Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi
Muntah (Vomitus) adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran
makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan
refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara
pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi
abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang
lambat (Brunner & Suddarth, 2015).

2. Etiologi
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis
mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi
stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital,
genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan
peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur.Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau
tanpa mutah sering merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik,
genetik, kelainan neuromotor.
Etiologi muntah bisa terjadi karena :
a. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
b. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam
amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
c. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur
(misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis),
maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil
samping metabolisme lainnya)
d. Masalah sensitifitas
e. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
f. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari
telunjuknya.
g. Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama
dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan
bakteri patogen. Virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara
bakteri patogen mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia
coli (Suraatmaja, 2005).

3. Tanda dan gejala, klasifikasi

Tanda dan gejala Vomiting atau Muntah antara lain:


a. Keringat dingin
b. Suhu tubuh yang meningkat
c. Mual
d. Nyeri perut
e. Akral teraba dingin
f. Wajah pucat
g. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
h. Pengeluaran saliva yang meningkat
i. Bisa disertai dengan pusing
4. Patofisiologi

Distensi, Iritasi, Respon kimiawi oleh emetik


(bahan yang menyebabkan muntah) Hipoksia
dan nyeri pada lambung atau duodenum

Impuls-impuls aferen dicetuskan

Merangsang pusat muntah di medula oblongata

Otot-otot abdomen dan diafragma berkontraksi

Mencetuskan gerakan peristaltik terbalik (isis


usus mengalir balik ke lambung)

Distensi lambung

Tekanan intratorakal meningkat

Tekanan memaksa isi lambung melewati


spingter untuk disemburkan melalui mulut

Resiko kerusakan
Defisit Volume Muntah
cairan integritas kulit

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan
5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
2) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
3) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
4) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang
yang tidak jelas penyebabnya.
5) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
6) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
7) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama
beberapa hari setelah serangan akut.
8) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
b. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan
barium meal.
c. Foto polos abdomen
1) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
2) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
3) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.

6. Penatalaksanaan
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan
pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-
obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari.
Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal
pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang
digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini
karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon
mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter
esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam
golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat
diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi
mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-
1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4
dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah
yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan,
radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal
berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah
0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per
dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ
di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan
kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr
<40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
(Dipiro & Taylor, 2005).

7. Masalah keperawatan dan data pendukung

Masalah keperawatan yang bisa terjadi pada kasus vomitus adalah sebagai berikut:

a. Metabolik
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa,
deplesi kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan
lewat muntah atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah.
Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh
masuknya ion hidrogen ke dalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya
natrium ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan
keluar lewat ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lewat
muntah dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8,
kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan
Kalium.
b. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
kegagalan tumbuh kembang.
c. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan
berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi
sebagai konsekuensi GERD.
d. Mallory Weiss syndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung. Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada
pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian
bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi karena
perdarahan hebat perlu dilakukan transfusi darah
e. Peptik esofagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi
mukosa esophagus oleh asam lambung (Suraatmaja, 2005).

8. Diagnose keperawatan yang mungkin timbul

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Vomitus yaitu:

a. Defisit Volume Cairan


b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Resiko Kerusakan Integritas Kulit
9. Tujuan rencana keperawatan per diagnose keperawatan dan kriteria hasil
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Defisit volume cairan NOC : NIC :
1. Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, 2. Hydration - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini 3. Nutritional Status : Food and - Pertahankan catatan intake dan output yang
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan Fluid Intake akurat
dengan pengeluaran sodium - Monitor status hidrasi (kelembaban membran
Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
Batasan Karakteristik : - Mempertahankan urine output jika diperlukan
- Kelemahan sesuai dengan usia dan BB, BJ - Monitor vital sign
- Haus urine normal, HT normal - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
- Penurunan turgor kulit/lidah - Tekanan darah, nadi, suhu intake kalori harian
- Membran mukosa/kulit kering tubuh dalam batas normal - Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Peningkatan denyut nadi, penurunan - Tidak ada tanda tanda - Monitor status nutrisi
tekanan darah penurunan dehidrasi, Elastisitas turgor - Dorong masukan oral
volume/tekanan nadi kulit baik, membran mukosa - Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
- Pengisian vena menurun lembab, tidak ada rasa haus - Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Perubahan status mental yang berlebihan makan
- Konsentrasi urine meningkat - Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
- Temperatur tubuh meningkat - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Hematokrit meninggi muncul meburuk
- Kehilangan berat badan seketika (kecuali - Atur kemungkinan tranfusi
pada third spacing) - Persiapan untuk tranfusi

Faktor-faktor yang berhubungan:


- Kehilangan volume cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status Nutrition Management
2. Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
keperluan metabolisme tubuh. 3. Nutritional Status : nutrient jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Intake pasien.
Batasan karakteristik : 4. Weight control 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
ideal Kriteria Hasil : dan vitamin C
- Dilaporkan adanya intake makanan yang - Adanya peningkatan berat 5. Berikan substansi gula
kurang dari RDA (Recomended Daily badan sesuai dengan tujuan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Allowance) - Berat badan ideal sesuai tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat dengan tinggi badan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
- Kelemahan otot yang digunakan untuk - Mampu mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
menelan/mengunyah kebutuhan nutrisi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Luka, inflamasi pada rongga mulut - Tidak ada tanda tanda makanan harian.
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah malnutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
mengunyah makanan - Menunjukkan peningkatan 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan fungsi pengecapan dari 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
makanan menelan nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa - Tidak terjadi penurunan berat
- Perasaan ketidakmampuan untuk badan yang berarti Nutrition Monitoring
mengunyah makanan 12. BB pasien dalam batas normal
- Miskonsepsi 13. Monitor adanya penurunan berat badan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup 14. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Keengganan untuk makan - Kram pada dilakukan
abdomen 15. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Tonus otot jelek - Nyeri abdominal dengan makan
atau tanpa patologi 16. Monitor lingkungan selama makan
- Kurang berminat terhadap makanan 17. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh selama jam makan
- Diare dan atau steatorrhea 18. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Kehilangan rambut yang cukup banyak 19. Monitor turgor kulit
(rontok) 20. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
- Suara usus hiperaktif patah
- Kurangnya informasi, misinformasi 21. Monitor mual dan muntah
22. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
Faktor-faktor yang berhubungan : kadar Ht
- Ketidakmampuan pemasukan atau 23. Monitor makanan kesukaan
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat- 24. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
zat gizi berhubungan dengan faktor 25. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
biologis, psikologis atau ekonomi. jaringan konjungtiva
26. Monitor kalori dan intake nuntrisi
27. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
3 Resiko kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
Tissue Integrity : Skin Pressure Management
Definisi : Perubahan pada epidermis dan and Mucous Membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
dermis yang longgar
Kriteria Hasil : - Hindari kerutan pada tempat tidur
Batasan karakteristik : - Integritas kulit yang baik bisa - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
- Gangguan pada bagian tubuh dipertahankan (sensasi, kering
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) elastisitas, temperatur, hidrasi, - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
- Gangguan permukaan kulit (epidermis) pigmentasi) dua jam sekali
- Tidak ada luka/lesi pada kulit - Monitor kulit akan adanya kemerahan
Faktor yang berhubungan : - Perfusi jaringan baik - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
Eksternal : - Menunjukkan pemahaman derah yang tertekan
- Hipertermia atau hipotermia dalam proses perbaikan kulit - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Substansi kimia dan mencegah terjadinya - Monitor status nutrisi pasien
- Kelembaban udara sedera berulang - Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang - Mampu melindungi kulit hangat
dapatmenimbulkan luka, tekanan, dan mempertahankan
restraint) kelembaban kulit dan
- Immobilitas fisik perawatan alami
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi

Faktor yang berhubungan:


- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas kulit)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12 volume 1.
Jakarta: EGC.
Dipiro, J.T., & Taylor, A.T. (2005). Nausea and vomiting. pharmacotherapy
apathophysiologic approach (6th Ed). United State: The McGraw-HillCompanies
Inc.
Suraatmaja, Sudaryat. (2005). Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku SakuDiagnosis keperawatan edisi 9, Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai