Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. K


DENGAN DIAGNOSA MEDIS VOMITUS
DIRUANG ANGGREK 2
RSUD Dr. LOEKMONO HADI KUDUS

DISUSUN OLEH :
AHMAD MUTIUDDIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN VOMITUS

A. PENGERTIAN
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medulla oblongata otak.
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan
kontraksi lambung dan abdomen.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui
mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara
regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan
yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus,
ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah
kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan
kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat
disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi
abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi
lambung yang lambat.
B. ETIOLOGI
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi
diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat
berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang
lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih
sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur.Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan
dengan atau tanpa mutah sering merupakan gejala dari penyakit jantung,
ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat
keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan
metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan

2
metabolisme asam amino/asam organic (misalnya gangguan siklus
urea dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada
struktur (misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis
dan ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf
oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang
mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek
kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang
paling sering terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah
biasanya terjadi bersama-sama dengan diare dan rasa sakit pada perut.
Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. Virus
utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen
mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala Vomiting atau Muntah antara lain:
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat

3
9. Bisa disertai dengan pusing
D. PATOFISIOLOGI
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus
dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan
muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-
kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang
menyebabakan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c.  Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan
ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks.
Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus
berelaksasi dan mulut terbuka.

4
E. PATHWAY

5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik
berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f)  Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut.
Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi
selama beberapa hari setelah serangan akut.
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi
dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan
pemeriksaan barium meal.
3.  Foto polos abdomen
a)  Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
4.  Barium meal

6
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta
larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan
yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5.  Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai
terapi pada intususepsi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup
untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan
awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta
memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction.
Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan
anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran
gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric
stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan
tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat
digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik,
gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1.  Antagonis dopamin

7
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi
gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited. Obat-obatan
antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk
perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan
penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan
dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25
mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi
0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.

Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini


karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine.
Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan
tonus sfingter esophagus bagian bawah.

2.   Antagonisme terhadap histamine (AH1)

Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam


golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik
paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini
bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau
kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6
dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
3.  Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah
muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek
kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat
obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk
anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam
3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>

4.  Antikolinergik

8
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena
faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang
digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan
dosis maksimal 0,3mg per dosis.

5.  5-HT3 antagonis serotonin

Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya


diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang
terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen
vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion
sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15
mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam
setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari
berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr:
dosis dewasa8 mg PO/kali.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGEKAJIAN
a. Kebutuhan Pernafasan
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak sesak nafas dapat
bernafas dengan normal tanpa alat bantu pernafasan
Saat dikaji : pasien mengatakan bernafas normal seperti
biasanya
SPO2 = 98%
RR = 24 x / menit
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan pola makan pasien sehari
tidak pernah mengalami gangguan makan dan tidak
ada gangguan menelan, semua makanan dimakan
Saat dikaji : pasien mengatakan bahwa makan seperti biasanya

c. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit

9
BAK : pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulian
dalam BAK dan BaB
BAB : pasien mengatakan BAB lancar setiap hari dan tidak ada
gangguan
Saat dikaji :

BAK : pasien mengatakan BAK normal seperi biasanya


BAB : pasien mengatakan BAB lancar dan tidak ada gangguan

a. Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit : pasien mengatakan sehari – hari pasien tidur
normal
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan kesulitan tidur karena
nyeri di perut

b. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu nyaman tidak
ada nyeri apapun
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan merasa tidak nyaman
karena ada nyeri di perut saat di rumah sakit

c. Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu memakai
pakaiannya sendiri
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan dibantu mengenakan
baju

d. Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh dan Sirkulasi


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pada saat dingin
mengenakan pakaian yang agak tebal atau jaket kalo
panas pake baju yang tipis

10
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan menggunakan
pakaian yang tipis
T: 37,20C.

e. Kebutuhan Personal Hygiene


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan mandi atau
membersihkan badan 2 kali sehari
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan selama dirumah sakit
dibersihkan 2 kali sehari
f. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan bisa berjalan
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan belum bisa berjalan

g. Kebutuhan Berkomunikasi dengan orang lain


Sebelum sakit : kelurga pasien mengatakan selalu berkomunikasi
sama keluarga dan orang lain
Saat dikaji : kelurga pasien mengatakan banyak diam selama
dirumah sakit

h. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan rajin sholat dan
mengaji
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan tidak mengaji selama
di rumah sakit

i. Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : -
Saat dikaji :-

j. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu bermain dengan
teman sebayanya

11
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan tidak bisa bermain
dengan teman sebayanya selama dirumah sakit

k. Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu belajar tiap hari
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan tidak bisa belajar
selama dirumah sakit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
2.  Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa
mual dan Muntah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbs

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)

a. Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan a. Manajemen jalan


Nafas Tidak keperawatan 3x24 jam nafas
Efektif b,d proses diharapkan bersihan jalan b. Pemberian obat
infeksi d,d nafas meningkat dengan inhalasi
c. Terapi oksigen
dispnea, batuk kriteria hasil :
tidak efektif, a. Batuk efektif meningkat
sputum berlebih. (5)
b. Produksi sputum
menurun (5)
c. dispnea menurun (5)

12
b. Gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Pemantauan respirasi
pertukaran gas b.d keperawatan 3x24 jam b. Terapi oksigen
perubahan diharapkan pola tidur c. Pemberian obat
membran alveolus meningkat dengan inhalasi
– kapiler d.d kriteria hasil :
dispnea, napas a. dispnea menurun(5)
cuping hidung . b. Napas cuping hidung
menurun (5)

a. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan a. Manajemen pola


efektif b.d keperawatan 3x24 jam nafas
hambatan upaya diharapkan resiko defisit
nafas d.d nutrisi menurun dengan
dispnesa, nafas kriteria hasil :
cuping hidung a. dispnea menurun (5)
b. nafas cuping menurun(5)

4. PENGGUNAAN REFERENSI

Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik

Dr. Rocky™. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI.

Pekanbaru

13
  Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta

gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html

14

Anda mungkin juga menyukai