Dosen Pembimbing :
Ita Pursitasari, S.Kep Ners, MKep.Sp.An
Disusun oleh :
INDRIAN CHARMENITA
NIM. P17320319024
Tingkat : 2A
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Vomitus
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung
(Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi,ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
Kembali ke mulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah
pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali.
Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus
dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian
bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi
lambung yang lambat. Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang
terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi
terhadap kemungkinan adanya gangguan. Muntah adalah suatau refleks kompleks
yang diperantarai olehp usat muntah di medulla oblongata otak.
2. Etiologi Vomitus
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi
diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan
faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan
anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada
periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab
mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur.Intoleransi makanan,
perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering merupakan gejala dari
penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam
amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur
(misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis),
maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil
samping metabolisme lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan
jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-
sama dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh
virus dan bakteri patogen. Virus utama penyebab muntah adalah rotavirus,
sementara bakteri patogen mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan
Escherichia coli
4. Patofisiologi Vomitus
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan
muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan
diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya
diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut
terbuka
5. Pathway Vomitus
Masalahdala
m usus
Infeksi usus Makanantid
halus akdiserap
oleh usus
Mencapai
usus halus
Peningkatant
Malabsorbsimak ekananosmot
Peningkatanl anan dan cairan ik
unen usus
VOMITUS
defisit Penurunan
cairan intrasel Deficit nutrisi
volume
cairan
hipertermia
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami
dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik
berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut.
Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi
selama beberapa hari setelah serangan akut.
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan
pemeriksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut
dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi
dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang
nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini
memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS),
apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif,
misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca
operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas
saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan
pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh
obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari.
Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis
maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah
jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi
distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
2. Diagnosa
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Colitis ulseratif
9. hipoalbuminemia
3. Intervensi
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup Tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakana mandiri adalah Tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, bukan atas petunjuk
data petugas Kesehatan lain. Sementara itu, Tindakan kolaborasi adalah Tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan Bersama seperti dokter atau
petugas Kesehatan lainnya.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan hendak dicapai
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.M DENGAN VOMITUS
DI RUANG MAWAR ANAK RS PMI BOGOR
I. PENGKAJIAN
A. Identitas :
1. Klien
a. Nama : An. Muhamad Rizki
b. Umur : 15 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : Belum kawin
e. Pendidikan : SMP
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Pelajar
h. Alamat : Kp. Sudimampir RT 04 RW 01 Cimanggis Bojong
Gede ,Bogor
i. No. RM : 0989482
j. Diagnosa Medik : Vomitus Frequent
k. Tanggal masuk : 26 Mei 2021 Jam 13.30 WIB
l. Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2021 Jam 09.30 WIB
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. Rudi
b. Umur : 46 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Alamat : Kp. Sudimampir RT 04 RW 01 Cimanggis Bojong
Gede ,Bogor
g. Hubungan keluarga : Ayah
B. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan muntah-muntah
2. Alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan maupun obat-obatan.
Tipe Reaksi Tindakan
- - -
Genogram
Keterangan :
2. Riwayat perkembangan
Ayah pasien mengatakan anaknya sudah bisa merangkak diusia kurang dari 1
tahun dan sudah bisa berjalan diusia kurang dari 1 tahun tahun. Bisa makan
dan minum sendiri diusia 2 tahun. Ayah pasien mengatakan klien sudah bisa
membaca dan menulis di usia 3 tahun.
3. Riwayat operasi/ pembedahan : tidak ada
4. Riwayat alergi : tidak ada
5. Kecelakaan : tidak ada
6. Riwayat imunisasi :
Ayah pasien mengatakan anaknya sudah mendapat imunisasi lengkap
Pemberian
No Jenis Usia pemberian Reaksi setelah imunisasi
ke-
1. BCG 2 minggu 1 Ayah pasien mengatakan lupa
2, DPT 2,4 & 6 bulan 1,2 dan 3 Ayah pasien mengatakan lupa
3. Hepatitis 2 bulan 1 Ayah pasien mengatakan lupa
1,2,3, dan
4. Polio 2,3,4 & 9 bulan Ayah pasien mengatakan lupa
4
5. Campak 9 bulan 1 Ayah pasien mengatakan lupa
H. Pola Kebisaan Sehari-hari (di rumah dan di RS)
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di
Saat Di Rumah Sakit
RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan:….x/hari a. 3x sehari a. 2x sehari
b. Nafsu makan: baik/tidak b. Baik ,tidak ada mual dan b. Muntah sehabis makan dan
Alasan : mual/ muntah/ muntah mual
sariawan/ …lain-lain
c. Porsi makanan yang c. 1 porsi dihabiskan setiap c. ½ porsi dihabiskan setiap
dihabiskan kali makan kali makan
d. Makanan yang tidak disukai d. Sayuran d. Sayuran
e. Makanan yang membuat e. Tidak ada e. Tidak ada
alergi
f. Makanan pantangan f. Tidak ada f. Tidak ada
g. Makanan diet g. Tidak ada g. Tidak ada
h. Penggunaan obat-obatan h. Tidak ada h. Tidak ada
sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu i. Tidak ada i. Infus RL 35 tpm
(NGT, dll)
j. Frekuensi minum j. 5 gelas perhari j. 2 gelas perhari
2. Pola Eliminasi
a. BAK: a. BAK a. BAK
1) Frekuensi : ……x/hari 1) 5-6x/hari 1) 3x/hari
2) Warna :…………….. 2) Kuning jernih 2) Kuning
3) Keluhan :…………….. 3) Tidak ada 3) Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu 4) Tidak ada 4) Tidak ada
(kateter,dll)
b. BAB: b. BAB b. BAB
1) Frekuensi :…..x/hari 1) 1x/hari 1) Belum BAB
2) Waktu :…… 2) Pagi 2) Tidak ada
3) Warna :…… 3) Kuning 3) Tidak ada
4) Keluhan :…… 4) Tidak ada 4) Tidak ada
5) Konsistensi :…… 5) Lembek 5) Tidak ada
6) Penggunaan Laksatif 6) Tidak 6) Tidak
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi a. Mandi a. Mandi
1) Frekuensi :……x/hari 1) 3x/hari 1) Belum mandi
2) Waktu 2) Pagi, Siang dansore 2) tidak ada
:Pagi/Sore/Malam
b. Oral Hygiene b. Oral Hygiene b. Oral Hygiene
1) Frekuensi:………x/hari 1) 3x/hari 1) Belum gosok gigi
2) Waktu : Pagi/ Siang/ 2) Pagi ,sore, dan 2) tidak ada
Setelah makan/ Sebelum malam
tidur
c. Cuci Rambut c. Cuci Rambut c. Cuci Rambut
Frekuensi :……… 3x/hari saat mandi Belum cuci rambut
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama Tidur siang : a. Pasien jarang tidur siang a. 2 jam/hari
….jam/ hari
b. Lama Tidur malam: b. 7 jam/hari b. 6 jam
….jam/ hari
c. Kebiasaan sebelum tidur: c. Tidak ada c. Tidak ada
5. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/ a. Tidak ada a. Tidak ada
Malam
b. Olah raga: Ya/Tidak b. Ya b. Tidak ada
c. Jenis Olah Raga:… c. Main futsal c. Tidak ada
d. Frekuensi olah raga: x/mgg d. Setiap hari pagi dan sore d. Tidak ada
e. Keluhan dalam beraktivitas e. Tidak ada e. Terkadang dibantu
(pergerakan tubuh/mandi/ keluargasaat berjalan ke
mengenakan pakaian/sesak kamar mandi
setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya/Tidak a. Tidak a. Tidak
1) Frekuensi :……………
2) Jumlah :……………
3) Lama pemakaian :……
b. Minuman keras/NAPZA: b. Tidak b. Tidak
Ya/Tidak
1) Frekuensi :……………..
2) Jumlah :……………..
3) Lama Pemakaian:
I. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan :43kg
2. Tinggi badan :155 cm
3. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
4. Nadi : 80x/menit
5. Frekuensi Nafas : 26x/menit
6. Suhu Tubuh : 36,8˚C
7. Keadaan Umum :[ ] Ringan [ √ ] Sedang [ ] Berat
Tingkat Kesadaran
a. Kualitas : Composmentis
b. Kuantitas
Respon motorik :6
Respon verbal :5
Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
I. Data Psikologi :
a. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya
Pasien mengatakan sudah tau danmenerima penyakitnya, juga berharap bisa
segera sembuh
b. Konsep Diri
- Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
- Ideal diri : Pasien berharap bisa cepat sembuh.
- Harga diri : Pasien mengatakan bahagia dengan hidupnya
- Peran diri : Pasien berperan sebagai anak kedua dari 2 bersaudara
- Identitas : Pasien dapat menerima identitasnya sebagai laki-laki dan
merasa puas
J. Data Sosial
1. Pendidikan dan pekerjaan
Pasienmasih sekolah menengah pertama dan belum bekerja
2. Hubungan sosial
Hubungan sosial pasien baik dan tidak ada hambatan
3. Faktor sosiokultural
Pasien tidak memiliki pantangan tertentu seperti makanan dan kebiasaan
dilingkungan rumahnya.
4. Gaya hidup
Dilihat dari cara berpakaian , gaya hidup pasien tampak sederhana
K. Data Spiritual :
pasien beragama islam, pasien terus berdoa kepada Allah SWT.
L. Data Penunjang :
Hasil laboratorium tanggal 26 Mei 2021
Nama Tindakan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,9 13.0-16.0 g/dl
Leukosit 6.30 4.00-10.00 Ribu/uL
Trombosit 214 150-450 Ribu/ul
Eritrosit 6.1* 4.0-5.0 Juta/ul
Hematokrit 45 40-48 %
Hitung jenis
Batang 3 2-6 %
Segmen 61 50-70 %
Limfosit 27 20-40 %
Monosit 9* 2-8 %
Basofil 0 0-1 %
Gosinofil 0* 1-3 %
NLR 2.4
ALC 1702 1000-4000 /uL
MCV 74.2* 82.0-92.0
MCH 24.6* 27.0-31.0
DO:
- Pasien tampak lemas
- Membran mukosa pucat
- Turgor kulit kembali dalam 3
detik
- kelopak mata cekung.
- Tanda-tanda vital
S: 36,8 0C
TD: 100/70 mmHg
N: 80x/menit
P: 26X/menit
Edukasi : Edukasi:
1. Anjurkan 1. Membantu proses
memperbanyak asupan dalam pemenuhan
cairan oral kebutuhan cairan
2. Anjurkan menghindari 2. Mencegah penurunan
perubahan posisi tekanan darah secara
mendadak tiba-tiba
Kolaborasi : Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu
cairan IV isotonis menggantikan
(NaCl, RL) kehilangan cairan
Edukasi :
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
1. Meminimalkan fungsi
semua system organ
pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi cairan dan
1. Mengatasi kehilangan
elektrolit intravena,
cairan tubuh
jika perlu
IMPLEMENTASI
Nama Klien : An.M
Ruangan : Mawar Anak
Dx medis : Vomitus Frequent
Objektif :
- Pasien tampak lemas
- Membran mukosa pucat
- kelopak mata cekung.
- BB : 42,8 kg
- Tanda-tanda vital
TD :110/70 mmHg
S : 36,60C
R : 16x/menit
N : 76x/menit
Analisa :
Masalah keperawatan belum teratasi
Objektif :
- Membrane mukosa pucat
- Kulit pasien teraba hangat
- Terpasang infus RL 35 tpm
- TD :110/70 mmHg
- S : 36,60C
- R : 16x/menit
- N : 76x/menit
Analisa :
Masalah keperawatan belum teratasi
Planning : intervensi dilanjutkan
- Memonitor suhu tubuh
- Mengganti linen pada pagi hari
- Monitor haluaran urine
29-05- Hipovolemia b.d Subyektif :
2021 kehilangan - Pasien mengatakan muntah sedikit saat
cairan aktif d.d makan
Indrian
volume urin - Pasien mengatakan frekuensi muntah 1x
menurun - Pasien mengatakan masih merasa mual
- Pasien mengatakan minum 4 gelas dan ½
porsi makan pagi dan siang dihabiskan
Objektif :
- Pasien tampak lebih bugar
- Membran mukosa lembap
- kelopak mata cekung.
- BB : 42,6 kg
- Tanda-tanda vital
S: 35,8 0C
TD: 110/70 mmHg
N: 79x/menit
P: 14x/menit
Analisa :
Masalah keperawatan belum teratasi
Objektif :
- Mukosa bibir lembap
- Terpasang infus RL 35 tpm
- S: 35,8 0C
- TD: 110/70 mmHg
- N: 79x/menit
- P: 14x/menit
Analisa :
Masalah keperawatan teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan