Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA


GRHASIA YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

Muhammad Wildan
203203049

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

Muhammad Wildan
203203049

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

2
(……………………………) (……………………………….)

Mahasiswa

(Muhammad Wildan)

3
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2010). Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku
kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Menurut Yosep (2009) perilakukekerasanadalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau amarah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan
emosional yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif.
Sedangkan menurut Aziz (2014) perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.

B. Jenis Perilaku Kekerasan dan Rentang Respon


1. Verbal: teriak-teriak, mengancam, membuat gaduh lingkungan sekitar.
2. Simbolik: melukai orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan, merasa terancam, dendam, marah, jengkel, muka
merah, mata melotot, agresif, tangan mengepal, kaku mondar-mandir, tampak teriak-teriak, memukul, atau melukai orang
lain, merusak lingkungan, dan melukai diri sendiri.
Rentang Respon Marah

Adaptif 4 Mal Adaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

C. Tanda dan Gejala


Data Subjektif :
1. Verbal: mengancam, mengumpat, dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus.
2. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
3. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
4. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
5. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
6. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
7. Perhatian: melarikan diri dan melakukannya penyimpangan.
Data Objektif
1. Fisik: mata melotot/ pamdangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh
kaku.

D. Penyebab

5
Ada beberapa faktor predisposisi yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan, yaitu:
1. Faktor psikologis
a. Psychoanalitical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud
berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup yang diekspresikan dengan
seksualitas dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
b. Frustation aggresion theory, teori ini menyatakan bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melaukai orang atau
objek yang menyebabkan frustasi.
2. Faktor social budaya
Teori ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi., dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultural
dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang
asertif.
3. Faktor biologis
Penelitian neurobiologi berpendapat bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di
tengah sistem limbik), perangasangan terutama diberikan pada nukleus periforniks hipotalamus. Jadi kerusakan fungsi sistem
limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal ( untuk interpretasi indera

6
penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif adalah: serotonin, dopamin,
norepinephrine, acetilkolim, dan asam amino GABA.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
2. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/ objek yang berharga, konflik interaksi sosial

E. Psikopatologi
Resiko mencederai diri,Orang lain,
lingkungan, RBD
Effect
 
Care Problem

Perilaku kekerasan
Causa
Halusinasi

                            Gambar 1. Pohon Masalah (Fitria, 2009)

7
F. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan, antara lain:
1. Identifikasi klien
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medic
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
4. Faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya.
5. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu

6. Aspek fisik / biologis

8
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan.Kaji
fungsi organ jika ada keluhan.
7. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
8. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

9
12. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. (2014). Buku ajaran Keperwatan Jiwa.Jakarta: PT Gramedia Utama.

Keliat Budi Anna. (2006). Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC.

Musliha, S. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Meco Medica.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Vedebeck, S. L. (2009). Psychiatric Mental Healt Nu.rsing. Philadelphia:


Lippicott

Yosep, I.(2009).Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai