek pasien pernah di oprasi 6 x

GENOGRAM

An. S (4 thn)

: Laki - Laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keterangan tinggal serumah


: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

: Klien / Pasien
C. PENGKAJIAN PERSISTEM
1. PERNAPASAN
Spontan : ya
R.R :19.x/menit
Sesak : tidak
Oksigen : tidak menggunakan oksigen
Metode : tidak menggunakan oksigen

2. KARDIOVASKULER
Bunyi jantung : normal
TD : 120/80
Pengisian kembali kapiler ≤ 2detik
Denyut arteri femoralis:
- Kanan : tidak terkaji
- Kiri : tidak terkaji
Perdarahan: tidak
Ekstremitas : hangat
Pemasangan infus : terpasang infus RL 20 tpm ditangan sebelh kiri
Perifer Intravena : ya
Jenis cairan : ringer laktat
Jumlah tetesan : 20 tpm
Hasil Laboratorium
HB. : 13,8
Hematokrit : 35
Trombosit : 148
Leokosit : 8,5

3. GASTROINTESTINAL
BB saat ini 14kg
Diit : tidak terkaji
Jumlah minum : tidak tentu
Cara makan : di bantu
Frekuensi makan : kurang
Mukosa mulut : normal

Lidah : normal
Abdomen : tidak ada lesi dan simetris kiri kanan
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi :- .
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Turgor : menurun
4. NEUROSENSORI
Tingkat kesadaran : composmetis
Respon terhadap nyeri : ya
Tangisan : tidak ada
Kepala : normal tidak membengkak
Pupil : isokor
Reaksi terhadap cahaya : ada
Gerakan : normal
Kejang : saat dilakukan pengkajian tidak

5. INTEGUMEN
Warna kulit : pucat
Suhu : panas
Turgor : menurun
Kebersihan : bersih
Integritas : kering, tidak ada lesi
Kepala : bersih
Mata : Sekret tidak ada

6. REPRODUKSI
Jenis kelamin : Perempuan

D. PENGKAJIAN ASPEK FISIK-BIOLOGIS


 Pola Nutrisi
Frekwensi makan : 2 x shari
Berat badan/tinggi badan :14 kg
BB dalam 1 bln terakhir : menetap.
Jenis makanan : nasi sayur, bubur
Makanan yang disukai : coklat
Makanan pantangan : tidak ada
Alergi makanan : tidak ada
Nafsu makan : kurang
Kurang, alasan : karena setiap kali di beri makanan muntah
Masalah pencernaan : mual
Riwayat Operasi/trauma gastrointestinal : tidak ada
Diit RS :
Pasien memakan hanya setengah porsi
Kebutuhan pemenuhan ADL makan : di bantu orang tua

 Pola Eliminasi
a. Eliminasi Bowel
Frekuensi: 2xsehari
Penggunaan pencahar : tidak ada
Waktu : pagi
Gangguan eliminasi bowel: tidak ada
Kebutuhan Pemenuhan ADL Bowel : Dengan orang tua

b. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 5-6 kali sehari
Warna : kuning keruh
Ggn. Eliminasi Bladder: tidak ada
Riwayat dahulu : tidak ada
Penggunaan kateter : tidak
Kebutuhan Pemenuhan ADL Bladder : di bantu orang tua

 Pola Aktifitas dan latihan


Pekerjaan : belum bekerja
Olah raga rutin :tidak ada
Alat bantu : tidak ada
Kemampuan melakukan ROM : aktif
Kemampuan Ambulasi :

 Pola Tidur dan istirahat


sebelum sakit : 9-10 jam
Kesulitan tidur di RS : Ya karena merasa cemas
Alasan : Suhu tubuh sering naik, merasakan cemas
Kesulitan tidur: mudah sering terbangun

Pola Kebersihan Diri


 Sebelum sakit: 2 kali sehari mandi dan di bantu orng tuanya
 Selama sakit: 1 kali sehari mandi dan di bantu oleh kedua orng
tuanya

1. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
 Aspek mental
Ibu pasien mengatakan anak sering rewel dan menangis

 Aspek Intelektual
Anak masih di bawah umur

 Aspek Sosial
Hubungan pasien dengan kedua orng tua baik
 Aspek Spiritual
Pasien beragama islam

2. Aspek Lingkungan Fisik


Pasien tinggal bersama keluarganya dirumahnya

Dukungan Keluarga terhadap Klien


Ibu, ayah psien mendampingi pasien saat di RS
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. DS : ibu pasien mengatakan anaknya Hipertermi (00007) Proses Penyakit
demam ibu pasien mengatakan kulit (mis. Infeksi)
anaknya teraba hangat
DO :
a. suhu 38,3oC
b. nadi 89 x / menit
c. RR 19x/mnit
d. TD 120/80 mmhg
e. Kulit teraba hangat
f. Muka tanpak pucat

2. DS : ibu mengtakan saat ini pasien Kekurangan volume Kehilangan cairan


muntah cairan aktif (muntah)
DO : pasien tampak lemas, mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun

3. DS: ibu pasien mengatakan anaknya Ansietas lingkungan


cemas tidak hanya ketika akan
dilakukan tindakan,
DO: anak terlihat ketakutan setiap x
ada yang masuk ke ruangannya atau
akan dilakukan tindakan,
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN SEKARANG
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah)
3. Ansietas b/d lingkungan

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX NOC NIC TTD
Hipertermi b/d Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740) Rista
proses penyakit keperawatan pada pasien 1. Monitor warna kulit dan suhu
dengan hipertermia 2. Monitor asupan dan keluaran,
diharapkan akan teratasi sadari perubahan kehilangan
dengan criteria hasil: cairan yang dirasakan
Termoregulasi (0800) 3. Pantau suhu badan dan tanda-
1. Melaporkan tanda vital
kenyamanan suhu dari 4. Dorong konsumsi cairan
skala 2 berat ke skala 4 5. Pastikan tanda lain dari
ringan infeksi yang terpantau
2. Hipertermia dari suhu 6. Kolaborasi dalam pemberian
39,10 (skala 2) ke obat penurun panas atau
370(skala 4) cairan iv
3. Peningkatan suhu kulit
skala 2 keskala 4
Pengaturan suhu ((3900)
O : monitor dan laporkan adanya
tanda gejala dari hipertermia dan
hipertermia.
N : sesuaikan suhu lingkungan untuk
kebutuhan pasien
E :diskusikan pentingnya termogulasi
dan kemungkinan efek negative dari
demam yang berlebihan, sesuai
keutuhan
C :berikan pengobatan anti piretik,
sesuai kebutuhan.

kekurangan Hidrasi (0602) Monitor Cairan (4130) Rista


volume cairan 1 Turgor kulit dari 1 Tentukan riwayat jenis dan
b/d kehlangan cukup terganggu banyaknya intake cairan dan
cairan aktif (3) menjadi tidak kebiasaan eliminasi.
terganggu (5) 2 Tentukan faktor resiko yang
2 Membran mukosa menyebabkan ketidak
dari cukup seimbangan cairan
terganggu (3) 3 Monitor Vital Sign
menjadi tidak
terganggu (5) Manajemen Cairan (4120)
3 Nadi dari cukup 1 Timbang BB dan monitor
terganggu (3) kecenderungannya
menjadi tidak 2 Monitor status hidrasi
terganggu (5) (membran mukosa, denyut
Balance Cairan nadi)
- Tekanan darah 3 Berikan cairan intravena
normal
- Intake-output
seimbang dalam 24
jam
- Hmt dalam batas
normal
- BB stabil
- Rasa haus tidak
berlebihan
- Menbran mukosa
lembab

Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


keperawatan diharapkan - Gunakan pendekatan yang
masalah klien teratasi. menenangkan
Dengan kriteria hasil: - Observasi tanda-tanda vital.
- Jelaskan semua prosedur dan apa
Control Kecemasan Diri yang dirasakan selama prosedur.
(1402) - Pahami perspektif pasien
- Memantau intensitas terhadap situasi stress.
kecemasan dari tidak - Temani pasien untuk
pernah 1 menjadi sering memberikan eamanan dan
dilakukan 4 mengurangi takut.
- Mengurangi kecemasan - Dorong keluarga untuk
dari tidak pernah 1 menemani pasien laukan
menjadi sering back/neck rub
dilakukan 4 - Dengarkan dengan penuh
- Mencari informasi perhatian
untuk mengurangi - Identifikasi tingkat kecemasan
kecemasan dari tidak - Bantu pasien mengenal situasi
pernah dilakukan 1 yang menimbukan kecemasan.
menjadi sering - Dorong pasien untuk
dilakukan 4 mengungkapan perasaan,
- Menggunakan tekhnik ketakutan, persepsi.
relaksasi untuk - Instruksikan pasien
mengurangi kecemasan menggunakan teknik
dari tidak pernah relaksasi.berikan obat untuk
dilakukan 1 menjadi mengurangi kecemasan.
sering dilakukan 4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
30-05-21 - Memantau suhu S: Rista
dan tanda-tanda - Ibu pasien mengatakan badan
vitalnya. anaknya masih teraba hangat
- Memonitor warna O:
kulit dan suhu - Suhu : 37,8oC
- Mendorong - Mukosa bibir kering
konsumsi intake
cairan yang lebih A:
banyak - Masalah hipertermia teratasi
- Kolaborasi sebagian
pemberian terapi
antipiretik 500mg P:
- Memberikan Lanjutkan intervensi
kompres - Pantau suhu dan tanda-tanda
vitalnya.
- Monitor warna kulit dan suhu
- Kolaborasi pemberian
antipiretik paracetamol
- Kompres hangat

31-05-21 - Memantau suhu S: ibu pasien mengatakan badan


dan tanda-tanda anaknya panas
vitalnya. 0: anak terlihat lemas, suhu 37,8
- Kolaborasi A: masalah pasien belum teratasi
pemberian terapi P: lanjutkan intervensi
antipiretik Pemberian injeksi paracetamol

1-06-21 - Memantau suhu S: Ibu pasien mengatakan demam


dan tanda-tanda anak sudah sedikit menurun dari
vitalnya. kemarin
- Kolaborasi O: badan masih teraba hangat
pemberian terapi Suhu, 37,7
antipiretik jika A: masalh pasien belum teratasi
pasien demam teratasi
P: pertahankan, pantau terus suhu
tubuh pasien

30-05-21 jam - Memberikan obat S: ibu pasien mengatakan anak Rista


16.00 ondansentron masih muntah
- Memonitor Vital O: akral hangat, terpasang infuse RL,
Sign kesadaran CM, nadi saat ini 89x/mnit
- Monitor status A: kekurangan volume cairan belum
hidrasi (membran teratasi
mukosa, denyut P: lanjutkan intervensi terapi cairan
nadi)
- Memberikan cairan
intravena

31.05.21 - Memonitor cairan S: ibu pasien mengatakan anak sudah


keluar (muntah) sudah tidak muntah lagi
O: Anak sedang tidur
- Berikan
A: masalah pasien teratasi
ondansentron jika
P: pertahankan
anak masih muntah

30.05.21 - mengunakan S: ibu pasien mengatakan ansietas


pendekatan yang anaknya sudah berkurang, ibu

menenangkan mengatakan anaknya sudah agak tenang


di timbang pertama x datang
- mengobservasi tanda-
O: pasien terlihat sedikit tenang, masih
tanda vital.
terlihat cemas, dan waspada akan siapa
- menjelaskan semua
yang datang dan masuk ke ruangan
prosedur dan apa yang
tersebut
dirasakan selama A: masalah pasien belum teratai
prosedur. P:- pertahankan, ajarkan tekhnik
- memahami perspektif relaksasi napas dalam. Gunakan
pasien terhadap situasi pendekatan yang menenangkan
stress

S: ibu pasien anaknya sudah agak tenang


31.05.21 - mengunakan
O: pasien terlihat tenang, masih terlihat
pendekatan yang
menenangkan cemas, sudahmau mendengarkan apa
- mengobservasi tanda- yang perawat ucapkan dan jelaskan
tanda vital. A: masalah pasien teratasi sebagian
P:- pertahankan, ajarkan tekhnik
- Mengajarkan tekhnik
relaksasi napas dalam. Gunakan
relaksasi napas dalam
pendekatan yang menenangkan

1.06.21 - mengunakan S: ibu pasien anaknya sudah tidak cemas


pendekatan yang O: pasien terlihat tenang dan biasa saja
menenangkan ketika ada yang masuk dan akan
- mengobservasi tanda- diberikan tindakan
tanda vital. A: masalah pasien teratasi s

- Mengajarkan tekhnik P:- pertahankan,


relaksasi napas dalam
-

Anda mungkin juga menyukai