Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M


DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUOMONIA
DIRUANG ANGGREK 2
RSUD Dr. LOEKMONO HADI KUDUS

DISUSUN OLEH :
AHMAD MUTIUDDIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. PENGERTIAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2018).
Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang menggambarkan
pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam satu
area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan
pada parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru
tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri
seperti diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus
aureus, haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni),
mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory
syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh
jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices
dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia
dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
1. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului
oleh infeksi saluran pernapasan atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak
cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
3. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan
wheezing.

2
4. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadangkadang
terjadi kejang.
5. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan
bernapas.
6. Batuk disertai sputum yang kental.
7. Nafsu makan menurun.

D. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2018). Suhu tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang
karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan
mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2019). Bakteri yang
masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas
yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi &
Sukarmin, 2019). Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema
yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga
kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak dapat
berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat
pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan.
Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen
yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia.
Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat
sampai sianosis.

3
E. PATHWAY

4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan
cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan radiologi
1) Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
2) Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Oksigen 1-2 liter per menit
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.

5
B. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGEKAJIAN
a. Kebutuhan Pernafasan
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan tidak sesak nafas
dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan sesak nafas dibantu
alat bantu pernafasan
b. Kebutuhan Nurisi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pola makan pasien
sehari tidak pernah mengalami gangguan makan
dan tidak ada gangguan menelan, minum asi ibu
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan minum asi ibu
c. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum
BAK : keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami
kesulian dalam BAK
BAB : keluarga pasien mengatakan BAB lancar setiap hari dan
tidak ada gangguan
Saat dikaji
BAK : keluarga pasien mengatakan BAK normal seperi biasanya
BAB : keluarga pasien mengatakan BAB lancar dan tidak ada
gangguan
a. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan sehari – hari pasien
tidur normal
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan kesulitan tidur karena
sesak nafas

b. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu dijaga dan
diawasi setiap hari

6
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan selalu dijaga diawasi
karena berada di rumah sakit
c. Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan selalu dibantu
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan dibantu mengenakan
baju
d. Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh dan Sirkulasi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pada saat dingin
mengenakan pakaian yang agak tebal atau jaket kalo panas pake
baju yang tipis
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan menggunakan
pakaian yang tipis
e. Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan dimandikan atau
dibersihkan 2 kali sehari
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan selama dirumah sakit
dibersihkan 2 kali sehari
f. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan belum bisa berjalan
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan belum bisa berjalan
g. Kebutuhan Berkomunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit : kelurga pasien mengatakan selalu mengoceh sama
keluarga
Saat dikaji : kelurga pasien mengatakan Cuma nangis selama
dirumah salit
h. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : -
Saat dikaji :
i. Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : -
Saat dikaji :-
j. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi

7
Sebelum sakit : -
Saat dikaji :-
k. Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : -
Saat dikaji :-

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d dispnea, batuk
tidak efektif, sputum berlebih.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus – kapiler
d.d dispnea, napas cuping hidung,
c. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d dispnesa, nafas
cuping hidung
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)

a. Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan a. Manajemen jalan


Nafas Tidak keperawatan 3x24 jam nafas
Efektif b,d proses diharapkan bersihan jalan b. Pemberian obat
infeksi d,d nafas meningkat dengan inhalasi
c. Terapi oksigen
dispnea, batuk kriteria hasil :
tidak efektif, a. Batuk efektif meningkat
sputum berlebih. (5)
b. Produksi sputum
menurun (5)
c. dispnea menurun (5)

b. Gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Pemantauan respirasi


pertukaran gas b.d keperawatan 3x24 jam b. Terapi oksigen
perubahan diharapkan pola tidur

8
membran alveolus meningkat dengan c. Pemberian obat
– kapiler d.d kriteria hasil : inhalasi
dispnea, napas a. dispnea menurun(5)
cuping hidung . b. Napas cuping hidung
menurun (5)

a. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan a. Manajemen pola


efektif b.d keperawatan 3x24 jam nafas
hambatan upaya diharapkan resiko defisit
nafas d.d nutrisi menurun dengan
dispnesa, nafas kriteria hasil :
cuping hidung a. dispnea menurun (5)
b. nafas cuping menurun(5)

4. PENGGUNAAN REFERENSI

Hidayat, A. A. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Kartika Sari Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan : Jakarta.
TIM.
Ringel, Edward. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru Alih
Bahasa:dr.Elfiawati Resipirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2,
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai