Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN

Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla
oblongata otak.
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan
kontraksi otot- otot perut.Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus.Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat
gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi
lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter
eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau
pengosongan isi lambung yang lambat.

B. ETIOLOGI
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya
umur.Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam amino/asam
organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur (misalnya
hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena
keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme
lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari perhatian
dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi
pada anak-anak.Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama dengan diare dan
rasa sakit pada perut.Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen.Virus
utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup
Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Vomiting atau Muntah antara lain:
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing

D. PATOFISIOLOGI
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis.
Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap
rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan
berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a.Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b.Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c.  Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan
penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

E.PATHWAY KEPERAWATAN
E. PEN ATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit.Pada penyakit gastroenteritis akut
dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah
dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube
yang dihubungkan dengan intermittent suction.Pada keadaan ini memerlukan
konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi.Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab
yang jelas tidak dianjurkan.Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan
gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis,
batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan
tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk
perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,
muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1.      Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada
muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal.Contohnya Metoklopramid dengan
dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari.Pasca operasi 0.25 mg/kgBB
per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu.Dosis maksimal pada bayi 0.75
mg/kgBB/hari.Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena
mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis
okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat
dikatakan lebih aman.Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara
invitro merupakan antagonis dopamine.Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2.      Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin.Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara
antihistamin (AH1) lainnya.Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral:
1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4
dosis.
3.      Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin.Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ.Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6
mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
4.      Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular
atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
5.      5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron.Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di
area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.Ondansentron
tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat
kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan,
diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2
hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis
dewasa8 mg PO/kali.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Pemeriksaan laboratorium
a)      Darah lengkap
b)      Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c)      Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d)     Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya
penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak
jelas penyebabnya.
e)     Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f)       Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g)      Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa
hari setelah serangan akut.
h)      Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.
3.    Foto polos abdomen
a)      Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b)      Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c)      Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.
4.         Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5.         Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.
H.ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a)  Identitas :umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b)  Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
3)Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4)  Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital sign
b) Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung,
produksi urine berkurang).
c) Tanda- tanda shock
d) Penurunan berat badan
3. Pemeriksaan Penunjang
a)  Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
b)  Foto polos abdomen meupun dengan kontras
c)  USG
d)  Pyelografi intravena/ sistrogram
e)  Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus
I. DIAGNOSA KEPERAWATA
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Defisit Nutrisi dengan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi dan Promosi
 Ketidakmampuan menelan keperawatan selama ....... x 24 jam Berat Badan
makanan status nutrisi membaik dengan Observasi
 Ketidakmampuan mencerna kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
makanan  porsi makanan meningkat  Identifikasi alergi dan
 Ketidakmampuan  berat badan membaik intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrien  indeks massa tubuh (IMT)  Identifikasi makanan disukai
 Peningkatan kebutuhan membaik  Identifikasi kebutuhan kalori
metabolisme  nafsu makan meningkat dan jenis nutrien
 Faktor ekonomi (finansial  Identifikasi perlunya
tidak mencakup) penggunaan selang nasogastrik
 Faktor psikologi (stres,  Monitor adanya mual muntah
keengganan untuk makan)  Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
Dibuktikan dengan :  Monitor hasil pemeriksaan
DS: laboratorium
Tanda Minor
 Cepat kenyang setelah makan Terapeutik
 Kram/nyeri abdomen  Lakukan oral hygiene sebelum
 Nafsu makan menurun makan, jika pelu
DO:  Sediakan makanan yang tepat
Tanda Mayor sesuai kondisi pasien
 Berat badan menurun minimal  Fasilitasi menentukan
10% dibawah rentang ideal pedoman diet
Tanda Minor  Sajikan makanan secara
 Bising usus hiperaktif menarik dan suhu yang sesuai
 Otot pengunyah lemah  Berikan makanan tinggi serat
 Otot menelan lemah untuk mencegah konstipasi
 Membran mukosa pucat  Berikan makanan tinggi kalori
 Sariawan tinggi protein
 Serum albumin turun  Berikan suplemen makanan,
 Rambut rontok berlebihan jika perlu
 Diare  Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
 Jelasakan jenis makanan yang
bergizi tinggi
 Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan, jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia &
 Kehilangan cairan terus-menerus keperawatan selama.......x 24 Manajemen Syok
 Kegagalan mekanisme regulasi jam status cairan membaik, Hipovolemik
 Peningkatan permeabilitas kapiler dengan kriteria hasil: Observasi
 Kekurangan intake cairan  Periksa tanda dan gejala
 evaporasi  Kekuatan nadi meningkat hipovolemia (frekuensi nadi
 ................................  Turgor kulit meningkat meningkat, nadi teraba
Dibuktikan dengan :  Output urin meningkat lemah, tekanan darah
DS: 0,5-1cc/kgBB/jam menurun, tekanan nadi
Tanda Minor  Ortopnea menurun menyempit, turgor kulit
 Merasa lemah  Dispnea menurun menurun, membran mukosa
 Merasa haus  Dewasa : 12-20 x/menit kering, volume urin
menurun, hematokrit
 ………………………………………  Anak : 15-30x/menit
meningkat, haus, lemah)
DO:  Bayi : 25-50x/menit
Tanda Mayor  Monitor TTV
 Paroxymal nocturnal
 Frekuensi nadi meningkat  Monitor intake dan output
dyspnea menurun
cairan
 Nadi teraba lemah  Edema anasarka menurun
 Monitor status oksigenasi
 Tekanan darah menurun  Edema perifer menurun
(oksimetri & AGD) jika
 Tekanan nadi menyempit  Frekuensi nadi membaik perlu
 Turgor kulit menurun  Dewasa : 60-100x/mnt  Monitor tingkat kesadaran
 Membran mukosa kering  Anak : 80-150x/mnt Terapeutik
 Volume urin menurun  Bayi : 120-150x/mnt  Hitung kebutuhan cairan
<0,5-1cc/kgBB/jam  Tekanan darah membaik  Berikan asupan cairan oral
 Hematokrit meningkat TD Sistolik : 90-120 mmhg  Pertahankan jalan napas
 TD……………S………………….. TD Diastolik : 60-80 mmhg paten
Nadi………….RR……………….  Membran mukosa membaik  Berikan oksigen jika perlu
Tanda Minor  Jugular venous pressure  Berikan posisi syok
 Pengisian vena menurun membaik
 Pasang jalur IV pengukuran
 Status mental berubah  Kadar Hb membaik besar
 Suhu tubuh meningkat  Kadar Ht membaik  Pasang kateter urine untuk
 Konsentrasi urin meningkat menilai produksi urin jika
 Berat badan turun tiba-tiba perlu
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (Nacl,
RL)
 Kolaborasi cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa
2,5%, Nacl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian
cairan koloid
 Albumin
 plasmanate
 Kolaborasi pemberian
produk darah
 Kolaborasi pemberian
resusitasi cairan bila perlu
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Nausea berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual dan
 Gangguan biokimia keperawatan selama ....... x 24 Manajemen Muntah
 Gangguan pada esofagus jam tingkat nausea menurun, Observasi
 Distensi lambung dengan kriteria hasil :  Identifikasi pengalaman mual
 Iritasi lambung  Nafsu makan meningkat dan muntah
 Gangguan pankreas  Keluhan mual menurun  Identifikasi isyarat nonverbal
 Peregangan kapsul limpa  Perasaan ingin muntah ketidaknyamanan
 Tumor terlokalisasi menurun  Identifikasi dampak mual
 Peningkatan tekanan intrakranial terhadap kualitas hidup
 Peningkatan tekanan  Identifikasi penyebab mual dan
intraabdominal muntah
 Peningkatan intraorbital  Identifikasi antiemetik untuk
 Mabuk perjalanan mencegah mual
 Kehamilan  Monitor mual dan efek
 Aroma tidak sedap menejemen muntah
 Rasa makanan/minuman yang  Peiksa volume muntah
tidak enak  Monitor asupan nutrisi dan
 Stimulus penglihatan tidak kalori
menyenangkan  Monitor keseimbangan cairan
 Faktor psikologis dan elektrolit
Terapeutik
 Efek agen farmakologis
 Kendalikan faktor lingkungan
 Efek toksin
penyebab mual dan muntah
Dibuktikan dengan :
DS:  Kurangi atau hilangkan keadaan
Tanda Mayor penyebab mual dan muntah
 Mengeluh mual  Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
 Merasa ingin muntah
 Berikan makanan dingin, cairan
 Tidak berminat makan
bening, tidak berbau dan tidak
 …………………………………….
berwarna, jika perlu
Tanda Minor
 Bersihkan mulut dan hidung
 Merasa asam di mulut
 Berikan cairan yang tidak
 Sensasi panas/dingin
mengandung karbonisasi
 Sering menelan minimal 30menit setelah
DO: muntah
Tanda Minor
 Berikan dukungan fisik saat
 Saliva meningkat muntah (membantu
 Pucat membungkuk atau
 Diaforesis menundukkan kepala)
Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
 Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
 Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
 Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual dan muntah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas dan terapi
 Krisis situasional keperawatan selama ....... x relaksasi
 Kebutuhan tidak terpenuhi 24 jam ansietas menurun, Observasi
 Krisis maturisional dengan kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda
 Ancaman konsep diri  Verbalisasi kebingungan ansietas (verbal dan non
 Ancaman terhadap kematian menurun verbal
 Kekhawatiran mengalami kegagalan  Verbalisasi khawatir Terapeutik
 Disfungsi sistem keluarga akibat kondisi yang  Ciptakan suasana
 Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan dihadapi menurun terapeutik untuk
 Faktor keturunan (temperamen mudah  Perilaku geliusah menumbuhkan
teragitasi sejak lahir) menurun kepercayaan
 Penyalahgunaan zat  Perilaku tegang menurun  Temani pasien untuk
 Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan,
 Terpapar bahaya lingkungan (mis.toksin,
 Pola tidur membaik jika memungkinkan
polutan, dll)
 Pahami situasi yang
 Kurang terpapar informasi
membuat ansietas,
Dibuktikan dengan :
dengarkan dengan penuh
DS:
perhatian
Tanda Mayor
 Gunakan pendekatan
 Merasa bingung
yang tenang dan
 Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
meyakinkan
yang dihadapi
 Motivasi
 Sulit berkosentrasi
mengidentifikasi situasi
 ……………………………………………… yang memicu
Tanda Minor kecemasan
 Pusing  Diskusikan perencanaan
 Anoreksia realistis tentang
 Palpitasi peristiwa yang akan
 Merasa tidak berdaya datang
DO: Edukasi
Tanda Mayor  Jelaskan prosedur,
 Tampak gelisah termasuk senasi yang
 Tampak tegang mungkin dialami
 Sulit tidur  Informasikan secara
Tanda Minor faktual mengenai
 Frekuensi napas, nadi, TD meningkat diagnosis, pengobatan
TD………..N……………RR……… dan prognosis
 Diaforesis  Anjurkan keluarga untuk
 Tremor tetap bersama pasien,
jika perlu
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi obat ansietas
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak.Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr.

Rocky™.Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru

  Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta

gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html

Anda mungkin juga menyukai