A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan (Direja, 2018).
2. Anatomi Fisiologis
1. Sistem limbik
Sistem limbik merupakan area otak yang terletak di atas batang otak,
yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan amigdala (walaupun beberapa
sumber membedakan struktur yang terdapat pada sistem ini). Talamus
mengatur aktivitas, sensasi dan emosi. Hipotalamus terlibat dalam
pengaturan suhu tubuh, pengontrolan nafsu makan, fungsi endoktrin,
dorongan seksual, dan perilaku implusif yang terkait dengan perasaan
marah, mengamuk, atau gembira. Hipokampus dan amingdala terlibat
dalam bangkitan emosi dan memori. Gangguan sistem limbik
menyebabkan berbagai gangguan jiwa, seperti kehilangan memori pada
penderita demensia atau pengontrolan emosi dan implus yang buruk pada
perilaku manik atau psikotik ( Patricia G. O`Brien., et al. 2018 Hal: 91).
2. Dopamin
Dopamin, suatu neurotransmiter yang terutama terdapat di batang otak,
diketahui berfungsi dsebagai pengontrolan gerakan yang kompleks,
motivasi, kognitif, dan pengaturan respons emosional. Dopamin
umumnya bersifat eksitasi dan disintesis dari tirosin, suatu asam amino
dalam makanan. Dopamin terlibat dalam menimbulkan skizofrenia dan
psikosis lain, juga gangguan gerakan, seperti penyakit Parkinson. Anti
psikotik berkerja dengan menyekat reseptor dopamin dan menurunkan
aktivitas dopamin. (Shelia L. & Abdul Nasir, 2018).
3. Asetilkolin
Asetilkolin merupakan neurotransmiter yang ditemukan di otak, medula
spinalis, dan sistem saraf perifer, khususnya di laut neuromuskular otot
skelet. Asetilkolin dapat bersifat eksitasi dan inhibisi. Asetilkolin
disintesin dari kolin yang ditemukan dalam makanan seperti daging
merah dan sayuran dan terbukti memengaruhi siklus tidur/terjaga serta
memberi tanda aktifnya otot. Penelitian menunjukan bahwa penderita
penyakit Alzheimer memiliki jumlah neuron penyekresi asetikolin yang
menurun, dan penderita miastenia gravis (suatu gangguan otot karena
implus gagal melewati laut mioneural, yang menyebabkan kelemahan
otot) memiliki jumlah reseptor asetilkolin yang menurun. (Abdul Nasir
2017).
3. Etiologi
Ada beberapa etiologi atau penyebab. Menurut Stuart (2018) dibagi menjadi
dua yaitu :
4. Patofisiologi
a) Rentang respon
Menurut (Stuart & Laraia, 2018) halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptive individu yang berada dalam rentang respon
neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptive jika pasien
sehat persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra
(pendengaran penglihatan penghidu pengecapan peraban) pasien dengan
halusinasi mempersiapkan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya
stimulus tersebut tidak ada rentang respon tersebut dapat digambarkan
seperti dibawah ini (Muhith, 2018).
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Keterangan
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecakan masalah
tersebut respon adatif.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah kepada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
ahli
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon psikososial Respon psikososial meliputi
a. Proses fikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang.
5. Penatalaksanaan medis
Terapi dalam jiwa bukan hanya meliputi pengobatan farmakologi,
tetapi juga pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai
dengan gejala atau penyakit pasien yang mendukung penyembuhan
pasien jiwa. Pada terapi tersebut juga harus dengan dukungan keluarga
dan sosial akan memberikan peningkatan penyembuhan karena pasien
akan merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa asingkan
dengan penyakit yang dialaminnya. (Kusmawati & Hartono,2018).
b. Terapi Somatis Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada pasien
dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada
kondisi fisik pasien. Walaupun yang diberi perilaku adalah fisik pasien
tetapi target adalah perilaku pasien. Jenis somatic adalah meliputi
peningkatan, terapi kejang listrik, isolasi dan fototerapi.
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Jenis terapi modalitas meliputi psikoanalisis, psikoterapi,
terapi perilaku kelompok, terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi psikodrama,
terapi lingkungan (Stuart,2019).
2) Alasan dirawat Alasan dirawat tersebut meliputi keluhan utama dan riwayat
penyakit yang dialami pasien. Keluhan utama berisi tentang sebab pasien
atau keluarga datang ke rumah sakit dan keluhan pasien saat pengkajian.
Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada
faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung pasien yang
mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi. Faktor presipitasi dikaji
tentang faktor pencetus yang membuat pasien mengalami gangguan persepsi
sensori: halusinasi.
5) Status mental Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu
motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya
perubahan sensori / persepsi : halusinasi yang terjadi pada pasien.
9) Aspek medik Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi
medik yang dijalani pasien. Serta dicantumkan data hasil laboratoriumnya.
a. Definisi :
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
b. Penyebab :
1. Gangguan Penglihatan
2. Gangguan Pendengaran
3. Gangguan penghiduan
4. Gangguan perabaan
5. Hipoksia serebral
6. Penyalahgunaan zat
7. Usia lanjut
8. Pemajanan toksin lingkungan
Subjektif
pengecapan.
Objektif
1) Distrorsi sensori
Sesuatu
Subjektif
1) Menyatakan kesal
Objektif
1) Menyendiri
2) Melamun
3) Konsentrasi buruk
5) Curiga
7) Mondar-mandir
8) Bicara sendiri
a. Definisi :
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka
dan interdependen dengan orang lain.
b. Penyebab :
1. Keterlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku social dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental 8. Ketidakadekuatan sumber daya personal
(misalnya disfungsi berduka, pengendalian diri buruk).
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Merasa ingin sendirian
2) Merasa tidak aman ditempat umum
Objektif
1) Menarik diri
2) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
Lingkungan
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Merasa berbeda dengan orang lain
2) Merasa asik dengan pikiran sendiri
3) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif
1) Afek datar
2) Afek sedih
3) Riwayat ditolak
4) Menunjukan permusuhan
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Kondisi difabel
7) Tindakan tidak berarti
8) Tidak ada kontak mata
9) Perkebangan terlambat
10) Tidak bergairah/lesu.
Diagnosa 3 : Risiko perilaku kekerasan
a. Definisi :
Beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan/ atau seksual pada
diri sendiri atau orang lain
b. Faktor resiko :
1. Pemikiran waham/delusi
2. Curiga pada orang lain
3. Halusinasi
4. berencana bunuh diri
5. Disfungsi sistem keluarga
6. Kerusakan kognitif
7. Disorientasi atau konfusi
8. Kerusakan control impuls
9. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
10.Alami perasaan depresi
11.Riwayat kekarasan pada hewan
12.Kelainan neurologis
13.Lingkungan tidak teratur
14.Penganiayaan atau pengabaian anak
15.Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang
lain atau dekstruksi properti orang lain
16.Impulsif
17. Ilusi
2.3 Rencana Keperawatan
2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelekrual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemampuan
pasien meliputi :
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
h) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA