Anda di halaman 1dari 10

L

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN VOMITUS (MUNTAH) DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT TGK.


ABDULLAH SYAFI’I BEUREUNUEN

DI SUSUN

FITRIA RAHMI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN VOMITUS (MUNTAH)

A. Pengertian
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otak. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui
mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi,
ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut
akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi
lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter
eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau
pengosongan isi lambung yang lambat.

B. Etiologi
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya
umur."ntoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena
1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat galaktosemia dan sebagainya', kelainan metabolisme asam amino(asam
organic &misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria' ).
3. Gangguan pada system syaraf (neurologic)' bisa karena gangguan pada struktur
(misalnya hidrosefalus) adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis) maupun
karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping
metabolisme lainnya)
4. .Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan

1
6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari perhatian
dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi
pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama dengan diare
dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen.
virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup
Salmonella, Shigella, campylobacter dan Escherichia coli.

C. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala vomiting atau Muntah antara lain
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing

D. Patofisiologi
Impuls- impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-
impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan
kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.

2
3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai
dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

E. Patway Keperawatan
Distensi berlebihan, iritasi respon kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan

muntah/pekak) hipoksia dari nyeri pada lambung atau duodenum

Impuls- impuls aferen dicetuskan

Obat pencetus muntah


Berjalan melalui nervus vagus dan simpatis (opomorfin, levodopa,
Peningkatan TIK digitalis Toksin
(Tekanan Intra Merangsang pusat muntah di medula oblongata bakteri)
Kranial)
Merangsang CTZ
Otot-otot abdomen dan diafragma berkontraksi
Perubahan gerak cepat

Mencetuskan gerakan peristaltik terbalik

Isi usus mengalir balik ke dalam lambung

Distensi lambung

Lambung mendorong diafragma ke arah kavum thorak

Tekanan intratorakal meningkat

Memaksa spingter esophagus bagian atas membuka, glottis menutup dan palatum mole

menyekat nasofaring

Tekanan memaksa isi lambung melewati spingter untuk disemburkan keluar melalui mulut

NUTRISI KURANG DARI muntah GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN

KEBUTUHAN TUBUH

3
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah lengkap
2. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
3. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
4. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis
atau infeksi parasit.
b. Ultrasonografi
 

Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi
akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
c.  Foto polos abdomen
a) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
d. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi.

G.  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan
hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau
suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan
makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan
dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah
untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik
4
muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu
ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis,
dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

H. Komplikasi
a. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan
alkaliosis.
b. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
c. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).
d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan
konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa
terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.

I. Pengkajian
1. Identitas
2. umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
3. Riwayat kesehatan
4. Keluhan utama &keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian', mual,muntah
5. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saatmasuk rumah
sakit).
6. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lainyang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak').
7. Pemeriksaan fisik (tanda-tanda vital sign, tanda-tanda dehidrasi &turgor kulit, mukosa
mulut kering, kelopak mata cekung, produksi urine berkurang, tanda- tanda shock
Penurunan berat badan). Pemeriksaan Penunjangang, Pemeriksaan laboratorium,
analisis urine dan darah foto polos abdomen maupun dengan kontrasc.

5
J. Masalah Yang lazim muncul pada klien
1.    Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2.    Ketidakseimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
3.    Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d hipovolemia

K. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan

1 Defisit volume cairan NOC: Fluid management


b/d kehilangan cairan   Fluid balance          Timbang popok/pembalut
aktif   Hydration jika diperlukan
  Nutritional Status : Food          Pertahankan catatan intake
and Fluid Intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil :          Monitor status hidrasi
  Mempertahankan urine ( kelembaban membran mukosa,
output sesuai dengan nadi adekuat, tekanan darah
usia dan BB, BJ urine ortostatik ), jika diperlukan
normal, HT normal          Monitor vital sign
  Tekanan darah, nadi,        Monitor masukan makanan /
suhu tubuh dalam batas cairan dan hitung intake kalori
normal harian
  Tidak ada tanda tanda          Kolaborasikan pemberian
dehidrasi, Elastisitas cairan IV
turgor kulit baik,          Monitor status nutrisi
membran mukosa          Dorong masukan oral
lembab, tidak ada rasa          Berikan penggantian
haus yang berlebihan nesogatrik sesuai output
         Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
         Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
         Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
         Atur kemungkinan tranfusi
         Persiapan untuk tranfusi

2 Ketidakseimbangn NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari   Nutritional Status : food   Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake   Kolaborasi dengan ahli gizi
gangguan absorbsi Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
  Adanya peningkatan dan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan sesuai pasien.
dengan tujuan   Anjurkan pasien untuk
  Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
6
dengan tinggi badan   Anjurkan pasien untuk
  Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
  Tidak ada tanda tanda   Berikan substansi gula
malnutrisi   Yakinkan diet yang dimakan
  Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat untuk
berat badan yang berarti mencegah konstipasi
  Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
  Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
  Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
  Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
  BB pasien dalam batas normal
  Monitor adanya penurunan berat
badan
  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
  Monitor lingkungan selama
makan
  Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan
  Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
  Monitor turgor kulit
  Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
  Monitor mual dan muntah
  Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
  Monitor makanan kesukaan
  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
  Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
  Monitor kalori dan intake
nuntrisi

7
  Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Ketidakefektifan NOC : NIC :


perfusi jaringan b/d Circulation status Peripheral Sensation
hipovolemia Tissue Prefusion : cerebral Management (Manajemen
sensasi perifer)
Kriteria Hasil :   Monitor adanya daerah tertentu
mendemonstrasikan status yang hanya peka terhadap
sirkulasi yang ditandai panas/dingin/tajam/tumpul
dengan :   Monitor adanya paretese
  Tekanan systole   Instruksikan keluarga untuk
dandiastole dalam mengobservasi kulit jika ada lsi
rentang yang atau laserasi
diharapkan   Gunakan sarun tangan untuk
  Tidak ada proteksi
ortostatikhipertensi   Batasi gerakan pada kepala,
  Tidk ada tanda tanda leher dan punggung
peningkatan tekanan   Monitor kemampuan BAB
intrakranial (tidak lebih   Kolaborasi pemberian analgetik
dari 15 mmHg)   Monitor adanya tromboplebitis
mendemonstrasikan   Diskusikan menganai penyebab
kemampuan kognitif perubahansensasi
yang ditandai dengan:
  berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
  menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
  memproses informasi
  membuat keputusan
dengan benar
menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh
: tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter

8
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr. Rocky™.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru

Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta

gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai