Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pencegahan Primer Osteomeilitis


TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

Disusun oleh:

1. Niko Anggi (
2. Puji Astuti Retnoningsih (010117A077)
3. Putri Khunaezah (010117A077)
4. Sri Buana Tungga Dewi (

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN PRIMER OSTEOMEILITIS

Pokok bahasan : Osteomeilitis


Sub pokok bahasan : Pencegahan Primer Osteomeilitis
Sasaran : warga desa candirejo ungaran
Hari/tanggal : selasa,23 april 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Balai Desa

A. LATAR BELAKANG

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak,karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup
atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di
mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya :
ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalnya: fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun
demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada
umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
B. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum.
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat menjelaskan tentang Osteomeilitis
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan peserta
mampu :
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian Osteomeilitis
b. Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis
c. Peserta dapat mengebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis
d. Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis
e. Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis

C. ISI MATERI
TERLAMPIR

D. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Leaaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
KEGITAN KEGITAN
NO TAHAP WAKTU ALAT
MAHASISWA AUDIENS
1. Pendahuluan a. Menyampaikan a. membalas 5 menit
salam salam
b. Menjelaskan b. memperhatikan
tujuan c. memberikan
c. Kotrak waktu respon
2. Penyampaian a. Menjelaskan a. memperhatikan 20 menit LCD
materi pengertian penjelasan Laptop
Osteomeilitis b. menanyakan hal
b. Menjelaskan yang belum/
penyebab jelas
Osteomeilitis c. memperhatikan
c. Menjelaskan tanda jawaban
dan gejala penyuluh
Osteomeilitis
d. Menjelaskan
pencegahan
Osteomeilitis
e. Menjelaskan
penatalaksanaan
Osteomeilitis
3. Penutup a. Tanya jawab a. menanyakan 5 menit
(Evaluasi) hasil yang
b. Menyimpulkan belum jelas dan
hasil materi menjawab
c. Leaflet pertanyaan
mengakhiri kegiatan b. menjawab
salam penutup
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan pencegahn primer tenatang Osteomeilitis.
b. Melakukan kontrak waktu dengan orang tua dan anak untuk dilakukan satuan acara
penyuluhan pencegahn primer tenatang Osteomeilitis
c. Menyiapkan leaflet dan alat yang dibutuhkan seperti laptop serta LCD sebagai
media dalam satuan acara penyuluhan kesehatan
2. Evaluasi proses
a. Peserta dan penyaji datang sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati.
b. Peserta memperhatikan terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji.
c. Peserta aktif bertanya terhadap hal-hal yang belum diketahui.
d. Peserta mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu menjawab post test > 7 pertanyaan atau nilai post test >70
b. Peserta mampu menjelaskan Osteomeilitis
c. Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis
d. Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis
e. Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis
f. Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis
LAMPIRAN
MATERI

A. Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae.
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang.
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus.
 Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus
influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis
adalah infeksi lain.

B. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.
Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis,
fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan,
begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

C. Klasifikasi
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder  Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah
dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria
furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
 Nyeri daerah lesi
 Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
 Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
 Pembengkakan lokal
 Kemerahan
 Suhu raba hangat
 Gangguan fungsi
 Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
 Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
 Gejala-gejala umum tidak ada
 Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
 Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
 Staphylococcus (orang dewasa)
 Streplococcus (anak-anak)
 Pneumococcus dan Gonococcus

D. Insiden
Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa
saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki
dengan perbandingan 2 : 1.
E. Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,
Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,
nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma
atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

F. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan
jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan
dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan
nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
G. Evaluasi Diagnostik
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal.
Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah.
Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra
atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x. pemindaian tulang dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan
organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.

H. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan
potensial terjadinya osteomielitis.

I. Penatalaksanaan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah
dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin
semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke
daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus
menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol,
antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan
absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft
tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah
mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat
melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi i
nterna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai