Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

Sri Buana Tungga Dewi

010117A103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
A. Pengertian

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang


di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yangmem
bentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat
sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifikdan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015)
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,virus dan jamur dan benda
asing.kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga seju
mlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan
yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya
kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa Bennete, 2013).

A. Etiologi

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh


adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Or
ang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan siliayang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,


protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain: (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682 dikutip Nurarif & Kusuma. 2015)

1.Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2.Virus : Legionella pneumonia

3.Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4.Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5.Terjadi karena kongesti paru yang lama

C. Patofisiologi

Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococus, Haemophillus influenza atau karena aspirasi
makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran


pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan gambaran sebagai berikut :

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudia masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksi mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi, anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena,
pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronchi basah nyarinng halus dan sedang.

C. Gejala Bronkopneumonia

Gejala bronkopnemonia sedikit berbeda antara yang ditimbulkan oleh anak-anak dan
orang dewasa. Gejala bronkopneumonia pada anak-anak yaitu :

 Denyut jantung cepat


 Demam
 Sulit makan dan minum
 Mengggigil
 Batuk berdahak
 Sesak nafas

D. Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

 Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
 Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
 Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
 Meningitis yaitu infeksi yang menyerang pada setiap katup endokardial

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
meningkatnya jumlah neutrofil
b. Pememeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterima
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikriba
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pnemokokal atau klebsiella. Infilrate multiple serigkali pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi atau bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

E. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
noemal dan betagonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit

F. Pencegahan pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, populasi dan tempat keramaian
yang berpotensi terjadinya penularan
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadap hameophilus influenza.
PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk


mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhan serta
masalahnya. Pengkajian meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Data subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
b. Data obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
c. Analisa data
1) Data primer
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan dengan
pasien.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan pasien
melalui komunikasi dengan orang yang dikenal,dokter/perawat.

2. ANAMNESE

1. Keluhan utama Biasanya klien Demam sering mengalami dehidrasi.


1. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada keluhan utama.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
yang dialami saat ini.
3. Riwayat psikososial dan spiritual
a. Riwayat Psikososial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan timbul kecemasan.
b. Aspek Sosial Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain.
c. Aspek Spiritual
Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah karena klien
harus menjalani ibadah, namun ada klien yang cenderung lebih mendekatkan
diri pada Tuhan dan begitu sebaliknya menyalahkan Tuhan akan penyakit yang
dideritanya.
3. Pola kebiasaan sehari-hari
 Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan oleh
Demam
 Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan Demam
 Pola kebersihan diri
Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan penyakit yang
dideritanya daripada kebersihan diri.
 Pola nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan, penurunan berat
badan karena anoreksia

a. PEMERIKSAAN FISIK

b. Keadaan umum
Menggigil.
Kulit pecah.
Pengeluaran keringat berebihan.
Tampak lemah.
Bibir kering.
Tingkat kesadaran composmentis
GCS: mata = 4
Verbal =5
Motorik =6

c. Tanda-tanda vital
Tanda vital : 105/65 mmHg–125 /80 mmHg dibawah / diatas normal.
Nadi : 70-110 x/menit dibawah/ diatas normal.
Respirasi : 19-23 x/menit.
Suhu : > 370C Perlu dikaji untuk
menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit klien menglami kehilangan
penurunan berat badan,asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun reaksi
psikologis.

d. Pemeriksaan sistem chepalocaudal


 Pemeriksaan Kepala
Bibir : mukosa bibir kering,tidak ada cyanosis.
Lidah: tampak kotor dan berwarna putih.
 Pemeriksaan Ekstrimitas
Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan / tampak pucat
Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.
 Pemeriksaan Intugmen
Kulit tampak kemerahan
Akral hangat – panas
Turgor baik
Terjadi kelembapan kulit
e. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi : berhubungan dengan kondisi terkait penyakit : suhu inti tubuh
diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termogulasi (00007).
2. Nyeri akut : berhubungan dengan kondisi terkait penyakit : pengalaman sensori
dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau di prediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
3. Mual : berhubungan dengan kondisi terkait penyakit : suatu fenomena subjektif
tentang rasa tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung,
yang dapat atau tidak mengakibatkan muntah.

Masalah Keperawatan Intervensi Rasional


Hipertermi berhubungan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui
dengan penyakit 2. Monitor TTV perkembangan kondisi
3. Monitor warna kulit pasien
4. Monitor tanda-tanda 2. Tanda vital merupakan
hipertermia acuan untuk mengetahui
5. Berikan obat antipitretik keadaan umum pasien
6. Tingkatkan intake cairan 3. Perubahan warna kulit
dan nutrisi menjadi salah satu
7. Kolaborasikan peberian indikator tanda
cairan intravena hipertermia
8. Kompres hangat pada 4. Mengetahui intervensi
lipatan paha dan aksila yang tepat
9. Anjurkan beristirahat 5. Membantu dalam
Beri Health Education ke penurunan panas
pasien dan keluarnya 6. Peningkatan suhu tubuh
mengenai hpertermi mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan
cairan yang
banyak/adekuat
7. Memenuhi kebutuhan
cairan elektrolit tubuh
8. Pemindahan panas secara
perlahan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

NANDA NIC-NOC jogjakarta : Medication

Doenges, E. Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan

edisi3Salemba:Medika.

Anda mungkin juga menyukai