Disusun oleh:
Achmad Luthfi F
(S12 001)
Dedi Pranata
(S12 007)
Ambarsari
(S12 002)
Dessty Intan
(S12 008)
Aprilia Nindiya
(S12 003)
Dewi Lestari
(S12 009)
Arif PusfiaN
(S12 004)
Dona Agarevi
(S12 010)
Dea Kusuma
(S12 005)
(S12 011)
Dedi Cahyadi
(S12 006)
Endah Kusuma
(S12 012)
Pokok bahasan
: Osteomeilitis
Sasaran
: Warga Jatirejo
Hari/tanggal
Waktu
: 30 menit
Tempat
LATAR BELAKANG
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak,karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan
oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain
(misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat
trauma subklinis (tak jelas). Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran
infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus
vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya: fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain
itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah
sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu
pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.Osteomielitis ini cenderung
terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja beresiko
untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki
dengan perbandingan 2 : 1.
B TUJUAN
1 Tujuan Instruksional Umum.
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat menjelaskan tentang
2
Osteomeilitis
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit
diharapkan peserta mampu :
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian Osteomeilitis
b. Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis
c. Peserta dapat mengebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis
d. Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis
e. Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis
C. ISI MATERI
TERLAMPIR
D. METODE
a
b
c
Ceramah
Tanya jawab
Demonstrasi
E. MEDIA
1
2
3
Laptop
LCD
Leaaflet
F. SETTING TEMPAT
1
Keterangan
Moderator
:1
Notulen
:2
Operator
:3
Penyaji
:4
Observer
:5
Peserta
:6
Fasilitator
:7
Penyelundup
:8
G. PENGORGANISASIAN
Moderator
Pemberi Materi
Notulen
Operator
Obsever
Fasilitator
: Dewi Lestari
: Dea Kusuma
: Donna Agarevi
: Aprilia Nindiya Putri
: Desty Intan
: 1. Endah
2
Penyelundup
Dedi C
H. KEGIATAN PENYULUHAN
NO
1.
2.
KEGITAN
TAHAP
Pendahuluan
MAHASISWA
Menyampaikan
salam
Menjelaskan
tujuan
Kotrak waktu
Penyampaian a
Menjelaskan
materi
pengertian
b
Osteomeilitis
Menjelaskan
penyebab
Osteomeilitis
Menjelaskan tanda
dan gejala
Osteomeilitis
Menjelaskan
KEGITAN
AUDIENS
a. membalas
WAKTU
5 menit
salam
b. memperhatikan
c. memberikan
respon
a. memperhatikan
20 menit
penjelasan
b. menanyakan
hal yang belum/
jelas
c. memperhatikan
jawaban
penyuluh
Osteomeilitis
Menjelaskan
penatalaksanaan
3.
Penutup
Osteomeilitis
a Tanya jawab
b
(Evaluasi)
Menyimpulkan
a. menanyakan
hasil yang
belum jelas dan
LCD
Laptop
pencegahan
e
ALAT
5 menit
hasil materi
c Leaflet
mengakhiri kegiatan
menjawab
pertanyaan
b. menjawab
salam penutup
I KRITERIA EVALUASI
1 Evaluasi struktur
a Menyiapkan satuan acara penyuluhan pencegahn primer tenatang
Osteomeilitis.
Melakukan kontrak waktu dengan orang tua dan anak untuk dilakukan
disepakati.
b Peserta memperhatikan terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji.
c Peserta aktif bertanya terhadap hal-hal yang belum diketahui.
d Peserta mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
3 Evaluasi hasil
a Peserta mampu menjawab post test > 7 pertanyaan atau nilai post test >70
b Peserta mampu menjelaskan Osteomeilitis
c Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis
d Peserta dapat mengebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis
e Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis
f Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis
MATERI
A Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
disebabkan
oleh
staphylococcus
Haemophylus influensae.
aureus
dan
kadang-kadang
disebabkan
oleh
staphyilococcus
Aureus
dan
kadang-kadang
Osteomyelitis Sekunder
tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya
infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
D Insiden
Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian
seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya
kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
E Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi
Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,
kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada
rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan,
namun
sequestrum
infeksius
kronis
yang
tetap
rentan
Penatalaksanaan
Daerah
yang
terkana
harus
diimobilisasi
untuk
mengurangi
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting
dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol
hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi
ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah
kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi i nterna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang
DAFTAR PUSTAKA